Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENTINGNYA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN


HAMBATAN HAMBATAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Makalah Ini dibuat untuk memenuhi nilai mata kuliah Ekonomi Pembangunan
Semester III : Manajemen
Tahun Pelajaran 2021/2022

Disusun oleh :

Galih Permana : 1914313461095


Silvia Fajaroh : 2014313461016
Siti Anggit Muhoroh :
Siti Salpiyah : 2014313461009

STIE YAYASAN PENDIDIKAN NUSANTARA


S1 AKUNTANSI – S1 MANAJEMEN

Jl. Surotokunto No. 2 Blok. B 6.7 Rawagabus – Karawang 41314 Telp. & Fax. 0267 400326
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, karena atas
berkat Rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyusun dan menyajikan makalah yang berisi
tentang “Pentingnya Pembangunan Pertanian Dan Pedesaan Serta Hambatan Hambatan
Pembangunan Ekonomi” sebagai salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Naning Sudarna S.Pd MM Pd. Selaku
dosen mata kuliah Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan bimbingannya kepada
penulis dalam proses penyusunan makalah ini. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih
kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan dan motivasi.

Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi materi yang ada. Materi-materi ini
bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam belajar ekonomi dan
bisnis. Serta dapat memahami nilai+nilai dasar yang direfleksikan dalam berfikir dan
bertindak.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun
makalah-makalah dan tugas – tugas selanjutnya.

Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat keslahan
pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud
penulis

Cidahu, 05 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................................3
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH...............................................................................................................4
1.3 TUJUAN........................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1 PENTINGNYA PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA...................................................5
2.1.1 Pembangunan pertanian......................................................................................................6
2.1.2 Peran Pertanian dalam Sektor Ekonomi...............................................................................6
2.1.3 Kebutuhan Pangan................................................................................................................8
2.1.4 Kemiskinan dan Petani..........................................................................................................9
2.1.5 Masalah-masalah yang terjadi pada pembangunan pertanian:..........................................11
2.2 PENTINGNYA PEMBANGUNAN PEDESAAN.............................................................................12
2.2.1 Pentingnya Perencanaan Pembangunan dan Pengelolaan Keuangan Daerah....................12
2.2.2 Perencanaan Pembangunan Pedesaan...............................................................................17
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan Masyarakat............................................19
2.2.4 Dari Desa Untuk Kemajuan Bangsa.....................................................................................19
2.3 HAMBATAN – HAMBATAN PEMBANGUNAN EKONOMI............................................................20
2.3.1 FaktorYang Memengaruhi Pembangunan Ekonomi Suatu Negara.....................................20
2.3.2 Masalah Dan Hambatan Pembangunan Ekonomi...............................................................24
BAB III..................................................................................................................................................29
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................29
3.2 SARAN........................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pemerintah masing-masing negara bertanggung jawab meningkatkan pembangunan ekonomi
negaranya untuk menjamin tingkat kemakmuran penduduk negara tersebut yang terindikasi
dari pendapatan per kapita. Banyak negara-negara yang tergolong kaya (High-
incomeeconomies), berpendapatan menengah (Middle-income), dan ada yang tergolong
berpendapatan rendah (Low income economies), di mana terdapat jurang yang cukup besar di
antara negara kaya dan negara berpendapatan rendah. Ternyata, tidak semua usaha untuk
membangun negara-negara tersebut menciptakan hasil yang diharapkan. Masih banyak
negara berkembang yang menghadapi masalah-masalah yang serius dan menimbulkan
hambatan untuk berkembang dengan cepat, termasuk negara kita, Indonesia, yang tergolong
berpendapatan menengah yang rendah (Lower middle-income).
Berbicara mengenai kemajuan suatu negara, tidak akan luput dari pembahasan pembangunan
nasional. Hal ini erat kaitannya dengan pembangunan yang terjadi disetiap daerah dalam
lingkup suatu negara. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila desa yang
merupakan lingkup terkecil dari suatu negara telah diperhatikan dengan baik dari sisi
kemajuan dan kemandiriannya di berbagai bidang.
Indonesia merupakan negara agraris, seperti yang dijelaskan oleh Mubyarto (1989), bahwa
Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting
dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal itu dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk
atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional
yang berasal dari pertanian. Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika, karena sebagian
besar daerahnya berada di daerah tropik yang langsung dipengaruhi oleh garis katulistiwa
yang memotong Indonesia hampir menjadi dua. Di samping pengaruh katulistiwa, ada dua
faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama, bentuknya sebagai
kepulauan dan kedua topografinya yang
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

bergunung-gunung. Pertanian Indonesia dibagi menjadi dua yaitu usahatani pertanian rakyat
(small holder) dan perusaahan pertanian.
Sebagai dampak pemberlakuan model pembangunan yang bias perkotaan, sektor pertanian
yang identik dengan ekonomi perdesaan mengalami kemerosotan. Dibandingkan dengan
pertumbuhan sektor industri dan jasa, yang identik dengan ekonomi perkotaan, sektor
pertanian menjadi semakin tertinggal, untuk mengatasi hal tersebut, setiap negara mencoba
melakukan tindakan intervensi untuk mengurangi tingkat kesenjangan antar wilayah dengan
melakukan pembangunan pedesaan.
Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas memiliki potensi yang sangat besar
untuk menjadi negara yang makmur, namun sayangnya hal itu tidak terjadi. Sebaliknya,
Indonesia mengalami masalah-masalah pembangunan yang serius yang tampak nyata
menghalangi upaya pembangunan, maka dari itu pentingnya kegiatan pembangunan pertanian
dan pedesaan.
Apakah masalah-masalah tersebut benar-benar merupakan hambatan yang memperlambat
proses pembangunan dan apa sajakah hubungan sebab-akibat yang ditimbulkannya terhadap
perlambatan proses pembangunan pedesaan

1.3 TUJUAN
Ada 4 tujuan yang ingin diperoleh dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui hubungan pertanian tradisional dengan pembangunan ekonomi,
2. Untuk mengetahui hubungan pertumbuhan penduduk dengan pembangunan ekonomi,
3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengangguran dengan pembangunan ekonomi,
4. Untuk mengetahui hubungan Sumber Daya Manusia dan modal dengan pembangunan
ekonomi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENTINGNYA PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA


Pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian yaitu kontribusi produk
dalam sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga kontribusi pasar.
Peran penting lainnya adalah dalam penyediaan kebutuhan pangan manusia apalagi dengan
semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berarti bahwa kebutuhan akan pangan juga
semakin meningkat. Di Indonesia sebagai Negara agraris, ada peran tambahan dari sektor
pertanian yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar sekarang berada
di bawah garis kemiskinan. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), jumlah penduduk miskin
pada tahun 2004 mencapai 36,147 juta orang, dan 21,265 juta (58,8%) di antaranya bekerja di
sektor pertanian.
Menurunnya tingkat kontribusi sektor pertanian terhadap PDB dan adanya ancaman
kerawanan pangan yang disertai dengan ancaman ketergantungan terhadap pangan impor
(food trap) serta masih banyaknya petani yang masih berada dibawah garis kemiskinan maka
perubahan menuju yang lebih baik malalui pembangunan pertanian sangat diperlukan.
Hakikat dari pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga dalam
pembangunan harus berlandaskan pada pemerataan. Jadi bukan masalah peningkatan materi
sebagai tujuan yang pertama dan terutama. Demikian juga dalam pembangunan pertanian,
yang pertama-tama adalah bukan masalah peningkatan produksi pertanian melainkan upaya
pembebasan manusia petani, dan termasuk di dalamnya adalah peningkatan kesejahteraan
pada umumnya. Peningkatan produksi pertanian menjadi faktor yang ada di dalamnya dan
hasil yang mengikutinya.

2.1.1 Pembangunan pertanian


Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selau menambah produksi
pertanian untuk menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang sekaligus
mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah
modal dan skill untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam perkembangan
tumbuh-tumbuhanmengikutiny
Oleh A. T. Mosher di dalam bukunya Getting Agriculture Moving, bahwa pembangunan
pertanian adalah suatu bagian integral daripada pembangunan ekonomi dan masyarakat
secara umum. Secara luas pembangunan pertanian bukan hanya proses atau kegiatan
menambah produksi pertanian melainkan sebuah proses yang menghasilkan perubahan sosial
baik nilai, norma, perilaku, lembaga, sosial dan sebagainya demi mencapai pertumbuhan
ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat yang lebih baik. Pertanian
merupakan sektor utama penghasil bahan-bahan makanan dan bahan-bahan industri yang
dapat diolah menjadi bahan sandang, pangan, dan papan yang dapat dikonsumsi maupun
diperdagangkan, maka dari itu pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan
ekonomi.

2.1.2 Peran Pertanian dalam Sektor Ekonomi


Selama periode sepuluh tahun terakhir kontribusi pertanian terhadap pendapatan nasional
atau PDB Indonesia mengalami penurunan dari sekitar 50% pada tahun 60-an menjadi 20,2%
pada tahun 1997. Pada tahun 1998 kontribusi sector pertanian terhadap pendapatan PDB
secara absolute masih menurun, walaupun sector pertanian merupakan satu-satunya sector
ekonomi yang mengalami pertumbuhan (0,26%), diantara perpaduan seluruh sector ekonomi
yang mencapai minus 14%.(data kontribusi pertanian-PDB)
Sebelum krisis ekonomi berlangsung, pertumbuhan sector pertanian secara umum juga tidak
secerah sector-sektor perekonomian lainnya, yaitu tidak lebih dari 3% pertahun selama pelita
V khususnya, sangat jauh jika dibandingkan dengan sector industri yang mengalami
pertumbuhan sampai 2 digit. Pada tahun 1996, pertumbuhan sector pertanian juga masih
berkisar 3% pertahun, sedangkan pada tahun 1997 sektor pertanian juga masih belum
mengalami lonjakan pertumbuhan yang berarti atau tumbuh tidak sampai mencapai 3%
(Arifin, 2001).
Teori ekonomi pembangunan modern umumnya sepakat bahwa semakin berkembang suatu
Negara, maka akan semakin kecil kontribusi sector pertanian atau sector tradisional dalam
PDB. Jika pendapatan meningkat, maka proporsi pengeluaran terhadap bahan makanan akan
semakin menurun. Dalam istilah ekonomi, elastisitas permintaan terhadap makanan semakin
kecil dari satu atau tidak elastis (inelastic). Karena fungsi sector pertanian yang paling
penting dalah untuk menyediakan bahan-bahan makanan, maka peningkatan terhadap bahan
makanan tidaklah sebesar permintaan terhadap barang-barang hasil industri dan jasa. Dengan
sendirinya kontribusi sector pertanian terhadap PDB akan semakin kecil dengan semakin
besarnya tingkat pendapatan pada sector non-pertanian. Secara sederhana dapat dituliskan
dalam bentuk persamaan:
Sebagai upaya untuk meningkatkan kontribusi sector pertanian dalam PDB khususnya dan
gairah perekonomian pada umumnya, pemerintah harus mampu menciptakan integrasi
kebijakan industrialisasi nasional yang berbasis pada pertanian. Kebijakan yang lebih
memilih berpihak pada sector industri dengan mengabaikan integrasi antara industri dan
pertanian harus diubah. Pengambil kebijakan selama ini menganggap bahwa pembangunan
adalah identik dengan pertumbuhan ekonomi sehingga kebijakan yang diambil juga, menurut
Lypton dalam Momose (2001), adalah bias perkotaan yang dicirikan:
a. Mempriorotaskan industri daripada pertanian,
b. Pengalokasian sumberdaya yang lebih besar ke masyarakat kota daripada masyarakat
desa,
c. Memprioritaskan industri daripada pertanian.

Sebagai Negara agraris seharusnya sector pertanian diprioritaskan lebih dulu, jika
industrialisasi akan dilakukan. Keberhasilan sector industri tergantung dari suatu
pembangunan pertanian yang dapat menjadi landasan pertumbuhan ekonomi. Menurut
rahardjo (1990) ada dua alasan mengapa sector pertanian harus dibangun terlebih dahulu:
a. Barang-barang hasil industri memerlukan dukungan daya beli masyarakat petani yang
merupakan mayoritas penduduk Indonesia, maka pendapatan mereka perlu ditingkatkan
melalui pembangunan pertanian.
b. Industri juga membutuhkan bahan mentah yang berasal dari sector pertanian dan karena
itu produksi pertanian menjadi basis bagi pertumbuhan industri itu sendiri.

