Anda di halaman 1dari 44

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH RETRIBUSI DAERAH, PENDAPATAN PERKAPITA DAN

JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH

(PAD) PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun oleh :

SITI AMINAH

1901010015

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SEMARANG

SEMARANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber penerimaan

daerah, dimana pendapatan ini berasal dari sumber ekonomi asli milik daerah.

PAD memberikan kewenangan pada Pemerintah Daerah untuk membiayai

pelaksanaan otonomi daerah sesuai kemampuan dan potensinya sebagai

implelementasi desentralisasi. Kemampuan pemerintah daerah dalam menggali

serta meningkatkan PAD dapat menjadi penentu pembangunan dan perkembangan

daerah, karena seringkali tingkat kemajuan daerah dikaitkan dengan tingkat

pendapatan daerahnya, semakin tinggi PAD yang yang dimiliki suatu daerah

maka semakin maju daerah tersebut serta semakin berkurang pula tingkat

ketergantungannya pada pemerintah pusat dalam hal APBD. Sumber penerimaan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari pajak, retribusi, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang sah dan pendapatan lain-lain daerah yang sah.

Halim (2007) mendefinisikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai semua

penerimaan yang diperoleh daerah yang berasal dari sumber-sumber dalam

wilayahnya sendiri dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapat lain mengatakan bahwa

Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diusahakan atau dicari oleh

setiap pemerintah daerah dengan mengacu kepada ketentuan yang mengatur

tentang penggalian sumber-sumber keuangan tersebut (Nasution, 2003). Sumber-


sumber penerimaan yang merupakan Pendapatan Asli Daerah menurut UU No. 33

tahun 2004 adalah pajak daerah, retribusi daerah, hasil kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Hal ini juga dikemukakan oleh

Mardiasmo (2002) yang menyebutkan sumber penerimaan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah,

retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli. daerah yang sah.

Sebagai salah satu indikator kemajuan suatu daerah, Pendapatan Asli Daerah

(PAD) menjadi sesuatu yang penting dalam pemerintahan dan pembangunan

daerah. Karena tingkat PAD yang dimiliki suatu daerah dapat mencerminkan

kemandirian daerah tersebut dalam pengambilan keputusan serta kebijakan

pembangunan. PAD yang tiggi juga mencerminkan kemampuan daerah dalam

menggali dan mengelola potensi yang dimilikinya. Beberapa tahun terakhir

penerimaan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Tengah terus mengalami

peningkatan sejak 2016-2019 hingga pada tahun 2020 PAD Jawa Tengah

mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari data realisasi pendapatan pemerintah

Provinsi Jawa Tengah menurut jenis pendapatan tahun 2016-2020:

Tabel 1.1 Realilasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah) 2016-2020

Tahun Pendapatan Asli Dana Lain-Lain Total

Daerah (PAD) Perimbangan Pendapatan yang

Sah
2016 11.541.029 8.017.297 74.249 19.632.575
2017 12.547.512 11.067.786 87.875 23.703.173
2018 13.711.837 10.933.776 56.705 24.702.318
2019 14.437.915 11.334.903 86.962 25.859.780
2020 13.669.303 11.632.689 91.564 25.393.556
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Dari data di atas, diketahui penerimaan pendapatan Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun 2016 hingga 2019

mengalami kenaikan, dari angka Rp.11.541.029.000.000,- sampai angka

Rp.14.437.915.000.000,- di tahun 2019. Kemudian pada tahun 2020 mengalami

penurunan ke angka Rp.13.669.303.000.000,-.

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang diberikan atau disediakan khusus oleh emerintah

daerah untuk kepentingan pribadi atau badan (Yoyo, 2017). Sedangkan pengertian

lain dikemukakan oleh Windhu (2018) bahwa retribusi merupakan iuran yang

dibayarkan rakyat kepada pemerintah daerah yang dapat dipaksakan dengan

mendapat prestasi kembalinya secara langsung. Menurut penelitian Sudarmana

dan Sudiartha (2020) terdapat pengaruh positif dan signifikan penerimaan

retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga peningkatan

penerimaan retribusi daerah akan berdampak meningkatnya pula Pendapatan Asli

Daerah (PAD). Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2017) juga menjelaskan

bahwa retribusi daerah berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Menurut Sukirno (2004) pengertian pendapatan perkapita merupakan

pendapatan rata-rata penduduk suatu negara atau daerah pada suatu periode

tertentu yang biasanya satu tahun. Pendapatan perkapita menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dimana semakin tinggi


pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuannya untuk

membayar berbagai pungutan yang ditetapkan pemerintah (Mardiasmo, 1995).

Pada penelitian Igir et al.(2018) menyatakan pendapatan perkapita berpengaruh

positif namun tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hasil

serupa juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan Murib et al.(2016) yang

menyatakan adanya pengaruh positif pendapatan perkapita terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD). Namun pendapat lain dikemukakan oleh Nimiangge et al.

(2021) yang menyatakan pendapatan perkapita tidak berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pertumbuhan penduduk yang cepat dapat menyebabkan keterbelakangan dan

kemajuan pembangunan menjadi semakin lambat (Todaro, 2008). Masalah yang

kependudukan yang timbul ini dikarenakan mereka terlalu terkonsentrasi pada

daerah perkotaan saja akibat dari cepatnya laju migrasi dari desa ke kota.

Pendapat lain mengatakan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor penentu

adanya perbedaan pendapatan antar daerah (Perwira & Widanta, 2014).

