Anda di halaman 1dari 20

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagi masyarakat kota Solo dan sekitarnya, nama Astana Giribangun

memang bukanlah nama asing. Hampir semua orang mengetahui tempat

pemakaman ini. Orang mengenal Astana Giribangun karena makam ini

merupakan makam mantan orang nomor satu di era Orde Baru yaitu mantan

Presiden Soeharto dan keluarganya. Astana Giribangun merupakan salah satu

makam para leluhur keluarga besar Mangkunegaran, yang lokasinya tak jauh dari

Astana Mangadeg. Makam ini terletak di kaki Gunung Lawu dan terletak sekitar

38 km ke arah Timur Kota Solo. Makam ini tepatnya berada di Desa

Karangbangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar. Astana Giribangun

dibangun pada tanggal 27 November 1974 dan mulai diresmikan pemakaiannya

pada tanggal 23 Juli 1976.

Pembangunan Astana Giribangun memang sudah lama dipersiapkan oleh

mantan Presiden Soeharto. Melalui biografinya, Soeharto Pikiran, Ucapan,

Tindakan Saya yang ditulis oleh G Dwipayana dan Ramadhan KH, Soeharto

mengatakan:

“Istri saya dengan Yayasan Mangadeg Surakarta sudah membangun

makam keluarga di Mangadeg, tepatnya di Astana Giribangun, dan masak

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

saya akan pisah dari istri saya! Dengan sendirinya saya pun akan minta

dimakamkan di Astana Giribangun bersama keluarga. Kami tidak mau

menyusahkan anak cucu kami, jika mereka nanti ingin berziarah. Memang

saya pun mendengar orang bicara bahwa belum juga saya mati, saya

sudah membuat kuburan. Padahal yang sebenarnya kuburan itu kami buat

untuk yang sudah meninggal, antaranya untuk ayah kami (mertua saya).

Selain itu pikiran saya mnyebutkan, “Apa salahnya, sebab toh akhirnya

kita akan meninggal dunia juga. Kalau mulai sekarang kita sudah

memikirkannya, itu berarti kita tidak akan menyulitkan orang lain” (G.

Dwipayana dan Ramadhan. KH. Dalam buku Biografi Soeharto yang

berjudul PIKIRAN, UCAPAN, TINDAKAN).

Keberadaan Astana Giribangun memang mempunyai pengaruh yang

cukup besar bagi masyarakat di kawasan Astana Giribangun khususnya

masyarakat Desa Karangbangun. Hal tersebut dapat dibuktikan setiap ada

kegiatan yang ada hubungannya dengan Astana Giribangun selalu melibatkan

masyarakat yang ada di sekitarnya misalnya saja, dalam pembangunan Astana

Giribangun itu sendiri, kemudian apabila ada kegiatan prosesi pemakaman,

kegiatan tahlilan dan lain sebagainya selalu melibatkan masyarakat sekitarnya.

Dan baru-baru ini ada kawasan Astana Giribangun yang longsor juga melibatkan

masyarakat sekitarnya untuk memperbaiki daerah yang longsor tersebut.

Di samping itu mantan Presiden Soeharto sendiri juga mempunyai andil

yang cukup besar dalam pembangunan kawasan Astana Giribangun seperti

pembangunan dan pelebaran jalan menuju Astana Giribangun dan pemberian


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sembako pada saat lebaran dan pada saat ada kegiatan di Astana Giribangun

kepada orang-orang yang ikut andil dalam kegiatan tersebut. Pada masa Orde

Baru, Astana Giribangun yang merupakan tempat pemakaman Siti Hartinah atau

lebih dikenal dengan nama Ibu Tien Soeharto begitu ramai dikunjungi. Jumlah

peziarahnya bisa mencapai ribuan orang khususnya saat libur nasional. Dengan

banyaknya jumlah peziarah yang datang ke Astana Giribangun maka kehidupan

masyarakat di sekitar Astana Giribangun juga mengalami perubahan khususnya

perubahan di sektor ekonomi. Mereka memanfaatkan kesempatan tersebut untuk

menambah penghasilan yaitu dengan berjualan souvenir, makanan, minuman,

memberikan jasa foto, menjadi tukang ojek, sopir angkot dan lain sebagainya.

Awalnya kegiatan tersebut hanya dilakukan oleh sedikit orang namun seiring

dengan bertambahnya jumlah peziarah yang datang maka semakin banyak pula

orang yang melakukan kegiatan tersebut untuk menambah penghasilan mereka

(Profil Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, 2005:6).

