Anda di halaman 1dari 32

 

A. KONSEP DASAR FARINGITIS


ARINGI TIS

1. Pengertian Faringitis

a. Faringitis adalah suatu sindrom inflamasi dari faring


faring atau tonsil yang disebabkan oleh

 beberapa grup mikroorganisme yang berbeda. Faringitis dapat menjadi bagian dari infeksi

saluran napas atas atau


a tau infeksi lokal didaerah faring. (http://kruegerchuy.
(http://kruegerchuy.
wordpress.com/faringitis diakses tgl 13 Juli 2010)

 b. Infeksi saluran napas atas adalah infeksi yang disebabkan mikroorganisme di struktur 
struktur 

saluran napas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk rongga hidung,

faring dan laring, yang dikenal dengan ISPA


ISPA antara lain pilek, faringitis atau radang

tenggorokan, laringitis dan influenza tanpa komplikasi. (Elizabeth. J. Corwin, PHD,

MSN, CHP, Hal. 538)

c. Faring atau
atau tenggorok
tenggorok adalah rongga yang menghubungkan antara hidung dan rongga
rongga

mulut ke laring. (NS. Anas T


Tamsuri,
amsuri, S.Kep, Hal. 3)

d. Radang faring
faring pada bayi dan anak hampir selalu melibatkan organ
organ sekitarnya sehingga

infeksi pada faring biasanya juga mengenai


mengen ai tonsil, sehingga disebut sebagai

tonsilofaringitis. Penyakit ini sering ditemukan pada bayi dan anak,


a nak, dapat berupa

tonsilofaringitis akut atau kronik. (Ngastiyah, Hal. 36)

e. Faringitis merupakan peradangan dinding yang dapat disebabkan oleh


oleh virus
virus (40-60%),
 bakteri (5-40%), alergi, trauma dan toksin.

http://hudachairi.multiply.com/journal/item/14/Faringitis  diakses tgl 13 Juli 2010)


(http://hudachairi.multiply.com/journal/item/14/Faringitis

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek 

dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita

 pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibatkan kematian.

Radang tenggorokan karena infeksi harus ditangani dengan menyembuhkan sumbernya.

Kalau infeksinya karena gigi, maka giginya yang ditangani. Demikian juga amandel dan
 

sinusitis, jika radang tenggorokannya diobati, namun gigi, amandel atau sinusitis sebagai

sumber infeksi tidak ditangani, maka akan percuma. Radang tenggorokannya akan kembali lagi

dan berulang terus.

Selain kuman, radang tenggorokan juga dapat terjadi karena virus, yaitu saat pilek dan

flu. Namun, radang tenggorokan akibat pilek dan flu akan hilang dengan sendirinya, seiring
sembuhnya penyakit tersebut. Flu ringan dapat berlomba dengan daya tahan tubuh. Artinya,

kalau daya tahan tubuh bagus, dia akan membuat pagar sendiri sehingga tidak selalu perlu

antibiotik. Tapi
Tapi kalau lebih dari seminggu radang tenggorokan yang menyertai flu tidak hilang,

apalagi jika ditambah suara serak, bisa dikategorikan serius. Radang bisa turun ke pita suara.

Alergi tidak dapat diobati karena sudah merupakan bawaan dari lahir. Cara yang paling

 baik untuk menghindari reaksi alergi adalah dengan menghindari penyebabnya dan

meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh. Semakin bagus daya tahan tubuh, semakin

rendah kadar kepekaan yang menyebabkan reaksi alergi.

2. Jenis-jenis Faringitis

Infeksi saluran pernapasan akut adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan

terutama paru-paru, termasuk penyakit tenggorokan dan telinga. Infeksi saluran pernapasan akut

diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu infeksi saluran pernapasan akut berat (pneumonia

 berat) ditandai dengan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada saat inspirasi, infeksi

saluran pernapasan akut sedang (pneumonia) ditandai dengan frekuensi pernapasan cepat yaitu

umur di bawah 1 tahun ; 50 kali/menit atau lebih cepat dan umur 1-4 tahun; 40 kali/menit atau

lebih. Sedangkan infeksi saluran pernapasan akut ringan (bukan pneumonia) ditandai dengan

 batuk pilek tanpa napas cepat dan tanpa tarikan dinding dada (Depkes RI,1992).

Secara umum, Jenis faringitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Faringitis akut ditandai secara klinis oleh adanya nyeri tenggorok mulut berbau, nyeri
menelan, kadang disertai otalgia (sakit di telinga), demam tinggi.
 

 b. Faringitis kronis ditandai secara klinis oleh nyeri tenggorok. Nyeri tenggorok biasanya

lebih ringan dibandingkan nyeri yang berkaitan dengan infeksi yang dikemukakan diatas.

Dapat ditemukan perasaan gatal dengan sering berdahak. Dinding faring posterior 

kemerahan dan seringkali mempunyai gambaran


ga mbaran cobblestone (batu kerikil) karena hipertrofi

limfoid.

Infeksi saluran pernapasan atas digolongkan ke dalam penyakit yang bukan pneumonia,

(Lidianti, 2007) yang terdiri antara lain :

a. Rhinitis

Rhinitis dapat disebabkan oleh bakteri ataupun virus, tapi lebih banyak rhinitis

dikarenakan adanya suatu alergi yang kemudian dapat diikuti dengan bakteri atau rhinitis

allergy atau pilek alergi adalah gejala alergi yang terjadi pada bagian hidung. Umumnya

timbul penyakit ini pada musim penghujan karena cuaca dingin.

Diagnosa penyakit ini seperti : hidung pilek/beringus, badan panas atau merasa tidak 

enak badan disertai pusing kepala. Penyebab pilek alergi atau rhinitis allergy ini ada

 bermacam-macam, antara lain : karena tubuh tidak kuat di udara dingin, debu di lingkungan

sekitar (rumah), polusi udara dan serbuk sari bunga.

 b. Faringitis

Faringitis (dalam bahasa latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang

menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Infeksi

saluran napas atas akut seperti faringitis merupakan infeksi rongga mulut yang paling sering

dijumpai. Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau kuman, disebabkan daya tahan yang

lemah.

Secara khusus, jenis faringitis


faringitis dapat diklasifikasikan
diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Faringitis Akut
1) Faringitis viral
 

Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian


k emudian akan

menimbulkan faringitis.

Gejala dan tanda faringitis viral adalah demam disertai rinorea, mual, nyeri

tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Vi
Virus
rus

influenza, coxschievirus, dan cytomegalovirus tidak m


menghasilkan
enghasilkan eksudat. Adenovirus
selain menimbulkan gejala faringitis juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama

 pada anak. Epsteiin Barr Virus


Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi

eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa diseluruh tubuh

terutama retroservikal dan hepatosplenomegali.

Faringitis yang disebabkan HIV-1


HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri

menelan, mual, dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring


faring hiperemis, terdapat
terdapat

eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah.