Alasan kedua diatas dapat memberikan petunjuk bahwa industri yang cocok untuk Negara
agraris adalah industri yang berbasis pada pertanian atau agroindustri. Masing-masing
industri harus mempunyai keterkaitan antara hulu sampai ke hilir. Kenyataan sekarang ini
dari ketiga subsistem yang ada – hulu (penyedia sarana produksi, onfarm/ (usahatani), dan
hilir (pengolah hasil)- dalam semua subsektor komoditi berjalan tersekat-sekat. Maing-
masing berjalan sendiri-sendiri dan memikirkan keuntungan sendiri. Sebagai pihak yang
lemah petani sering menjadi objek eksploitasi dari subsistem hulu dan hilir.
Contoh kasus, produk pertanian sering ditolak atau dihargai murah oleh industri pengolahan
hasil pertanian dengan alas an kandungan pestisida yang tinggi atau lasan lain semisal tidak
terpenuhinya kualitas. Pada kasus pestisida sebenarnya sector hulu juga berperan dalam
mendorong petani menggunakan pestisida, bagaimana mereka mempromosikan produksnya
untuk digunakan dalam pemberantasan hama penyakit tanaman.

2.1.3 Kebutuhan Pangan


Dalam soal kecukupan pangan Indonesia masih cukup beruntung. Hingga kini belum ada
kasus kelaparan yang meluas-kalaupun ada masih dalam sekala kecil meskipun kadang-
kadang para aparatur pemerintah setempat tidak mengakuinya. Tidak seperti di sejumlah
Negara di sub Sahara Afrika dan Asia lainnya yang penduduknya kesulitan mendapatkan
pangan. Tetapi keadaan Indonesia bukanlah akan selamanya aman-aman saja. Ancaman
kesulitan untuk mendapatkan pangan suatu saat bisa terjadi. Hal ini dapat diprediksikan
dengan adanya sejumlah fakta seperti pada tahun 1999 impor gandum mencapai 3,5 juta ton,
jagung 1,2 juta ton, beras 5 juta ton, kedelai 1,2 juta ton, gula pasir 1,7 juta ton dan berbagai
produk lainnya seperti sayur, buah-buahan serta daging dari tahun ke tahun angka impor terus
naik (kompas, 2001). Impor pangan ini diperkirakan akan semakin besar karena jumlah
penduduk Indonesia semakin meningkat.
Bila tidak ada upaya penanganan maka deficit pangan akan berlanjut dan bukan tidak
mungkin kelaparan akan terjadi dimana-mana. Dalam upaya untuk mencukupi kebutuhan
pangan nasional selama ini pemerintah cenderung mengandalkan pangan impor. Produk
pangan dari luar negeri masuk dengan harga murah karena adanya subsidi yang besar bagi
petani di Negara maju. Sebagai contoh, Negara-negara yang tergabung dalam Organization
for Economic Corporation and Development (OECD) menyediakan subsidi hingga 327
milyar dollar AS. Nilai ini sama dengan dua kali dari ekspor produk pertanian dari Negara
berkembang atau limabelas kali dari produk domestic bruto sector pertanian Indonesia
(Kompas, 16 oktober 2001). Ditambah lagi dengan adanya kebijakan pemerintah yang
membebaskan bea masuk terhadap beberapa komoditas seperti gula dan beras. Membanjirnya
produk pangan luar negeri sungguh sangat merugikan petani dan menguntungkan pedagang.
Kehidupan petani semakin terpurukkarena produk local mempunyai biaya produksi yang
tinggi dan tanpa subsidi (subsidi pupuk dicabut).
2.1.4 Kemiskinan dan Petani
Kemiskinan merupakan masalah utama yang dihadapi oleh Negara-negara berkembang dan
ini tidak bisa dipisahkan dengan masalah pembangunan pertanian dan pedesaan karena
sebagian besar penduduknya tinggal di pedesaan yang basis perekonomiannya adalah
pertanian. Indonesia hampir 60% penduduknya adalah petani sehingga kesejahteraan petani
menjadi indicator sejahteranya mayoritas rakyat Indonesia. Begitu sebaliknya, keprihatinan
petani adalah keprihatinan bagian terbesar rakyat Indonesia.
Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 1996-2005 berfluktuasi dari tahun ke
tahun meskipun terlihat adanya kecenderungan menurun pada periode 2000-2005. Pada
periode 1996-1999 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 13,96 juta karena krisis
ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1996 menjadi 47,97 juta pada tahun 1999.
Persentase penduduk miskin meningkat dari 17,47 persen menjadi 23,43 persen pada periode
yang sama.
Pada periode 1999-2002 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 9,57 juta, yaitu
dari 47,97 juta pada tahun 1999 menjadi 38,40 juta pada tahun 2002. Secara relatif juga
terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 23,43 persen pada tahun 1999 menjadi
18,20 persen pada tahun 2002. Penurunan jumlah penduduk miskin juga terjadi pada periode
2002-2005 sebesar 3,3 juta, yaitu dari 38,40 juta pada tahun 2002 menjadi 35,10 juta pada
tahun 2005. Persentase penduduk miskin turun dari 18,20 persen pada tahun 2002 menjadi
15,97 persen pada tahun 2005.
Salah satu indicator yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan pertanian adalah INTP
(Indeks Nilai Tukar Petani). INTP adalah rasio indeks harga yang diterima petani dari pasar
terhadap produksi pertaniannya dengan indeks harga yang dibayar petani untuk mendapatkan
sarana produksi pertaniannya, dan barang serta jasa yang dikonsumsinya. Jika INTP di atas
100 dapat diartikan bahwa daya beli masyarakat petani lebih baik dari tahun dasar atau
dengan kata lain tingkat kesejahteraan petani lebih baik dari tahun dasar. Namun jika di
bawah 100, yang terjadi adalah sebaliknya, kesejahteraan petani makin memprihatinkan dan
cenderung semakin memprihatinkan. Selama januari – September 2005 menunjukkan bahwa
INTP baik di Jawa maupun di luar Jawa rata-rata mengalami penurunan. Bahkan di Jawa
INTP berada di bawah 100.
Masalah kemiskinan ini tidak dapat dipisahkan dari factor penyebabnya. Sebagaimana
masalah kemiskinan dapat dibedakan menjadi kemiskinan natural, cultural, dan structural
(Baswir, 1997). Kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh factor-faktor
alamiah. Kemisikinan cultural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor budaya .
Sedangkan kemiskinan structural adalah kemiskinan yang disebabkan factor-faktor buatan
manusia seperti distribusi asset produkstif yang tidak merata, kebijakan ekonomi yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu.
Anggapan yang berlaku umum bahwa kemiskinan petani disebabkan karena mereka bodoh,
malas, banyak anak, mentalitas fatalistic, ataupun karena tanah yang mereka miliki tidak
subur. Kemiskinan mereka dianggap bukan karena ketidakadilan. Tentu benar jika sebagian
orang beranggapan bahwa ada mentalitas dan budaya tertntu yang menyebabkan kemiskinan
mereka. Tetapi ada sebuah akar kemiskinan petani yang sulit dibantah yaitu faktor-faktor
structural. Mereka menjadi miskin karena menjadi bagian dari golongan masyarakat. Jelaslah
bahwa kemiskinan petani bukan karena datang dengan sendirinya tetapi akibat dari struktur
social yang menentukan kehidupan golongan mereka. Pearse dalam Soetomo (1997)
mengungkapkan:
a. Petani kecil merupakan kelompok marginal karena keikutsertaannya dalam system social
yang telah meletakkan mereka sebagai elemen yang dibuat bergantung tak berdaya
sepenuhnya (a dependent powerless element).
b. pilihan-pilihan petani ditentukan oleh pihak-pihak diluar petani.
c. Petani terasing dari jaringan informasi actual mengingat keterbatasan kemampuan
kognitif mereka, system transportasi yang belum sempurna, dan perbedaan cultural serta
posisi inferior dalam nteraksi pasar.

