Oleh:
NAMA : SYAIFI ABDURRAHMAN
NPM : 20510135
PROGRAM PASCASARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN S2
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2020
Forum Diskusi 2
Hubungan Ilmu dengan Filsafat pada mulanya ilmu yang pertama kali muncul
adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus menjadi bagian dari filsafat. Dan filsafat
merupakan induk dari segala ilmu karena berbicara tentang abstraksi/sebuah yang
ideal.
Filsafat tidak terbatas, sedangkan ilmu terbatas sehingga ilmu menarik bagian
filsafat agar bisa dimengerti oleh manusia.Filsafat berusaha untuk mengatur hasil-hasil
dari berbagai ilmu-ilmu khusus ke dalam suatu pandangan hidup dan pandangan dunia
yang terstu padukan, komprehensip (tidak ada sesuatu bidang yang berada di luar
bidang filsafat) dan konsisten 9uraian kefilsafatan tidak menyusun pendapat-pendapat
yang saling berkontardiksi).
Pada hakikatnya filsafat dan ilmu saling terkait satu sama lain, keduanya tumbuh
dari sikap refleksi, ingin tahu, dan dilandasi kecintaan pada kebenaran. Filsafat dengan
metodenya mampu mempertanyakan keabsahan dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu
tidak mampu mempertanyakan asumsi, kebenaran, metode, dan keabsahannya sendiri.
Ilmu merupakan masalah yang hidup bagi filsafat dan membekali filsafat dengan
bahan-bahan deskriptif dan faktual yang sangat perlu untuk membangun filsafat.
Filsafat dapat memperlancarr integrasi antara ilmu-ilmu yang dibutuhkan. Filsafat
adalah meta ilmu, refleksinya mendorong peninjauan kembali ide-ide dan interpretasi
baik dari ilmu maupun bidang-bidang lain.
Ilmu merupakan konkritisasi dari filsafat. Filsafat dapat dilihat dan dikaji sebagai
suatu ilmu, yaitu ilmu filsafat. Sebagai ilmu, filsafat memiliki objek dan metode yang
khas dan bahkan dapat dirumuskan secara sistematis. Ilmu filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang mengkaji seluruh fenomena yang dihadapi manusia secara kritis
refleksi, integral, radikal, logis, sistematis, dan universal (kesemestaan).
Sebagai fenomena ilmu filsafat dapat dilihat dari tema besarnya, yaitu, ontologi
(Definisi, pengertian, konsep, mengkaji keberadaan sesuatu, membahas tentang ada,
yang dapat dipahami baik secara konkret, faktual, transendental, atau pun metafisis),
epistemologi (Substansi, membahas pengetahuan yang akan dimiliki manusia apabila
manusia itu membutuhkannya), dan aksiologi (manfaat, membahas kaidah norma dan
nilai yang ada pada manusia).
Contohnya, ilmu akan melakukan penelitian terhadap tumbuhanan yang
berfotosintesis pada saat trik matahari, maka filsafat menimbulkan pertanyaan mengapa
tumbuhan itu berfotosintesis.
SUMBER: Titis Khalisa. 2019. Hubungan Antara Filsafat, Ilmu dan Filsafat Ilmu.
Diakses Tanggal 28 Januari 2021. http://gg.gg/o2u7n.
Ilmu dalam artian yang umum (science-general). Makna kedua, ilmu menunjuk
pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari sesuatu bidang
keilmuan tertentu.
Nurul Qamar, Salle. 2018. Logika dan Penalaran dalam Ilmu Hukum. Makassar:
Penerbit SIGn.
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan (Inggris: science; Arab: )الع ِْلـمadalah usaha-
usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini
dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya. (C.A. van Peursen dari buku B. Arief. 2008: 7-11)
C.A. van Peursen dari buku B. Arief. 2008. Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya.
Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Bandung: Pustaka Sutra.
Persamaan:
• Ilmu dan Pengetahuan pada dasarnya memiliki arti yang sama yaitu analisa
terhadap suatu hal berdasarkan metode ilmiah hanya saja penggunaannya
tergantung dari sifat dan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan keilmuan
tersebut.
• Keduanya sangat sulit untuk dipisahkan karena merupakan pengetahuan
tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial
(kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu
artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang
menjadi objek kajian dari ilmu terkait.
