PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang tercantum dalam UU No. 22 Tahun 2003 tentang SIKDINAS yakni,
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dalamnya terdapat siswa dan guru yang saling melakukan timbal balik yang
berlangsung secara edukatif untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hubugan timbal
balik antara siswa dan guru merupakan syarat utama untuk berlangsung yang
namanya pembelajaran, bukan hanya hubungan begitu saja antara siswa dan guru
akan tetapi merupakan hubungan edukatif. Dalam hal ini bukan hanya
dan nilai pada diri siswa yang sedang menempuh pendidikan di dalam maupun di
luar kelas.
mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran
dan murid yang menerima pelajaran. Dengan ini Kepala Sekolah bisa dikatakan
1
sebagai pemimpin di suatu pendidikan yang tugasnya menjalankan menejemen
satuan pendidikan yang dipimpin. Menurut (Fitrah, 2017) Kepala sekolah adalah
guru yang diberikan tanggungjawab yang lebih untuk memimpin sekolah kerena
memiliki kemampuan untuk memimpin dan mengarahkan sumber daya yang ada
disekolah untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ada. Pada tingkat
operasional, Kepala Sekolah adalah orang yang berada di garis terdepan yang
tertinggi sekolah yang dipimpin. Tentu saja Kepala Sekolah bukan satu-satunya
yang bertanggung jawab penuh terhadap suatu sekolah, karena masih banyak faktor
lain yang perlu diperhitungkan seperti guru, peserta didik, dan lingkungan yang
sangat mempengaruhi jalannya sistem yang ada dalam sekolah. Menurut (Mulyasa
tujuannya secara etektif dan efesien, maka kepala sekolah harus melaksanakan
yang dilakukan guru baik. Jika pembelajaran di sekolah baik tentunya akan
menghasilkan prestasi siswa dan gurunya yang baik . Seperti apa yang sudah di
2
bahas di atas bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang bertanggungjawab di
motivasi dan evaluasi kepada guru dan guru yang akan menanamkan nilai-nilai
Siswa atau anak didik adalah suatu komponen manusia yang menduduki
posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, siswa ingin meraih suatu cita-cita
kemudian ingin menggapainya dengan caara yang optimal. Dirinya sendiri yang
atas maka bisa di simpulkan bahwa siswa adalah suatu anggota masyarakat yang
menengah pertama (SMP) berada pada tahap remaja awal dengan rentang umur
12-15 tahun. Di mana pada masa ini siswa berada pada masa pubertas, dimana
akan ada banyak perubahan pada fisik, psikis, maupun secara sosial (Sarwono,
unntuk tidak lagi berggantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah
menjadikan siswa SMP berada pada masa yang banyak menarik perhatian
karena sifat-sifat Khas yang di milikinya. Perkembangan emosi pada siswa usia
3
remaja awal menunjukan sensitif dan kritis, emosinya sering bersifat negatif.
Melalui interaksi sosial timbal balik dengan lingkungan yang kurang baik,
mereka akan sangat cepat tergoda dengan melakukan berbagai kenakalan antara
tanggungjawab kepala sekolah maka akan bertolak belakang dengan fakta yang
khususnya remaja usia sekolah atau yang sudah duduk di bangku sekolah bukan
saja meresahkan orang tua dan masyarakat semata. namun juga merupakan
masalah bagi sekolah, karena sekolah sebagai lembaga formal dianggap sangat
dalamnya pendidikan karakter seorang anak (siswa). Oleh karena itu perlu
perhatian dan upayah dari sekolah untuk menanggulangi kenakalan siswa secara
dini.
lingkungan sekolah, dan tauran antar sekolah. Dalam hal ini sudah di berikan
sanksi oleh pihak sekolah akan tetapi tidak juga menimbulkan efek jera kepada
sekolah dalam menangani kasus seperti ini. Tindakan yang tidak beradap ini
harus segera di tindaklanjuti oleh pihak sekolah atau kepala sekolah yang
4
sangat tertarik untuk mengangkat permasalahan ini, oleh karena itu peneliti
5
1.2 Rumusan Masalah
Kegiatan penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa, bagi guru, dan bagi
Kasus Kenakalan Siswa” ini dapat menambah wawasan siswa untuk tidak
melakukan tindakan yang tidak baik di sekolah, karena kenakalan siswa ini
2. Bagi Pendidik (Guru), penelitian ini sebagai salah satu tawaran untuk
Siswa di sekolah dan semoga bisa menjadi referensi bagi pengajar (guru).