Menurut Krisnamurti (2001), kemiskinan petani karena politik ekonomi pertanian sekian
lama menempakan pertanian di kelas dua. Belum lagi hak-hak petani tidak pernah dilindungi,
konservasi lahan terus terjadi, infrastruktur irigasi diserobot untuk kepentingan non pertanian.
Pemerintah dengan pola yang tidak berubah merangsang petani untuk memproduksi beras
dengan jalan menaikkan harga dasar gabah. Dari tahun ke tahun memang harga dasar gabah
dianaikkan,tetapi kenaikan harga dasar gabah tidak begitu berpengaruh juga karena setiap
kenaikan harga dasar gabah juga diikuti naiknya pupuk urea.

2.1.5 Masalah-masalah yang terjadi pada pembangunan pertanian:


a. Penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya lahan pertanian.
b. Terbatasnya aspek ketersediaan infrastruktur penunjang pertanian. Yang juga penting
namun minim ialah pembangunan dan pengembangan waduk.
c. Adanya kelemahan dalam sistem alih teknologi.
d. Terbatasnya akses layanan usaha terutama di permodalan.
e. Masih panjangnya mata rantai tata niaga pertanian, sehingga menyebabkan petani tidak
dapat menikmati harga yang lebih baik, karena pedagang telah mengambil untung terlalu
besar dari hasil penjualan.

Undang-undang yang berkaitan dengan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan yaitu :
a. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian.
b. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.
c. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan.

Krisis pangan terjadi di Indonesia di masa pandemi saat ini. Banyak upaya dilakukan
berbagai pihak untuk mengantisipasinya. Masyarakat mulai melakukan penghematan dan
menanam bahan pangan lokal. Gerakan beli hasil tanaman pangan petani lokal juga
digencarkan. Titik permasalahan saat ini misalnya pangan, yang merupakan penjamin
kehidupan. Sedangkan lingkungan merupakan penjamin keberlanjutan lingkungan (ekologis).
Ini merupakan dua hal yang harus dihadirkan bersama.
Dalam kondisi pandemi Covid-19, tantangan semakin berat dalam menghadirkan keduanya
sekaligus. Kondisi ini merupakan peringatan agar segera dilakukan langkah-langkah konkrit
dalam rangka menguatkan daya dukung lingkungan. Beberapa langkah konkrit berikut,
adalah sebagai berikut:
a. Luasan lahan pertanian produktif perlu dipertahankan dan dijaga dari derasnya upaya
konversi.
b. Produktivitas pertanian perlu ditingkatkan sehingga mampu menjadi sektor menggiurkan.
c. Perilaku petani perlu diarahkan agar tercipta pertanian yang minim pencemaran.
d. Diversifikasi bahan pangan dan budaya memanfaatkan produk pangan lokal perlu
digalakkan kembali

2.2 PENTINGNYA PEMBANGUNAN PEDESAAN


Pembangunan desa adalah pembangunan berbasis pedesaan dengan mengedepankan
kearifan lokal kawasan pedesaan yang mencakup struktur demografi masyarakat,
karakteristik sosial budaya, karakterisktik fisik/geografis, pola kegiatan usaha
pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa-kota, sektor kelembagaan desa, dan
karakteristik kawasan pemukiman..
Fenomena kesenjangan perkembangan antar wilayah di suatu negara, meliputi
wilayah-wilayah yang sudah maju dan wilayah-wilayah yang sedang berkembang
memicu kesenjangan sosial antar wilayah.Salah satu faktor terjadi kesenjangan antara
desa dan kota karena pembangunan ekonomi sebelumnya cenderung bias kota (urban
bias).

Selanjutnya, model intervensi terhadap proses pembangunan pedesaan bertumpu pada


pandangan yang menganggap bahwa pengkotaan pedesaan (rural urbanization) yang
berdasarkan pengembangan perkotaan dan pedesaan sebagai kesatuan ekonomi dan
kawasan serta pengembangan kegiatan pertanian secara modern melalui mekanisasi
dan industrialisasi pertanian dan penerapan standar pelayanan minimum yang sama
antara desa dan kota.

Dalam intervensi pembanguan pedesaan digunakan analisis terhadap anatomi desa


sehingga tidak kontraproduktif dalam merealisasikan pembangunan pedesaan.
Anatomi tersebut mencakup struktur demografi masyarakat, karakteristik sosial-
budaya, karakterisktik fisik/geografis, pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan
ekonomi desa-kota, sektor kelembagaan desa, dan karakteristik kawasan pemukiman
sehingga dalam pembangunan pedesaan berlandaskan pada kearifan lokal.

2.2.1 Pentingnya Perencanaan Pembangunan dan Pengelolaan Keuangan Daerah


Tujuan pembangunan desa (desa membangun) adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan.
Cakupan dari kegiatan pembangunan desa ini antara lain:
a. Pemenuhan kebutuhan dasar
b. Pembangunan sarana dan prasarana desa;
c. Pengembangan potensi ekonomi lokal;
d. Pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

Pembangunan desa mencakup 2 (dua) pendekatan, yaitu community driven


development (CDD) dan village driven development (VDD). CDD merupakan suatu
pendekatan yang memberikan pengawasan terhadap keputusan perencanaan dan
investasi sumberdaya alam untuk kegiatan pembangunan lokal (desa) berbasis
kelompok komunitas (World Bank, 2015). CDD adalah cara untuk mengelola
pembangunan, termasuk desain dan implementasi kebijakan dan proyek yang
memfasilitasi akses oleh masyarakat miskin pedesaan modal sosial-kemanusiaan dan
fisik (IFAD, 2015).

