Disusun oleh
OPIK TANTAN
XI – MIPA
MA SA ASSOLEHIYYAH
KEL.BOJONGSARI,KEC.BOJONGSOANG,KAB.BANDUNG.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Fatimah az-Zahra” dan “Uwais Al-Qarni” . Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata pelajaran Aqidah Akhlak yang dibimbing oleh Bpk.M.Syahrul.Razif,S.Pd.I
Makalah ini berisi tentang seorang wanita sholehah bernama Fatimah binti
Muhammad atau lebih dikenal dengan Fatimah az-Zahra putri bungsu Nabi Muhammad
SAW dari perkawinannya dengan istri pertamanya yaitu Khadijah. Dan juga sesosok
laki-laki bernama Uwais Al-Qurni yang sangat menghormati seorang perempuan atau bisa
disebut Ibu, sosok yang sangat wajib kita hormati dan sayangi selama di dunia
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya sampaikan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
usaha kita. Aamiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penyusun
Opik tantan
“ Fatimah az-Zahra”
Fatimah tumbuh dewasa di rumah seorang Nabi yang penuh kasih. Nabi
mendidik dan membimbingnya sedemikian rupa agar kelak ia menjadi seorang
wanita yang benar-benar mampu meneladani akhlak, kehalusan hati, dan
arahan-arahan yang beliau berikan.
Ketika usia Fatimah menginjak lima tahun, terjadilah peristiwa besar pada
ayahnya, yakni turunnya wahyu Allah. Sejak itulah, ia mulai merasakan tahapan
pertama dari tugas dakwah yang harus diemban ayahnya.
Ketika Fatimah beranjak dewasa dan siap untuk dipersunting, banyak pria
mulia dan ternama di zamannya mengajukan lamaran. Sebut saja Khalifah
pertama yakni Abu Bakar As Sidhiq dan Khalifah kedua yakni Umar Bin Khattab.
Rupanya jodoh Fatimah bukan satu di antara keduanya. Lamaran Abu Bakar
maupun Umar tidak mendapat restu dari Rasulllah SAW.
Malaikat Jibril pun turun ke bumi dan mengabarkan pada Rasulullah bahwa
Fatimah hendak dinikahkan dengan Ali bin Abi Thalib. Keduanya adalah
sepasang anak manusia yang memang telah ditakdirkan bersama di dunia
hingga akhirat. Tak lama setelah datangnya kabar ini, Ali pun mendatangi
Rasulullah dan menyampaikan niat tulusnya untuk mempersunting buah hatinya.
Dengan senang hati Rasulullah pun menerima lamaran tersebut dan menikahkan
Fatimah untuk Ali. Selepas menikah, pasangan Fatimah juga Ali pun akhirnya
sama-sama tahu jika mereka saling mencintai satu sama lain hanya karena
Allah.
Belum genap setahun, Fatimah dikaruniai putra bernama Hasan. Nabi SAW
sendiri yang membacakan adzan di telinga cucunya itu. Berselang satu tahun
usia Hasan, lahirlah anak ke-2, Husain, pada bulan Syaban tahun ke-4 Hijriyah.
Pada tahun ke-5 Hijriyah, Fatimah kembali melahirkan seorang anak perempuan
yang oleh Nabi SAW diberi nama Zainab. Dua tahun kemudian lahir kembali
seorang putri yang diberi nama Ummu Kultsum.
Cinta keduanya begitu suci dan mulia. Saking sucinya, sebuah riwayat
menjelaskan bahwa cinta keduanya hanya Allah dan mereka yang tahu. Setan
bahkan tak pernah tahu bahwa ada cinta yang begitu besar di hati keduanya
hingga keduanya resmi menikah dan menjadi pasangan halal.
Analogi kuda pacu tersebut merujuk pada pengertian mengenai keutamaan sikap
fatimah yang mengungguli seluruh putri-putri raja lainnya. “Tebusanmu (wahai
Ayah) adalah diriku,” sahut Fathimah.
Wanita bergelar Az Zahra ini sendiri adalah seorang wanita yang sangat
cantik, berakhlak mulia, penyayang, sopan santun, penuh kesabaran, lembut
hati, suka menolong dan begitu patuh pada sang suami. Ia juga seorang wanita
yang cerdas serta sosok yang sangat dicintai oleh Allah begitu pun oleh
rasulnya.
Tak hanya dijuluki sebagai Az Zahra, Fatimah juga dijuluki sebagai seorang
pemimpin para wanita penduduk surga.