6
3. Bagi Pembaca, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi dan data secara langsung mengenai Peran Kepala Sekolah Dalam
penelitian-penelitian selanjutnya.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kepala Sekolah terdiri atas kata kepala dan sekolah. Kata kepala dapat
diartikan ketua atau pemimpin dalam organisasi atau suatu lembaga. Sedang
sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi
pelajaran. Menurut (Fitrah, 2017) Kepala sekolah adalah guru yang diberikan
untuk memimpin dan mengarahkan sumber daya yang ada disekolah untuk
ditetapkan, dia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa
depan dalam kehidupan globalisasi yang lebih baik. Kepala Sekolah harus
bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan dan
pengelolaan sekolah secara formal kepada atasannya atau secara informal kepada
bijak dan terarah serta mengarah kepada pencapaian tujuan yang maksimal demi
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di sekolahnya yang tentu saja akan
8
berimbas pada kualitas lulusan anak didik sehingga membanggakan dan
tentang tugas dan peran sebagai Kepala Sekolah. Dengan kemampuan yang dimiliki
seperti itu, Kepala Sekolah tentu saja akan mampu mengantarkan dan membimbing
segala komponen yang ada di sekolahnya dengan baik dan efektif menuju ke arah
cita-cita sekolah.
di definisikan sebagai “seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
tempat di mana terjadi iinteraksi antara guru yang mmemberi pelajaran dan murid
dapat bekerjas secara efektif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan
pengajaran yang telah ditetapkan atau bisa dikatakan bantuan yang diberikan oleh
adalah guru yang di tambahkan tugas untuk menjadi leader dari sebuah lembaga
pendidikan dalam hal ini yaitu sekolah, agar semua bisa berjalan sesuai dengan
9
2.1.2 Fungsi Kepala Sekolah
(2012:79) Jabatan kepala sekolah diduduki oleh orang yang menyandang profesi
guru. Kepala sekolah memiliki fungsi yang berdimensi luas. Kepala sekolah dapat
Suparlan (2005: 25) status guru mempunyai implikasi terhadap peran dan fungsi
yang menjadi tanggung jawabnya. Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi
integrative, antara satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan.
sekolah juga harus berjiwa wirausaha atau entrepreneur. Atas dasar itu, dalam
tatanan perilaku yang berjumlah tujuh fungsi tersebut. Dimana tujuh fungsi kepala
10
- Educator, yaitu kepala sekolah sebagai pendidik, jabatan kepala sekolah
- Manager, yaitu kepala sekolah sebagai seorang pengelola semua sumber daya
sekolah untuk dapat berjalan efektif dan efisien mencapai tujuan sekolah.
- Supervisior, yaitu kepala sekolah sebagai sosok yang terus memantau dan
- Inovator, yaitu kepala sekolah sebagai motor yang menggerakkan perubahan dan
melakukan inovasi guna memperbaiki situasi saat ini menjadi situasi yang lebih
- Motivator, yaitu kepala sekolah sebagai sosok yang mampu menggerakkan dan
mendorong setiap bawahan untuk bekerja secara optimal mencapai visi dan misi
yang ditetapkan.
sekolah adalah guru yang diberi tanggung jawab dalam memimpin suatu
lembaga atau yang biasa disebut sekolah dan mampu menjalankan tugas sebagai
11
2.1.3 Peran dan Fungsi Kepala Sekolah
pendapat Murniati (2008:146) bahwa peran kepala sekolah adalah sebagai: “1)
dituntut memiliki berbagai hal, seperti ciri-ciri kepemimpinan, yaitu: “1) iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) imajinasi yang kuat, 3) emosi yang stabil,
(bukan berarti rendah diri), 7) mempunyai pemikiran yang sabar dan tekun, 8)
12
disiplin, 9) memperhitungkan efektivitas dan efisiensi, dan 10) memiliki rasa humor
yang mudah.
Peran berarti laku atau bertindak. Didalam kamus besar bahasa indonesia
kata peran berarti perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam
suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau
menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut.
Karena itulah ada yang disebut dengan role expectation. Harapan mengenai peran
seseorang dalam posisinya, dapat dibedakan atas harapan dari si pemberi tugas dan
harapan dari orang yang menerima manfaat dari pekerjaan/posisi tersebut. Adapun
kata “Peranan” sendiri mengandung arti: “Suatu hal yang menjadi pokok atau yang
dari kedudukan (status). Apabila seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya
13
(status ), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibanya sesuai dengan
status atau posisinya disuatu lingkungan sosial tertentu. Peran (role) yang dapat
diartikan sebagai perilaku yang diharapkan dari seseorang, serta peran secara umum
rangkaian perasaan, ucapan, tindakan, sebagai suatu pola hubungan yang unik yang
diajukan oleh individu terhadap individu lain. Dan peran menurut Soekanto (2009:
adalah tugas atau fungsi seseorang yang telah diamanati oleh pihak tertentu dan memiliki
posisi yang strategis untuk memberikan sumbangsih baik berupa pikiran, tenaga atau
materi, sehingga dapat menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan dari
pekerjaan tersebut.