CDD berasal dari community-based development (CBD) dengan cakupan lebih luas.
Tekanan pada kontrol (pengawasan) aktual dalam pengambilan keputusan dan
sumberdaya proyek di hampir semua tahapan siklus proyek membedakan CDD
dengan CBD. Sehingga kontrol terhadap sumberdaya menjadi faktor kunci untuk
membedakan secara konseptual antara proyek CDD dengan CBD.

Pemerintah Desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan


kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota.
Perencanaan Pembangunan Desa meliputi RPJM Desa dan RKP Desa yang disusun
secara berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk jangka waktu 6
(enam) tahun sedangkan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. RKP
Desa merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa.
Perencanaan pembangunan desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam
musyawarah desa yang pelaksanaannya paling lambat pada bulan Juni tahun anggaran
berjalan

Selain perencanaan pembangunan desa, hal penting sejak tahun 2014 adalah
tersedianya dana transfer ke daerah dalam bentuk dana desa. Dana Desa adalah dana
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan
bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah menganggarkan Dana
Desa secara nasional dalam APBN setiap tahun. Besaran alokasi anggaran yang
peruntukannya langsung ke Desa ditentukan 10% (sepuluh perseratus) dari dan di luar
dana Transfer Daerah (on top) secara bertahap.

Pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai amanat Undang-Undang wajib


mengalokasikan ADD dalam APBD kabupaten/kota setiap tahun anggaran. Alokasi
Dana Desa merupakan bagian dari Dana. Perimbangan yang diterima Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
Tata Cara pengalokasian ADD ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri. Pengalokasian ADD kepada setiap desanya
mempertimbangkan:
a. Kebutuhan penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa.
b. Jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan tingkat
kesulitan geografis desa.

Belanja Desa diklasifikasikan menurut kelompok, kegiatan, dan jenis. Klasifikasi


Belanja Desa menurut kelompok terdiri dari:
a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa;
c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa;
d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan
e. Bidang Belanja Tak Terdug

Kelompok Belanja berdasarkan kelompok tersebut selanjutnya dibagi dalam kegiatan


sesuai dengan kebutuhan desa yang telah dituangkan dalam RKP Desa. Rincian
Bidang dan Kegiatan berdasarkan Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Perencanaan Pembangunan Desa.

Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Boediarso Teguh


Widodo mengatakan realisasi dana desa hingga 11 Desember 2017 telah mencapai Rp
59,2 triliun atau mendekati target APBNP sebesar Rp 60 triliun. Dari total realisasi
tersebut, maka masih terdapat dana desa yang belum tersalurkan sebesar kurang lebih
Rp 800 miliar hingga akhir tahun. (Sumber : Republika, 13 Desember 2017). Masih
banyaknya dana desa yang belum terserap disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain :
a. Ketidaksiapan SDM di daerah/desa
b. Kurangnya informasi mengenai penyaluran dana desa
c. Kekurangpahaman mengenai prosedur dan pembuatan proposal kegiatan sesuai
juklak/juknis
d. Adanya ketentuan hukum yang belum sejalan antara satu dan lainnya
e. Bupati dan walikota masih terlambat dalam menetapkan peraturan pelaksanaan
terkait dengan dana dan keuangan desa. Padahal peraturan ini yang mendasari
penyaluran dana desa dari rekening daerah. Pemerintah daerah masih menghadapi
kendala dalam menyampaikan perkada (peraturan kepala daerah) tentang tata cara
pembagian dan penetapan rincian dana desa
f. Masih ada keterlambatan penyaluran dana desa dari kabupaten atau kota ke desa
g. Kabupaten dan kota juga terlambat menyampaikan laporan realisasi penyaluran
dan penyerapan dana desa
h. belum dipenuhinya ketentuan besaran/alokasi dana desa (ADD) dan bagi hasil
pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD), dari APBD kabupaten/kota

Sejumlah kendala ini dapat diminimalisir dengan diberlangsungkannya


pelatihan/workshop Perencanaan Pembangunan dan Pengelolaan Keuangan Daerah
(Desa) dan Pengelolaan Keuangan Daerah (Desa). Bimbingan Teknis ini akan
membahas : Konsep Perencanaan pembagunan daerah dan desa; Penyusunan RPJMD,
RPJMDes, RKP, RKPDes; Penyusunan APBD dan APBDes; Dana Desa dan
Implementasinya; Menarik investor ke daerah dan desa; dan Penyusunan Proposal
KegiatanInfrastruktur pendukung pertanian memiliki peran vital untuk mewujudkan
desa mandiri pangan..

Desa berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 merupakan kesatuan masyarakat hukum


yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara singkatnya desa
merupakan kesatuan wilayah yang dihuni oleh masyarakat yang mempunyai sistem
pemerintahannya sendiri. Total desa di Indonesia yaitu 73.670 desa

Tak heran jika Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
menyatakan jika desa merupakan pembentuk Indonesia

Desa berbeda dengan kota yang dinilai lebih maju dan berkembang. Desa memiliki
permasalahan yang lebih besar. Mulai dari kemiskinan yang lebih tinggi, kesehatan
yang rendah, konsumsi masyarakat rendah, SDM rendah, sarana dan prasarana yang
lebih sulit dibandingkan kota, dan tingkat pendidikan rendah. Saat ini di Indonesia
terdapat 5.559 (7,55%) Desa Mandiri, 54.879 (74,49%) Desa Berkembang, dan
13.232 (17,96%) Desa Tertinggal

Permasalahan yang ada ini dapat diatasi dengan adanya pembangunan di desa.
Pembangunan yang dilakukan seharusnya tidak hanya terletak pada kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat, namun harus lebih dari hal itu. Tujuan dari esai ini adalah
untuk mendeskripsikan pentingnya pembangunan desa dalam pembangunan nasional.

Konsep pembangunan berkelanjutan tampaknya menjadi hal yang menjanjikan.


Dalam pembangunan berkelanjutan, aspek pembangunan bukan hanya mengarah pada
masyarakat masa kini melainkan juga masyarakat di masa depan. Pembangunan
berkelanjutan idealnya dapat mencakup berbagai aspek yang ada di masyarakat juga
masyarakat desa. Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 78 (1),
pembangunan desa, yaitu peningkatan pelayanan dasar, pembangunan dan
pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan, pengembangan ekonomi pertanian
berskala produktif, pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna, dan
peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman masyarakat desa.

