Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TRAUMA ABDOMEN

Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Gawat Darurat

Dosen: Ns. Afrina Januarista, M.Sc

Disusun oleh :
Kelompok 6
S1 keperawatan
Kelas 3B Ang.2018

Desinta Lambo (201801054)


Mutmainnah (201801070)
Nur aisyah radjab (201801075)
Dino julianto (201801055)
Moh faturrifad (201801093)

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak
lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw.
karena atas rahmat dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, dan teman–teman semua
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik keperawatan gawat darurat
I Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam
memahami makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.

PALU, 15 APRIL 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Tujuan penulisan ........................................................................................2
Tujuan umum .......................................................................................2
Tujuan khusus ......................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3

A. Definisi trauma abdomen...........................................................................3


B. Klasifikasi trauma abdomen.......................................................................4
C. Etologi trauma abdomen.............................................................................5
D. Patofisiologitrauma abdomen.....................................................................5
E. Manifestasi klinistrauma abdomen.............................................................8
F. komplikasitrauma abdomen........................................................................8
G. Pemeriksaan penunjang trauma abdomen...................................................9
H. Penatalaksanaan trauma abdomen............................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA ABDOMEN...........................13

A. Pengkajian.................................................................................................13
B. Diagnosa...................................................................................................14
C. Intervensi...................................................................................................14
D. Evaluasi ....................................................................................................16

BAB IV PENUTUP...................................................................................................17

A. Kesimpulan ..............................................................................................17
B. Saran ........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-


otot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di
sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau
costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga
dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau
rongga panggul.

Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan


membran serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis.
Membran ini juga membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi
peritoneum visceralis.

Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ,


seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan.
Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari
saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum,
umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna seperti:
hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti:
ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti
limpa (lien).

Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan


keadaan klinik akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul
mendadak dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berpa tindakan beda, misalnya pada
obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi
jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi
rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit
karena adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada
abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada
trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya
menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas
tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.

Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk


terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini
kita mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun
ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada
daerah abdomen.

Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas


biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma
tusuk. Walaupun tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya
Computed Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih merupakan
tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan
secara optimal.

Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-


trauma, gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat
sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat
menetapkan diagnosis.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum:

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas


terstruktur keperawatan gawat darurat I dan untuk memberikan
wawasan kepada mahasiswa/i tentang trauma abdomen dan tindakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen.

2. Tujuan khusus:
a. Untuk mengetahui definisi dari trauma abdomen.
b. Untuk mengetahui klasifikasi trauma abdomen.
c. Untuk mengetahui etiologi.trauma abdomen.
d. Untuk mengetahui patofisiologi trauma abdomen.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis trauma abdomen.
f. Untuk mengetahui komplikasi trauma abdomen.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan medis.trauma abdomen.
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan.trauma abdomen.
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan trauma abdomen.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga


abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga
abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau
berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah
abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat
Bedah Indonesia, 13 Juli 2000).

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau


emosional (Dorland, 2002).

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa


trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja (Smeltzer, 2001).

Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi
dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula
dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ


abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai
organ (Sjamsuhidayat, 1997).
B. Klasifikasi

Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :


1. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak
terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau
penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat
menyerupai tumor.

2. Laserasi

Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga


abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ


abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal
berbagai organ.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner


(2002) terdiri dari:

a. Perforasi organ viseral intraperitoneum

Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti


adanya cedera pada dinding abdomen.

b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen

Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan


diagnostik ahli bedah.

c. Cedera thorak abdomen

Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap


kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.

C. Etiologi

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang


terjadi pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul.
Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak
terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh
klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.

Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak


yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka
tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan
tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal
diabdomen.

Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak,


yaitu :

1. Paksaan /benda tumpul

Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga


peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh,
kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera
akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk
pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.

2. Trauma tembus

Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga


peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan
benda tajam atau luka tembak..

D. Patofisiologi

Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia


(akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan
terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari
interaksi antara faktor–faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan
tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek
statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena
terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan
menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan
yang menghentikan tubuh juga penting.

Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari


jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada
keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk
menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan
benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang
terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat
melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan
dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan
benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang
disebabkan beberapa mekanisme:

1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh


gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.

2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior


dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.

3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat


menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler..

E. Manifestasi klinis

Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis


menurut Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah
abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah,
takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.

Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:


1. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
2. Terjadi perdarahan intra abdominal.
3. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga
fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis
dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
4. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma.
5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen.
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
6. Terdapat luka robekan pada abdomen.
7. Luka tusuk sampai menembus abdomen.
8. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan.
9. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam
andomen.

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen,
yaitu :

1. Nyeri
2. Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat
ditekan dan nyeri lepas.
3. Darah dan cairan
4. Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang
disebabkan oleh iritasi.
5. Cairan atau udara dibawah diafragma
6. Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini
ada saat pasien dalam posisi rekumben.
7. Mual dan muntah
8. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)

9. Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock


hemoragi.