Perubahan perilaku masyarakat tersebut sangat terlihat dengan jelas.

Masyarakat di sekitar Astana Giribangun yang awalnya hanya mengandalkan

hidupnya dari bertani kemudian mereka mencoba membuka mata pencaharian

dengan membuka usaha baru yang mereka anggap bisa mendatangkan

keuntungan. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama yaitu hanya berlangsung

kurang lebih dua tahun. Di Era Reformasi yang ditandai dengan lengsernya

Presiden Soeharto pada tahun 1998, jumlah peziarah menurun drastis karena

dipengaruhi oleh suhu politik pada waktu itu. Dan lama kelamaan Astana
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Giribangun sepi dari pengunjung sehingga hal tersebut juga sangat mempengaruhi

kegiatan ekonomi masyarakat sekitarnya.

Masyarakat di sekitar Astana Giribangun tidak lagi melakukan kegiatan

dengan berjualan dan memberikan jasa kepada para peziarah di Astana

Giribangun. Namun terlepas dari adanya pro dan kontra dengan kasus politik

mantan Presiden Soeharto, kharisma Pak Harto tidak pernah pudar. Hal tersebut

dapat dilihat pada saat Pak Harto meninggal dunia, banyak orang yang antusias

untuk mengikuti prosesi pemakaman mantan orang nomor satu di Era Orde Baru

itu. Di samping itu juga pasca meninggalnya mantan Presiden Soeharto, Astana

Giribangun kembali dikunjungi oleh banyak peziarah baik dari dalam maupun

luar kota. Sehingga hal tersebut juga mempengaruhi perilaku masyarakat di

kawasan Astana Giribangun seperti Era Orde Baru yang telah lalu. Kegiatan yang

dulu pernah dilakukan sekarang bangkit lagi. Justru kegiatan sekarang yang

dilakukan oleh masyarakat sekitar Astana Giribangun lebih berkembang karena

Astana Giribangun sudah ditetapkan sebagai obyek wisata ziarah di Kabupaten

Karanganyar. Hal ini mendorong dikarenakan, banyaknya antusiasme wisatawan

yang mengunjungi Astana Giribangun. (Profil Pariwisata Kabupaten

Karanganyar, 2008:30).

Wisata religi maupun wisata ziarah di Kabupaten Karanganyar saat ini

mulai berkembang dengan memanfaatkan media elektronik dan media cetak

sebagai sarana informasi untuk setiap masyarakat yang akan berwisata di

Kabupaten Karanganyar. Selain wisata ziarah banyak potensi wisata yang dimiliki

oleh Kabupaten Karanganyar yang tidak kalah menariknya, namun karena obyek
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Astana Giribangun adalah makam tokoh terpenting dan tersohor dan karena

meningkatnya kunjungan setiap periodenya, maka penulis sangat tertarik untuk

mengangkat pengelolaan Astana Giribangun sebagai wisata ziarah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas maka rumusan

masalah yang hendak diteliti adalah:

1. Bagaimana cara pengelolaan wisata Astana Giribangun?

2. Bagaimana potensi Astana Giribangun sebagai destinasi wisata ziarah?

3. Bagaimana ritual aktivitas wisata ziarah di Astana Giribangun?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini untuk memperoleh jawaban atas masalah yang telah

dirumusan. Tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara pengelolaan wisata Astana Giribangun.

2. Untuk mengetahui wisata Astana Giribangun sebagai potensi destinasi wisata

ziarah.

3. Untuk mengetahui aktivitas peziarah di Astana Giribangun.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan dampak tercapainya sebuah tujuan dan juga

sebagai syarat kelulusan Diploma III Usaha Perjalanan Wisata UNS. Untuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menjelaskan manfaat dari penelitian itu sendiri. Manfaat penelitian sebagai

berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Memberikan deskripsi tentang pengelolaan terhadap Astana Giribangun

sebagai obyek daya tarik wisata ziarah.

b. Memberi masukan praktis kepada pihak-pihak yang terkait dalam

pengelolaan masyarakat di kawasan Astana Giribangun.

2. Manfaat teoritis

a. Untuk wawasan kepariwisataan aktivitas keilmuan.

b. Memaksimalkan obyek daya tarik wisata Astana Giribangun.

E. Kajian Pustaka

1. Pariwisata

Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu

aktifitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar

masyarakat maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang. Definisi

pariwisata menurut Damanik dan Weber (2006: 1) sebagai berukut: Pariwisata

adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa, yang sangat

kompleks.Ia terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan

dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhanlayanan, dan

sebagainya. Sementara Marpaung (2002:13) mendefinisikan pariwisata sebagai:

Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya.

Aktifitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas

dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Definisi pariwisata menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009

“Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

dan Pemerintah Daerah”. Jadi pariwisata merupakan perjalanan yang

dilakukanmanusia ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya dalam

waktu paling tidak satu malam dengan tujuan perjalanannya bukan untuk

mencari nafkah, pendapatan atau penghidupan di tempat tujuan.

2. Wisatawan

Segmentasi permintaan wisata, wisatawan memiliki beragam motif, minat,

ekspektasi, karakteristik, sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Orang yang

melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan (tourist). Batasan tentang

wisatawan juga sangat bervariasi, mulai dari yang umum sampai dengan yang

sangat teknis spesifik.

Menurut United Nation Conference on Travel and Tourism dalam Pitana

dan Gayatri (2005: 42) yaitu “setiap orang yang mengunjungi negara yang

bukan merupakan tempat tinggalnya untuk berbagai tujuan, tetapi bukan untuk

mencari pekerjaan atau penghidupan dari negara yang dikunjungi”. Batasan ini

hanya berlaku untuk wisatawan domestik dengan membagi negara atas daerah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sedangkan visitor itu sendiri diartikan orang yang melakukan perjalanan

ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya kurang dari 12 bulan dan

tujuan perjalanan bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari nafkah,

pendapatan atau penghidupan di tempat tujuan”.

Jadi wisatawan mempunyai beberapa elemen yang dianut dalam beberapa

batasan, yaitu tujuan perjalanan sebagai pesiar (leasure), jarak/batas, perjalanan

dari tempat asal, durasi atau waktu lamanya perjalanan dan tempat tinggal orang

yang melakukan perjalanan.

3. Pengelolaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kata Pengelolaan, mempunyai 4

pengertian, yaitu:

a. Pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola;

b. Pengelolaan adalah proses melakukan kegiatan tertentu dengan

menggerakkan tenaga orang lain;

c. Pengelolaan adalah proses yang membantu mermuskan kebijaksanaan dan

tujuan organisasi;

d. Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal

yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

4. Prinsip-Prinsip dasar pengelolaan pariwisata

Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip

pengelolaan yang menenkankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam,


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

komunitas, dan nilai sosil yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan

wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Menurut

(Dowling dan Fennel, 2003: 2), pengelolaan pariwisata harus memperhatikan

prinsip-prinsip berikut:

a. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada

kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan

peninggalan budaya dan keunikan lingkungan

b. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi

basis pengembangan kawasan pariwisata

c. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah

budaya lokal

d. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan

lingkungan lokal

e. Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan

pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi

sebaliknya mengendalikan dan/atau menghentikan aktivitas pariwisata

tersebut jika melampui ambang batas (carrying capacity) lingkungan alam

atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampuningkatkan

pendapatan masyarakat.

5. Potensi Pariwisata

Potensi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di suatu daerah yang

dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Potensi yang ada tersebut secara

umum dibagi menjadi dua:


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

a. Potensi Budaya

Potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat misalnya adat

istiadat, mata pencaharian, kesenian dan sebagainya.

b. Potensi Alamiah

Potensi yang ada di masyarakat berupa potensi fisik geografis seperti

potensi alam. Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang terdapat di

daerah tujuan wisata atau dalam bahasa Inggrisnya disebut”Tourist Resort”.

Daerah tujuan wisata atau tourist resort adalah daerah atau tempat yang

karena atraksinya situasinya dalam hubungan lalu lintas dan fasilitas

kepariwisataan menyebutkan tempat atau daerah tersebut menjadi objek

kunjungan wisatawan (Pendit, 2002: 12). Potensi pariwisata dalam

penelitian ini adalah segala daya tarik yang dimiliki oleh suatu wilayah /

tempat / daerah tersebut karena atraksinya menjadi objek kunjungan

wisatawan.

6. Wisata Syariah

Wisata Syariah atau Halal Toursim adalah salah satu sistem pariwisata yang

diperuntukan bagi wisatawan, baik untuk wisatawan muslim maupun non-muslim

yang pelaksanaannya mematuhi aturan syariah. Dalam hal ini hotel, restoran, agen

perjalanan, SPA, mengusung prisip syariah yang tidak melayani minuman

beralkohol dan memiliki kolam renang dan fasilitas SPA yang terpisah untuk pria

dan wanita. Untuk hotel syariah sudah diatur dalam Peraturan Kementerian
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah. Selain

peraturan tersebut, kiranya perlu juga memperhatikan beberapa tahapan mengenai

bagaimana mentransformasikan hal-hal yang kurang baik dalam budaya lokal.