Pembangunan berkelanjutan di desa saat ini menerapkan prinsip-prinsip SDGs


(Sustainable Development Goals) Desa. SDGs Desa sendiri merupakan program
turunan dari SDGs yang dikeluarkan oleh PBB, yang memiliki 17 tujuan atau goals.
Oleh karena itu pembangunan yang menerapkan SDGs Desa, maka dapat membantu
pencapaian pembangunan nasional berkelanjutan sesuai dengan Peraturan Presiden
No. 59 Tahun 2017 tentang pelaksanaan pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan.Contoh desa yang menjadi desa percontohan berdasarkan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, yaitu Desa Karanglo,
Kabupaten Klaten yang berinovasi dengan menggunakan bahan sampah menjadi
berbagai model tas

Dengan inovasi yang dilakukan oleh masyarakat, bukan hanya meningkatkan


pendapatan dari desa saja, melainkan juga berdampak baik pada lingkungan. Contoh
lainnya yaitu Kampung Sira, di Kabupaten Sorong. Masyarakat Kampung Sira,
melalui program air bersih dan penerangan tenaga surya yang didampingi oleh
GreenPeace berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat
Penerapan dengan menggunakan tenaga surya merupakan salah satu cara untuk
mengurangi penggunaan minyak bumi dan batu bara yang tidak baik untuk
lingkungan.Desa merupakan bagian dari pemerintahan Negara Republik Indonesia.
Dengan jumlah desa yang mencapai 73.670 di tahun 2019, sangat wajar jika
pembangunan yang terjadi di desa merupakan dasar dari pembangunan nasional.
Berbagai program pembangunan berkelanjutan dengan dasar SDGs juga sudah
terbukti manfaatnya bagi desa. Desa bahkan berkontribusi 74% terhadap pencapaian
SDGs nasional[6]. Pembangunan desa juga bukan semata-mata untuk meningkatkan
pendapatan masyarakatnya saja, tetapi juga meningkat kualitas pendidikan, kesehatan,
lingkungan, sumber daya masyarakat desa, atau berbagai poin dalam SDGs Nasional.
(SDPA)

2.2.2 Perencanaan Pembangunan Pedesaan


Membangun kemandirian desa dalam kerangka Desa Membangun harus dimulai dari
proses perencanaan desa yang baik, dan diikuti dengan tatakelola program yang baik
pula. Pembangunan (pedesaan) yang efektif bukanlah semata-mata karena adanya
kesempatan melainkan merupakan hasil dari penentuan pilihan-pilihan prioritas
kegiatan, bukan hasil coba-coba, tetapi akibat perencanaan yang baik. Dalam konteks
desa membangun,Kewenangan lokal berskala Desa telah diatur melalui Permendes
PDTT No. 1 Tahun 2015, yang menyebutkan bahwa kriteria kewenangan lokal
berskala Desa meliputi:
a. Kewenangan yang mengutamakan kegiatan pelayanan dan pemberdayaan
masyarakat;
b. Kewenangan yang mempunyai lingkup pengaturan dan kegiatan hanya di dalam
wilayah dan masyarakat Desa yang mempunyai dampak internal Desa;
c. Kewenangan yang berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan sehari-hari
masyarakat Desa;
d. Kegiatan yang telah dijalankan oleh Desa atas dasar prakarsa Desa;
e. Program kegiatan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dan pihak ketiga yang telah diserahkan dan dikelola oleh Desa;
dan
f. Kewenangan lokal berskala Desa yang telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan tentang pembagian kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota.

Untuk melaksanakan kewenangan lokal bersakala desa tersebut, maka Pemerintah


Desa perlu menyusun perencanaan desa yang melibatkan seluruh komponen
masyarakat desa. Proses perencanaan yang baik akan melahirkan pelaksanaan
program yang baik, dan pada gilirannya akan menumbuhkan partisipasi masyarakat
untuk terlbat dalam pembangunan desa. Proses merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi sendiri kegiatan pembangunan desa merupakan wujud nyata dari
kewenangan mengatur dan mengurus pembangunan desa yang berskala lokal desa.

Seringkali kita sangat sulit mengukur keberhasilan dalam upaya-upaya pembangunan


pemberdayaan masyarakat desa, karena hal ini berkaitan dengan perubahan sikap dan
perilaku masyarakat mitra/dampingan, motivasi masyarakat dan pendamping, dan
cara menentukan indikator perubahan. Oleh karena itu, bagian ini akan membahas hal
penting yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan sikap dan perilaku
masyarakat mitra/dampingan melalui kegiatan ”membangun perencanaan bersama
masyarakat”.

Menyusun sebuah rencana yang baik mestinya didukung oleh sejumlah data dan
informasi yang memadai agar rencana yang disusun dapat memecahkan masalah yang
ditemui atau dialami masyarakat desa melalui potensi yang dimiliknya.
Permasalahannya adalah jenis data apa yang dibutuhkan, sumber informasi, jenis dan
kedalaman data, bagaimana cara memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan.

Sebelum melaksanakan kegiatan membangun perencanaan bersama masyarakat desa,


beberapa komponen penting perlu diketahui dan dihayati oleh seorang pendamping
masyarakat, antara lain:
a. Pemahaman tentang kondisi umum masyarakat,
b. Pemahaman tentang peran dan fungsi pendamping,
c. Pemahaman tentang daur program pembangunan desa,
d. Pemahaman tentang arti penting data dalam menyusun sebuah perencanaan,
e. Pemahaman atas berbagai metode-metode partisipatif, dan
f. Bagaimana memotivasi masyarakat untuk mengembangkan dirinya.
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan Masyarakat
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan Masyarakat Keterlibatan adalah
proses seseorang untuk memahami lingkungan yang ada disekitarnya. Keterlibatan
akan muncul ketika seseorang merasa perlu untuk merubah lingkungan sehingga
sesuai dengan apa yang dipikirkan. John C. Maxwell, seorang penulis buku psikologi
populer “25 Ways to Win with People” menuliskan bahwa keterlibatan seseorang
akan muncul jika seseorang tersebut sudah memahami dirinya sendiri. Terdapat
hambatan-hambatan sehingga seseorang tidak berani bahkan hanya sekedar untuk
mengetahui saja banyak yang tidak bersedia. Faktor-faktor tersebut diantaranya
adalah:
a. Faktor Psikologis;
b. Faktor Ekonomi;
c. Faktor Budaya. .