2.3 Perilaku
Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
atau makhluk hidup yang bersangkutan. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup
yang mempunyai bentengan kegiatan yang sangat luas, antara lain: berjalan,
14
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan yang paling sempurna. Hal ini
hidup yang lain. Salah satu keistimewaan yang menonjol adalah perilakunya.
seluruh kegiatan yang dilakukan oleh manusia, baik dilihat secara tidak langsung
tindakan yang dilakukan manusia dan dapat di nilai oleh orang lain seperti berpikir,
Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati, melalui sikap dan tindakan,
namun demikian tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari
sikap dan tindakannya saja, perilaku dapat pula bersifat potensial, yakni dalam
Hajar Dewantara, menyebutnya Cipta, Rasa, Karsa atau Peri akal, Peri rasa, Peri
tindakan.
Bentuk perilaku dilihat dari sudut pandang respon terhadap stimulus, maka
15
1. Perilaku tertutup, Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek
(practice).
dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain:
mencapai sutau tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini
3. Emosi, Perilaku juga dapat timbul karena emosi, Aspek psikologis yang
16
perkembangan, oleh karena itu perilaku yang timbul karena emosi
3. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini
Perilaku manusia dibentuk karena ada kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
yaitu:
17
a) Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhab pokok utama
sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang tua, saudara, teman, kekasih,
tempat ia berada.
d) Kebutuhan harga diri, misalnya, ingin dihargai dan menghargai orang lain
adanya respek atau perhatian dari orang lain, toleransi atau saling
e) Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya, ingin dipuja ata disanjung oleh orang
lain, ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita,ingin menonjol dan
;ebih dari orang lain, baik dalam karier usaha, kekayaan dan lain-lain.
18
seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, niali-nilai, dan
sebagainya.
(a) Identiti
Zaman remaja, ada masanya pada tahap di mana remaja mengalami masalah
(b) Faktor keluarga, Hal ini sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja.
19
aktiviti anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih
orangtua yang tidak memadai terhadap remaja dan penerapan disiplin yang
tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam
remaja
(d) Kontrol diri, remaja telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang
memerluakan penelitian lebih lanjut dan upaya lebih dari masyarakat luas yang
adalah ekonomi, keluarga, pendidikan orang tua, kebiasaan orang tua, lingkungan
27140918).
20
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1996, Kenakalan dengan kata
dasar nakal adalah suka berbuat tidak baik, suka mengganggu, dan suka tidak
menurut. Sedangkan kenakalan adalah perbuatan nakal, perbuatan tidak baik dan
bersifat mengganggu ketenangaan orang lain; tingkah laku yang melanggar norma
kehidupan masyarakat.
remaja yang bertentangan dengan kaidah-kaidah hokum tertulis, baik yang terdapat
pada orang dewasa, akan tetapi menjadi Juvenile delinquency oleh karena
pelakunya adalah anak/kaum remaja, yaitu mereka yang belum mencapai umur
tentang batas-batas usia anak, remaja dan dewasa bertitik tolak pada batass usia
remaja yang dinyatakan sebagai berikut: “Remaja merupakan masa transisi antara
di bawah 21 tahun. Angka tertinggi tindak kejahatan ada pada usia 15-19 tahun dan
sesudah umur 22 tahun, kasus kejahatan yang dilakukan oleh geng-geng delinkuen
jadi menurun.
21
Beberapa ahli menegaskan bahwa fase-fase perkembangan kedudukan usia
remaja adalah: membagi fase perkembangan manusia dalam tiga kali 7 tahun yaitu:
b. Menurut Stanley Hall masa remaja itu berkisar dari umur 15 tahun sampai
dengan 23 tahun.
c. Sedangkan menurut Dr. Zakiah Daradjat masa remaja itu lebih kurang
remaja berada pada umur 14 – 21 tahun. Pada umur 14 tahun mereka sedang
22
Kenakalan yang terjadi ditengah masyarakat umumnya berupa:
1. Ancaman terhadap hak milik orang lain yang berupa benda seperti
penganiyayaan.
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin, atau
23
2.4.2 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja
kepribadian seseorang. Adanya kesibukan yang luar biasa yang dialami oleh
orang tua sehingga antara annak dan orang tua jarang bertemu dan
2. Faktor lingkungan
Lingkungan tinggal pun memiliki peran yang sangat penting dan merupakan
pengaruh terbentuknya karakter dan mental dari siapa saja yang berada di
linngkungannya.
