KEBIJAKAN FISKAL
Dasar pemikiran dalam kebijakan fiskal adalah bahwa pemerintah tidak dapat disamakan dengan
individu dalam pengaruh dari tindakan masing-masing terhadap masyarakat sebagai keseluruhan.
Umumnya masyarakat akan mengurangi pengeluaran apabila penerimaannya menurun,
sedangkan pemerintah tidak harus melakukan hal sama pada kondisi yang sama seperti yang
terjadi di masyarakat. Apabila tindakan pemerintah mengurangi pengeluaran malah akan
menggangu memperburuk perekonomian. Mengapa ? Karena menurunnya pengeluaran
pemerintah akan berarti menurunnya pendapatan masyarakat sebagai objek pajak, dan tentunya
akan memperkecil penerimaan pemerintah.
2
Anggaran Keuangan Publik
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Kupang
pembiayaan jangka menengah, penyusunan statistik, penelitian dan rekomendasi
kebijakan di bidang fiskal, keuangan, dan ekonomi.
b) Fungsi penganggaran.
Fungsi ini meliputi penyiapan, perumusan, dan pelaksanaan kebijakan, serta perumusan
standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur dan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang APBN.
c) Fungsi administrasi perpajakan.
d) Fungsi administrasi kepabeanan.
e) Fungsi perbendaharaan.
Fungsi perbendaharaan meliputi perumusan kebijakan, standard, sistem dan prosedur di
bidang pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara, pengadaan barang dan jasa
instansi pemerintah serta akuntansi pemerintah pusat dan daerah, pelaksanaan penerimaan
dan pengeluaran negara, pengelolaan kas negara dan perencanaan penerimaan dan
pengeluaran, pengelolaan utang dalam negeri dan luar negeri, pengelolaan piutang,
pengelolaan barang milik/kekayaan negara (BM/KN), penyelenggaraan akuntansi,
pelaporan keuangan dan sistem informasi manajemen keuangan pemerintah.
f) Fungsi pengawasan keuangan.
Implementasi kebijakan fiskal ditempuh dengan dengan strategi perumusan kebijakan
fiskal diarahkan untuk tetap memberikan ruang bagi ditempuhnya kebijakan stimulus
fiskal secara terukur guna mendorong upaya akselerasi pertumbuhan ekonomi sekaligus
perbaikan pemerataan hasil pembangunan nasional dengan tetap menjaga kesinambungan
fiskal. Sehubungan dengan itu, langkah- langkah yang akan ditempuh adalah:
(1) memberikan insentif fiskal untuk kegiatan ekonomi strategis;
(2) mendorong pembangunan infrastruktur;
(3) meningkatkan kinerja BUMN dalam mendukung pembangunan infrastruktur,
pemberdayaan koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah (KUMKM); serta
(4) memanfaatkan utang untuk belanja produktif.
Sebagai contoh, untuk kebijakan fiskal tahun 2014 masih bersifat ekspansif dalam rangka
menjaga momentum pertumbuhan dengan tetap mengendalikan defisit dalam batas aman.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui:
(1) kebijakan pendapatan negara;
(2) kebijakan belanja negara; dan
(3) kebijakan defisit dan pembiayaan anggaran.
Pengelolaan kebijakan fiskal yang sehat dan berkesinambungan diharapkan dapat
menjaga sentimen positif para pelaku pasar dan mendorong peningkatan efisiensi dan
efektivitas belanja negara sehingga memberikan dampak multiplier yang positif bagi
perekonomian nasional.
Lebih lanjut kebijakan pendapatan negara tahun 2014 diarahkan untuk mengoptimalkan
penerimaan dari bidang perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Di
bidang perpajakan, kebijakan dan langkah penting yang ditempuh dalam tahun 2014,
antara lain:
(1) penyempurnaan peraturan perpajakan untuk lebih memberi kepastian hukum serta
perlakuan yang adil dan wajar;
(2) penyempurnaan kebijakan insentif perpajakan untuk mendukung iklim usaha dan
investasi;
(3) penyempurnaan sistem administrasi perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan
wajib pajak;
(4) perluasan basis pajak dan penyesuaian tarif; serta
(5) penguatan penegakan hukum bagi penyelundup pajak (tax evation).
Sementara itu, kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai antara lain terdiri dari:
(1) ekstensifikasi barang kena cukai; dan
(2) penyesuaian tarif cukai hasil tembakau.
Selanjutnya, pokok-pokok kebijakan PNBP di tahun 2014 antara lain:
(1) peningkatan PNBP migas dan nonmigas;
(2) peningkatan kinerja badan usaha milik negara (BUMN) agar dapat berkontribusi
lebih besar dalam dividen BUMN; serta
(3) terus melakukan upaya inventarisasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi PNBP K/L.
Optimalisasi PNBP tersebut juga akan disertai dengan optimalisasi pendapatan
badan layanan umum (BLU).
Kebijakan belanja negara dalam tahun 2014 diharapkan mampu menstimulasi
perekonomian dengan tetap mengendalikan defisit dalam batas aman, mengendalikan
keseimbangan primer (primary balance) sekaligus menjaga kesinambungan fiskal.