Penatalaksanaan pada penderita adalah istirahat dan minum yang cukup disertai

kumur dengan air hangat. Analgetika jika perlu dan tablet isap. Anti virus metisoprinol

diberikan infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali

 pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak < 5 tahun diberikan 50 mg/kgBB

dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari.

2) Faringitis bakterial

Infeksi grup A Streptokokus


Streptokokus beta hemo
hemolitikus
litikus merupakan penyebab faringitis

akut pada orang dewasa 15% dan pada anak 30%.

Gejala dan tanda yang tampak adalah nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang

disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.


batuk. Pada pemeriksaan tonsil

tampak tonsil membesar, faring


faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di

 permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan

faring. Kelenjar limfa leher anterior membengkak, kenyal, nyeri pada penekanan.
Terapi yang diberikan adalah antibiotik, berupa penicillin G banzatin 50.000
 

U/kgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/ hariselama

10 haridan pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari atau eritromisisn 4x500mg/hari.

Dapat juga diberikan kortikosteroid sebagai antinflamasi yaitu deksamethason 8-16 mg,

IM 1 kali, pada anak 0,08-0,3 mg/kgBB, IM 1 kali.

3) Faringitis fungal
Candida dapat tumbuh pada mukosa
mukosa rongga mulut dan faring. Gejala dan tanda

adalah keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih

di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan jamur ini dilakukan

dalam agar saboraud dekstrosa. Terapi yang diberikan adlan nystatin 100.000-400.000 2

kali/hari dan pemberian analgetika.

4) Faringitis gonorea

Hanya dapat ditemukan pada pasien yang melakukan kontak orogenital. Terapi

yang dapat diberikan adalah sefalosporin generasi ke-3. Ceftriakson 250 mg, IM.

 b. Faringitis kronik 

Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi.

Faktor predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi

kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu.

Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang biasa bernapas melalui

mulut karena hidungnya tersumbat.

1) Faringitis kronik hiperplastik 

Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior 

faring. Tampak
Tampak kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi
hiperplasi.. Pada

 pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular.


bergranular. Gejala yang

muncul biasanya adalah tenggorokan menjadi kering dan gatal dan akhirnya batuk 
 

 beriak. Terapi
Terapi yang dapat diberikan adalah dengan terapi lokal menggunakan kau
kaustil
stil

faring dengan menggunakan zat


za t kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik 

(electrocauter). Pengobatan simtomatis diberikan obat kumur atau tablet isap.

2) Faringitis kronik atropi

Sering timbul bersamaan dengan rhinitis


rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi udara

 pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan rangsangan

serta infeksi pada faring. Gejala dan tanda yang sering muncul adalah tenggorok terasa

kering, tebal, serta bau mulut.


mulut. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring dit
ditutupi
utupi oleh

lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering. Pengobatan ditujukan pada

rinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik atropi ditambahkan dengan obat
ob at kumur dan

menjaga kebersihan mulut.

c. Faringitis spesifik 

1) Faringitis Luetika

Treponema palidum dapat menyebabkan infeksi di daerah faring. Dibagi dalam 3

stadium, yaitu pada stadium promer, pada lidah, palatum mole, tonsil dan posterior 

faring berbentuk keputihan. Bila infeksi terus menerus maka akan timbul ulkus didaerah

faring seperti ulkus genitalia


genitalia yang tidak nyeri. Pada stadium sekunder terdapat eritema

 pada dinding faring yang menjlar ke arah laring. Pada stadium tertier terdapat

guma,pada tonsil dan palatum. Guma pada dinding posterior


posterior dapat menyebar ke

vertebra servikal dan dapat menyebabkan kematian. Diagnosa ditegakkan dengan

 pemeriksaan serologis.

2) Faringitis Tuberkulosis

Merupakan proses sekunder dari TB paru. Cara infeksi eksogen, yaitu kontak 

dengan septum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara. Infeksi
 

endogen yaitu dengan penyebaran melalui darah pada TB miliaris.


miliaris. Bila infeksi timbul

secara hematogen, maka lesi timbul pada kedua sisi dan sering ditemukan pada posterior 

faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole, dan palatum

durum.

Gejala keadaan umum pasien buruk karena anoreksi dan odinofagia. Pasien

mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri telinga, dan pembesaran KGB servikal.

Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan


peme riksaan BTA,
BTA, foto thoraks dan biopsi jaringan

terinfeksi. Terapi
Terapi sesuai dengan terapi untuk TB paru.

(http://klinikhuda.blogspot.com/2009/01/faringitis. html diakses tgl 13 Juli 2010)

3. Etiologi Faringitis

Etiologi infeksi saluran pernapasan akut terdiri lebih dari 300 jenis bakteri,
b akteri, virus dan

ricketsia. Bakteri penyebab antara lain genus streptokokus, staphylococcus, pneumococus,

hemofilus, bordetella dan korinebakterium. Virus penyebab antara lain golongan miksovirus,

adnevirus, koronovirus, pikornavirus. Disamping itu faktor-faktor berikut adalah faktor beresiko

untuk berjangkitnya atau mempengaruhi timbulnya infeksi saluran pernapasan akut, yaitu ; gizi

kurang, berat badan lahir rendah, tidak mendapat ASI memadai, polusi udara, kepadatan tempat

tinggal, imunisasi tidak memadai, defisiensi vitamin A, tingkat sosial ekonomi rendah, tingkat
 pendidikan ibu rendah, dan tingkat pelayanan kesehatan rendah. Gejala umum yang sering

terjadi pada penyakit Faringitis yaitu : batuk, sesak nafas, nyeri dada, suara serak, influenza dan

kadang disertai demam. (Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2005)

Ada tiga penyebab radang tenggorokan yang gejalanya dapat berupa rasa sakit di bagian

tersebut, susah menelan, susah bernapas, batuk, dan demam. Ada kalanya terjadi pembengkakan

di leher. Penyebabnya adalah infeksi, iritasi atau alergi.

Sekitar 90% dari kasus radang tenggorokan yang disertai hidung berair, demam, dan
 

nyeri telinga disebabkan oleh virus. Bakteri menjadi penyebab dari 10% kasus sisanya.

Pada 10% kasus sisanya bakteri penyebab radang tenggorokan tersering adalah

Streptokokus. Gejala infeksi bakteri ini adalah tenggorokan yang berwarna merah daging dan

tonsil yang mengeluarkan cairan. Untuk mendiagnosis bakteri ini sebagai penyebab secara pasti

adalah dengan melakukan usap tenggorok untuk kemudian di kultur serta dilakukan

 pemeriksaan darah.

a. Infeksi

Infeksi yang menyebabkan radang tenggorokan bisa bersumber dari 3 hal, yakni

kesehatan mulut dan gigi, amandel sebagai sumber infeksi, dan sinusitis.

Kurang menjaga kebersihan bagian mulut, khususnya gigi, dapat menyebabkan

radang tenggorokan. Gigi yang busuk atau berlubang menjadi tempat berkumpulnya kuman.

Kuman inilah yang kemudian masuk ke dalam tenggorokan dan menyebabkan infeksi.