Ada empat hal yang perlu diperhatikan terkait dengan hal tersebut :

1. Tahapan pertama untuk mentransformasikan budaya dapat dilakukan

melalui sebuah pembangunan fisik hotel dan restoran sebagai tempat yang

nyaman, ramah, serta aman dari segala unsur atau hal-hal yang tidak baik.

Pembangunan fisik hotel dan restoran dapat menuansakan kreatifitas seni

Islam seperti kaligrafi, seni ukir, seni pahat seperti masjid-masjid di daerah

Jepara atau menempatkan piring-piring bergambar seperti Masjid Kudus.

2. Tahapan kedua yaitu dengan menghidupkan kembali keberadaan wisata

budaya Islam di hotel syariah maupun di lokasi wisata syariah. Wisata

yang dimaksudkan disini adalah penyajian dan pengenalan berbagai

bentuk kebudayaan tradisional yang berbasis islam kepada para

wisatawan. Bentuk-bentuk kebudayaan tradisional yang dimaksudkan

adalah seperti wayang golek, sekaten, grebeg suro, seni musik hadrah, tari

saman aceh, seni musik santriswaran, dan sebagainya. Bentuk-bentuk

kebudayaan ini sebenarnya memiliki daya tarik tinggi tetapi karena jarang

dipertunjukkan secara rutin, para wisatawan mengalami kesulitan untuk

menyaksikannya. Jadi apabila dikemas secara baik dalam bentuk festival

kebudayaan, maka akan menghasilkan dua keuntungan. Keuntungan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

pertama festival tersebut memiliki nilai jual untuk pariwisata dan

keuntungan kedua adalah memiliki nilai pelestarian terhadap kebudayaan

itu sendiri. Pengunjung hotel akan merasa nyaman tinggal di hotel yang

dikemas dengan nuansa kebudayaan yang didukung dengan keberadaan

kebudayaan lokal yang Islami.

3. Tahapan ketiga adalah dengan melibatkan dan memberdayakan sumber

daya manusia lokal atau setempat yang ada dalam jangkauan wilayah

wisata syariah. Dengan memberdayakan sumber daya manusia lokal, kita

juga telah memberikan mereka kesempatan untuk mempelajari dan

memahami transformasi kebudayaan yang hendak dicapai serta membantu

perekonomian mereka secara langsung. Caranya bisa dengan memberikan

pelatihan wirausaha ekonomi kreatif, merekrut mereka menjadi seniman

lokal yang mementaskan kesenian khas daerah wisata syariah, kemudian

bisa dijadikan karyawan agar menjadi Sumber Daya Madani dalam

menjalankan hotel syariah, kemudian juga dengan memberikan tempat

usaha yang terintegrasi dengan tempat wisata maupun hotel syariah,

sebagai sarana usaha yang berbasis bagi hasil untuk mereka dalam

meningkatkan perekonomiannya.

4. Tahapan keempat pemerintah juga harus memiliki andil jika wisata syariah

ingin menjadi primadona baru layaknya Negeri Matahari Terbit, Negeri

Jiran, maupun Negeri Gingseng. Pemerintah harus membentuk kelompok

kerja pengawas yang terintegrasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Kelompok kerja ini mungkin bisa berbentuk Direktorat Jenderal atau juga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

bisa meniru Tim Reformasi Tata Kelola Sektor Migas. Terlebih lagi sudah

terbitnya Undang-Undang Jaminan Produk Halal, maka akan lebih mudah

lagi gerak dan koordinasinya antara Pemerintah dan MUI dalam

menggalakan wisata syariah. Dengan terbentuknya tim ini, maka

pengembangan wisata syariah diharapkan akan lebih terarah dan tidak

merugikan sektor lain.

Dengan demikian prinsip yang digunakan dalam wisata syariah adalah untuk

memastikan keamanan untuk konsumen dengan menekankan nilai kejujuran,

integritas, dan menghormati budaya lokal. Selayaknya implementasi kaidah

syariah yang berarti menyingkirkan hal-hal yang membahayakan bagi

kemanusiaan dan lingkungannya dalam produk maupun jasa yang diberikan, dan

tentunya memberikan kebaikan atau kemaslahatan secara umum. Namun yang

jelas bahwa maslahat itu adakalanya berupa sesuatu yang bisa menarik

keuntungan atau manfaat dan adakalanya menolak bahaya yang mungkin timbul.