F. Komplikasi

Menurut smaltzer ( 2002), komplikasi dari trauma abdomen


adalah :
1. Hemoragi
2. Syok
3. Cedera

4. Infeksi

G. Pemeriksaan penunjang

1. Foto thoraks

Untuk melihat adanya trauma pada thorak.

2. Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi


perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan
hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa
terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi
menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi
usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma
pada hepar.

3. Plain abdomen foto tegak

Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara


bebas retro perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan
gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin

Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai


hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya
trauma pada saluran urogenital.

5. VP (Intravenous Pyelogram)

Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada


persangkaan trauma pada ginjal

6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)

Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam


rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya
alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold
standard).

a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut:


1) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
2) Trauma pada bagian bawah dari dada
3) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
4) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,
alkohol, cedera otak)
5) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum
tulang belakang)

6) Patah tulang pelvis

b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut:


1) Hamil
2) Pernah operasi abdominal
3) Operator tidak berpengalaman

4) Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan

7. Ultrasonografi dan CT Scan

Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum


dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro
peritoneum.

Pemeriksaan khusus
a. Abdomonal Paracentesis

Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna


untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga
peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan
NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan
100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan
indikasi untuk laparotomi.

b. Pemeriksaan Laparoskopi

Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui


langsung sumber penyebabnya.

c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-


sigmoidoskopi.

H. Penatalaksanaan

Menurut Smeltzer, (2002) penatalaksanaan adalah :

1. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam rongga


peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi
2. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada
trauma abdomen
3. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
4. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada
trauma tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
5. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan
hebat yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda
perlukaan abdomen lainnya memerlukan pembedahan
6. Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung.
Gumpalan kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari
daerah tertentu, tetapi yang lebih penting adalah menemukan sumber
perdarahan itu sendiri
7. Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan
mengisolasikan bagian usus yang terperforasi tadi dengan mengklem
segera mungkin setelah perdarahan teratasi.

Sedangkan menurut (Hudak & Gallo, 2001).penatalaksanaannya


adalah :

1. Pre Hospital

Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang


mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi
dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah
ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus
segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada
indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan
jalan napas.

a. Airway

Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas


menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan
kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang
dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan,
darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing

Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan


dengan menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih
dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban
(kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).

c. Circulation

Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban


tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi
jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam
RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).

d. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul):


1) Stop makanan dan minuman
2) Imobilisasi

3) Kirim kerumah sakit

e. Penetrasi (trauma tajam)


1) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam
lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
2) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi
pisau sehingga tidak memperparah luka.
3) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut
tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh,
kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain
bersih atau bila ada verban steril.
4) Imobilisasi pasien.
5) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.

7) Kirim ke rumah sakit.

2. Hospital

a. Trauma penetrasi

Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen,


seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya
secara lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini
sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang
berdekatan.

b. Skrinning pemeriksaan rontgen

Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan


kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan
adanya udara intra peritonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur
(supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retro
peritoneum.

c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan


untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada

d. Uretrografi

Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.

e. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada:
1) Fraktur pelvis
2) Trauma non – penetrasi

3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit:

a. Pengambilan contoh darah dan urine

Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk


pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan
laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium,
glukosa, amilase.

b. Pemeriksaan rontgen

Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero


posterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan
pada penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk
mengetahui udara ekstraluminal di retro peritoneum atau udara
bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi
segera.

c. Study kontras urologi dan gastrointestinal


Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum,
kolon ascendensatau decendens dan dubur.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA ABDOMEN

A. Pengkajian

1. Primary survey
a. Airway: Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya
sumbatan atau obstruksi,
b. Breathing: memastikan irama napas normal atau cepat, pola napas
teratur, tidak ada dyspnea, tidak ada napas cuping hidung, dan
suara napas vesikuler,
c. Circulation: nadi lemah/ tidak teraba, cepat >100x/mt, tekanan
darah dibawah normal bila terjadi syok, pucat oleh karena
perdarahan, sianosis, kaji jumlah perdarahan dan lokasi, capillary
refill >2detik apabila ada perdarahan. Penurunan kesadaran.
d. Disability: kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil
anisokor apa bila adanya diskontinuitas saraf yang berdampak pada
medulla spinalis.
e) Exposure/Environment: fraktur terbuka di femur dekstra, luka
laserasi pada wajah dan tangan, memar pada abdomen, perut
semakin menegang.
2. Secondary survey
a. Fokus Asesment
1) Kepala: Wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak, mata,
telinga, dan mulut. Temuan yang dianggap kritis:
Pupil tidak simetris, midriasis tidak ada respon terhadap
cahaya?
Patah tulang tengkorak (depresi/non depresi, terbuka/tertutup)?
Robekan/laserasi pada kulit kepala?
Darah, muntahan atau kotoran di dalam mulut?
Cairan serebrospinal di telinga atau di hidung?
Battle signdanracoon eyes?