Untuk mencegahnya, harus rajin menjaga kebersihan mulut dan gigi. Kalau ada gigi yang

 busuk atau berlubang, harus langsung ditangani. Misalnya, ditambal atau dicabut.

Infeksi pada amandel juga dapat menyebabkan terjadinya radang tenggorokan.

Amandel sebenarnya sangat berfungsi pada anak usia 4 - 10 tahun karena ia merupakan

 bagian dari pertahanan tubuh. Terutama


Terutama pernapasan bagian atas. Amandel yang sudah tidak 

 berfungsi lagi akan menjadi tempat berkumpulnya kuman sehingga menyebabkan infeksi

 pada tenggorokan.

Sumber ketiga penyebab infeksi tenggorokan adalah sinusitis. Setiap orang punya

 beberapa pasang organ yang disebut sinus paranasal, ada di pipi, di dekat mata, di dahi, dan

di dekat otak. Jika organ ini meradang, itu yang disebut sinusitis. Pada orang dengan

sinusitis kronis, lendir akan terus-menerus mengalir di belakang tenggorokan dan hidung.

Hal ini menimbulkan iritasi ke tenggorokan dan menyebabkan radang.

 b. Iritasi
 

Iritasi juga bisa menjadi biang keladi radang tenggorokan. Hal ini disebabkan

makanan yang masuk, yaitu makanan yang terlalu pedas, terlalu asam, terlalu panas atau

dingin, dan makanan-makanan yang terlalu bergetah. Makanan bergetah, contohnya buah-

 buahan. Jadi, tidak semua buah-buahan aman, khususnya pada mereka yang
yan g punya alergi,

karena justru dapat membuat iritasi pada tenggorokan.

Untuk mencegahnya, sebaiknya tidak makan buah-buahan dalam jumlah terlalu

 banyak. Iritasi juga sering terjadi pada mereka yang bekerja di lingkungan pabrik. Instalasi

zat kimia yang di hirup bisa menyebabkan iritasi dan radang pada tenggorokan. Oleh sebab

itu, penting sekali memakai


memaka i masker.

c. Alergi

Sementara alergi merupakan reaksi hipersensitif bagi orang yang memilikinya.

Alergi dapat disebabkan bermacam hal, seperti makanan dan minuman, obat-obatan

tertentu, cuaca, dan debu. Zat yang menyebabkan alergi disebut allergen. Jika allergen

masuk ke dalam tubuh penderita alergi, tubuh pun akan mengeluarkan zat-zat yang

menyebabkan alergi. Akibatnya, timbul reaksi-reaksi tertentu, seperti gatal-gatal atau batuk-

 batuk.

Alergi terhadap suatu makanan dapat menyebabkan reaksi sakit pada tenggorokan.

Selain itu, radang tenggorokan sering dialami mereka yang alergi terhadap jenis buah-

 buahan tertentu dan olahannya, misalnya jus. Hati-hati, tidak semua jus aman bagi orang-

orang yang mengalami radang tenggorokan berulang karena alergi. Sering batuk dan sakit

tenggorokan. Paling sering justru pada jus tomat.

Minyak goreng bekas juga sering menjadi penyebab alergi dan mengakibatkan

radang tenggorokan. Orang yang alergi terhadap minyak goreng bekas harus selalu

mengganti minyak setiap kali akan menggoreng.


menggoreng. (http://www.susukolostrum.com/tht/

faringitis-virus.html diakses tgl 13 Juli


Juli 2010)
 

4. Patofisiologi Faringitis

Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila

epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan

infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan

sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula lapisan tapi menjadi menebal dan kemudian

cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh

darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih dan abu-abu

terdapat dalam folikel atau jaringan lomfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak 

 pada dinding faring posterior, atau terletak lebih


lebih ke lateral, menjadi meradang dan

membengkak. (http://farmasiinfo.blogspot.com/2009/05/patologi-faringitis.html
(http://farmasiinfo.blogspot.com/2009/05/patologi-faringitis.html diakses tgl 13

Juli 2010)

Seperti orang dewasa, infeksi pada anak menyebabkan inflamasi dan pembengkakan

saluran napas yang bermakna. Pada kenyataannya, anak-anak yang mengalami ISPA mungkin

memperlihatkan gejala klinis yang lebih dramatis karena saluran napas atas jauh lebih sempit

sehingga resistensi terhadap arus udara tinggi walaupun pembengkakan dan sumbatan jalan

napas tidak mencolok. Batuk yang terdengar pada anak yang mengidap faringitis mungkin

seperti menyalak, serak dan stridor.


stridor. Terapi
Terapi untuk anak-anak yang menderita faringitis derajat
ringan-sampai-sedang antara lain vaporizer, terapi oksigen. Mereka yang menderita faringitis

derajat sedang-sampai berat dapat diobati dengan pemberian glukokortikoid intramuskular atau

nebulizer. Inflamasi epiglottis dapat menyebabkan sumbatan total jalan napas, kecemasan yang

 bermakna dan kematian. Anak-anak cenderung duduk telungkup dan dapat berguling. Untuk 

anak-anak yang menderita epiglotitis, perlu dirawat di rumah sakit dan mungkin memerlukan

tindakan intubasi atau trakeostomi. (Elizabeth, J. Corwin, PhD, MSN, CNP,


CNP, Hal. 352)

Sekitar 90% kasus faringitis disebabkan virus. Sisanya disebabkan bakteri dan
 

kandidiasis fungal (jarang terjadi, biasanya pada bayi). Juga dapat disebabkan iritasi akibat

 polusi senyawa kimia. Pada faringitis akibat virus, virus berusaha menembus sel-sel
sel-sel mukosa

yang melapisi nasofaring dan bereplikasi dalam sel-sel ini. Gangguan pada penderita seringnya

disebabkan oleh 0leh sel-sel dimana virus berimplikasi. Umumnya sembuh dengan sendirinya,

tidak perlu pengobatan


pengoba tan spesifik, dan jarang menimbulkan komplikasi. Virus Epstein-barr
Epstein-barr,,
herpes simplex, measle dan common coald.

Bakteri penyebab faringitis yang paling umum adalah kelompok A streptokokus.


streptokokus. Ada

 banyak strain; paling berbahaya strain B-hemolitik (GABHS). Bakteri lain yang juga umum

adalah Corynebacterium diphtheria, Chlamydia pneumonia


pneumon ia dan stafilokokus. Jika tidak 

ditangani dalam 9 hari, infeksi oleh GABHS beresiko menimbulkan demam rematik.

Corynebacterium diphtheria tidak terlalu invasive dan tetap terlokalisir pada permukaan

saluran permukaan saluran pernapasan. Hanya lisogenik corynebacterium diphtheria tidak 

terlalu terlokalisasir pada permukaan sluran peranafasan. Hanya lisogenik Corynebacterium


Coryneb acterium

diphtheria bakteriofag pembawa gen toksik yang menyebabkan difteria. Kerusakan pada faring

disebabkan oleh toksin tersebut, yang membunuh sel-sel mukosa dan Adenosine Diphosphate

(ADP) Ribosylating Alongation Factor II. Toksin


Toksin juga dapat merusak jantung dan saraf. Bakteri

ini telah dieradikasi di Negara-negara maju sejak dilakukannya


dilakukan nya program vaksinasi anak, tetapi

masih dilaporkan dinegara-negara dunia ketiga dan makin meningkat dibeberapa daerah di
eropa timur. Antibiotic efektif dalam tahap awal, tapi penyembuhan biasanya lamban.