3. Adanya rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama teman dan faktor gaya
Adanya rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama teman yang di miliki
oleh kalangan anak muda merupakan satu faktor yang tidak bisa di hindari.
Adanya keganjalan yang terjadi bermula dari rasa asih dan asuh yang artinya
1. Kurangnya sosialisasi dari orang tua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan
sosial.
24
2. Contoh perilaku yang di tampilkan orang tua (modeling) di rumah terhadap
keluarga.
8. Anak tinggal jauh dari orang tua dan tidak ada pengawasan dari figure
otoritas lain.
9. Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau
lingkungan baru.
10. Adanya saudarah kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang
a. Teori biologis
Tingkah laku sosiopatik atau delinkuen pada anak-anak dan remaja dapat
muncul karena faktor-faktor fisiologis dan struktur jasmaniah seseorang, juga dapat
1. Melalui gen atau plasma pembawah sifat dan keturunan, atau melalui
kombinnasi gen, dan dapat juga di sebabkan oleh tidak adanya gen tertentu,
25
yang semuanya biasa memunculkan penyimpangan tingkah-laku, dan anak-
ispidius (sejenis penyakit gula) itu yang erat berkorelasi dengan sifat-sifat
b. Teori Psikogenis
lain-lain.
pola hidup keluargaa yang patologis. Kurang lebih 90% dari jumlah anak-
26
lingkungan keluarga guna memecahkan kesulitan batinnya dalam bentuk
merupakan reaksi terhadap masalah psikis anak remaja itu sendiri. (Kartini
c. Teori Sosiogenis
pada anak-anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial psikologis
materil, hidup bersantai, pola criminal, relasi heretoseksual bebas dan lain-
dan kriminal.
27
2.5 PKn Sebagai Pembentuk Perilaku Warga Negara
karakter warga Negara merupakan salah satu misi yang harus diemban. Misi lain
PKn sebagai pendidikan karakter dapat dikenali dari konsep, tujuan, fungsi,
tuntutan kualifikasi dan keunikan PKn itu sendiri. PKn (Civic Education) adalah
pembelajaran yang mengunggah rasa ingin tahu dan kepercayaan (trust) terhadap
yang memahami dan mampu melaksankan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi
warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
Adapun tujuan PKn bagi siswa adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan:
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
komunikasi
28
Sementara fungsi PKn adalah sebagai wahana untuk membentuk warga
Negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan Negara
Adapun nilai-nilai karakter untuk mata pelajaran PKn meliputi nilai karakter
pokok dan nilai karakter utama. Nilai karakter pokok meliputi; kereligiusan,
nilai karakter utama meliputi; nasionalis, kepatuhan pada aturan sosial, menghargai
keberagaman, kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, bertanggung
29
- Faktor-Faktor yang c. bullying cyber/elektronik
mempengaruhi perilaku mempermalukan
Bullying pada kelompok menggunakan media sosial.
teman sebaya Siswa-Siswi - Faktor penyebab terjadinya
SMP Cokroaminoto bullying:
Kotamobagu: a. Faktor keluarga menjadi
a. Faktor pribadi anak itu penyebab timbulnya perilaku
sendiri. bullying di kalangan peserta
b. Faktor keluarga. didik, karena keluarga yang
c. Faktor pergaulan terhadap kurang harmonis, tidak utuh
teman sebaya. (orang tua meninggal atau
bercerai), proses sosialisasi
tidak sempurna dari
keluarganya, komunikasi
yang tidak lancar antara orang
tua dan anak, serta pola asuh
yang tidak adil. dan anak,
serta pola asuh yang tidak
adil.
b. peserta didik ini terhasut oleh
teman-temannya yang
berorientasi negatif, adanya
faktor Faktor teman sebaya
menjadi penyebab timbulnya
perilaku bullying dikalangan
peserta didik, karena
tingginya intensitas
komunikasi antar teman
sebaya yang memungkinkan
ingin diakui oleh anggota
teman kelompok sebayanya,
menjaga eksistensi
kelompoknya dimata peserta
didik lainnya.
c. Faktor media massa menjadi
penyebab timbulnya perilaku
bullying dikalangan peserta
didik, karena adanya
penyalahgunaan media sosial
sebagai media untuk
melalukan bully.