Penambahan jumlah penduduk bukan menjadi masalah tetapi justru akan

merangkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, karena semakin banyaknya

jumlah penduduk akan semakin meningkat pula penerimaan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dari pungutan pajak. Pada penelitan terdahulu yang dilakukan oleh

Asdar (2019) menyatakan bahwa jumlah penduduk memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Murib et al.(2016) juga

menyimpulkan bahwa jumlah penduduk berpengaruh terhadap Pendapatan Asli

Derah (PAD). Sedangkan menurut Pamungkas (2019) dalam penelitiannya


menyatakan jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Berdasarkan penelitian terdahulu masih terdapat perbedaan hasil pada setiap

variabel yang dapat dilihat dari tabel 1.2 sebagai berikut :

Tabel 1.2 Research Gap

Pengaruh Retribusi Daerah, Pendapatan Perkapita, dan Jumlah Penduduk

Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

No Kesenjangan Penelitian Nama Peneliti Hasil Penelitian

.
1. Retribusi Daerah terhadap Sudarmana dan Berpengaruh positif

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sudiartha, 2020 dan signifikan

Prasetyo, 2017 Berpengaruh positif

tapi tidak signifikan


2. Pendapatan Perkapita terhadap Igir et al., 2018 Berpengaruh positif

Pendapatan Asli Daerah (PAD) tapi tidak signifikan


Murib et al., Berpengaruh positif

2016
Nimiangge et Tidak berpengaruh

al., 2021
3. Jumlah Penduduk terhadap Asdar, 2019 Berpengaruh positif

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan signifikan


Murib et al., Berpengaruh positif

2016
Pamungkas, Berpengaruh negative

2019 dan signifikan


Sumber : Penelitian terdahulu yang diolah
Dari uraian penelitian terdahulu, masih terdapat perbedaan kesimpulan pada

variabel retribusi daerah, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini tertarik

menganalisa lebih lanjut mengenai Pengaruh Retribusi Daerah, Pendapatan

Perkapita dan Jumlah Penduduk Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah :

1. Apakah pendapatan perkapita berpengaruh terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD)?

2. Apakah retribusi berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)?

3. Apakah jumlah penduduk berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD)?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan

sebagai berikut :

1. Mengetahui apakah pendapatan perkapita berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD).


2. Mengetahui apakah retribusi berpengaruh terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

3. Mengetahui apakah jumlah penduduk berpengaruh terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD).

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna untuk pengembangan

tentang pemahaman retribusi daerah, pendapatan perkapita dan jumlah

penduduk serta pengaruhnya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD),

sehingga dapat digunakan sebagai salah satu referensi penelitian

berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi

pemerintah daerah dalam pengambilan keputusan mengenai Pendapatan

Asli Daerah (PAD) yang berhubungan dengan retribusi daerah,

pendapatan perkapita dan jumlah penduduk.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Menurut Suhada (2007) Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan

penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri

yang dipungut berdasarkan peraturan daerah. Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD

adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan

Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Warsito (2001) dalam (Prasetyo, 2017) menyatakan bahwa Pendapatan

Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri

oleh pemerintah daerah. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu

pajak daerah, retribusi daerah, laba dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan

pendapatan asli daerah lainnya yang sah. Sedangkan menurut Rahman (2005)

dalam (Prasetyo, 2017) Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah

yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai

perwujudan asas desentralisasi.

Menurut Undang Undang No 33 Tahun 2004 Pasal 6 ayat (1), Pendapatan

Asli Daerah dapat bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. dalam hal ini PAD

lain-lain yang sah meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, jasa

giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing, komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

Dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ada beberapa faktor

yang mempengaruhi. Menurut Wihana Kirana (2002) dalam (Murib et al, 2016)

beberapa faktor tersebut yaitu :

1. Kondisi Awal Suatu Daerah

Kondisi awal suatu daerah mencakup pengetahuan terhadap komposisi

industry yang ada di daerah, struktur sosial dan politik, kemampuan

administratif, dan tingkat ketimpangan dalam distribusi pendapatan.

Keadaan struktur ekonomi dan social daerah menentukan besar kecilnya

pemerintah dalam menentukan besaran pungutan-pungutan serta

kemampuan masyarakat untuk membayar pungutan tersebut.

2. Pengingkatan Cakupan

Merupakan upaya memperluas cakupan penerimaan pendapatan dengan

tiga cara yaitu menambah objek atau subjek retribusi, meningkatkan

besarnya penetapan, atau mengurangi tunggakan.

3. Perkembangan PDRB

Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula

kemampuan seseorang untuk membayar berbagai pungutan yang

ditetapkan pemerintah. Begitupun semakin tinggi PDRB perkapita riil,

semakin besar pula kemampuan masyarakat untuk membiayai


pengeluaran rutin. Semakin tinggi PDRB perkapita riil suatu daerah

semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut.

4. Pertumbuhan Penduduk

Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan jumlah pendapatan

yang dapat ditarik sehingga penerimaan pendapatan daerah juga akan

meningkat, akan tetapi pertumbuhan penduduk ini tidak mempengaruhi

pertumbuhan pendapatan secara proporsional.

5. Tingkat Inflasi

Pada pajak dan retribusi yang penetapannya didasarkan pada omzet

penjualan, inflasi akan meningkatkan jumlah penerimaan. Pada pajak

atau retribusi yang penetapannya didasarkkan pada tarif flat, inflasi

diperlukan dalam pertimbangan perubahan tarif. Peningkatan

pendapatan sangat bergantung pada kebijakan penyesuaian tarif yang

harus memperhatikan laju inflasi. Karena kegagalan menyesuaian tarif

dengan laju inflasi akan menghambat peningkatan pendapatan.

6. Pembangunan Baru

Pembangunan baru dapat menambah jumlah pendapatan daerah, seperti

pembangunan pasar dan terminal.