Perbedaan:
• ilmu adalah kerangka konseptual atau teori uang saling berkaitan yang memberi
tempat pengkajian dan pengujian secara kritis dengan metode ilmiah oleh ahli-
ahli lain dalam bidang yang sama, dengan demikian bersifat sistematik, objektif,
dan universal. Sedang pengetahuan adalah hasil pengamatan yang bersifat
tetap, karena tidak memberikan tempat bagi pengkajian dan pengujian secara
kritis oleh orang lain, dengan demikian tidak bersifat sistematik dan tidak
objektif serta tidak universal.
• Ilmu adalah sesuatu yang dapat kita peroleh melalui proses yang disebut
pembelajaran atau dengan kata lain hasil dari pembelajaran, berbeda dengan
Pengetahuan yangdapat kita peroleh tanpa melalui proses pembelajaran.
• Ilmu merupakan kumpulan dari berbagai pengetahuan, dan
kumpulan pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah memenuhi syarat-syarat
objek material dan objek formal
Iman Radit. 2014. Perbedaan Dan Persamaan Antara Ilmu, Pengetahuan Dan
Filsafat. Diakses Tanggal 28 Januari 2021. http://gg.gg/o3hzx
Persamaan:
• Ilmu dan Pengetahuan pada dasarnya memiliki arti yang sama yaitu analisa
terhadap suatu hal berdasarkan metode ilmiah hanya saja penggunaannya
tergantung dari sifat dan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan keilmuan
tersebut.
• Keduanya sangat sulit untuk dipisahkan karena merupakan pengetahuan tentang
sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan
masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa
setiap ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang menjadi objek kajian
dari ilmu terkait.
Perbedaan:
• ilmu adalah kerangka konseptual atau teori yang saling berkaitan yang memberi
tempat pengkajian dan pengujian secara kritis dengan metode ilmiah oleh ahli-
ahli lain dalam bidang yang sama, dengan demikian bersifat sistematik, objektif,
dan universal. Sedang pengetahuan adalah hasil pengamatan yang bersifat tetap,
karena tidak memberikan tempat bagi pengkajian dan pengujian secara kritis
oleh orang lain, dengan demikian tidak bersifat sistematik dan tidak objektif
serta tidak universal.
• Ilmu adalah sesuatu yang dapat kita peroleh melalui proses yang disebut
pembelajaran atau dengan kata lain hasil dari pembelajaran, berbeda dengan
Pengetahuan yang dapat kita peroleh tanpa melalui proses pembelajaran.
• Ilmu merupakan kumpulan dari berbagai pengetahuan, dan
kumpulan pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah memenuhi syarat-syarat
objek material dan objek formal
Selama manusia memiliki rasa ingin tahu, pengetahuan manusia akan terus
berkembang. Akan tetapi, tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu. Ada
beberapa kriteria yang mesti dipenuhi supaya pengetahuan tersebut layak
dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan. Selain memiliki unsur-unsur ilmu
pengetahuan, harus juga memiliki sifat-sifat yang wajib diketahui, diantaranya:
SUMBER:
SUMBER:
SUMBER:
Agus Shohib Khaironi. 2021. Melihat Allah di dunia dan di surga. Jakarta: Mustaqilli
Arabic Center.
b. Anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu
tertentu. Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu objek dalam
suatu keadaan tertentu. Kegiatan ini jelas tidak dapat dilakukan bila objek selalu
berubah- ubah tiap waktu. Walaupun begitu kita tidak dapat menuntut adanya
kelestarian yang absolut, sebab dalam perjalanan waktu setiap benda akan
mengalami perubahan. Karena itu ilmu hanya menuntut adanya kelestarsian yang
relatif. Artinya sisfat- sifat pokok dari suatu benda tidak berubah dalam jangka
waktu tertentu. Tercakup dalam pengertian ini adalah pengakuan bahwa benda-
benda dalam jangka panjang akan mengalami perubahan dan jangka waktu ini
berbeda- beda untuk tiap benda. Planet- planet memperlihatkan perubahan dalam
waktu yang relatif sangat panjang bila dibandingkan dengan sebongkah es batu di
suatu panas terik di musim kemarau. Kelestarian yang relatif dalam jangka waktu
tertentu ini memungkinkan kita untuk melakukan pendekatan keilmuan terhadap
objek yang sedang diselidiki.
c. Determinisme merupakan asumsi ilmu yang ketiga. Kita menganggap bahwa suatu
gejala bukanlah suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Setiap gejala mempunyai
suatu pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan- urutan kejadian yang sama.