2.2.4 Dari Desa Untuk Kemajuan Bangsa


Desa merupakan suatu organisasi pemerintah yang secara politis memiliki
kewenangan tertentu untuk mengurus dan mengatur warga atau kelompoknya.
Dengan posisi tersebut, desa memiliki peranan penting dalam menunjang kesuksesan
pemerintah nasional secara luas, bahkan desa merupakan garda terdepan dalam
menggapai keberhasilan dari segala urusan dan program dari pemerintah.

Dalam aspek ekonomis, keberadaan desa sangat memegang peran penting, terutama
sebagai salah satu indikator kuat atau lemahnya perekonomian suatu daerah atau
bahkan negara ini.

Dalam aspek politis, desa bisa menjadi indikator suara sekaligus aspirasi dasar rakyat
yang tidak boleh dihiraukan, meskipun ada lapisan masyarakat lainnya seperti di
perkotaan.Oleh karena itu, desa merupakan miniature bagi pemerintahan. Sesuatu
bermula pada sesuatu yang sederhana dan kecil, kemudian meretas kesesuatu yang
lebih besar, sehingga dari sebuah desa kita mampu melihat dan meneropong seberapa
kemajuan dan kesejahteraan sebuah negara.

Pembangunan nasional yang ditujukan terhadap pembangunan desa tentunya akan


tergantung pada pendanaan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Melalui program
pemerintah dengan adanya Dana Desa yang dialokasikan ke desa-desa di berbagai
wilayah, bisa bermanfa’at untuk menunjang perkembangan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Namun ada sebagian desa dalam hal penggunaan dan pengelolaannya masih minim
terkait dengan keterlibatan atau partisipasi masyarakat. Faktor yang mempengaruhi
tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana desa karena kurangnya
sosialisasi dari pemerintah desa mengenai program dana desa dan faktor pendidikan,
sehingga masyarakat kurang paham dengan program dana desa tersebut. Hal inilah
yang menyebabkan banyak terjadi penyelewengan karena kurangnya pengawasan dari
masyarakat, sehingga penggunaan dan pengelolaannya kurang tepat sasaran.

Oleh karena itu, penting bagi aparatur desa untuk diberikan pemahaman-pemahaman
penggunaan dan pengelolaannya, termasuk juga warganya bahwa mereka punya hak
untuk juga terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaannya agar nantinya bisa menjadi
suatu keberhasilan dalam program pembangunan desa yang menjadi ujung tombak
pembangunan nasional

2.3 HAMBATAN – HAMBATAN PEMBANGUNAN EKONOMI


2.3.1 FaktorYang Memengaruhi Pembangunan Ekonomi Suatu Negara
Pembangunan ekonomi menjadi bagian penting yang harus diperhatikan sebelum
melakukan investasi agar nantinya tidak salah langkah dan merugi. Tidak mudah
untuk melakukan investasi karena kita harus tahu bagaimana kondisi perekonomian di
negara sendiri dan negara lain agar bisa menyusun strategi terbaik dalam meraih
keuntungan. berikut ini akan kami ulas tentang faktor apa saja yang memengaruhi.

a. Sumber Daya Alam (SDA)


SDA atau kekayaan alam memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara
karena pembangunan tidak akan bisa berjalan tanpa adanya SDA. Dalam hal ini, kita
mengenal ada dua jenis SDA, yaitu hayati dan non hayati. SDA berperan sebagai
bahan dasar dan pemasok bahan untuk setiap produksi yang perlu dilakukan.

b. SDM (Sumber Daya Manusia)


Keberadaan manusia juga menjadi bagian penting dalam pembangunan ekonomi di
suatu negara sebagai pelengkap SDA yang ada. Manusia berperan sebagai pengelola
sumber daya awal yang semula merupakan bahan mentah kemudian diolah menjadi
bahan setengah jadi atau barang jadi sehingga siap untuk dimanfaatkan.
c. IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
Keberadaan SDM dan SDA di suatu negara dapat bermanfaat dengan maksimal
apabila ada IPTEK. Sebagai manusia yang berkualitas, tentu mereka akan membekali
diri dengan ilmu pengetahuan serta pemahamannya terhadap teknologi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah dua unsur berbeda, tapi menjadi satu kesatuan yang
diperlukan dalam pembangunan ekonomi.

d. Sosial Budaya Masyarakat


Faktor lain yang turut memengaruhi pembangunan adalah sosial budaya yang ada di
masyarakat. Sosial budaya bisa menjadi pendorong atau pun penghambat kemajuan
perekonomian suatu negara sehingga tergantung dengan budaya yang dimiliki negara
tersebut. Apabila negara memiliki budaya rajin dan cekatan, maka bisa menjadi
pendorong pembangunan ekonomi.

e. Keadaan Politik Negara


Keadaan politik negara juga memiliki pengaruh terhadap kemajuan perekonomian.
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah erat kaitannya dengan politik sehingga akan
memengaruhi bagaimana langkah dan upaya setiap bagian dalam memajukan
perekonomian negara. Itulah mengapa politik bisa menjadi teman baik, tapi juga bisa
menjadi lawan.

f. Sistem Pemerintahan di Negara


Bukan hanya keadaan politik, sistem pemerintahan pun memiliki andil dalam faktor
ekonomi suatu negara. Sistem pemerintahan pada akhirnya akan membentuk sistem
ekonomi pula sehingga keduanya saling berkaitan erat. Sistem pemerintahan yang
berganti pun bisa memengaruhi sistem perekonomian di mana memang seharusnya
sistem ekonomi menyesuaikan diri.

g. Sarana Prasarana Negara


Terakhir, ada sarana dan prasarana yang menjadi penunjang pembangunan ekonomi
di suatu negara. Dengan sarana dan prasarana yang lengkap, maka pembangunan pun
bisa dilakukan dengan mudah dan lebih optimal sehingga faktor ini sangat
berpengaruh dalam pembangunan.

h. P2P Lending dan Pembangunan Ekonomi


P2P Lending bisa menjadi pilihan terbaik bagi para pemula untuk berinvestasi.
Dengan berinvestasi di P2P Lending, dana Anda akan disalurkan dalam bentuk
pinjaman modal usaha untuk UMKM di Indonesia.

Anda bisa mendapatkan keuntungan hingga 25 persen per tahun melalui P2P Lending
Modal Rakyat. Perusahaan fintech ini sudah terdaftar dan diawasi oleh OJK. Dengan
begitu, hak-hak Anda sebagai konsumen akan lebih terjamin.

2.3.2 Masalah Dan Hambatan Pembangunan Ekonomi


Pembangunan berarti suatu proses pengurangan atau penghapusan kemiskinan,
kepincangan distribusi pendapatan, dan pengangguran dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan perekonomian.