Sedangkan Chlamydia pnemoniae menyebabkan sekitar 5% infeksi, dengan onset sub

akut dan faringitis. Penderita sering mengalami pola bifasik, tetapi membaik sebelum

 berkembang menjadi bronchitis atau pneumonia. (http://klinikhuda.blogspot.com/2009/01


(http://klinikhuda.blogspot.com/2009/01

/faringitis.html diakses tgl 13 Juli 2010)


 

Gambar 1. Faringitis

5. Tanda-tanda Bahaya pada Faringitis

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan

gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat

dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin

meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang

lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang

ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar 

tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda- tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-

tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris :

a. Tanda-tanda klinis
klinis pada sistem respiratorik adalah tachypnea, napas tak teratur (apnea),

retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,

grunting expiratoir dan wheezing

 b. Pada sistem cardial adalah tachycardia, bradycardiam, hipertensi, hipotensi dan cardiac

arrest

c. Pada sistem cerebral adalah gelisah,


gelisah, mudah terangsang,
terangsang, sakit
sakit kepala, bingung, pepil

 bendung, kejang dan coma

d. Pada hal umum adalah letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris :
 

a. Hypoxemia

 b. Hypercapnia

c. Acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah : tidak 

 bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada

anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah : kurang bisa minum (kemampuan minumnya

menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasanya diminumnya), kejang, kesadaran

menurun, stridor, wheezing.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit Faringitis

a. Pendidikan ibu

Orang dengan tingkat pendidikan formalnya lebih tinggi cenderung akan

mempunyai pengetahuan yang lebih dibandingkan orang dengan tingkat pendidikan formal

yang lebih rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti serta pentingnya

kesehatan. Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kebutuhan

 bagi diri dan lingkungan yang dapat mendorong kebutuhan akan pelayanan kesehatan.

(Potter 2005).

Para ibu yang tidak


tidak pernah bersekolah mengalami kematian balita 35%
dibandingkan dengan ibu yang pernah bersekolah, tetapi tidak menyelesaikan sekolah

dasarnya. Perbedaan itu menjadi sangat mencolok, mencapai 97% dibandingkan para ibu

yang berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya. Pendidikan adalah salah satu

 jalan menjadikan perempuan sebagai agen perubahan, bukan sekedar penerima pasif 

 program pemberdayaan. Pendidikan menjadi salah satu faktor yang memungkinkan

 perempuan memiliki independensi ekonomi. Hal ini membuat perempuan memiliki suara

dalam rumah tangga maupun di masyarakat, antara lain dalam mengatur pembagian “harta”
 

keluarga seperti makanan, biaya kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Perempuan juga

memiliki sumber penghasilan di tangannya, cenderung membelanjakan penghasilan itu

untuk kesejahteraan anak-anaknya sebagai generasi penerus bangsa. (Potter 2005).

Seringkali ibu yang mempunyai balita terjangkit ISPA harus belajar melakukan

 praktik kontrol infeksi di rumah. Teknik


Teknik pencegahan penyakit ISPA hampir menjadi sifat

kedua bagi perawat yang melakukannya tiap hari. Namun, ibu yang mempunyai balita

terjangkit ISPA
ISPA kurang menyadari faktor-faktor yang meningkatkan penyebaran infeksi atau

cara-cara untuk mencegah penularannya. Perawat harus mengajarkan ibu yang mempunyai

 bayi terjangkit ISPA


ISPA tentang
tentang infeksi dan teknik untuk mencegah atau mengontrol

 penyebarannya (Potter 2005).

 b. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

 penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan

merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan yang di cakup dalam dominan kognitif mempunyai 6 tingkat :

1) Tahu ( Know),
 Know), diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu

yang spesifik dari seluruh materi yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (Comprehension
Comprehension),
), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

 benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar.

3) Aplikasi ( Application),
 Application), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi sekarang

4) Analisis ( Analysis)
 Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi yang ada
 

kaitannya satu sama lain

5) Sintesis (Syntesis
Syntesis),
), menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

6) Evaluasi ( Evaluation),
 Evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi /

 penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Ditengah-tengah kesibukannya menyelesaikan tugas rutinnya itu, ibu masih dibebani

untuk merawat dan mengasuh anak. Sulit bagi ibu memisahkan pekerjaan itu dalam waktu

terpisah. Keterbatasan tenaga dan waktu membuat ibu harus melaksanakan tugas ganda

 bersamaan. Biasanya sambil memasak di dapur, seorang ibu juga harus mengasuh anaknya.

Ketika tangannya sibuk mengolah masakan untuk keluarganya, anak yang masih balita biasa

tetap berada di pangkuannya. Kalau tidak digendong, anaknya yang belum bisa di apih,

ditidurkan di dipan yang terletak di dapur. Sementara asap dari kompor terus mengeluarkan

asap. Ruangan dapur dipenuhi gas dari alat masak yang sebenarnya berbahaya bagi anak.

Anak yang berada di dapur bersama ibunya tidak bisa menghindari dari kepungan asap.

Dengan berjalannya waktu, akumulasi


akumu lasi asap yang dihisap anak semakin besar.
besar. Tanpa
Tanpa disadari

sang ibu, anak itu telah terkena penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut. (Juniarti Sahar,
Sahar,

2005).

c. Gaya Hidup

Banyak kegiatan, kebiasaan dan cara pelaksanaan kesehatan yang mengandung

faktor risiko; berbagai stress akibat krisis kehidupan dan perubahan gaya
ga ya hidup juga

merupakan faktor risiko. Cara pelaksanaan dan perilaku sehat dapat berakibat positif 

ataupun negatif terhadap kesehatan. Cara pelaksanaan kesehatan berpotensi memberikan

efek negatif dapat termasuk sebagai faktor risiko; antara lain yaitu makan yang berlebihan

atau nutrisi yang buruk, kurang tidur dan istirahat, dan kebersihan pribadi yang buruk.

Kebiasaan lain yang menyebabkan seseorang beresiko menderita sakit antara lain kebiasaan
 

merokok atau minum minuman alkohol atau penyalahgunaan obat. (Potter, 2005)

Selain itu dapat disebabkan karena :

1) Iritasi

Iritasi dapat disebabkan oleh debu, asap, atau kekeringan udara yang berlebihan

2) Alergi

Drip postnasal yang berlebihan dapat menyebabkan


menyeb abkan iritasi faring.