Bahwa sate dibakar akan mengeluarkan bau yang merangsang. hal ini bukanlah
suatu kebetulan sebab memang sudah demikian hakikatnya suatu pola. Sebab bila
sate dibakar akan senantiasa timbul bau yang merangsang. Demikian juga dengan
gejala- gejala yang lainnya yang kita temui dalam kehidupan sehari- hari, sesudah
langit medung maka turunlah hujan atau sesudah gelap terbitlah terang. Namun
seperti juga dengan asumsi kelestarian, ilmu tidak menuntut adanya hubungan
sebab akibat yasng mutlak sehingga suatu kejadian tertentu harus selalu diikuti oleh
suatu kejadian yang lain, ilmu tidak mengemukakan bahwa X selalu
mengakibatkan Y. Melainkan mengatakan bahwa X memnya Y. Determinisme
dalam pengertian ilmu mempunyai konotasi yang bersifat peluang (probabilistik).
Statistika merupakan metode yang menyatakan hubungan probabilistik antara
gejala- gejala dalam penelaahan keilmuan. Sesuai dengan peranannya dalam
kegiatan ilmu, maka dasar statistika adalah teori peluang. Statistika mempunyai
peranan yang menentukan dalam persyaratan- persayaratan keilmuan sesuai
dengan asumsi ilmu tentang alam. Tanpa statistika hakikat ilmu akan sangat
berlainan.
SUMBER:
Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Jujun S ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai hakikat keilmuan: (Jujun, 2007)
a. Determinisme.
Kelompok penganut paham ini menganggap hukum alam tunduk kepada hukum
alam yang bersifat universal (determinisme). William Hamilton dan Thomas
Hobbes dua orang tokoh yang menyimpulkan bahwa pengetahuan bersifat empiris
yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat universal. Faham determinisme
ini bertentangan dengan penganut pilihan bebas yang menyatakan bahwa manusia
mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihannya tidak terikat pada hukum
alam yang tidak memberikan alternatif.
b. Pilihan Bebas (Free will)
Kelompok penganut paham ini menganggap hukum yang mengatur itu tanpa sebab
karena setiap gejala alam merupakan pilihan bebas. Penganut ini menyatakan
bahwa manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya tanpa terikat
hukum alam. Kebalikan dari deterministik bahwa ilmu social menemukan banyak
karakteristiknya disini dibandingkan dengan ilmu sains.
c. Probabilistik
Kelompok penganut paham ini berada diantara deterministik dan pilihan bebas yang
menyatakan bahwa gejala umum yang universal itu memang ada namun sifatnya
berupa peluang (probabilistik). Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa hukum
alam tunduk kepada hukum alam (deterministik) akan tetapi suatu kejadian tertentu
tidak harus selalu mengikuti pola tersebut. Jujun (1992) memaparkan bahwa ilmu
itu tidak mengemukakan kalau X selalu mengakibatkan Y, melainkan X memiliki
peluang yang besar untuk mengakibatkan terjadinya Y
SUMBER:
Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer . Jakarta: pustaka sinar
harapan.
Asumsi Keilmuan sangat penting maka harus diperhatikan beberapa hal. Pertama,
asumsi harus relevan dengan bidang ilmu dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan.
Kedua, asumsi ini harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya“ bukan
“bagaimana keadaan seharusnya” asumsi yang pertama adalah asumsi yang
mendasari telaah ilmiah sedangkan asumsi kedua adalah asumsi yang mendasar
telah moral. Sekiranya dalam kegiatan ekonomis maka manusia yang berperan
adalah manusia “yang mencari keuntungan yang sebesar- besarnya dengan
korbanan sekecilkecilnya” maka itu sajalah yang kita jadikan pegangan tidak usah
ditambah sebaiknya begini, atau seharusnya begitu. Sekiranya asumsi semacam ini
digunakan dalam penyusunan kebijaksanaan (policy), atau strategi serta penjabaran
peraturan lainnya maka hal ini bisa saja dilakukan asal semua itu membantu kita
dalam menganalisis permasalahan. Namun penetapan asumsi yang berdasarkan
keadaan yang seharusnya ini seyogyanya tidak dilakukan dalam analisis teori
keilmuan sebab metafisika keilmuan berdasarkan kenyataan sesungguhnya
sebagaimana adanya.