7. Sumber Pendapatan Baru

Adanya kegiatan yang mengakibatkan bertambahnya sumber pendapatan

pajak atau retribusi yang sudah ada. Perubahan peraturan-peraturan

baru yang berhubungan dengan pajak atau retribusi, akan meningkatkan

pendapatan daerah.
2.1.2 Retribusi Daerah

Menurut Bastian (2011) dalam (Nursali, 2017) retribusi adalah pungutan

yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah atas pelayanan dan penggunaan fasilitas-

fasilitas umum yang disediakan oleh Pemerintah Daerah bagi kepentingan

masyarakat, sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku. Sedangkan menurut

Mursyidi (2009) dalam (Nursali, 2017) retribusi dipungut oleh pemerintah daerah

karena pemberian ijin atau jasa kepada orang pribadi atau badan. Retribusi

menurut Sihaan (2010) dalam (Nursali, 2017) adalah pembayaran wajib dari

penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara

bagi penduduknya secara perorangan.

Berdasarkan UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000 dan

terakhir diubah dengan UU No. 28 Tahun 2009, yang dimaksud dengan Retribusi

daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin

tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah untuk masing-masing

Kab/Kota dapat dilihat dari pos PAD dalam Laporan Realisasi APBD.

Pada dasarnya pungutan retribusi yang harus dibayar oleh penerima

manfaat harus sama dengan nilai manfaat yang diterimanya. Untuk menilai

manfaat yang diterima dapat dilakukan dengan mengidentifikasi manfaat fisik

yang dapat diukur besarnya, kemudian menerapkan nilai rupiahnya dengan cara

menggunakan harga pasar, harga penngganti atau survei tentang kesediaan

membaya (willingness to pay). Pengertian lain dari retribusi adalah suatu


pungutan yang dilakukan secara langsung dan nyata kepada masyarakat.

(Adisasmita, 2014 dalam (Rahmadani, 2018)). Beliau juga mengemukakan

beberapa ciri-ciri retribusi sebagai berikut :

1. Pungutan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah

2. Pengenaan pajak bersifat imbal prestasi atas jasa yang diberikan

Pemerintah Daerah

3. Dikenakan pada orang yang memanfaatkan jasa yang disediakan

Pemerintah Daerah

Sesuai dengan Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal 8 ayat 2 dan

Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 108 ayat 2-4, ada tiga jenis retribusi

daerah yaitu :

1. Retribusi Jasa Umum

2. Retribusi Jasa Usaha

3. Retribusi Perizinan Tertentu

Adapun rincian dari jenis retribusi di atas menurut Undang Undang Nomor

28 Tahun 2009 Pasal 127-138 sebagai berikut :

1. Retribusi Jasa Umum

Adalah pungutan atas pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah

dengan tujuan kepentingan serta kemanfaatan umum yang dapat dinikmati

oleh orang pribadi maupun badan. Retribusi jasa umum meliputi :

a. Retribusi pelayanan kesehatan

b. Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan


c. Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akte

catatan sipil

d. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat

e. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum

f. Retribusi pelayanan pasar

2. Retribusi Jasa Usaha

Merupakan pungutan atas pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah

Daerah dengan menganut prinsip komersial. Retribusi jasa usaha meliputi :

a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah

b. Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan

c. Retribusi tempat pelelangan

d. Retribusi terminal

e. Retribusi tempat khusus parkir

f. Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa

g. Retribusi rumah potong hewan

h. Retribusi pelayanan kepelabuhanan

i. Retribusi tempat rekreasi dan olahraga

j. Retribusi penyeberangan di air

k. Retribusi penjualan produksi usaha daerah

3. Retribusi Perizinan Tertentu

Merupakan pungutan atas pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah

Daerah kepada orang pribadi maupun badan yang dimaksudkan untuk

pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan


sumber daya alam, barang, prasarana, sarana dan fasilitas tertentu guna

melindungi kepentingan umum serta menjaga kelestarian lingkungan.

Retribusi perizinan tertentu meliputi :

a. Retribusi izin mendirikan bangunan

b. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol

c. Retribusi izin trayek angkutan umum

d. Retribusi izin usaha perikanan

Berdasarkan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 49 ayat 2-4,

jenis retribusi jasa umum dan retribusi perizinan tertentu untuk daerah provinsi

dan daerah kabupaten/kota disesuaikan dengan kewenangan daerah masing-

masing sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Untuk

penetapam jenis retribusi jasa usaha daerah provinsi dan kabupaten/kota juga

disesuaikan dengan jasa/pelayanan yang diberikan oleh daerah masing-masing.

2.1.3 Pendapatan Perkapita

Menurut Sukirno (2004) pendapatan perkapita merupakan pendapatan

rata-rata penduduk suatu negara atau daerah pada satu periode tertentu yang pada

umumnya satu tahun. Untuk menghitung pendapatan perkapita dilakukan dengan

membagi jumlah pendapatan dengan jumlah penduduk. Menurut Adji et. Al

(2007) pendapatan perkapita memiliki beberapa manfaat dintaranya sebagai

berikut :

1. Indikator Kesejahteraan Negara

Pendapatan perkapita merupakan ukuran yang paling tepat untuk

mengukur tingkat kesejahteraan negara karena mencakup jumlah


penduduk sehingga secara langsung dapat menunjukkan tingkat

kemakmuran.

2. Standar Pertumbuhan Kemakmuran Negara

Merupakan standar untuk membandingkan tingkat kemakmuran atau

kesejahteraan negara dari tahun ke tahun.

3. Sebagai Pedoman Pemerintah dalam Membuat Keputusan Ekonomi.

Dengan menggunakan pendapatan perkapita pemerintah dapat memantau

pertumbuhan ekonomi masyarakat sehingga menjadi dasar pengambilan

keputusan ekonomi.

4. Pembanding Tingkat Kemakmuran Antar Negara.

Dengan menggunakan pendapatan perkapita, maka dapat dilakukan

perbandingan tingkat kemakmuran antar negara dan pengelompokkan

negara dengan tingkat pendapatan rendah, menengah dan tinggi.