3. Romi suleman, - Dampak kenakalan remaja Hasil penelitian ini dapat di
“kenakalan remaja dalam di desa pilomonu simpulkan bahwa sebuah
perspektif kriminologi di kenyataan yang harus dihadapi
30
desa pilomonu kecamatan kecamatan mootilango oleh setiap lapisan masyarakat
mootilango kabupaten kabupaten gorontalo: khususnya orang tua di desa
gorontalo, 2017. a. Pencurian pilomonu, terutama keluarga
b. Mabuk-mabukan sebagai awal pembentukan
c. Perkelahian. kepribadian anak untuk
- Faktor-faktor sosial: menganalisa atau mengadakan
a. Kurang perhatian orang diaknosa terhadap kenakalan
tua. yang meningkat saat ini belum
b. Minimnya pemahaman dapat dilakukan karena keadaan
tentang keagamaan. pengetahuan tentang dampak
c. Ekonomi kenakaln remaja, belum dapat di
pahami oleh keluarga, sekolah,
lingkungan tempat tinggal.
(Sumber: Jurnal dan Skripsi Uiversitas Negeri Gorontalo)
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Latar Penelitian
oleh Ibu. Oca Polontalo,S.Pd. Alasan peneliti memilih sekolah ini karena sesuai
dengan hasil observasi awal bahwa peneliti ingin mengetahui bagaimana Peran
lokasi penelitian, yang dilakukan SMP Negeri 1 Telaga. Tujuan dari kegiatan
penelitian ini juga diketahui oleh kepala sekolah, guru, siswa dan pihak yang terkait
32
dengan masalah yang sedang dikaji. Kehadiran peneliti sangatlah berperan penting
Kenakalan Siswa Di SMP Negeri 1 Telaga dan untuk mendapatkan data yang valid
peniliti membutuhkan waktu empat bulan. Terhitung dari bulan Oktober sampai
Dalam penelitian ini data yang terkumpul terdiri atas data primer dan data
sekunder.
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara
langsung antara peneliti dengan sumber data. Seperti Kepala Sekolah dan
Guru..
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari bahan yang terkait dengan
sekunder dalam penelitian ini adalah sumber tertulis yang berupa buku, sumber
arsip, dan dokumen resmi lainnya serta data perilaku berupa peran dan
profesonal.
dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian ini yaitu mendapatkan data.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga cara yaitu :
33
1. Observasi
mengamati perilaku atau karakter peserat didik secara langsung pada kegiatan-
merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan
2. Wawancara
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang
penelitian ini wawancara ditunjukan kepada kepala sekolah SMP Negeri 1 telaga.
3. Dokumentasi
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
34
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
berikut:
1. Reduksi Data
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan
2. Penyajian Data
3. Penarikan Kesimpulan
yaitu peneliti membuat simpulan dari semua data yang telah disusun atau
diperoleh.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Adapun visi dan misi dari SMP Negeri 1 Telaga adalah sebagai berikut:
Visi
Misi
mutakhir
36
8. Tewujudnya standar penilaian prestasi akademik dan non akademik.
Tabel 4.1 Jumlah guru dan staf tata usaha di SMP Negeri 1 Telaga.
USAHA LAKI
1. Guru PNS 4 32 36
PNS
Total 47
guru PNS laki-laki berjumlah 4 orang dan perempuan 32 orang, sedangkan guru
non PNS laki-laki berjumlah 4 orang dan guru non PNS perempuan berjumlah 2
oraang, sedangkan tenaga administrasi non PNS laki-laki tidak ada (-) dan non PNS
Tabel 4.2 Jumlah peserta didik berdasarkan jenis kelamin di SMP Negeri 1 Telaga.
37
Tabel 4.3 Jumlah peserta didik berdasarkan tingkat pendidikan 2019 di SMP Negeri
1 Telaga.
antaranya perempuan 424 dan laki-laki 349. Peserta didik kelas VII berjumlah 229
orang, perempuan 127 dan laki-laki 102. Peserta didik kelas VII berjumlah 273
orang, perempuan 148 dan laki-laki 125. Peserta didik kelas XI berjumlah 271
Di sekolah ini terdapat 25 ruang kelas, kelas VII dibagi menjadi tujuh
ruang, kelas VIII dibagi menjadi delapan ruang, dan kelas XI dibagi menjadi
delapan ruang tetapi satu diantranya adalah ruang kelas terbuka. Setiap ruang kelas
38
Tabel 4.4 Prasarana di SMP Negeri 1 Telaga.
BANGUNAN BANGUNAN
15 Wc 2 Baik
pendidikan disekolah, apakah sudah memadai atau perlu ditambah dan perbaikan.