3) Trauma

a) Penyalahgunaan Vokal

Berteriak, menyanyi berlebihan atau bentuk lain penyalahgunaan vokal dapat

menimbulkan nyeri tenggorok demikian juga suara parau.

 b) Benda Asing

Mula timbul nyeri tenggorok yang mendadak dapat disebabkan oleh adanya benda

asing. Liur yang mengalir dan kesukaran menelan sering ditemukan.

c) Luka Bakar 

Faring dapat mengalami luka oleh makanan atau minuman yang panas, atau oleh

karena asam atau basa

d) Asap

Anak-anak dapat mengalami iritasi faring akibat asap rokok berat dirumah.

Faringitis dapat terjadi setelah inhalasi yang berkaitan dengan kebakaran.

d. Status Gizi

Makanan adalah kebutuhan hidup yang sangat penting diantara kebutuhan pokok 

hidup manusia dan pemenuhannya tidak dapat ditunda-tunda lagi. Makanan adalah bahan

yang menyebabkan tubuh manusia dapat bekerja, kalau kita umpamakan maka tubuh

manusia itu bagaikan sebuah mesin, dimana dalam kegiatannya diperlukan en


energi.
ergi. Energi
 

dibutuhkan untuk bernapas, berjalan, berdiri serta untuk tumbuh kembang. Manusia

mendapatkan energi dari makanan


mak anan yang dimakan (Ns. Anas Tamsuri,
Tamsuri, S.Kep, 2008).

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan

kesejahteraan manusia. Ada hubungan erat antara tingkat keadaan gizi dengan konsumsi

makanan. Tingkat keadaan gizi optimal akan tercapai apabila konsumsi gizi makanan pada

seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh mereka. Gizi adalah suatu proses

organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,

absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak 

digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-

organ, serta menghasilkan energi. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan

dalam bentuk variabel tertentu. Sebagai contoh pada gondok endemik merupakan keadaan

yang seimbang pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.

Status gizi buruk balita ditetapkan berdasarkan atas


a tas salah satu hal berikut :

1) Perbandingan berat badan dari umur atau berat badan jatuh pada daerah garis merah

 pada KMS

2) Anak yang dalam tiga


tiga kali penimbangan berturut-turut
berturut-turut berat badannya tidak mengalami

 peningkatan

3) Balita yang dalam pemeriksaan


pemeriksaan ditemukan menderita xeroptalmia
xeroptalmia (kurang vitamin A).

4) Balita yang mempunyai pembesaran


pembesaran kelenjar thyroid akibat kekurangan unsur yodium

yang diperlukan untuk hormon thyroid.

5) Balita yang menderita anemia, dimana keadaan akibat kadar Hb kurang, akibat
akibat

kekurangan salah satu zat pembentuk (zat besi, asam folat, vitamin B12).

Menurut (dr. Hamam Hadi, 2005) balita yang mengalami kekurangan gizi juga bisa

dipengaruhi oleh kekurangan zat gizi yang diterima dari ibu yang menyusuinya. Jika zat gizi

yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka balita tersebut akan mengalami kurang
 

gizi yang mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya.

e. Status Imunisasi

Imunisasi berasal dari “kata imun”. Imunisasi adalah suatu upaya untuk 

mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau

 produk kuman yang sudah dilemahkan atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat
menghasilkan zat anti yang pada suatu saat nanti digunakan untuk melawan kuman atau

 bibit penyakit yang menyerang tubuh

Menurut Karn Garna Baratawijaya dalam Markum (2000), disebutkan bahwa

imunisasi adalah suatu prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas seseorang terhadap

kuman pathogen tertentu. Hal ini dimaksudkan


dimaksudka n agar orang yang diberikan imunisasi tertentu

akan kebal terhadap penyakit yang disebabkan oleh kuman pathogen sesuai dengan jenis

vaksin yang diberikan.

Imunisasi terdiri atas imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah suntikan ke

dalam tubuh anak kuman yang sudah dimatikan atau di perlemah, suntikan ini akan

merangsang tubuh mengembangkan daya tahan tubuhnya dengan memproduksi antibodi

yang memiliki ketahanan sampai seumur hidup. Sedangkan imunisasi pasif yaitu suntikan

yang berasal dari serum atau darah binatang, imunisasi ini memiliki ketahanan sementara.

Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi yang sangat efektif untuk menurunkan angka

kematian dan kesakitan bayi serta balita dari jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi (Depkes RI, 2002).

 Namun menurut Ibrahim. S (2003), beberapa faktor yang menyebabkan anak tidak 

 bisa dilindungi dari penyakit-penyakit berbahaya adalah ketidaktahuan para orang tua

tentang adanya vaksin dan kurangnya kesadaran betapa kerugian yang bisa diderita oleh

anak jika sakit

Pertusis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi tenggorok dengan bakteri
 Bordetella pertusis.
pertusis. Penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi pada usia 2,4 dan 6 bulan.
 

Pertusis terjadi dalam wadah tiap 3 sampai 5 tahun. Sebelum imunisasi tersedia, banyak 

 bayi dan anak mati karena pertusis. Biasanya pertusis mulai seperti pilek saja dan ingus,

kecapaian dan adakalanya demam ringan. Kemudian timbulnya batuk, biasanya bertubi-

tubi, diikuti dengan rejan. Adakalanya orang muntah setelah batuk 

Pertusis mungkin parah sekali bagi anak kecil, yang mungkin membiru atau berhenti
 bernafas sewaktu batuk dan mungkin harus dibawa ke rumah sakit. Anak yang lebih besar 

dan orang dewasa mungkin mengalami penyakit yang lebih ringan dengan batuk yang

 berkelanjutan selama berminggu-minggu, tanpa memperhatikan perawatan. Pertusis

ditularkan kepada orang lain melalui tetesan (dari batuk atau bersin). Tanpa perawatan,

orang yang menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3

minggu setelah batuk mulai. Waktu antara eksposur dan penyakit biasanya antara 7 sampai

10 hari, tetapi mungkin berkelanjutan sampai 3 minggu. Vaksin


Vaksin DPT ini tidak memberi
me mberi

 perlindungan seumur hidup terhadap pertusis, dan perlindungan ini adakalanya tidak 

lengkap. Anak-anak harus diimunisasikan pada usia 2,4 dan 6 bulan.

Di indonesia saat ini, imunisasi menjadi salah satu program pelayanan kesehatan

yang sedang di galakkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena adanya pergeseran

 pelayanan kesehatan dari yang bersifat promotif ke preventif. Pengembangan Program

Imunisasi (PPI) dilakukan dalam bentuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan


k egiatan-kegiatan imunisasi massal

seperti Pekan Imunisasi Nasional (PIN), Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Program

Eliminasi Tetanus
Tetanus Neonatorum (ETN) dan
da n lain sebagainya. Tujuan akhir dari PPI tersebut

adalah tercapainya Universal Child Immunization (UCI) pada tahun 2002 (Depkes,

2001).

f. Lingkungan

Lingkungan yang sehat merupakan suatu persyaratan untuk memelihara tubuh sehat,

kelembaban yang rendah dapat mengeringkan selaput lendir hidung dan mulut yang
 berpengaruh pada masalah pernapasan (Dwidjoseputro, 1990).
 