Menurut Badan Pusat Statistik pendapatan regional perkapita (PDRB

Perkapita) yang merupakan pendapatan perkapita daerah didapat dari pembagian

Pendapatan Domestik Regional Bruto dengan jumlah penduduk yang tinggal di

daerah tersebut. Untuk menghitung PDRB ada tiga pendekatan yang dapat

digunakan, yaitu :

1. Pendekatan Produksi

PDRB merupakan jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang

dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam

jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit produksi dalam

penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 sektor usaha, yaitu :


a. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan.

b. Pertambangan dan penggalian.

c. Industri pengolahan.

d. Listrik, gas dan air bersih.

e. Konstruksi.

f. Perdagangan, hotel dan restoran.

g. Pengangkutan dan komunikasi.

h. Keuangan, real estate dan jasa perusahaan.

i. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah.

2. Pendekatan Pendapatan

PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi

pada suatu negara dalam jangka waktu tertentu yang biasanya satu tahun.

Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal

dan keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung

lainnya. Dalam hal ini juga mencakup penyusutan dan pajak tidak

langsung (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

3. Pendekatan Pengeluaran

PDRB merupakan semua komponen permintaan akhir yang terdiri atas :

a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba.

b. Pengeluaran konsumsi pemerintah.

c. Pembentukan modal tetap domestic bruto.

d. Perubahan inventory.

e. Ekspor netto (ekspor netto ekspor dikurangi impor)


Dari tiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama.

Sehingga jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir

yang dihasilkan dan harus sama juga dengan jumlah pendapatan untuk faktor-

faktor produksi. PDRB yang dihitung dengan cara ini disebut PDRB atas dasar

harga pasar karena di dalamnya sudak termasuk pajak tak langsung netto.

2.1.4 Jumlah Penduduk

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis

Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili

kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap (BPS, 2013). Sedangkan

menurut Said (2012) dalam (Oktaviani, 2021) penduduk adalah jumlah orang

yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil

dari proses-proses demografi yaitu fertilitas, moralitas, dan migrasi.

Penduduk merupakan warga negara Indonesia dan orang asing yang

tinggal di Indonesia. Jumlah penduduk inilah yang menjadi salah satu faktor

perbedaan pendapatan antar daerah, naiknya jumlah penduduk akan menyebabkan

kenaikan pada penawaran tenaga kerja dan begitupun sebaliknya (Malik (2016)

dalam (Lestari & Hariani, 2020)). Begitupun yang dikemukakan oleh Adriyani &

Handayani (2017) bahwa jumlah penduduk dapat mempengaruhi pendapatan

daerah. Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka akan meningkat pula

permintaan terhadap barang-barang konsumsi sehingga dapat mendorong

peningkatan produksi. Hal ini berakibat pada perluasan usaha dan pendirian usaha

baru pada sektor produksi yang akan meningkatkan jumlah penduduk angkatan

kerja yang bekerja sehingga pendapatan masyarakat akan cenderung meninngkat.


Jadi dengan meningkatnya jumlah penduduk maka pendapatan daerah juga akan

meningkat.

Menurut Alam (2007) dalam Awianti (2020) jumlah penduduk adalah

banyaknya orang yang mendiami suatu wilayah negara. Penduduk suatu negara

dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni kelompok penduduk usia kerja (tenaga

kerja) dan kelompok penduduk bukan usia kerja. Penduduk usia kerja (tenaga

kerja) adalah penduduk yang berumur antara 15 hingga 64 tahun. Sedangkan

penduduk bukan usia kerja adalah mereka yang berumur 0 hingga 14 tahun dan

mereka yang berumur 64 tahun keatas.

Jumlah penduduk ini merupakan faktor yang sangat penting dan menarik

perhatian para pakar ekonomi karena penduduk merupakan sumber tenaga kerja,

human recource, di samping sebagai faktor produksi skill. Suatu wilayah yang

memiliki jumlah penduduk yang terlalu sedikit akan kesulitan untuk

memanfaatkan sumber dayanya dengan efisien dibandingkan dengan wilayah

yang jumlah penduduknya lebih besar. Sehingga tidak memungkinkan untuk

melakukan produksi secara besar-besaran. Namun apabila suatu daerah

mengalami over population, maka penduduk dapat memanfaatkan tanah ataupun

modalnya dengan efisien meskipun jumlah yang diterima setiap oorang sangat

kecil karena jumlah penduduknya terlalu banyak (Rosyidi, 2002 dalam (Batik,

2013).

2.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD) sudah banyak dilakukan

oleh para peneliti. Penelitian tersebut berfokus pada faktor-faktor yang

mempengaruhi penerimaaan Pendapatan Asli Daerah. Berikut uraiannya :

I Putu Agus Sudarma & Gede Mertha Sudiartha (2020) meneliti mengenai

Pengaruh Retribusi Daerah dan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

di Dinas Pendapatan Daerah. Variabel yang digunakan adalalah Pendapatan Asli

Daerah sebagai variabel dependen serta retribusi dan pajak daerah sebagai

variabel independennya. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh

variabel independen terhadap Pendapatan asli Daerah (PAD). Hasil dari penelitian

ini menunjukkan bahwa retribusi dan pajak daerah secara individu maupun

simultan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

Rudi Prasetyo (2017) melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh

Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel dependen serta penerimaan pajak daerah

dan retribusi daerah sebagai variabel independennya. Penelitian ini menggunakan

metode analisis deskriptif statistik dengan menggunakan program SPSS untuk

mengetahui tingkat keterkaitan antara variabel independen yaitu pajak dan

retribusi daerah terhadap variabel dependennya yaitu Pendapatan Asli Daerah.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh positif penerimaan pajak

daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), sedangkan retribusi daerah


memiliki pengaruh tetapi tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Secara simultan atau bersama-sama, pajak dan retribusi daerah

berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Alfandy Ferry Igir, Josep Bintang Kalangi & George M.V Kawung (2018)

melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Pendapatan Perkapita dan

Belanja Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Minahasa Selatan.

Penelitian ini menggunakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai variabel

dependen dan pendapatan perkapita serta belanja daerah sebagai variabel

independennya. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda

dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least squares). Dari penelitian ini

didapatkan hasil adanya pengaruh positif antara pendapatan perkapita terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Minahasa Selatan. Belanja daerah juga

diketahui memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Minahasa Selatan. Bagitupun secara bersama-sama,

pendapatan perkapita dan belanja daerah memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Minahasa Selatan.

Pidelis Murib, Debby C. Rotinsulu & Krest D (2016) meneliti mengenai

Pengaruh Pendapatan Perkapita, Jumlah Perusahaan dan Jumlah Penduduk

Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Nabire Papua Tahun 2004-2013.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah

sebagai variabel dependen sedangkan variabel independennya adalah pendapatan

perkapita, jumlah perusahaan dan julah penduduk. Untuk mengetahui pengaruh


antara Pendapatan Asli Daerah dengan ketiga variabel independennya, penelitian

ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini

diketahui adanya pengaruh positif pendapatan perkapita, jumlah perusahaan dan

jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nabire Selatan

Papua Tahun 2004-2013 baik secara individu atau simultan.

Utlum Nimiangge, Daisy S.M Engka & George M.V Kawung (2021)

melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pendapatan Perkapita, Pajak Daerah

dan Jumlah Penduduk Terdap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nduga

Tahun 2009-2018. Variabel yang digunakan adalah Pendapatan Asli Daerah

sebagai variabel dependen dan pendapatan perkapita, pajak daerah, serta jumlah

penduduk sebagai variabel independen. Metode penelitian yang digunakan adalah

analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS for Windows

ver. 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara individu pendapatan

perkapita, pajak daerah dan jumlah penduduk tidak berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah. Namun secara bersama-sama atau simultan, ketiga

variabel independen tersebut memiliki pengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

di Kabupaten Nduga pada tahun 2009-2018.

Asdar (2019) melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Jumlah

Kunjungan Wisatawan, Jumlah Objek Wisata dan Jumlah Penduduk Terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Bone. Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai variabel

dependen sedangkan variabel independennya yaitu jumlah kunjungan wisatawan,

jumlah objek wisata dan jumlah penduduk. Untuk mengetahui keterkaita antar
variabel, penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Dari

penelitian ini, didapatkan hasil bahwa jumlah kunjungan wisatawan dan jumlah

objek wisata tidak memiliki pengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

sedangkan jumlah penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Bone. Secara simultan atau

bersama-sama, ketiga variabel independen tersebut memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel dependen.

Wildan Sesar Pamungkas (2019) melakukan penelitian terhadap Pengaruh

Pengeluaran Pemerintah, Investasi dan Jumlah Penduduk Terhadap Pendapatan

Asli Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai variabel

dependen dan pengeluaran pemerintah, investasi serta jumlah penduduk sebagai

variabel independen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh antar variabel independen

dengan variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengeluaran

pemerintah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli

Daerah, investasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Pendapatan

Asli Daerah, dan jumlah penduduk tidak berpengaruh dan signifikan terhadap

Pendapatan Asli Daerah.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti & Judul Tujuan Variabel & Hasil Penelitian


Penelitian Penelitian Metode

Analisis
1 Pengaruh Untuk Variabel yang 1.Retribusi

Retribusi Daerah mengetahui digunakan : daerah

dan Pajak Daerah pengaruh Y = Pendapatan berpengaruh

Terhadap retribusi Asli Daerah positif dan

Pendapatan Asli daerah dan Kabupaten signifikan

Daerah di Dinas pajak daerah Bantung terhadap

Pendapatan terhadap X1 = retribusi Pendapatan Asli

Daerah Pendapatan daerah Daerah.

I Putu Agus Asli Daerah di X2 = pajak 2.Pajak daerah

Sudarma dan Dinas daerah berpengaruh

Gede Mertha Pendapatan Metode yang positif dan

Sudiartha, 2020 Daerah digunakan signifikan

adalah analisis terhadap

regresi linier Pendapatan Asli

berganda. Daerah.

3.Retribusi

daerah dan

pajak daerah

secara simultan

berpengaruh

positif dan

signifikan
terhadap

Pendapatan Asli

Daerah.
2 Analisis Pengaruh Untuk Variabel yang 1.Pajak daerah

Penerimaan Pajak mengetahui digunakan : berpengaruh

Daerah dan pengaruh Y = Pendapatan positif terhadap

Retribusi Daerah penerimaan Asli Daerah peningkatan

Terhadap pajak daerah Kabupaten/Kota Pendapatan Asli

Peningkatan dan retribusi Magetan Daerah.

Pendapatan Asli daerah X1 = pajak 2.Retribusi

Daerah terhadap daerah daerah

Rudi Pendapatan X2 = retribusi berpengaruh

Prasetyo,2017 Asli Daerah daerah tidak signifikan

Metode yang terhadap

digunakan Pendapatan Asli

adalah deskriptif Daerah.

statistik dengan 3.Pajak daerah

menggunakan dan retribusi

program SPSS. daerah secara

bersama-sama

berpengaruh

terhadap

peningkatan

Pendapatan Asli
Daerah.
3 Analisis Pengaruh Untuk Variabel yang 1.Pendapatan

Pendapatan mengetahui digunakan : perkapita

Perkapita dan pengaruh Y = Pendapatan berpengaruh

Belanja Daerah pendapatan Asli Daerah positif terhadap

Terhadap perkapita dan Kabupaten Pendapatan Asli

Pendapatan Asli belanja daerah Minahasa Daerah

Daerah terhadap Selatan Kabupaten

Kabupaten Pendapatan X1 = pendapatan Minahasa

Minahasa Selatan Asli Daerah perkapita Selatan

Alfandy Ferry Kabupaten X2 = belanja 2.Belanja daerah

Igir, Josep Minahasa daerah berpengaruh

Bintang Kalangi, Selatan. Metode yang positif dan

dan George M.V digunakan signifikan

Kawung, 2018 adalah model terhadap

regresi berganda Pendapatan Asli

dengan metode Daerah

kuadrat terkecil Kabupaten

(ordinary least Minahasa

squares) Selatan

3.Pendapatan

parkapita dan

belanja daerah

secara bersama-
sama

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap

Pendapatan Asli

Daerah

Kabupaten

Minahasa

Selatan
4 Pengaruh Untuk Variabel yang 1.Pendapatam

Pendapatan mengetahui digunakan : perkapita

Perkapita, Jumlah pengaruh Y = Pendapatan berpengaruh

Perusahaan dan pendapatan Asli Daerah positif terhadap

Jumlah Penduduk perkapita, Kabupaten Pendapatan Asli

Terhadap jumlah Nabire Papua Daerah di

Pendapatan Asli perusahaan X1 = pendapatan Kabupaten

Daerah Di dan jumlah perkapita Nabire Selatan

Kabupaten Nabire penduduk X2 = jumlah Papua tahun

Papua Tahun terhadap perusahaan 2004-2013.

2004-2013 Pendapatan X3 = jumlah 2.Jumlah

Pidelis Murib, Asli Daerah Di penduduk perusahaan

Debby C. Kabupaten Metode yang berpengaruh

Rotinsulu, Dan Nabire Papua digunakan positif terhadap


Krest D, 2016 Tahun 2004- adalah metode Pendapatan Asli

2013 analisis regresi Daerah di

linier berganda Kabupaten

Nabire Selatan

Papua tahun

2004-2013.

3. Jumlah

penduduk

berpengaruh

positif terhadap

Pendapatan Asli

Daerah di

Kabupaten

Nabire Selatan

Papua tahun

2004-2013.

4.Pendapatan

perkapita,

jumlah

perusahaan dan

jumlah

penduduk

memiliki
pengaruh secara

bersama-sama

atau simultan

terhadap

Pendapatan Asli

Daerah di

Kabupaten

Nabire.
5 Pengaruh Untuk Variabel yang 1.Pendapatan

Pendapatan mengetahui digunakan : perkapita tidak

Perkapita, Pajak pengaruh Y = Pendapatan berpengaruh

Daerah dan pendapatan Asli Daerah terhadap

Jumlah Penduduk perkapita, X1 = pendapatan Pendapatan Asli

Terhadap pajak daerah perkapita Daerah.

Pendapatan Asli dan jumlah X2 = penerimaan 2.Penerimaan

Daerah di penduduk pajak daerah pajak daerah

Kabupaten Nduga terhadap X3 = jumlah tidak

Tahun 2009-2018 Pendapatan penduduk berpengaruh

Utlum Asli Daerah di Metode yang terhadap

Nimiangge, Daisy Kabupaten digunakan Pendapatan Asli

S.M. Engka, Nduga tahun adalah regresi Daerah.

Goerge M.V 2009-2018 linier berganda 3.jumlah

Kawung, 2021 dengan penduduk tidak

menggunakan berpengaruh
program SPSS terhadap

for Windows Pendapatan Asli

ver.16. Daerah.

4.Pendapatan

perkapita,

jumlah

perusahaan dan

jumlah

penduduk secara

bersama-sama

atau simultan

berpengaruh

terhadap

Pendapatan Asli

Daerah.
6 Analisis Pengaruh Untuk Variabel yang 1.Jumlah

Jumlah mengetahui digunakan : kunjungan

Kunjungan pengaruh Y = Pendapatan wisatawan tidak

Wisatawan, jumlah Asli Daerah berpengaruh

Jumlah Objek kunjungan X1 = jumlah terhadap

Wisata dan wisatawan, kunjungan Pendapata Asli

Jumlah Penduduk jumlah objek wisatawan Daerah.

Terhadap wisata dan X2 = jumlah 2.Jumlah objek

Pendapatan Asli jumlah objek wisata wisata tidak


Daerah (PAD) Di penduduk X3 = jumlah berpengaruh

Kabupaten Bone terhadap penduduk terhadap

Asdar, 2019 Pendapatan Metode yang Pendapatan Asli

Asli Daerah di digunakan Daerah.

Kabupaten adalah regresi 3.Jumlah

Bone. linier berganda penduduk

mempunyai

pengaruh positif

dan signifikan

terhadap

Pendapatan Asli

Daerah

4.Jumlah

kunjungan

wisatawan,

jumlah objek

wisata dan

jumlah

penduduk secara

bersama-sama

berpengaruh

positif dan

signifikan
terhadap

Pendapatan Asli

Daerah.
7 Pengaruh Untuk Variabel yang 1.Pengeluaran

Pengeluaran mengetahui digunakan : Pemerintah

Pemerintah, pengaruh Y = Pendapatan berpengaruh

Investasi dan pengeluaran Asli Daerah positif dan

Jumlah Penduduk pemerintah, X1 = signifikan

Terhadap investasi dan pengeluaran terhadap

Pendapatan Asli jumlah pemerintah Pendapatan Asli

Daerah Pada penduduk X2 = investasi Daerah

Kabupaten/Kota terhadap X3 = jumlah 2.Investasi

Provinsi Jawa Pendapatan penduduk berpengaruh

Tengah Asli Daerah Metode yang negative dan

Wildan Sesar pada digunakan tidak signifikan

Pamungkas, 2019 Kabupaten/Kot adalah analisis terhadap

a Provinsi regresi linier Pendapatan Asli

Jawa Tengah. berganda Daerah.