Masalah dan hambatan pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah sebagai


berikut.

a. Taraf Hidup yang Rendah


Taraf hidup dapat dinilai, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini tampak
dari pendapatan yang rendah, perumahan yang kurang memenuhi syarat, kesehatan
yang buruk, pendidikan yang rendah, angka kematian yang tinggi, dan sebagainya.

b. Pertanian Tradisional
Kekurangan modal, pengetahuan, infrastruktur pertanian, dan aplikasi teknologi
modern dalam kegiatan pertanian menyebabkan sektor ini mempunyai produktivitas
rendah dan mengakibatkan pendapatan para petani berada pada tingkat subsisten
(hidupnya secara pas-pasan).

c. Produktivitas yang Rendah


Produktivitas yang rendah berarti kemampuan berproduksi para tenaga kerja di
berbagai pekerjaan sangat rendah.

d. Penciptaan Kesempatan Kerja dan Pengangguran


Semakin besar pertambahan penduduk suatu negara, semakin besar pula jumlah
tenaga kerja baru yang akan memasuki angkatan kerja, sehingga memengaruhi
kesempatan kerja dan pengangguran.

e. Ketergantungan pada Sektor Pertanian


Umumnya di negara berkembang masih menggantungkan pada sektor pertanian
dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, sehingga akan dapat menghambat
laju pertumbuhan ekonomi suatu negara.

f. Pasar dan informasi yang tidak sempurna


Informasi yang tersedia di pasar di negara berkembang tidak lengkap jika
dibandingkan dengan di negara maju. Struktur pasar barang dan jasa umumnya tidak
sempurna, bahkan, monopoli dan oligopoli bisa terjadi dalam pasar faktor produksi.
Selain itu, rakyat banyak dirugikan karena Sebagian besar informasi pasar hanya
diterima oleh pengusaha atas saja.

g. Tingkat Pembentukan Modal Yang Rendah


Di kebanyakan negara berkembang, tabungan hanya dilakukan oleh segelintir orang
dengan pendapatan tinggi, apa lagi dengan kondisi negara berkembang yang memiliki
masalah distribusi pendapatan yang kurang merata. Kebanyakan tabungan hanya
digunakan untuk membeli barang bersifat konsumtif yang digunakan dengan asumsi
dapat dibungakan atau hanya spekulasi.

h. Tingkat pertambahan penduduk yang tinggi


Tingkat pertumbuhan penduduk yang ada di negara berkebang memiliki jumlah dua
kali lipat jika dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk di negara maju.

Muhamad Hasan dan Muhamad Azis menjelaskan dalam bukunya yang berjudul
Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat (2018), bahwa masalah
kependudukan lainnya selain tingginya pertumbuhan ekonomi adalah distribusi
penduduk yang tidak merata antar daerah.

i. Dampak Kekuatan Internasional


Ahli ekonomi seperti Mynt, Prebisch, Singer, Lewis, dan Myrdal teal
mengembangkan suatu teori penghisapan negara-negara terbelakang. Mereka
berpendapat bahwa “didalam perekonomian dunia telah bermain kekuatankekuatan
yang tidak seimbang; akibatnya keuntungan perdagangan lebih banyak mengalir ke
negara-negara maju” (Jhingan, 2012). Myrdal misalnya memandang pembangunan
negara maju dan berkembang tidak akan mencapai titik yang sama (divergen), walau
memang ia juga tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya 26 konvergensi
pembangunan. Teori kausasi kumulatif Myrdal menyetujui adanya potensi dari
konvergensi, yaitu pada tesis keduanya, tetapi ia juga terlalu pesimistis bahwa itu
akan terjadi dengan alaminya (Fujita, 2004). Teori Myrdal mengenai pembangunan
terbagi menjadi 2 efek penting, Backwash Effect dan Spread Effect. Backwash Effect
merupakan keadaan pembangunan di negaranegara berkembang yang menghambat
pembangunan di negara terbelakang untuk berkembang, sedangkan Spread Effect
merupakan keadaan pembangunan di negara maju yang dapat mendukung
pembangunan di negara berkembang (Sukirno, 1985). Namun begitu Myrdal
memandang bahwa Backwash effect lebih kuat dibanding dengan Spread Effect
terutama di daerah berkembang.

Selain pandangan Gunnar Myrdal, pandangan lain mengenai dampak dari kekuatan
internasional terhadapa hambatan pembangunan ialah dari Raul Prebich. Prebisch
berpendapat bahwa, term of trade negara terbelakang senantiasa mengalami
kemerosotan (Jhingan, 2012).
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Sebagai dampak pemberlakuan model pembangunan yang bias perkotaan, sektor pertanian
yang identik dengan ekonomi perdesaan mengalami kemerosotan. Dibandingkan dengan
pertumbuhan sektor industri dan jasa, yang identik dengan ekonomi perkotaan, sektor
pertanian menjadi semakin tertinggal, untuk mengatasi hal tersebut, setiap negara mencoba
melakukan tindakan intervensi untuk mengurangi tingkat kesenjangan antar wilayah dengan
melakukan pembangunan pertanian dan perdesaan.

Pembangunan yang berbasis pedesaan diberlakukan untuk memperkuat fondasi perekonimian


negara, mempercepat pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan perkembangan
antar wilayah, sebagai solusi bagi perubahan sosial, desa sebagai basis perubahan.

Dalam realisasinya, pembangunan pedesaan memungkinkan sumber-sumber pertumbuhan


ekonomi digerakkan ke pedesaan sehingga desa menjadi tempat yang menarik sebagai tempat
tinggal dan mencari penghidupan. Infrastruktur desa, seperti irigasi, sarana dan prasarana
transportasi, listrik, telepon, sarana pendidikan, kesehatan dan sarana- sarana lain yang
dibutuhkan, harus bisa disediakan sehingga memungkinkan desa maju dan berkembang.

3.2 SARAN
1. Pentingnya pertumbuhan ekonomi disuatu Negara tersebut mampu menyusun strategi
demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi nya denganmenggunakanteori-teori
2. Pertumbuhan ekonomi ebagai landasan dala kemajuan perekonomiannya.
3. Kelebihan dan kekurangan dari setiap teori-teori ekonomi mampu memberikan upaya
sebuah peningkatan perekonomian Negara.
4. Dalam penelitian ini tentu masih banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun isi
dari penelitian ini, oleh karena itu penulis bersedia jika ada kritik dan saran nya agar
menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya

Anda mungkin juga menyukai