Prioritas pembangunan yang akan dilaksanakan Pemerintah diharapkan dapat
memantapkan perekonomian nasional bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Sejalan
dengan RKP 2014, pelaksanaan kebijakan belanja negara tahun 2014 secara substansial
dan konsisten tetap diarahkan pada empat pilar yaitu:
(1) mendukung terjaganya pertumbuhan ekonomi pada level yang cukup tinggi (pro
growth);
(2) meningkatkan produktivitas dalam kerangka perluasan kesempatan kerja (pro job);
(3) meningkatkan dan memperluas program pengentasan kemiskinan (pro poor);
(4) mendukung pembangunan yang berwawasan lingkungan (pro environment).
Belanja negara terdiri atas belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah. Arah dan
kebijakan belanja Pemerintah Pusat pada RAPBN tahun 2014 difokuskan antara lain pada
upaya untuk:
(1) mendukung pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan yang efektif dan efisien;
(2) mendukung pelaksanaan program pembangunan untuk mencapai sasaran
pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan;
(3) mendukung peningkatan pertahanan dan keamanan;
(4) menyusun kebijakan subsidi yang lebih tepat sasaran serta pengembangan energi
baru dan terbarukan;
(5) melaksanakan pendidikan yang berkualitas serta meningkatkan kemudahan akses
pendidikan dan terjangkau bagi masyarakat;
(6) mendukung pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional; dan
(7) mendukung pelaksanaan Pemilu 2014 yang lancar, demokratis, dan aman untuk
menjaga stabilitas nasional.
Sementara itu, arah kebijakan transfer ke daerah tahun 2014 antara lain meliputi:
(1) meningkatkan kapasitas fiskal daerah serta mengurangi kesenjangan fiskal antara
pusat dan daerah serta antardaerah;
(2) meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan
pelayanan publik antardaerah; dan
(3) meningkatkan perhatian terhadap pembangunan di daerah tertinggal, terluar, dan
terdepan.
Selanjutnya, untuk mendukung arah dan kebijakan belanja Pemerintah Pusat dalam
APBN 2014, Pemerintah terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas belanja
(qualityof spending). Langkah utama yang ditempuh adalah melalui peningkatan efisiensi
dan efektivitas belanja negara, yang dilakukan melalui perbaikan struktur belanja negara
agar menjadi lebih produktif serta efisien dalam mendukung pencapaian target secara
optimal. Beberapa kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan efisiensi di antaranya
adalah:
(1) efisiensi subsidi BBM melalui pengendalian konsumsi BBM bersubsidi,
peningkatan program konversi BBM, program pembangunan/pengembangan gas
kota, dan pemakaian bahan bakar nabati (BBN);
(2) efisiensi belanja perjalanan dinas, seminar, dan konsinyering; serta
(3) penerapan kebijakan flat policy belanja barang operasional.
Sementara itu, peningkatan efektivitas dilakukan dengan memperbesar alokasi belanja
yang produktif dan mengendalikan belanja yang bersifat konsumtif. Dalam rangka
peningkatan efektivitas, Pemerintah terus berkomitmen meningkatkan alokasi belanja
produktif untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan daya saing dan
kapasitas produksi. Melalui peningkatan produktivitas diharapkan dapat menciptakan
nilai tambah (value added), meningkatkan kapasitas perekonomian, dan perluasan
kesempatan kerja yang pada gilirannya dapat mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh
lapisan masyarakat.
Sejalan dengan itu, kebijakan defisit anggaran dalam tahun 2014 ditempuh dalam rangka
menjaga momentum pertumbuhan ekonomi melalui pemberian stimulus fiskal secara
terukur dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal. Untuk membiayai defisit APBN
tahun 2014, Pemerintah memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari
utang dan nonutang. Kebijakan pembiayaan dalam APBN 2014 di antaranya adalah :
(1) mengupayakan rasio utang terhadap PDB berkisar 22—23 persen pada akhir tahun
2014;
(2) memanfaatkan SAL sebagai fiscal buffer untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya krisis khususnya pada pasar SBN;
(3) memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif dan mempertahankan kebijakan
negative net flow;
(4) mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif antara lain melalui
penerbitan sukuk yang berbasis proyek; dan
(5) mengalokasikan dana investasi Pemerintah dalam rangka pemberian PMN kepada
BUMN/ lembaga untuk percepatan pembangunan infrastruktur, penjaminan KUR,
dan peningkatan kapasitas usaha BUMN/lembaga.
Melalui langkah-langkah tersebut, APBN diharapkan dapat dikelola secara efisien dan
produktif sehingga tidak hanya memberi kontribusi yang optimal bagi kesinambungan
fiskal, tetapi juga berdampak pada peningkatan daya saing perekonomian nasional.
Selanjutnya, hal tersebut diharapkan dapat mendukung pencapaian tujuan pembangunan
nasional untuk meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
RANGKUMAN
1) Kebijakan fiskal bertujuan untuk mencegah pengangguran dan menjaga stabilitas harga.
2) Macam kebijakan fiskal adalah: pembiayaan fungsional, pengelolaan anggaran, stabilisasi
anggaran otomatis, dan anggaran belanja seimbang.