No Absen : 22
1. Nilai Moral:
Tokoh yang ada disini yaitu Patih Danurejo II dan Jan Willlem Van Rijnst, adalah
tokoh yang labil, licik dan tidak memiliki prinsip hidup. Mereka berdua merupakan sosok
antagonis yang tidak konsisten dalam mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya,
mereka juga menjalani kehidupan dengan penuh kepura-puraan. Semua itu adalah cara untuk
menggapai keinginan mereka masing-masing. Orang-orang seperti itu akan selalu ada,
mereka tidak memiliki rasa kesetiakawanan, maupun prinsip hidup. Mereka hanya
mementingkan kesenangan pribadinya. Setelah membaca dan mencermati setiap baris kalimat
pada novel tersebut, banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil untuk menjadikan kita lebih
mengerti akan sifat-sifat yang sebaiknya kita hindari dalam kehidupan kita sehari-hari.
2. Nilai Budaya:
3. Nilai Sosial:
Nilai sosial dalam novel sejarah tersebut lebih mengarah ke kedua belah pihak yaitu
Sultan Yogyakarta dan Susuhunan Surakarta, dimana keduanya saling bersaing untuk
memperluas kekuasaan mereka, walaupun sudah disepakati adanya Perjanjian Giyanti, masih
banyak keinginan besar dari penguasa kedua belah pihak untuk saling menguasai satu sama
lain. Disini banyak sekali aspek-aspek sosial kemasyarakatan yang bisa dipelajari mulai dari
semangat persatuan yang membuat kekuatan semakin bertambah untuk melawan penjajah,
juga perselisihan dan perebutan kekuasaan yang mempermudah penjajah untuk memecah
belah persatuan yang ada.
Nilai ketuhanan pada novel ini dinyatakan dalam istilah dan beberapa kata yang
melambangkan suatu agama. Istilah “Masya Allah” juga tertulis dalam novel ini, yang artinya
adalah frasa yang biasa diungkapkan oleh orang Arab untuk menunjukkan kekaguman
terhadap seseorang, sesuatu atau kejadian. Pada novel ini berarti erat kaitannya dengan agama
islam yang ada di latar cerita tersebut. Dijelaskan juga, di tanah kelahiran Jan Willlem Van
Rijnst yaitu Heerlen, daerah Limburg yang seluruh penduduknya katolik. Serta ada juga
disebutkan agama yang dianut oleh keluarga kerajaan Belanda di Amsterdam, yaitu protestan
yang bergaris Kalvinisme.