Sekolah yang memiliki prasarana yang baik dan lengkap akan menarik perhatian
39
dari masyarakat ataupun orang tua anak didik untuk menyekolahkan anak-anak
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil tiga siswa yang sering melakukan
kenakalan di lingkungan sekolah antara lain sebagai berikut: IM (15 tahun), FT (14
tahun), BS (15 tahun). Sedangkan pengamat terdiri dari Ibu Kepala Sekolah, Guru
dari itu memerlukan penelitian lebih lanjut kepada kepala sekolah yang memimpin
sekolah tersebut dan upaya lebih dari masyarakat luas yang sepenuhnya harus
bahwa Kenakalan Siswa adalah segala bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pihak
yang kuat terhadap pihak yang lemah serta dilakukan secara sadar atau pun secara
sengaja. Kenakalan Siswa juga merupakan bentuk tindakan atau perilaku negatif,
sadar, sengaja dengan cara berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok orang
kali. Dan Kenakalan Siswa ini sifatnya mengganggu orang lain dan sangat
merugikan pihak sekolah karna dampak dari perilaku negatif yang kini sedang
popular dikalangan masyarakat ini adalah ketidaknyamanan orang lain atau korban
40
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Wakasek, Wakasek
Kesiswaan, Guru BK, Guru PPKn, dan Siswa (yang sering melakukan kenakalan)
Kenakalan melawan status sebagai pelajar. Berikut ini peneliti jabarkan bentuk-
Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah Ibu Oca Polontalo S.Pd di
kenalan siswa yang sering terjadi di lingkungan sekolah yaitu sebagai berikut:
“Kenakalan siswa menurut saya adalah perilaku yang sangat tidak baik
karena selalu bersifat negative dan pastinya berdampak kepada orang lain
atau kepada sesama siswa di sekolah ini. Seperti di tahun 2018 lalu sempat
terjadi siswa kelas 9 yang meminta uang secara paksa kepada siswa kelas 7
dan kelas 8 katanya untuk kegiatan Osis di sekolah itu. Tapi pada
kenyataannya uang itu digunakan untuk kebutuhan pribadi, misalnya untuk
membeli aksesoris lipstick dan lain sebagainya pada intinya yaitu untuk
41
hura-hura. Ada juga hal yang sangat parah yaitu mereka membuat
Communitas Penakluk Dunia Malam (CPDM) yang didalamnya sering
melakukakan kegiatan-kegiatan negative, seperti merokok, mencuri secara
kelompok dan terstruktur, seks bebas, menghirup ehabond, dan lain
sebagainya. Akan tetapi ini sudah tergabung dari sekolah lain dan juga
tukang bentor yang sering parkir di lingkungan sekolah. Sama saya ada
dokumentasinya saat mereka saling pelukan dan ciuman akan tetapi saya
tidak bisa memberikan kepada peneliti karena itu sudah menjadi arsip
sekolah.
Selanjutnya Ibu Meylan Hunto Velo S.Pd menjelaskan tentang bentuk-
bentuk kenakalan yang perna terjadi di SMP Negeri 1 Telaga yaitu sebagai berikut:
kenakalan yang perna terjadi di SMP Negeri 1 Telaga yaitu sebagai berikut:
Kesiswaan, Guru BK, dan Guru PPKn di atas dapat penulis kutip bahwa kenakalan
menindas siswa yang lemah dan meminta uang secara paksa (memalak), dan
kenakalan ini juga sangat berpengaruh ke diri sendri yaitu ketika siswa melakukan
bolos dari mata pelajaran, maka secara langsung siswa itu akan ketinggalan mata
42
pelajaran hal ini akan berdampak pada penilaian mata pelajaran dan penilaian
karakter yang akan di nilai oleh guru. Siswa-siswa yang sering terlibat kenakalan
(CPDM) maka faktor yang sangat mempengaruhi siswa berbuat kenakalan yaitu
di SMP Negeri 1 Telaga di atas, peneliti dapat mengutip bahwa kenakalan yang
dilakukan di bagi menjadi tiga yaitu kenakalan yang menimbulkan korban fisik
kepada orang lain, kenakalan yang menimbulkan korban materi, dan kenakalan
yang melawan status. Kenakalan yang minimbulkan korban fisik kepada orang lain
43
yaitu seperti perkelahian, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
status orang tua denngan cara meninggalkan rumah atau membantah perintah
Negeri 1 Telaga
Penelian ini peneliti mengambil tiga orang narasumber tentang peran Kepala
dalam hal ini yaitu Kepala Sekolah, Guru BK, dan Kesiswaan.