"Aku akan pergi tetapi engkau pertama yang akan menyusul," ujar Rasulullah
dikutip dalam buku Fatimah Az-Zahra karya Sibel Eraslan, Rabu (17/5).
Lalu keempat orang itu menangis dan berpelukan. Fatimah lalu meminta
kedua anaknya berziarah ke pemakaman Baki. Anak-anaknya menurut. Untuk
terakhir kali Fatimah memandang Ali "Halal semua atasku wahai cahaya kedua
mataku," ujar Fatimah memohon maaf.
Saat menitipkan wasiat, tiba-tiba dua anaknya kembali dari Raudah. Sadar
kondisi ibunya, mereka mendekap Fatimah erat-erat. Fatimah meminta
keduanya agar jangan berpaling di jalan Al-Quran, jalan Rasulullah dan melawan
ayahnya.
KESIMPULAN
Siti Fatimah merupakan nama lengkapnya. Wanita cantik istri dari Khalifah ke
empat yakni Ali bin Abi Thalib ini merupakan putri baginda Rasulullah
Muhammad SAW bersama Ummum Mukminin Khadijah binti Khuwalid. Fatimah
juga mendapat julukan sebagai Az Zahra yang artinya wanita tak pernah
mendapat haid selama hidupnya. Saat melahirkan buah hatinya, masa nifas
yang dialami Fatimah pun sangat sebentar.
Wanita bergelar Az Zahra ini sendiri adalah seorang wanita yang sangat
cantik, berakhlak mulia, penyayang, sopan santun, penuh kesabaran, lembut
hati, suka menolong dan begitu patuh pada sang suami. Ia juga seorang wanita
yang cerdas serta sosok yang sangat dicintai oleh Allah begitu pun oleh
rasulnya.
Tak hanya dijuluki sebagai Az Zahra, Fatimah juga dijuluki sebagai seorang
pemimpin para wanita penduduk surga.
Masa kecil Fatimah penuh dengan tantangan juga cobaan serta kesedihan.
Berkali-kali ia harus menyaksikan sang ayah ditentang oleh kaum kafir Quraish.
Meski hidupnya penuh tantangan dan cobaan, Fatimah tak pernah mengeluh
akan hal itu. Ia tetap semangat dan tumbuh menjadi gadis yang kuat,
mengesankan serta selalu ada untuk sang ayah
Hari ketiga Ramadan adalah hari wafatnya anak kesayangan baginda Nabi
Muhammad SAW, Fatimah Az-Zahra. Fatimah yang juga istri Ali bin Abu Thalib,
ini wafat pada 3 Ramadan tahun 11 Hijriah atau 23 November 632 Masehi. Dia
dimakamkan pemakaman Baqi,
- SELESAI -
UWAIS AL-QARNI
“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersamamu. Ikhtiarkan agar ibu dapat
mengerjakan haji,” pinta sang ibu.
Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seekor anak
lembu, kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkin pergi haji naik lembu.
Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi ia bolak-balik
menggendong anak lembu itu naik turun bukit. “Uwais gila... Uwais gila..” kata
orang-orang yang melihat tingkah laku Uwais. Ya, banyak orang yang
menganggap aneh apa yang dilakukannya tersebut.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah pada musim haji. Lembu Uwais telah
mencapai 100 kilogram, begitu juga otot Uwais yang makin kuat. Ia menjadi
bertenaga untuk mengangkat barang. Tahukah sekarang orang-orang, apa
maksud Uwais menggendong lembu setiap hari? Ternyata ia sedang latihan
untuk menggendong ibunya.
Uwais menggendong Ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah!
Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya itu. Ia rela menempuh
perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga.
Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.”
Itulah keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah subhanahu
wata’ala pun memberikan karunia untuknya. Uwais seketika itu juga sembuh dari
penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian
apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuknya Uwais tersebut? Ituah tanda
untuk Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat Rasulullah untuk
mengenali Uwais.
“Silakan duduk, kecuali orang-orang yang berasal dari daerah Qaran,” lanjut
Umar bin Khattab. Semua orang-orang yang di hadapan Umar duduk bersila.
Sedangkan orang-orang dari Qaran tetap berdiri.
“Siapa di antara kalian yang bernama Uwais?” tanya Umar kepada orang-orang
yang masih berdiri.
Semua orang yang berdiri bergeming. Saling pandang satu sama lain,
seperti saling menyelidik dan bertanya-tanya. Umar pun paham, di antara
orang-orang ini, tidak ada orang yang dimaksud.