Menurut (Entjang Indan, 2000), keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang

memerlukan keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan seperti dikemukakan oleh WHO

 bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya

kejadian penyakit dalam masyarakat. Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian

 penyakit diantaranya mempengaruhi kebersihan udara, karena rumah terlalu sempit maka
ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan menurunnya daya

tahan tubuh karena mudahnya perpindahan bibit penyakit dari manusia yang satu ke

manusia yang lain, sehingga memudahkan terjadinya penyakit seperti penularan penyakit

saluran pernapasan.

Rumah sehat harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan yaitu : kebutuhan fisiologis,

suhu ruangan antara 18-20 ºc, penerangan siang dan malam baik terutama penerangan

listrik, pertukaran hawa baik dengan luas seluruh ventilasi adalah 15 % dari luas lantai, dan

mempunyai isolasi suara, kebutuhan psikologis (keindahan, jaminan kebebasan, privasi,

ruangan berkumpul keluarga, dan ruang tamu), terhindar dari kecelakaan serta dari penyakit

(luas kamar tidur 5 m2 per kapita perluas lantai). (Entjang Indan, 2000).

Lingkungan fisik tempat dimana seseorang bekerja atau tinggal dapat meningkatkan

kemungkinan terjadinya penyakit tertentu. Polusi udara, air dan suara dapat meningkatkan

risiko terjadinya penyakit. Lingkungan fisik rumah dapat menyebabkan risiko bagi individu

terutama anak khususnya balita. Tempat tinggal yang tidak bersih, sistem penghangat atau

 pendingin ruangan yang buruk dan lingkungan yang padat dapat meningkatkan

kemungkinan terjadinya penyebaran penyakit. Konflik atau masalah lain dalam keluarga

mungkin dapat menjadi stressor yang menyebabkan individu atau seluruh keluarga

mengalami peningkatan risiko terjadinya penyakit (Edelman dan Mandle, 1994).

7. Penatalaksanaan

a. Untuk Faringitis Akut


 

Jika di duga atau ditunjukkan adanya penyebab bakterial, pengobatan dapat

mencakup pemberian Agens antimicrobial untuk streptokukus group A, penisilin merupakan

obat pilihan. Untuk pasien alergi terhadap penisilin atau yang


y ang mempunyai organisme

resisten terhadap eritromisin digunakan sefalosporin. Antibiotik di berikan selama

sedikitnya 10 hari untuk menghilangkan streptokokus group A dari orofaring.


Diet cair atau lunak diberikan selama tahap akut penyakit, tergantung pada nafsu

makan pasien dan tingkat rasa tidak nyaman yang terjadi bersama proses menelan. Kadang

tenggorok sakit sehingga cairan tidak dapat di minum dalam jumlah yang cukup dengan

mulut. Pada kondisi yang parah, cairan diberikan secara intravena. Sebaliknya, pasien

didorong untuk memperbanyak minum sedapat yang ia lakukan dengan minimal 2 sampai 3

liter sehari. (Ngastiyah, Hal. 37)

 b. Untuk Faringitis Kronik 

Didasarkan pada penghitungan gejala, menghindari pemajanan terhadap iritan, dan

memperbaiki setiap gangguan saluran napas atas, paru atau jantung yang mungkin

mengakibatkan terhadap batuk kronik.

Kongesti nasal dapat dihilangkan dengan sprei nasal / obat-obatan yang mengandung

epinefrin sulfat (Afrin) atau fenilefrin hidroklorida (Neo-Synphrine). Jika terdapat riwayat

alergi, salah satu medikasi dekongestan antihistamin seperti Drixarol/ Dimentapp, diminum

setiap 4-6 jam. Malaise secara efektif dapat dikontrol dengan aspirin / asetaminofen.

(Ngastiyah, Hal. 37-38)

c. Pada Anak-anak 

Bila anak menjadi gelisah, rewel, sulit tidur, lemah atau lesu karena gejala radang

tenggorokan ini, kita dapat membantu meredakan gejalanya. Tidak harus selalu dengan obat,

mungkin dengan tindakan yang mudah dan sederhana bisa membantu menenangkan anak.
1) Nyeri menelan :
 

Banyak minum air hangat, obat kumur, lozenges, paracetamol untuk meredakan nyeri

2) Demam

Banyak minum, paracetamol, kompres hangat atau seka tubuh dengan air hangat.

3) Hidung tersumbat dan berair (meler)

Banyak minum hangat, anak diuap dengan baskom air hangat, tetes hidung NaCl.
Dalam beberapa kasus, radang tenggorokan karena virus baru sembuh setelah 2

minggu. Yang
Yang diperlukan adalah kesabaran
ke sabaran dan pengawasan orang tua terhadap gejala anak.

Bawalah anak ke dokter


do kter bila gejala terlihat makin berat; anak tampak sulit bernapas,

kebiruan pada bibir atau kuku, anak tampak gelisah atau justru sangat mengantuk, atau anak 

 batuk/demam berkepanjangan.

Karena hampir seluruh kasus disebabkan oleh virus, maka antibiotik biasanya tidak 

dipergunakan. Infeksi oleh virus (misalnya batuk-pilek, radang tenggorokan) sama sekali

tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik. Infeksi virus akan sembuh dengan sendirinya,

tubuh akan melawan dengan sistem kekebalan tubuh. Penggunaan antibiotik yang

 berlebihan justru akan merugikan karena akan membuat menjadi resisten dan antibiotik 

menjadi tidak mempan untuk melawan infeksi saat dibutuhkan, terutama pada anak-anak 

(http://klinikhuda.blogspot.com/2009/01/faringitis.html diakses tgl 13 Juli 2010)


 

BAB II
PEMBAHASAN

“ Laringitis”

2.1 LANDASAN TEORITIS PENYAKIT


PENYAKIT
A. Definisi Penyakit
• Laringitis adalah inflamasi laring (ensiklopedia keperawatan).

• Laring
Laringiti
itiss adalah
adalah peradan
peradangan
gan yang
yang ter
terjad
jadii pada
pada pit
pitaa suara
suara karena
karena ter
terlal
lalu
u
 banyak digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu
susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu
masuk dari batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara—dua buah
memb
embran muk
uko
osa yang terlipa
patt dua membungk
gku
us otot dan tulang rawan
(http://www.sehatgroup.web.id/).
Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui
 pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi
Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi
iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara
yang diprod
diproduks
uksii oleh
oleh udara
udara yang lewat
lewat melalu
melaluii celah
celah dianta
diantara
ra keduanya
keduanya.. Aki
Akibatn
batnya,
ya, sua
suara
ra akan
akan
terdengar
terdengar serak. Pada beberapa kasus laringitis,
laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga
sehingga tidak 
terdengar.
(http://www.sehatgroup.web.id/)
http://www.sehatgroup.web.id/)

Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama (kronis) lebih
dari 3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradagnan akibat
virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius.
(http://www.news-medical.net/)
 

B. Anatomi Laring
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut ini akan ditampilkan laring
secara anatomi.
 
 

Gambar 1.1
Anatomi Laring

Bentuk laring menyerupai limas segitiga


segitiga terpancung
terpancung dengan bagian atas lebih terpancung
terpancung dan bagian
atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal

kartilago krikoid. Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan,
 baik yang berpasangan ataupun tidak. Komponen utama pada struktur laring adalah kartilago tiroid
yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk 
huruf U dan dapat dipalapsi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian
 bawah os hioid
h ioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid.
Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea
lewat kartilago
kartilago krikotiroi
krikotiroid
d yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan
permukaan superior
superior lamina terletak 
terletak 
 pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago
aritinoid ini mempunyai dua buah prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis
lateralis. Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda vokalis sedangakan
ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung
 bebas dan
d an permukaan superior korda vokalis suara membentuk glotis.
g lotis. Kartilago epiglotika merupakan
struktur garis tengah tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan
yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua pasang kartilago kecil didalam
laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni kartilago kornikulata dan kuneiformis.
 

Gambar 1.2

Anatomi Laring

Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot ekstinsik bekerja pada
laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid,
m.stil
m.stilohi
ohioid
oid dan m.milo
m.milohioi
hioid)
d) yang
yang berfun
berfungsi
gsi menari
menarik
k lar
laring
ing ke atas.
atas. otot
otot ekstin
ekstinsik
sik infrah
infrahioi
ioid
d
(m.sternihioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai
struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda
vokalis dan berperan dalam membentuk teganagan korda vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik 
kartilago tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis. Laring disarafi oleh cabang-
cabang
cabang nervus
nervus vagus
vagus yakni
yakni nervus
nervus laringe
laringeus
us superi
superior
or dan nervus
nervus lar
laring
ingeus
eus inferi
inferior
or (n.lar
(n.laring
ingeus
eus
rekurens). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring
 

terdiri dari dua cabang yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan
 bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.
inferior.
(Cohen JL 1997,369-76)

C. Fisiologi Laring
Laring berfungsi sebagai proteksi,
proteksi, batuk, respirasi,
respirasi, sirkulasi
sirkulasi,, respirasi
respirasi,, sirkulasi
sirkulasi,, menelan,
menelan, emosi dan
fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk 
kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing
yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek 
 batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar ke
kecilnya
cilnya rima glotis. Dengan terjadinya
 perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi
darah tubuh. Oleh karena itu, laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah.
Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah
keatas,
keatas, menutu
menutup
p aditus
aditus laring
laringeus
eus,, serta
serta mendor
mendorong
ong bolus
bolus makanan
makanan turun
turun ke hipofa
hipofarin
ring
g dan tidak 
tidak 
mungkin
mungkin masuk kedalam laring. Laring
Laring mempunyai
mempunyai fungsi untuk mengekspresikan
mengekspresikan emosi seperti
seperti
 berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan
membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.
(Cohen JL 1997,369-76)

D. Etiologi
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan

terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran
nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita
suara.
Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau regangan vokal dan
tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih serius dari kondisi
medis yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang dari beberapa minggu dan
disebabkan cuaca dingin.
Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas
(misal
(misalnya
nya common
common cold).
cold). Laring
Laringiti
itiss juga
juga bisa
bisa menyer
menyertai
tai bronki
bronkitis
tis,, pneumo
pneumonia,
nia, influe
influenza,
nza,
 pertusis, campak dan difteri.
(Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003,190 – 200)
 

1. Laringitis Akut
Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi bakteri seperti difteri
 juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat juga terjadi
saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti
selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia).

(http://www.klinikindonesia.com/)
a. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza
atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3),
rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella
ca
cata
tarr
rrha
hali
lis,
s, Stre
Strept
ptoco
ococcu
ccuss py
pyoge
ogene
nes,
s, St
Stap
aphyl
hyloco
ococc
ccus
us au
aure
reus
us da
dan
n St
Stre
rept
ptoc
ococc
occus
us
 pneumoniae.
 b. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
c. Pemakaian suara yang berlebihan
d. Trauma
e. Bahan kimia
f. Merokok dan minum-minum alkohol
g. Alergi

 
2. Laringitis Kronik 
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus
terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut

yang mengal
mengalirir kembal
kembalii ke dalam
dalam kerong
kerongkong
kongan
an dan tenggor
tenggorokan
okan,, sua
suatu
tu kondisi
kondisi yang
yang
disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di saluran
nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi
lebih dari 3 minggu.
Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang, terpapar debu
atau
atau asap
asap iritat
iritatif
if atau
atau menggu
menggunaka
nakan
n suara
suara tidak
tidak tepat
tepat dalam
dalam kontek
kontekss neurom
neuromusk
uskula
ularr.
Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring.
(Abdurrahman MH, 2006,13-20)
Laringitis Kronis Spesifik 
Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan laringitis
 

luetika.
a. Laringitis tuberkulosis
Penyaki
Penyakitt ini hampir
hampir selalu
selalu akibat
akibat tuberk
tuberkulo
ulosis
sis paru.
paru. Bia
Biasan
sanya
ya pasca
pasca pengoba
pengobatan
tan,,
tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena
struktur mukosa laring yang melekat pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak 

sebaik paru sehingga bila infeks


sebaik infeksii sudah mengenai kartilago
kartilago maka tatalaks
tatalaksananya
ananya dapat
 berlangsung lama.
Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaitu :
1) Stadium
Stadium infiltrasi
infiltrasi,, mukosa
mukosa laring
laring posteri
posterior
or membeng
membengkak
kak dan
dan hiperem
hiperemis,
is, dapat
mengenai pita suara. Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik 
 berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu
sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan pecah dan terbentuk 
ulkus
2) Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar.
membesar. Ulkus
diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.
3) Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring
terutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang rawan.
4) Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior,
posterior,
 pita suara dan subglotik.
b. Laringitis luetika
Radang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium lues yang paling berhubungan
dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma

yang kadang menyerupai keganasan laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang
khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat
kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat

Tabel. 1
Perbedaan Laringitis Akut dan Kronik 

laringitis akut Laringitis kronis


• Rhinovirus • Infeksi bakteri

• Parainfluenza virus • Infeksi tuberkulosis


 

• Adenovirus • Sifilis

• Virus mumps • Leprae

• Varisella zooster virus • Virus

• Penggunaan asma • Jamur 


inhaler  • Actinomycosis
• Penggunaan suara • Penggunaan suara
 berlebih dalam pekerjaan :  berlebih
Menyanyi, Berbicara dimuka umum • Alergi
Mengajar 
• Faktor lingkungan
• Alergi
seperti asap, debu
• Streptococcus grup A
• Penyakit sistemik :
• Moraxella catarrhalis wegener granulomatosis,
• Gastroesophageal amiloidosis
refluks • Alkohol

• Gatroesophageal
refluks

E. Patofisiologi
Hampir
Hampir semua
semua penyebab
penyebab inflam
inflamasi
asi ini adalah
adalah virus.
virus. Invasi
Invasi bakter
bakterii mungki
mungkin
n sekunde
sekunderr. Laring
Laringiti
itiss
 biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan
terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis
umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya
tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh
faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa
salura
saluran
n nafas
nafas atas
atas dan merang
merangsan
sang
g kelenj
kelenjar
ar mucus
mucus untuk
untuk mempro
memproduks
duksii mucus
mucus secara
secara berleb
berlebiha
ihan
n
sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa
menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini
ak
akan
an menye
menyeba
babk
bkan
an nyeri
nyeri ak
akib
ibat
at pe
penge
ngelu
luar
aran
an medi
mediat
ator
or ki
kimi
miaa da
dara
rah
h yan
yang
g ji
jika
ka berle
berlebi
bihan
han akan
akan
merangsang peningkatan suhu tubuh.