2) Leher: lihat bagian depan, trachea, vena jugularis, otot-otot


leher bagian belakang. Temuan yang dianggap kritis: Distensi
vena jugularis, deviasi trakea atau tugging,emfisema kulit
3) Dada: Lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaan otot-otot
asesoris, pergerakan dada, suara paru. Temuan yang dianggap
kritis: Luka terbuka, sucking chest wound, Flail chest dengan
gerakan dada paradoksikal, suara paru hilang atau melemah,
gerakan dada sangat lemah dengan pola napas yang tidak
adekuat (disertai dengan penggunaaan otot-otot asesoris).
4) Abdomen: Memar pada abdomen dan tampak semakin tegang,
lakukan auskultasi dan palpasi dan perkusi pada abdomen.
Temuan yang dianggap kritis ditekuannya penurunan bising
usus, nyeri tekan pada abdomen bunyi dullness.
5) Pelvis: Daerah pubik, Stabilitas pelvis, Krepitasi dan nyeri
tekan. Temuan yang dianggap kritis: Pelvis yang lunak, nyeri
tekan dan tidak stabil serta pembengkakan di daerah pubik
6) Extremitas: ditemukan fraktur terbuka di femur dextra da luka
laserasi pada tangan. Anggota gerak atas dan bawah, denyut
nadi, fungsi motorik, fungsi sensorik. Temuan yang dianggap
kritis: Nyeri, melemah atau menghilangnya denyut nadi,
menurun atau menghilangnya fungsi sensorik dan motorik.
7) Pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi suhu, nadi,
pernafasan dan tekanan darah.
8) Pemeriksaan status kesadaran dengan penilaian GCS (Glasgow
Coma Scale): terjadi penurunan kesadaran pada pasien.
b. AMPLE
Allergy : Tidak ada data
Medication : Tidak ada data
Past Medical History : Tidak ada data
Last Meal : Tidak ada data
Event : Seorang laki-laki 34 tahun di bawa ke UGD 2 jam
yang lalu karena kecelakaan, pasien terseret mobil
dan terlempar dari motornya.

Pemeriksaan fisik difokuskan pada daerah abdomen:


Inspeksi: Fraktur terbuka di femur dekstra, luka laserasi pada wajah
dan tangan, memar pada abdomen, perut semakin menegang.
Auskultasi: Bising usus
Perkusi: Bunyi redup bila ada hemoperitoneum.
Palpasi: kekauan dan spasme pada perut karena akumulasi darah atau
cairan.
B. Diagnosa keperawatan

1. DX 1: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

2. DX 2:Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka


penetrasi abdomen

3. DX 3: Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak


adekuatnya pertahanan tubuh.

4. DX 4: Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang


kurang.

C. Perencanaan keperawatan
No.Dx Tujuan Rencana Rasionl
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan — untuk mengidentifikasi
— Kaji tanda-tanda vital.
keperawatan defisit volume cairan.
— Pantau cairan
diharapkan volume — mengidentifikasi
parenteral dengan
cairan tidak keadaan perdarahan,
elektrolit, antibiotik
mengalami serta Penurunan
dan vitamin
kekurangan. sirkulasi volume cairan
— Kaji tetesan infus.
menyebabkan
Kriteria hasil:
kekeringan mukosa dan
 Intake dan output Kolaborasi :
pemekatan urin. Deteksi
seimbang — Berikan cairan
dini memungkinkan
 Turgor kulit baik parenteral sesuai
terapi pergantian cairan
 Perdarahan (-) indikasi.
segera.
— Cairan parenteral ( IV
— awasi tetesan untuk
line ) sesuai dengan
mengidentifikasi
umur.
kebutuhan cairan.
— Pemberian tranfusi
— cara parenteral
darah.
membantu memenuhi
kebutuhan nuitrisi
tubuh.
— Mengganti cairan dan
elektrolit secara adekuat
dan cepat.
— menggantikan darah
yang keluar.
2. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji karakteristik
— Mengetahui tingkat
keperawatan nyeri.
nyeri klien.
diharapkan nyeri — Beri posisi semi
— Mengurngi kontraksi
dapat hilang atau fowler.
abdomen
terkontrol. — Anjurkan tehnik
— Membantu mengurangi
manajemen nyeri
Kriteria hasil: rasa nyeri dengan
seperti distraksi
mengalihkan perhatian
 Skala nyeri 0 — Managemant
— lingkungan yang
 Ekspresi tenang lingkungan yang
nyaman dapat
nyaman.
memberikan rasa
— Kolaborasi pemberian
nyaman klien
analgetik sesuai
— analgetik membantu
indikasi.
mengurangi rasa nyeri.
3. Tujuan: setelah Mandiri
D. Evaluasi

Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan


trauma abdomendiharapkan sebagai berikut:

1. Kebutuhan cairan terpenuhi.


2. nyeri dapat hilang atau terkontrol.
3. Tidak terjadinya infeksi
4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
BAB IV

PENUTUP

A. Keimpulan

Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada


rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi
rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau
berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah
abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. Trauma abdomen
disebabkan oleh Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan
olahraga dan terjatuh dari ketinggian

B. Saran

1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan


pelayanan kesehatan terutama pada trauma abdomenuntuk pencapaian
kualitas keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan
selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.

2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan


pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa
perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak
tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan
keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.

3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan


menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan trauma
abdomen.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC


2. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta :
EGC
3. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius
FKUI : Jakarta
4. Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta :
EGC
5. Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai