Anda di halaman 1dari 10

BAB V

TEORI-TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN


A. Gambaran Materi Kuliah
Materi Perluliahan ini membahas mengenai teori-teori psikologi perkembangan.
B. Pedoman Mempelajari Materi Kuliah
Baca dengan baik uraian mengenai teori-teori psikologi perkembangan. Kemudian
buatlah intisari/ringkasan tiga poin pembahasan. Fahami dengan baik intisari/ringkasan
tersebut.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memamhami tentang teori-teori perkembangan.
2. Mahasiswa dapat mengkaji, menjelaskan dengan cara berusaha memahami dan
menguraikan tentang teori-teori psikologi perkembangan.
D. Materi Kuliah
1. Teori Psikoanalisa Freuid
Menurut teori psikoanalitis lima tahun pertama kehidupan sangat menentukan
perkembangan fase kehidupan berikutnya.
 Fase oral (Tahun pertama kehidupan)
Fase ini dimulai dari semenjak bayi lahir hingga akhir tahun pertama kehidupan.
Pada fase ini mulut dan bibir menjadi pusat kesenangannya. Bayi mengalami
kenikmatan ketika mengisap, seperti bayi mengisap putting susu ibu nya yang dapat
memuaskan kebutuhan makan dan kenenangannya. Tugas perkembangan yang paling
uatama pada fase oral ini adalah memperoleh rasa percaya baik kepada orang lain,
dunia, dan kepada diri sendiri.
Kerakusan dan keserakahan bisa berkembang sebagai akibat kurang memperoleh
makanan dan cinta pada tahun pertama kehidupan. Jika pada fese pertama kehidupan ini
tidak dapat terpenuhi dengan baik makan akan mempengaruhi perkembangan
berikutnya yaitu adanya kecenderungan menjadi penakut, tidak aman, ingin
diperhatikan, iri, agresif, benci dan merasa kesepian.
 Fase Anal (Usia 1-3 tahun)
Tugas-tugas selama fase anal ini yang harus diselsaikan adalah belajar mandiri,
memiliki kekuatan pribadi dan otonomi, serta belajar bagaimana mengakui dan
menangani perasaan-perasaan negative. Fase anal memiliki arti penting bagi
pembentukan kepribadian. Anak terus menerus berhadapan dengan tuntutan-tuntutan
orangtua, menjadi frustasi jika gagal dalam menangai objek-objek dan lingkungannya.
Pada fase ini anak dituntut untuk mengendalikan buang air. Toilet training dimulai pada
tahun kedua , pada fase ini anak mengalami pengalaman pertama dalam disiplin.
Selama fase anal ini anak akan mengalami perasaan-perasaan negative seperti benci,
hasrat ingin merusak, marah dan sebagainya. Suatu hal yang penting dalam fase ini
adalah bagaimana anak menerima perasaan negative tersebut. pada fase ini sikap dan
reaksi orangtua terhadap anak memiliki efek yang jauh kedepan atas pemebentukan
kepribadian. Masalah-masalah kepridian yang muncul kemudan, berakar pada cara
orangtua memperlakukan anaknya selama fase anal ini.
Jika pada fase ini orantua terlalu berbuat banyak bagi anak, ini berarti orangtua
mengajari anak untuk tidak memiliki kesanggupan menjalankan fungsi sendiri, karena
pada fase ini anak memperoleh rasa memiliki kekuatan, kemandirian, dan otonomi.
Pada fase anal ini juga anak penting untuk bereksperimen, berbuat salah dan merasa
bahwa mereka tetap diterima untuk kesalahannya itu, dan menyadar diri sebagai
individu yang terpsah dan mandiri.
 Fase Falik (Usia 3 – 5 tahun)
Fase ini kemajuan anak dari periode penguasaan pasif dan represif ke periode
penguasaan aktif, menyusun tahapan bagi perkembangan psikoseksual berikutnya.
Selama fase falik ini, perhatian anak dipusatkan pada alat kelaminnya. Anak menjadi
ingin lebih mengetahui tentang tubuhnya, anak lebih senang mengesplorasi tubuhnya
sendiri dan menemukan perbedaan antara dua jenis kelamin. Penerimaan terhadap
seksualitas dan penanganan dorongan seksual pada fase ini menjadi penting. Fase falik
adalah periode perkembangan hati nurani, suatu masa ketika anak belajar mengenal
standar moral. Bahaya pada fase ini yaitu indoktrinasi standar moral yang kaku dan
tidak realistis dari orangtua.
Selama fase falik ini anak perlu belajar menerima perasaan-perasaan seksualnya sebagai
hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara sehat. Mereka
membutuhkan model-model yang memadai bagi identifikasi peran seksualnya. Pada
fase falik ini anak membentuk sikap mengenai kesenangan fisik, mengenai apa yang
benar dan yang salah.1
 Fase Laten (6-13 tahun)
Usia ini anak mengalami perbedaan implus seksual atau yang disebut dengan fase laten.
Fase ini terjadinya penurunan minat seksual akibat dari tidak adanya daerah erogen baru
yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Pada fase laten ini anak
mengembangkan kemampuan sublimasi, mengganti kepuasan libido dengan kepuasan
nonseksual, seperti dibidang intelektual, atletik, keterampilan dan hubungan teman
sebaya. Pada fase laten ini ditandai dengan percepatan pembentukan super ego.
Orangtua menjadi sosok pengarah untuk menekankan implus seksual agar energy dapat
dipakai untuk sublimasi dan pembentukan superego.
 Fase genital (13-dewasa)
Fase ini ditandai dengan dimulainya perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri
remaja. Sistem endokrin memprodukisi hormone-hormon yang memicu pertumbuhan
tanda seksual sekunder dan pertumbuhan seksual primer. Pada fase ini impuls seksual
mulai disalurkan ke obyek di luar, seperti berpartisipasi dalam kelompok, menyiapkan
karir, cinta lain jenis, dan lainnya.
Fase genital menurut Freud berlanjut hingga seseorang tutup usia, puncak
perkembangan seksual dicapai ketika orang dewasa mengalami kematangan
kepribadian. Pemuasan implus libido melalui hubungan seksual memungkinkan untuk
dikontrol oleh fisiologis, membebaskan begitu banyak energy psikis yang semula
dipakai untuk mengntorl libdo menjadi merepres perasaan berdosa, dan dipakai dalam
konflik antara id-ego-super ego dalam mengendalikan libido. Energy itulah yang
kemudian dipakai untuk menangani masalah-masalah kehidupan dewasa, belajar
bekerja, menunda kepuasan, lebih bertanggung jawab. Dalam pandangan dinamika
kepribadian freud, tingkah laku yang matang saat dewasa dapat digambarkan sebagai
berikut :
- Menunda kepuasan
Dilakukan karena objek pemuas yang belum ada.
- Tanggung jawab

1
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, (Bandung : PT Refika Aditama, 2013)
Kontrol tingkah laku yang dilakukan oleh super ego berlangsung efektif, tidak lagi
harus mendapat bantuan kontril dari lingkungan.
- Pemindahan atau sublimasi
Mengganti kepuasan seksual menjadi kepuasan dalam bidang seni, budaya dan lainnya.
- Identifikasi
2. Teori Psikososial Erik Erikson
Erik erikson meluncurkan kritikan terhadap teori perkembangan yang dikemukakan
oleh Sigmund Freud. Menurut Erikson ada beberapa kekeliruan dalam menilai sejumlah
dimensi penting dari perkembangan manusia. Menurut Erikson individu berkembang
melalui tahap psikososial bukan psikoseksual seperti yang dikemukakan Freud. Erikson
berpendapat bahwa motivasi utama manusia bersifat sosial bukan seksual. Menurut
Erikson perubahan dalam perkembangan berlangsung seumur hidup, sementara menurut
Freud kepribadian kita terbentuk dalam lima tahun pertama kehidupan. Tahapan
perkembangan menurut Erik Erikson adalah sebagai berikut :
- Kepercayaan vs ketidakpercayaan (satu tahun pertama kehidupan)
Tahap pertama dari perkembangan psikoseksual Erikson yang dialami dalam satu tahun
pertama kehidupan. Di masa bayi kepercayaan akan menentukan landasan ekspetasi
seumur hidup bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan.
- Otonomi vs Rasa malu dan ragu-ragu (1-3 tahun)
Setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuhnya, bayi mulai menemukan bahwa
perilaku mereka adalah keputusan mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa
kemandirian atau otonominya. Jika pada tahap ini bayi terlaly banyak dibatasi dan
dihukum terlalu keras, mereka cenderun mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu.
- Perkasa vs rasa bersalah (3-5 tahun)
Tahap ini belangsung selama masa pra sekolah. Ketika anak-anak prasekolah mulai
memasuki dunia sosial yang luas, mereka dihadapkan pada tantangan-tantangan baru
yang menuntut untuk mengembangkan perilaku aktif dan bertujuan. Pada masa ini anak
diharapkan mampu bertanggungjawab terhadap tubuh, perilaku, mainan, dan hewan.
Perasaab bersalah dapat muncul apabila anak tidak bertanggung jawab dan menjadi
sangat cemas.
- Semangat vs rendah diri (6-pubertas)
Masa ini berlangung pada masa sekolah dasar. Prakasa anak-anak membawa mereka
terlibat dalam kontak dengan pengalaman-pengalaman baru yang kaya. Ketika mereka
beralih ke masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, mereka mengerahkan energinya
untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual. Tidak ada saat lain yang
lebih penuh semangat dibandingkan pada akhir periode pengembangan imajinasi pada
masa kanak-kanak awal. Bahaya yang dihadapi pada masa ini yaitu anak dapat
mengembangkan rasa rendah diri, merasa tidak kompeten.
- Identitas vs kebingungan indentitas (10-20 tahun)
Masa ini terjadi pada usia remaja, dimana individu dihadapkan pada tantangan untuk
menemukan siapa dirinya, bagaimana nantinya, dan arah mana yang mereka akan
tempuh. Jika mereka menjajaki peran-peran barunya dengan cara yang sehat dan sampai
pada satu jalur yang positif untuk diikuti dalam kehidupan, maka identitas positif akan
dicapai, tetapi juga sebaliknya.
- Keakraban vs keterkucilan (20-30 tahun)
Masa ini terjadi pada masa dewasa awal. Di masa ini individu menghadapi tugas
perkembangan yang berkaitan dengan pembentukan relasi akrab dengan orang lain. Jika
seorang individu membentuk persahabatan yang sehat dan sebuah relasi yang akrab
dapat terjalin, maka kearaban akan tercapai. Namun juga sebaliknya.
- Generativitas vs stagnasi (40-50 tahun)
Tahap ini berlangsung pada masa dewasa menengah. Persoalan yang dihadapi individu
di masa ini adalah membantu generasi muda untuk mengembangkan dan mengarahkan
kehidupan yang berguna. Perasaan bahwa belum sempat menolong akan menimbulkan
stagnasi.
- Integritas vs keputusasaan (60 tahun keatas)
Tahap ini berlangsung pada masa dewasa akhir. Selama berada pada pada tahap ini,
seseorang berusaha merefleksikan kehidupannya di masa lalu. Melalui banyak rute yang
berbeda, individu yang telah lanjut usia dapat mengembangkan pandangan positif
mengenai sebagian besar atau semua tahap perkembangan sebelumnya. Jika individu
yang mengembangkan pandangan positif terhadap tahap perkembangan masa lalunya,
individu tersebut merasa puas terhadap tahapan perkembangan yang dilaluinya, hal
tersebut menumbuhkan integritas. Sebaliknya, jika individu mengembangkan
pandangan negative, cenderung akan menumbuhkan perasaan bersalah atau
keputusasaan.
3. Teori kognitif
Jean Piaget menyatakan bahwa anak-anak secara aktif membangun pemahaman
mengenai dunia melalui empat tahap perkembangan kognitif. Usaha secara kognitif
untuk membangun pemahaman mengenai dunianya melibatkan dua proses, yaitu
organisasi dan adaptasi. Piaget berpendapat bahwa ada empat tahap perkembangan yang
kita lalui ketika memhami dunia. Setiap tahap perkembangan memiliki kaitannya
dengan usia dan mengandung cara berpikir tertentu.
a. Tahap sensorimotor (0-2 tahun)
Ini merupakan tahap pertama menurut piaget. Dalam tahap ini, bayi membangun
pemahaman mengenai dunianya dengan mengoordinasikan pengalaman-pengalaman
sensoris dengan tindakan-tindakan fisik dan motorik.
b. Tahap pra-operasional (2-7 tahun)
Dalam tahap ini, anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.
c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini anak dapat melakukan operasi yang melibatkan objek-objek dan juga
dapat bernalar secara logis, sejauh hal itu diterapkan dengan contoh-contoh yang
konkrit.
d. Tahap operasional formal (11-dewasa)
Pada tahap ini, individu melampaui pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir
secara abstrak dan lebih logis. Pada usia ini dapat mengembangkan gambaran mengenai
keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir mengenai konsep orangtua yang ideal dan
membandingkan orangtua mereka dengan standar ideal. Mereka mulai menciptakan
strategi-strategi untuk di masa depan dan kagum terhadap hal-hal yang mereka lakukan.
Dalam aspek memecahkan masalah, mereka dapat bekerja secara lebih sistematis
dengan mengembangkan hipotesis mengenai sesuatu terjadi seperti itu, kemudian
menguji hiptesis tersebut.
4. Teori ekologi
Teori ekologi memberikan pengaruh besar dalam pemahaman mengenai perkembangan
masa hidup dicetuskan oleh Urie Bronfrenbrenner. Teori ekologi menyatakan bahwa
perkembangan mencerminkan pengaruh dari sejumlah sistem lingkungan. Teori tersebut
mengidentifikasi lima sistem lingkungan yaitu, mikrosistem, mesosistem, ekosistem,
makrosistem, dan kronosistem.
Mikrosistem adalah lingkungan tempat hidup indivdu. Konteks ini dapat
mencakup keluarga, teman sebaya, sekolah, dan lingkungan sekitar. Dalam mikro
sistem ini terjadi interaksi langsung dengan agen-agen sosial, seperti orangtua, teman
sebaya, dan guru. Dalam setting ini individu tidak dipandang sebagai penerima yang
pasif, namun sebagai seseorang yang membantu membangun lingkungan.
Mesosistem teridiri dari relasi antar mikrosistem atau koneksi diantara beberapa
konteks. Seperti relasi antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah,
pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan, dan pengalaman keluarga dengan
pengalaman bersama teman sebaya.
Ekosistem berkaitan antara lingkungan sosial dimana individu tidak memiliki
peran aktif dan konteks individu sendiri. Seperti pengalaman seorang Anak dirumah
dipengaruhi oleh pengalaman Ayah di tempat kerjanya. Ayah memperoleh kenaikan
jabatan yang menuntutnya untuk lebih banyak berpergian, sehingga mungkin dapat
meningkatkan konflik dengan istrinya dan mengubah pola interaksi dengan anak.
Makrosistem adalah budaya tempat individu hidup.
Kronosistem adalah pola peristiwa lingkungan dan transisi dari rangkaian
kehidupan dan keadaan-keadaan sosiohistoris.
5. Teori Etologi
Teori etologi menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologis. Berkaitan
dengan evolusi, ditandai dengan periode kritis atau sensitive. Periode ini merupakan
jangkan waktu spesifik, menurut para ahli etologi ada atau tidaknya pengalaman tertentu
akan memiliki dampak jangka panjang bagi individu.
Ahli etologi dari Eropa bernama Konrad Lorenz, telah berhasil mengangkat
etologi menjadi sebuah teori yang penting. Konrad Lorenz melakukan eksperimen
dengan objek induk dan telur angsa yang baru menetas. Lorenz memisahkan telur-telur
angsa yang baru menetas kedalam dua kelompok. Kelompok pertama ia kembalikan
kepada induk angsa untuk dierami, kelompok kedua disimpan diinkubator. Sesaat
setelah menetas telur yang dierami oleh induknya mengikuti induk angsa kemanapun
pergi, sementara telur yang dietaskan di incubator mengikuti Lorenz kemanapun pergi.
Lorenz menyebut proses ini sebagai imprinting suatu proses belajar yang cepat dan
naluriah yang melibatkan kelekatan kepada objek yang bergerak pertama kali dilihat.
Menurut Bowlby, kelekatan kepada pengasuh selama tahun pertama kehidupan
memiliki konsekuensi penting bagi keseluruhan msa hidup seseorang.
E. Rangkuman
1. Teori psikoanalitis Freud. Menurut teori psikoanalitis lima tahun pertama kehidupan
sangat menentukan perkembangan fase kehidupan berikutnya. Fase perkembangan
menurut psikoanalitis yaitu, Fase oral (Tahun pertama kehidupan), fase anal (1-3 tahun),
fase falik (3-6 tahun), fase late, dan fase genita.
2. Teori psikososial Erik Erikson. Menurut Erikson tahap perkembangan ada delapan
yaitu, kepercayaan vs ketidakpercayaan (0-1 tahun), otonomi vs rasa malu (1-3 tahun),
prakasa vs rasa bersalah (3-5 tahun), semangat vs rasa rendah diri (6-pubertas), identitas
vs kebingungan (10-20 tahun), keakraban vs keterkucian (20-30 tahun), generativitas vs
stagnansi (40-50 tahun), dan integritas vs putus asa (> 60).
3. Teori Ekologi Teori ekologi menyatakan bahwa perkembangan mencerminkan
pengaruh dari sejumlah sistem lingkungan. Teori tersebut mengidentifikasi lima sistem
lingkungan yaitu, mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem.
4. Teori ekosistem
Teori etologi menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologis. Berkaitan
dengan evolusi, ditandai dengan periode kritis atau sensitive. Periode ini merupakan
jangkan waktu spesifik, menurut para ahli etologi ada atau tidaknya pengalaman tertentu
akan memiliki dampak jangka panjang bagi individu.
F. Tes Formatif
1. Jelaskan tahapan perkembangan dari perspektif psikoanalisa freuid ?
2. Jelaskan teori perkembangan psikoanalisa ?
3. Jelaskan teori perkembangan kognitif ?
4. Jelaskan teori perkembangan ekologi ?
5. Jelaskan teori perkembangan etologi ?
G. Kata-Kata Kunci
Psikoanalitis Freud, Psikososial Erikson, perkembangan kognitif, ekologi, dan etiologi.

Anda mungkin juga menyukai