“Adakah di antara kalian yang mengenal orang yang bernama Uwais al-Qarni?”
tanya Umar lagi dengan suara keras mengingat di hadapannya ada cukup
banyak orang.
Tanpa diduga oleh orang-orang Qaran dan calon jamaah haji yang
duduk, Umar justru sumringah. Seperti menemukan seseorang yang selama ini
ditunggu-tunggu. Dengan sedikit terburu-buru Umar mendatangi orang tersebut.
Tentu saja semua yang melihat ini bertanya-tanya. Siapa orang yang
dimaksud Umar itu? Dan apa yang membuatnya jadi terlihat begitu istimewa
sampai seorang Umar—salah satu sahabat terdekat Nabi Muhammad, khalifah
penerus Abu Bakar As-Shidiq—seperti berupaya keras untuk menyelidiki dan
mencari sosoknya. Rasa penasaran yang tidak hanya muncul dari orang-orang
Qaran, tapi juga jamaah haji yang sedang duduk.
Rasa penasaran itu mengerucut pada satu pertanyaan: Siapa sebenarnya Uwais
Al-Qarni?
Paling tidak, itulah kesan yang dilihat oleh Harim bin Hayyan al-‘Abdi, seorang
muslim yang bertemu dengan Uwais setelah kabar seorang Khalifah Umar
mencari sosok tidak dikenal itu sampai ke Kota Kufah di tepi Sungai Efrat.
“Apakah Anda pernah memiliki penyakit kusta, lalu Anda berdoa dan penyakit
Anda sembuh? Lalu Anda berdoa kembali agar dikembalikan lagi penyakit kusta
tersebut, lalu dikabulkan lagi, tapi hanya setengah dari penyakit yang pertama?”
tanya Umar.
Uwais terkejut luar biasa melihat Umar tahu hal tersebut. Mengingat
Uwais hanyalah sebatang kara dan dianggap gila oleh orang-orang di sekitarnya.
“Benar apa yang Anda sampaikan, Amirulmukminin,” kata Uwais masih terkejut,
“Siapa yang mengabari Anda tentang semua itu? Demi Tuhan, tidak ada yang
mengetahui peristiwa tersebut kecuali Tuhan.”
“Karena beliau bersabda tentang seorang pria yang memberi syafaat kepada
orang-orang yang jumlahnya lebih banyak dari Bani Rabi’ah dan Mudlar. Lalu
beliau menyebut namamu,” jelas Umar.
Apa yang disampaikan Umar adalah hadis dari riwayat Hasan. Suatu kali
Nabi Muhammad bersabda, “Ada orang-orang dalam jumlah lebih banyak dari
Bani Rabi’ah dan Mudlar kelak yang akan masuk surga karena syafaat seorang
pria dari umatku. Maukah kalian aku beritahu siapa nama pria itu?”
Para sahabat menjawab, “Tentu saja, Wahai Rasulullah.”
Setelahnya lalu keluar perintah Nabi untuk Umar, “Wahai Umar, apabila
engkau menemukannya, sampaikan salamku untuknya, berbincanglah
dengannya sehingga dia mendoakanmu.” Sebuah riwayat yang juga terdapat
dalam kitab Shahih al-Jami ash-Shaghir karya Jalaluddin as-Suyuthi.
“Tolong sembunyikan soal jati diri saya yang Anda dengar dari Rasulullah dan
izinkanlah saya untuk segera beranjak dari tempat ini,” kata Uwais.
Begitulah Uwais Al Qarni, sosok yang sangat berbakti kepada orang tua, dan itu
sesuai dengan sabda Rasulullah ketika beliau ditanya tentang peranan kedua
orang tua. Beliau menjawab, “Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau
nerakamu.” (HR Ibnu Majah)
Kesimpulan
Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya
sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya
penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya
sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. ahli
membaca Al-Qur'an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut
yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada
orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat
terkenal di langit.
Uwais merupakan pemuda yang sangat taat dam patuh kepada ibunya, ia
sangat menyayangi ibunya, karena kecintaam terhadap ibunya ia dikenal oleh
Nabi Muhammad SAW. Dan dikenal oleh khalifah akan do’a nya yang akan
selalu tembus kelangit.
Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh
masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi
syafa'at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa'at sejumlah qobilah
Robi'ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan
karenanya. Dia adalah "ABdul Basit". Ia tak dikenal banyak orang dan juga
miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya
sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan
penghinaan lainnya.