3.Jumlah

penduduk tidak

berpengaruh dan

signifikan

terhadap

Pendapatan Asli
Daerah.
Sumber : disarikan dari berbagai jurnal

2.3 Kerangka Pemikiran Teritis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

yaitu retribusi daerah (X1), pendapatan perkapita (X2), dan jumlah penduduk (X3)

terhadap variabel dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah baik bersama-sama

maupun terpisah. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

digambarkan kerangka konseptual penelitian ini sebagai berikut :

Retribusi Daerah

(X1)
H1

Pendapatan Asli Daerah


Pendapatan Perkapita H2 (PAD)
(X2)
(Y)
H3

Jumlah Penduduk

(X3)

2.4 Hipotesis

Mengacu pada landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat diturunkan

hipotesis sebagai berikut :

H1 : retribusi daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Provinsi Jawa Tengah.


H2 : pendapatan perkapita berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Provinsi Jawa Tengah.

H3 : jumlah penduduk berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Provinsi Jawa Tengah.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

memiliki kuantitasdan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1997).

Sedangkan menurut Morissan (2012) populasi merupakan kumpulan subjek,

variabel, konsep, atau fenomena. Kita dapat meneliti setiap anggota populasi

untuk mengetahui sifat populasi yang bersangkutan. Populasi dalam penelitian

ini yaitu Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.

Sampel adalah sebagian atau perwakilandari populasi yang akan diteliti.

Jika penelitian yang dilakukan sebagian dari populasi maka dapat dikatakan

bahwa penelitian tersebut merupakan penelitian sampel (Arikunto, 2006).


Menurut Sugiyono (2008) sampel merupakan bagian dari keseluruhan serta

karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi. Jika populasi tersebut besar,

tentunya peneliti tidak mungkin untuk mempelajari keseluruhan yang ada

dalam populasi tersebut karena beberapa kendala yang akan dihadapi nantinya

seperti keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Oleh karena itu perlu diambil

sampel dari populasi tersebut. Kemudian apa yang dipelajari dari sampel

tersebut akan menghasilkan kesimpulan yang nantinya akan diberlakukan

untuk populasi. Namun sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar

representatif karena akan mempengaruhi hasil dari penelitian. Sampel dari

penelitian ini adalah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang memiliki laporan

realisasi APBD tahun 2016-2019 (data diperoleh dari BPKAD Provinsi Jawa

Tengah) dan memiliki data jumlah penduduk tahun 2016-2019 (data diperoleh

dari BPS Provinsi Jawa Tengah).

3.2 Definisi Operasional Variabel

3.2.1 Variabel Penelitian

Variabel merupakan objek yang akan diteliti dengan tujuan untuk

dapat memperoleh informasi sehingga dapat menarik kesimpulan dari sebuah

penelitian. Menurut Sugiyono (2009) variabel merupakan segala sesuatu yang

berbentu apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

didapatkan informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik sebuah

kesimpulan. Menurut Sugiarto (2017) variabel adalah suatu atribut dari

sekelompok objek yang diteliti dan memiliki variasi antara satu objek dengan
objek yang lain. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variiabel yaitu

variabel dependen dan variabel independen.

3.2.1.1 Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan sesuatu yang

diukur dalam sebuah penelitian. Variabel ini merupakan variabel yang

dipengaruhi oleh variabel independen (bebas). Menurut Sugiyono (2015)

variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat dari adanya variabel bebas. Variabel dependen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3.2.1.2 Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

lain. Dengan kata lain variabel inilah yang menjadi penyebab terjadinya

perubahan pada variabel dependen. Menurut Sugioyono (2015) variabel

independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini,

variabel independen yang digunakan adalah Retribusi Daerah, Pendapatan

Perkapita dan Jumlah Penduduk.

3.2.2 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Variabel Penelitian Indikator

Penelitian
1 Pendapatan Pendapatan Asli Daerah PAD = Pajak Daerah

Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan + Retribusi Daerah +

(Y) yang diperoleh daerah yang Hasil Pengelolaan

dipungut berdasarkan Kekayaan Daerah


Peraturan Daerah sesuai yang Dipisahkan +

dengan peraturan perundang- Lain Lain PAD yang

undangan. Sah
2 Retribusi Retribusi daerah adalah Retribusi Daerah =

Daerah (X1) pungutan Daerah sebagai Retribusi Jasa Usaha

pembayaran atas jasa atau + Retribusi Jasa

pemberian izin tertentu yang Umum + Retribusi

khusus disediakan dan/atau Perizinan Tertentu

diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau badan.


3 Pendapatan Pendapatan perkapita Pendapatan Perkapita

Perkapita (X2) merupakan pendapatan rata- = Pendapatan

rata penduduk suatu negara Domestik Regional

atau daerah pada satu periode Bruto (PDRB) :

tertentu yang pada umumnya Jumlah Penduduk

satu tahun.
4 Jumlah Jumlah penduduk adalah Jumlah Penduduk =

Penduduk (X3) banyaknya orang yang Penduduk Laki-Laki

mendiami suatu wilayah + Penduduk

negara. Perempuan

3.3 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan

Merupakan teknik pengumpulan data melalui penelaahan pada buku,

literatur, catatan, peraturan daerah yang dapat mendukung dalam

penelitian objek.

2. Sumber Data Sekunder

Merupakan sumber data yang diperoleh dari dokumen-dokumen dan arsip

yang mendukung penelitian.

3.4 Sumber Data

Objek dari penelitian ini adalah data dasar BPS (Badan Pusat Statistik)

Provinsi Jawa Tengah dan BPKAD (Badan Pengelola Keuangan dan Aset

Daerah) Provinsi Jawa Tengah. Penggalian data berdasarkan data sekunder

pada waktu berurutan (time series) tahun 2016-2019 yang kemudian dilakukan

pengujian atas data tersebut.