(https://www.selasar.com/jurnal/6310/Wisata-Syariah--Transformasi-

Kebudayaan-Untuk-Semua#).

7. Wisata Ziarah

Salah satu jenis wisata jika ditinjau dari segi aktivitas yang dilakukan

wisatawan adalah wisata ziarah yng sering juga disebut Pilgrim tourism. Yaitu

jenis wisata biasanya berkaitan dengan keagamaan, sejarah, adat istiadat dan

kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

Wisata ziarah banyak dilakukan perorngan maupun kelompok ke tempat-

tempat suci, makam orang-orang besar atau pemimpin yang diagungkan, bukit

atau gunung yang dianggap keramat, makam tokoh-tokoh atau pemimpin yang

dianggap sakti dan melegenda. Tidak jarang juga Pilgrim tour dihubungkan

dengan niat atau hasrat orang untuk memperoleh sesuatu, kekuatan batin,

keteguhan iman dan tidak jarang juga untuk memperoleh berkah, kekayaan

melimpah(Pendit, 1994:46).

Kata “ziarah” berasal dari bahasa Arab yang berarti berkunjung. Ziarah

adalah suatu kegiatan keagamaan yang dipercayai akan member berkah baik

dunia maupun akhirat. Di Jawa, kata “Ziarah” disamakan dengan kata

“Sowan” yang berarti berkunjung dan Nyekar yang berarti tabur bunga di atas

makam. Disamping bertujuan untuk menunjukan rasa hormat bagi yang telah

meninggal, kegiatan ziarah tidak hanya dilakukan di makam- makam para

wali tetapi juga pada makam para leluhur yang dikeramatkan ataupun makam

keluarga kerajaan(Jamhari, 2005: 34-35).

8. Ziarah antara Panggilan Agama dan Wisata

Amin Abullah, dalam prolog buku Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual

menyinggung kehadiran Islam merupakan peristiwa unik dan luar biasa. Para

wali adalah pembawa dan penyebar agama Islam secara kreatifitas dan

komplek kehidupan masyarakat. Melalui pendekatan diagolis denga tradisi

dan kekuasaan local yang mengitarinya; Islam diterima dengan damai dan

menyatu dengan kehidupan masyarakat setempat. Kesatuan tersebut yang


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

akhirnya menjadikan dan membentuk Islam sebagai produk peradaban yang

multifaces di Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.

Data sejarah ziarah ke makam sudah ada sejak sebelum Islam datang,

namun bobotnya dilebih-lebihkan; sehingga pada awal Islam (610-622) Nabi

Muhammad SAW. Melarangnya. Seiring dengan perkembangan pemahaman

yang cukup baik dan benar, maka tradisi ziarah dihidupkan kembali, bahkan

dianjurkan oleh nabi, karena hal tersebut dapat mengingatkan pada hari akhir,

sehingga diharapkan pada pelakunya mampu mengontrol diri. Legalitas

kegiatan ziarah dengan maksud tersebut dapat dimengerti dari Hadits Shahih

riwayat Muslim, dan al Tirmidzi. “Aku (dulu) melarang kalian melakukan

ziarah kubur dan Muhammad sudah diizinkan menziarahi kubur Ibunya, maka

berziarahlah kalian karena hal tersebut mengingatkan pada akhirat.(Inajati

Adrisijanti Romli, (Editor), 2006: hal.3)

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah metode

kualitatif yang disajikan secara diskriptif, yaitu menggambarkan obyek yang

diamati secara jelas dan terperinci. Sehingga keseluruhan isi dari laporan ini

merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan secara obyektif dan sistematis

dengan cara mengamati, mempelajari, menyeleksi dan mengumpulkan data-data

di lapangan, sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang kemudian

diidentifikasikan dan dijabarkan menjadi sekumpulan informasi yang tersaji

dalam sebuah bentuk laporan.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

1. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan dalam waktu 2 bulan mulai November 2016–

Desember 2016. Astana Giribangun terletak di Desa Girilayu, Karangbangun,

Kecamatan Matesih, Karanganyar, Surakarta-Jawa Tengah 57781, Indonesia.

2. Obyek yang diteliti

Kegiatan Observasi dan survei pengelolaan wisata ziarah di Astana

Giribangun, Karanganyar, Surakarta.

3. Teknik pengumpulan data

a. Observasi

Dalam pencarian data laporan melakukan observasi yang dilakukan

secara langsung ke lokasi obyek Astana Giribangun Karanganyar Surakarta

untuk mengumpulkan data atau informasi secara konkret selama 1 bulan,

pada bulan November. Observasi yang diperoleh berupa pengumpulan data

mengenai informasi pengelolaan obyek daya tarik wisata Astana Giribangun

sebagai wisata ziarah.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul

datadengan responden, sehingga wawancara dapat diartikan sebagai

carapengumpulan data dengan bertanya langsung kepada responden, dan

jawabanjawabanyang didapat dicatat atau direkam dengan alat perekam

(Kusmayadi dan Endar Sugiarto, 2000:16). Wawancara merupakan teknik

pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

narasumber, wawancara dapat dilakukan dengan bertatap muka atau melalui

telepon yang berkaitan dengan pengelolaan obyek daya tarik wisata Astana

Giribangun Karanganyar, Surakarta.

Adapun wawancara tersebut dilakukan dengan beberapa narasumber

atas pertimbangan bahwa narasumber tersebut mengetahui pengelolaan dan

seluk beluk penelitian obyek Astana Giribangun, sebagai berikut:

1) Bp. Sukir (juru kunci obyek Astana Giribangun)

2) Bp. Rijo (pengelola obyek Astana Giribangun)

3) Wisatawan Astana Giribangun sejumlah 5 orang (nama dan data

terlampir).

c. Studi Pustaka

Metode ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data dari

berbagai literature melalui buku sumber, internet, maupun sumber-sumber

yang lainnya yang memiliki konsep sesuai dengan kajian serta berkaitan

dengan judul sebagai bahan acuan atau landasan teori dalam mengumpulkan

data yang berhubungan dengan penulisan tugas akhir. Sebagai pelengkap

juga dilakukan studi pustaka dengan mengunjungi Perpustakaan Pusat

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Pusat Universitas

Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sebelas Maret Surakarta, dan Lab Tour Universitas Sebelas Maret Surakarta.

d. Studi Dokumentasi

Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang ditujukan

untukmemperoleh data secara langsung dari tempat penelitian meliputi,


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

buku-bukuyang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto,

film dokumen terdata yang relevan untuk penelitian (Riduan, 2004:105).

Metode pengumpulan data yang diajukan untuk memperoleh data secara

langsung dari tempat penelitian sebagai bahan untuk memperjelas penulisan.

Dokumen tersebut berupa sumber buku yang relevan berkaitan dengan judul

dan pengarang yang berbeda, data pengelolaan Astana Giribangun, dan juga

foto-foto.

e. Teknik Analisis Data

Pada tahap ini data-data dianalisis sedemikian rupa sampai berhasil

disimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab

persoalanyang diajukan dalam penelitian (Koentjoroningrat, 1983: 256) dan

setelah data yang diperlukan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah

menganalisa. Pada tahap ini data yang dikumpulkan dimanfaatkan guna

menjawab persoalan yang diajukan didalam rumusan masalah. Analisa data

yang dikumpulkan adalah diskriptif.

Metode diskriptif adalah penelitian yang berusaha mendiskriptifkan

atau menggambarkan atau melukiskan fenomena atau hubungan antar

fenomena yang diteliti secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-

fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Kusmayadi

dan Endar Sugiarto, 2000). Setelah semua data terkumpul, kemudian data

dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu

dengan cara menjabarkan yang menjadi permasalahan serta menganalisis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

data yang ada data yang baik diperoleh secara langsung maupun tidak

langsung.

Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek alamiah dimana peneliti merupakan instrument

kunci (Sugiyono, 2005: 11). Data yang diperoleh dianalisis dengan melihat

data yang diperoleh dengan teori yang berkaitan. Dari hasil proses analisis

selanjutnya digunakan untuk menjawab permasalahan yang dikaji dalam

penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari empat sub bab dan terdiri dari sub-sub

bab beserta penjelasannya. Adapun bab-bab tersebut adalah sebagi berikut:

Bab I: Merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang, latar belakang

masalah, tujuan, penelitian, manfaat penulisan, metode penelitian, sistematika

penulisan.

Bab II: Sejarah berdirinya dan Wisata Kabupaten Kabupaten Karanganyar,

serta Gambaran umum Astana Giribangun.

Bab III: Pembahasan Pengelolaan tentang Wisata Ziarah Astana Giribangun,

potensi dan aktifitas wisata ziarah di Astana Giribangun.

Bab IV: Berisi kesimpulan yang memberikan jawaban dari permasalahan

yang diteliti.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

Anda mungkin juga menyukai