SUMBER:
Ahmad Irfan. 2018. Asumsi-Asumsi Dasar Ilmu Pengetahuan Sebagai Basis
Penelitian Pendidikan Islam. Forum Ilmiah Volume 15 Nomor 2, Mei 2018.
Menurut Bahm dalam Axiology: The Science of Values , ilmu pengetahuan setidaknya
melibatkan enam komponen penting:
a. masalah (problems);
Masalah (Problems) Masalah mana yang dianggap mengandung sifat ilmiah?
Menurut Bahm, suatu masalah bisa dianggap ilmiah, sedikitnya memiliki tiga ciri:
1) terkait dengan komunikasi; 2) sikap ilmiah dan 3) metode ilmiah. Tidak ada
masalah yang disebut ilmiah kecuali masalah tersebut bisa dikomunikasikan kepada
orang lain. Jika belum atau tidak dapat dikomunikasikan kepada orang lain atau
masyarakat maka belum dianggap ilmiah. Tidak ada masalah yang pantas disebut
ilmiah kecuali masalah tersebut bisa dihadapkan pada sikap ilmiah. Demikian pula
tidak ada masalah yang pantas disebut ilmiah kecuali harus terkait dengan metode
ilmiah.
b. sikap (attitude);
Sikap (attitude) Sikap ilmiah (scientific attitude) menurut Bahm setidaknya harus
memiliki enam ciri pokok, yaitu: 1) keingintahuan (curiosity); 2) spikulasi
(speculativeness); 3) kemauan untuk berlaku objektif (willingness to be objective);
4) terbuka (open-maindedness); 5) kemauan untuk menangguhkan penilaian
(willingness to suspend judgment) dan 6) bersifat sementara (tentativity). 1).
Keingintahuan (curiosity). Keingintahuan harus dimiliki oleh seorang ilmuwan,
seperti keinginan untuk menyelidiki, investigasi, eksplorasi, dan eksperimentasi. 2).
Spikulasi (spiculativeness). Hal ini penting dalam rangka menguji hipotesis.
Spikulasi juga merupakan ciri penting dalam sikap ilmiah. 3). Kesadaran untuk
berlaku objektif (willingness to be objective). Sikap ini penting, sebab objektivitas
merupakan ciri ilmiah. Sikap demikian harus dimiliki oleh seorang ilmuwan.
Menurut Bahm sikap objektif harus memenuhi syarat-sayarat sebagai berikut:
1) Memiliki sifat rasa ingin tahu terhadap apa yang diselidiki untuk memperoleh
pemahaman sebaik mungkin;
2) Melangkah dengan berdasarkan pada pengalaman dan alasan, artinya,
pengalaman dan alasan saling mendukung, karena alasan yang logis dituntut
oleh pengalaman;
3) Dapat menerima data sebagaimana adanya (tidak ditambah dan dikurangi). Hal
ini terkait dengan sikap objkektif seorang ilmuwan;
4) Bisa menerima perubahan (fleksibel, terbuka), artinya jika objeknya berubah,
maka seorang ilmuwan mau menerima perubahan tersebut;
5) Berani menanggung resiko kekeliruan. Oleh sebab itu trial and
error merupakan karakteristik dari seorang ilmuwan;
6) Tidak mengenal putus asa, artinya gigih dalam mencari objek atau masalah,
hingga mencapai pemahaman secara maksimal.