3.5 Metode Analisis

Analisis merupakan langkah dalam suatu penelitian yang menentukan

ketepatan hasil penelitian. Analisis data merupakan proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang didapatkan melalui hasil wawancara

yang mendalam , catatan lapangan dan cara-cara lain untuk mudah dipahami

sehingga temuan tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Sugiyono, 2012).

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu

metode yang bukan dalam bentuk angka. Dalam pengujian variabel dependen
dan variabel independen, penelitian ini menggunakan metode analisis regresi

linier berganda disertai dengan uji asumsi klasik sebagai gambaran

pengolahan data.

3.5.1 Deskriptif Statistik

Menurut Ghozali (2018) statistik deskriptif merupakan statistik yang

digunakan dalam menganalisis data dengan cara memberikan gambaran atau

deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata, maksimum, minimum dan

standar deviasi.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk menguji kelayakan dari

model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini dilakukan

untuk memastikan tidak adanya multikolonieritas dan heteroskedastisitas

dalam regresi tersebut, serta memastikan bahwa data berdistribusi normal.

Adapun bagian dari uji asumsi klasik sebagai berikut :

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji aakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2018).

Uji normalitas dapat dilakukan menggunakan program SPSS. Data akan

dinyatakan berdistribusi normal jika signifikasi lebih besar dari 0,05. Apabila

nilai probabilitas ≥ 0,05 maka data akan dinyatakan berdistribusi normal,

sebaliknya jika nalai probabilitas < 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi

tidak normal.

Uji Multikolonieritas
Menurut Ghozali (2013) uji multikolonieritas digunakan untuk mengukur

tingkat asosiasi (keeratan) hubungan atau pengaruh antar variabel bebas

tersebut melalui besaran koefisien korelasi ( r ). Multikolonieritas bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang

tinggi antar variabel independen. Artinya untuk mengetahui ada tidaknya

variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen

yang lain dalam satu model. Uji multikolineariatas merupakan syarat untuk

menguji semua uji hipotesisr regresi. Uji ini digunakan dalam analisis

klaster, menguji adanya kasus multikolinearitas adalah dengan patokan

nilai VIF dan koefisien antar variabel bebas. Untuk melihat adanya

multikolinearitas apabila nilai VIF kurang dari 10 dalam model, maka model

tersebut dinyatakan dalam kasus multikolorieritas. Berdasarkan tabel

Coeffisient, dapat diketahui bahwa koefiseien VIF sebesar 1.000. Jika

dibandingkan dengan kriteria pengujian multikolonieritas, koefisien n 1.000 <

10, maka dapat disimpulkan tidak ada kasus multikolonieritas.

Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2013) dalam persamaan regresi berganda perlu diuji

mengenai sama atau tidaknya varian residual dari observasi yang satu dengan

observasi yang lainnya. Jika residual memiliki varian yang sama maka telah

terjadi heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi

heteroskedastisitas. Ada dua cara untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plots antara nilai prediksi

variabel dependen dengan residualnya. Apabila titik-titik menyebar secara


acak baik di atas maupun di bawah sumbu nol pada sumbu Y maka

dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara yang kedua yaitu dengan

melakukan Uji Spearman. Apabila nilai signifikasi keseluruhan variabel

independennya di atas 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2013) persamaan regresi yang baik adalah yang tidak

memiliki masalah autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan

tersebut menjadi tidak layak untuk diprediksi. Salah satu metode pengujian

yang sering digunakan adalah uji Dorbin-Watson (uji DW). Pengambilan

keputusan pada uji DW adalah sebagai berikut :

1. Jika nilai Du < dw < 4-du maka tidak terjadi autokorelasi.

2. Jika dw < dl atau dw > 4-dl maka terjadi autokorelasi.

3. Jika dl < dw <dl atau 4-du < dw < 4dl artinya tidak ada kepastian atau

kesimpulan yang pasti.

3.5.3 Regresi Linier Berganda

Regresi bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu variabel

terhadap variabel yang lain. Regresi yang memiliki satu variabel dependen dan

lebih dari satu variabel independen disebut regresi linier berganda. Model ini

digunakan untuk melihat pengaruh antara retribusi daerah, pendapatan

perkapita dan jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah di Provinsi

Jawa Tengah. Adapun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3
Keterangan :

Y = Pendapatan Asli Daerah

a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi variabel independen 1 terhadap variabel dependen

b2 = Koefisien regresi variabel independen 2 terhadap variabel dependen

b3 = Koefisien regresi variabel independen 3 terhadap variabel dependen

x1 = Retribusi daerah

x2 = Pendapatan perkapita

x3 = Jumlah penduduk

3.5.4 Uji Kelayakan Model

Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Priyatno (2011) koefisien determinasi digunakan untuk

mengetahui presentase sumbangan pengaruh variabel independen secara

bersama-sama terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi (R2)

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen

menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 (R Square) dikatakan baik jika di atas

0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 R S-1. Pada umumnya sampel

dengan deret waktu (time series) memiliki R Square maupun Adjusted R

Square cukup tinggi ( di atas 0,5) sedangkan sampel dengan data item tertentu

yang disebut data silang (crossection) pada umumnya memiliki R Square

maupun Adjusted R Square agak rendah (di bawah 0,5) , namun tidak

menutup kemungkinan data jenis crossection memiliki nilai R Square ataupun

Adjusted R Square cukup tinggi.


Uji Signifikasi Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara

simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependennya. Adapun kriteria

pengujian sebagai berikut :

1. H0 diterima bila Fhitung < Ftabel

2. H0 ditolak bila Fhitung >Ftabel

Uji Signifikan Parsial (Uji Statistik t)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-

masing variabel independen secara individu (parsial) terhadap variabel

dependen. Pengujian dan hipotesisnya sebagai berikut :

1. Apabila nilai thitung > dari nilai ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang

artinya variabel independen secara individu berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.

2. Apabila nilai thitung < nilai ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya

variabel independen secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen.

Anda mungkin juga menyukai