Kenakalan siswa merupakan tindakan yang dapat merugikan orang lain atau
diri sendiri dalam menjalani kehidupan di dalam suatu lingkungan pendidikan, maka
dari itu peneliti sangat tertarik untuk melihat, mendengar, dan melakukan penelitian
yang lebih dalam agar supaya kita dapat mengetahui bagaimana Kepala Sekolah
siswa dalam memimpin suatu lembaga yang dalam hal ini yaitu SMP Negeri 1
Telaga.
peran yang di ambil Kepala Sekolah dalam menangani kasus kenakalan siswa, serta
44
Untuk menguraikan peran dari kepala Sekolah dalam menangani kenakalan
tentang peran Kepala Sekolah dalam menyikapi kenakalan siswa. Dari data yang di
dapat di temukan peran Kepala Sekolah untuk menangani siswa yang bermasalah,
peran untuk mencegah agar tidak terjadi lagi kenakalan siswa, dan faktor penghambat
dalam menjalankan peran Kepala Sekolah. Berikut ini peneliti menjabarkan peran
dari Kepala Sekolah dalam menyikapi kenalan siswa SMP Negeri 1 Telaga sesuai
hasil wawancara.
Hasil wawancara dengan Ibu Oca Polontalo S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP
“yah jadi saya sebagai Kepala Sekolah tidak langsung menagambil tidakan
ketika terjadi permasalahan. akan tetapi saya masi mengikuti langkah-
langkahnya dulu, langkah pertama di tangani oleh wali kelas mencari tau
tentang akar permasalahan itu terus wali kelas memberikan pembinaan-
pembinaan tetapi pembinaan itu harus dilihat dulu apakah siswa tersebut
sudah ada perubahan atau belum. nah kalau dia belum ada perubahan, maka
digunakan langkah kedua yaitu siswa tersebut langsung diantarkan ke Guru
BK. Disana mereka memusyawarah dengan guru BK karena guru BK tidak
bisa langsung memfonis tentang permasalahan itu akan tetapi masi
mengundang orang tuanya dan disampaikan tentang permasalahan yang ada,
setelah orang tuanya sudah ada jadi sama-sama dengan wali kelas dan juga
guru BK untuk menyelesaikan masalah dari siswa tersebut. Akan tetapi kalau
saja belum bisa di selesaikan maka saya sebagai Kepala Sekolah langsung
turun tangan mengambil peran saya, lalu saya berikan pembinaan di hadapan
orang tua. Apabila permasalahan itu masi dianggap ringan masi akan
dilakukan langkah-langkah seperti yang di atas, akan tetapi permasalahan itu
sudah melibatkan orang diluar maka saya dengan orang tua siswa akan saling
berkonsultasi dan apabila pihak orang tua dan pihak dari sekolah sudah tidak
bisa lagi menanganinya maka kita meminta bantuan dari pihak hukum dalam
hal ini Kepolisian setempat. Karena kalau sudah menyangkut dengan orang
yang di luar sekolah kita kan pihak sekolah harus meminta kepada pihak-
pihak hukum yang ada.
45
Padahal kalau untuk kegiatan-kegiatan disekolah ini maupun yang di
programkan Kementrian untuk para siswa-siswi tingkat SMP saya selalu
mendukung dan berpartisipasi walaupun jadwal saya sangat padat. Program
Kementrian yaitu seperti o2sn dan fls2n disitu saya langsung melakukan
seleksi kepada anak didik saya untuk mengikuti kegiatan tersebut. Terus
kalau untuk kegiatan rutin sekolah, setiap pagi saya dan juga guru disini selalu
mengadakan ekstrakulikuler dan kulikuler. Ada juga kegiatan yang terus
berjalan yaitu Pramuka dan Osis di sekolah ini.”
Sementara itu hasil wawancara dengan Ibu Meylan Hunto Velo S.Pd selaku
“Peran ibu Kepala Sekolah selalu mengikuti dengan peraturan yang ada
dalam menghadapi kasus-kasus kenakalan siswa. Terlebih dahulu Kepala
Sekolah menanyakan asal mula permasalahan kepada wali kelas, setelah itu
Kepala Sekolah mengantarkan siswa tersebut menghadap ke saya selaku guru
BK kemudian saya akan mengundang orang tua siswa untuk mendiskusikan
dan menyelesaikan permasalahan tersebut. Tetapi ketika permasalahan itu
belum juga dapat terselesaikan maka Kepala Sekolah yang akan menambil
tindakan selanjutnya, tindakan yang akan diambil Kepala Sekolah dalam hal
ini yaitu memberikan pembinaan-pembinaan kepada siswa tersebut.”
Berdasarkan hasil wawancara dan penjelasan dari Kepala Sekolah dan Guru
Bimbingan Konseling (BK). peneliti dapat mengutip bahwa peran dari Kepala
Sekolah dalam menangani kenalakan siswa di SMP Negeri 1 Telaga sangat penting
karena Kepala Sekolah adalah jabatan tertinggi juga mampu membina siswa yang
dalam menangani kasus kenakalan selalu bekerja sama dengan guru-guru yang
permasalahan yang di lakukan oleh siswa di lingkungan sekolah, akan tetapi jika
46
membutuhkan bantuan kerja sama dari orang tua dan pihak hukum dalam hal ini
4.3 Pembahasan
menangani kasus kenakalan siswa di SMP Negeri 1 Telaga sudah berjalan dengan
baik jika dilihat dari kerja sama tim yang bertanggung jawab antara lain Kepala
Sekolah, Guru Bimbingan Konseling (BK), Wakasek Kesiswaan, dan Guru PPKn.