4). Terbuka (open mindedness), artinya selalu bersedia menerima kritik dan saran
ilmuwan lain secara lapang dada. 5). Menangguhkan keputusan/penilaian
(willingness to suspend judgment), artinya bersedia menangguhkan keputusan
sampai semua bukti penting terkumpul. 6). Bersifat sementara, artinya harus
menerima bahwa kesimpulan ilmiah bersifat sementara
c. metode (method);
Metode (Method) Menurut Bahm, bahwa esensi dari sebuah pengetahuan adalah
metode. Setiap pengetahuan memiliki metodenya sendiri sesuai dengan
permasalahannya. Meski diantara para ilmuwan terjadi perbedaan tentang metode
ilmiah, tetapi mereka sepakat bahwa masalah tanpa observasi tidak akan menjadi
ilmiah, sebaliknya observasi tanpa masalah juga tidak akan menjadi ilmiah.
Menurutnya, bahwa ilmu pengetahuan adalah aktivitas menyelesaikan masalah dan
melihat metode ilmiah sebagai sesuatu yang memiliki karakteristik yang esensial
bagi penyelesaian masalah. Ada lima langkah esensial dan ideal --menurut Bahm--
dalam menerapkan metode ilmiah yang harus dipahami oleh seorang peneliti
(ilmuwan), yaitu 1) memahami masalah; 2) menguji masalah; 3) menyiapkan solusi;
4) menguji hipotesis dan 5) memecahkan masalah
d. aktivitas (activity);
Aktivitas (Activity) Aktivitas dimaksud adalah penelitian ilmiah, yang memiliki
dua aspek: individual dan sosial. Aktivitas penelitian ilmiah meliputi: 1) observasi;
2) membuat hiopotesis, 3) menguji observasi dan hipotesis dengan cermat dan
terkontrol.
e. kesimpulan (conclusion);
Kesimpulan (Conclusion) Kesimpulan merupakan penilaian akhir dari suatu sikap,
metode dan aktivitas. Kesimpulan ilmiah tidak pasti, tetapi bersifat sementara dan
tidak dogmatis. Bahkan jika kesimpulan dianggap dogmatis, maka akan
mengurangi sifat dasar dari ilmu pengetahuan tersebut. Pada dasarnya ilmu
pengetahuan itu bersifat tidak stabil, setiap generasi berhak untuk
menginterpretasikan kembali tradisi ilmu pengetahuan itu.
f. pengaruh (effects).
Pengaruh (Effects) Ilmu pengetahuan memiliki dua pengaruh, yaitu: 1) pengaruh
terhadap teknologi dan industri; 2) pengaruh pada peradaban manusia.
Industrialisasi yang berkembang dengan pesat merupakan produk dari ilmu
pengetahuan yang mempunyai dampak besar terhadap perkembangan ilmu,
sehingga nampak seperti yang terjadi dalam perubahan sifat ilmu itu sendiri. Proses
industrialisasi tidak akan dapat diputarulang yang akhirnya ilmu pengetahuan itu
sendiri mengalami proses terindustrialisasi. Ilmu pengetahuan yang
terindustrialisasi ini menjadi bagian utama dari penggerak ilmu pengetahuan
dan menjadi sebuah sumber bidang penelitian yang memiliki prestise tinggi. Ilmu
pengetahuan (dengan produk teknologinya), juga memiliki dampak negatif,
misalnya dipergunakannya senjata nuklir sebagai alat pemusnah massal di
Hiroshima pada perang Dunia II (termasuk pengeboman Iraq oleh Amerika dan
Sekutunya sekarang ini). Berbagai reaksi timbul dari dampak negatif ini. Maka
lahirlah perkumpulan-perkumpulan ilmuwan yang peduli terhadap masalah dampak
negatif teknologi, seperti Federasi ilmuwan Atom, Badan Penelitian Teknologi US,
Masyarakat Internasional untuk Penelitian Teknologi, Kongres Internasional.
Menurut Bahm, bahwa seseorang yang memiliki perhatian pada permasalahan
ilmiah bisa disebut sebagai ilmuwan, kerena sikap ilmiah merupakan bagian dari
seorang ilmuwan. Seseorang yang berhasil mengungkap permasalahan dengan
menggunakan metode tertentu --meski tidak paham banyak mengenai sifat
ilmu— bisa disebut sebagai ilmuwan. Demikian pula seseorang yang mengamati
kesimpulan dari seorang ilmuwan dan memiliki concern dalam mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan juga bisa dikatakan telah memiliki aspek ilmiah
dalam dirinya.
SUMBER:
Bahm, Archie. 1984. Axiology: The Science of Values. New Mexico:
University of New Mexico