Kepala sekolah sudah menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan perannya, akan
lingkungan yang sangat mendukung mereka dalam melakukan hal-hal negative dan
yang bebas.
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang berbartabat dalam langkah
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Masa
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
bahwa kenakalan siswa adalah perilaku yang menyimpang dan mengarah pada
47
tindakan-tindakan negative. Sehingga mengakibatkan perkelahian antara siswa
dengan siswa, menindas siswa yang lemah dan meminta uang secara paksa
(memalak), dan kenakalan ini juga sangat berpengaruh ke diri sendri yaitu ketika
siswa melakukan bolos dari mata pelajaran, maka secara langsung siswa itu akan
ketinggalan mata pelajaran hal ini akan berdampak pada penilaian mata pelajaran
dan penilaian karakter yang akan di nilai oleh guru. Siswa-siswa yang sering terlibat
Malam (CPDM) maka faktor yang sangat mempengaruhi siswa berbuat kenakalan
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin, atau
Sesuai dengan hasil penelitian dan uraian di atas bahwa ada beberapa siswa-
pendidikan nasional yang ada, ada dua siswa dan satu siswi yang menjadi subyek
48
sekolah maupun melanggar hukum. Itu di karenakan tiga siswa-siswi ini sangat
negativ dan mereka bertiga termasuk di dalam communitas yang menjadi incaran
pihak sekolah, orang tua, dan juga pihak kepolisian setempat. Communitas yang
Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah Pasal 1 Ayat 1 dan 2. Ayat 1
menyebutkan bahwa, Kepala Sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk
(TK), taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar (SD), sekolah dasar
luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah pertama
luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan
(SMK), sekolah menengah atas luar biasa (SMALB), atau Sekolah Indonesia di
Luar Negeri.
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
Kepala Sekolah dan Guru Bimbingan Konseling (BK), bahwa peran dari Kepala
49
Sekolah dalam menangani kenalakan siswa di SMP Negeri 1 Telaga sangat penting
karena Kepala Sekolah adalah jabatan tertinggi juga mampu membina siswa yang
dalam menangani kasus kenakalan selalu bekerja sama dengan guru-guru yang
bantuan kerja sama dari orang tua dan pihak hukum dalam hal ini yaitu kepolisian
setempat.
Hasil penelitian di atas, dalam teori ada tujuh fungsi Kepala Sekolah
Sekolah sudah menjalankan perannya dan bekerja sama dengan Guru BK, Wakasek
Dari hasil penelitian dan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran
Kepala Sekolah dalam menangani kasus kenakalan siswa di SMP Negeri 1 Telaga
sudah berjalan baik serta sudah sesuai dengan tujuh fungsi Kepala Sekolah yaitu
50
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
sadar dan sengaja dengan cara berulang-ulang kepada satu orang atau
kelompok. Kenakalan juga sangat merugikan untuk diri sendiri dan orang
lain.
2. Dari hasil penelitian dapat di uraikan bahwa Peran Kepala Sekolah sangat
51
5.2 Saran
sebagai beirkut:
3. Bagi guru, hendaknya lebih tanggap terhadap perilaku Kenakalan Siswa dalam
bentuk yang kecil ataupun besar agar tidak sampai menimbulkan korban.
4. Bagi guru BK, hendaknya mencatat setiap kasus-kasus Kenakalan Siswa yang
terjadi disekolah sebagai catatan untuk penanganan tindakan yang tepat dalam
6. Pada umumnyaa untuk masyarakat dan pada khususnya untuk orang tua siswa
52
Daftar Pustaka
Rosdakarya.
Remaja Rosdakarya.
Kartono Kartini Dr. 2010. Pemimpin dan Kepemimpin. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Perkasa.
Grafindo Persada.
Rosdakarya.
Moleong, J Lexy, Prof. Dr. 2009, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
53
Naizulfa. 2011. Kenakalan Remaja di Pandang dari Sisi Kriminologi. Artikel
sisi-kriminologi)
Soerjono Soekanto. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru. Rajawali Pers.
Jakarta.
Sudarwan, Danim dan Khairil. 2012. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfa Beta.
Jakarta: Gramedia.
54
Wahjosumidjo (2005). Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teori dan
Alfabeta.
55