(Elizabeth J. Corwin 2000 , 432)


 

WOC
DOWNLOAD WOC LARINGITIS
LINK: http://www.ziddu.com/download/16739486/WOCLARINGITIS.docx.html
http://www.ziddu.com/download/16739486/WOCLARINGITIS.docx.html  

F. Manifestasi Klinis

1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau
suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal
dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri
dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak bersuara sama
sekali (afoni).
2. Sesak nafas dan stridor 
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala
Gejala commm
commmon
on cold seper
seperti
ti bersin
bersin-be
-bersi
rsin,
n, nyeri
nyeri tenggor
tenggorok
ok hingga
hingga sulit
sulit menelan
menelan,,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur 
yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.
7. Gejala
Gejala influenza
influenza seperti
seperti bersin
bersin-bers
-bersin,
in, nyeri tenggorok
tenggorok hingga
hingga sulit
sulit menelan,
menelan, sumbatan
sumbatan
hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni
lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri
diseluruh tubuh .
8. Pada peme
pemeri
riksa
ksaan
an fisik
fisik akan
akan tampa
tampak
k mukosa
mukosa larin
laring
g yang hiper
hiperemi
emis,
s, membe
membengka
ngkak 

teruta
terutama
ma dibagia
dibagian
n atas
atas dan bawah
bawah pita
pita suara
suara dan juga didapat
didapatkan
kan tanda
tanda radang
radang akut
akut
dihidung atau sinus paranasal atau paru
9. Obstruksi
Obstruksi jalan nafas apabila
apabila ada udem laring
laring diikuti
diikuti udem subglotis
subglotis yang terjadi
terjadi dalam
 beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger,
sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan
epigastriu
epigastrium
m yang dapat menyebabkan
menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam
mengancam jiwa
anak.
(http://www.news-medical.net/)
a. Laringitis Akut
Demam, malaise,
malaise, gelaja
gelaja rinigaringi
rinigaringitis,
tis, suara parau sampai afoni, nyeri ketika
ketika menelan
menelan atau
 berbicara, rasa kering ditenggorokan, batuk kering yang kelamaan disertau dahak kental,
 

gejala sumbatan laring sampai sianosis.


Pada pemeriksaan, tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di atas dan
 bahwa pita suara. Biasanya tidak terbatas di laring, juga ada tanda radang akut dihitung sinus
 peranasak, atau paru.
 b. Laringitis Kronik 

Suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok sehingga sering mendehem tanpa
sekret. Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis. Tidak rata, dan menebal. Bila
tumor dapat dilakukan biopsi.
(www.blogsehat.com)
c. Laringitis tuberkulosis
Terdapat gejala demam, keringat malam, penurunan berat badan, rasa kering, panas, dan
tertekan di daerah laring, suara parau beriminggu-minggu dan pada stadium lanjut dapat
afoni, bentuk produktif, gemoptisis, nyeri menelan yang lebih hebat bila gejala-gejala proses
aktif
aktif pada
pada paru.
paru. Dapat
Dapat timbul
timbul sumbat
sumbatan
an jalan
jalan napas
napas karena
karena edema:
edema: tumber
tumberkul
kuloma,
oma, atau
 paralysis pita suara.
Sesuai dengan stadium dari penyakit, pada laringoskop akan terlihat:
• Stadium infiltrasi

Mukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan pucar. Terbentuk 


tuberke
tuberkell di daerah
daerah submuk
submukosa
osa,, tampak
tampak sebagai
sebagai bintik-
bintik-bin
bintik
tik kebiru
kebiruan.
an. Tuber
Tuberkel
kel
membesar, menyatu sehingga mukosa di atasnya meregang. Bila pecah akan timbul
ulkus.
• Stadium ulserasi

Ulkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan terasa.


• Stadium perikondritis

Ulkus makin dalam mengenai kartilago laring, kartilagi aritenoid, dan epiglottis/
terbentuk nanah yang berbau sampai terbentuk sekuester. Keadaan umum pasien sangat
 buruk, dapat fibrotuberkulosis pada dinding posterior,
posterior, pita suara, dan subglotik.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen
rontgen leher
leher AP : bisa
bisa ttampak
ampak pembengkakan
pembengkakan jaringan
jaringan subglot
subglotis
is (Steeple
(Steeple sign).
sign).

Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.


2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi sekunder,
 

leukosit dapat meningkat.


3. Pada pemer
pemeriks
iksaan
aan larin
laringos
goskopi
kopi indi
indirek
rek akan
akan ditemu
ditemukan
kan mukos
mukosaa laring
laring yang
yang sangat
sangat
sembab,
sembab, hipere
hiperemis
mis dan tanpa
tanpa membran
membran serta
serta tampak
tampak pembeng
pembengkaka
kakan
n subglo
subglotis
tis yaitu
yaitu
 pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.

Laringitis Akut
Pemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang lama atau
sering residif.

Laringitis tuberkulosis
Pemeriksaan laboratorium hasil tahan asam dari sputum atau bilasan lambung, foto toraks
menu
menunj
njuk
ukkan
kan ta
tanda
nda pros
proses
es sp
spes
esif
ifik
ik ba
baru
ru,, la
lari
ring
ngos
oskop
kopii la
lang
ngsu
sung/
ng/ta
tak
k la
lang
ngsu
sung
ng,, da
dan
n
 pemeriksaan PA.
PA.
(Mansjoer, Arif.1999,
Arif.1999, 125)
H. Prognosis
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu.
 Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan
udem subglo
subglotis
tis sehingga
sehingga dapat
dapat menimb
menimbulka
ulkan
n obstru
obstruksi
ksi jal
jalan
an nafas
nafas dan bil
bilaa hal ini ter
terjad
jadii dapat
dapat
dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik.
(www.blogsehat.com)

I. Penatalaksanaan Medis

Laringitis Akut
Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik, menambah kelembaban, dan
menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping yang menyebabkan kekeringan harus dihindari.
Penyayi dan para profesional yang mengandalkan suara perlu dinasehati agar membiarkan proses
radang mereda sebelum melanjutkan karier mereka. Usaha bernyayi selama proses radang berlangsung
dapat mengakibatkan perdarahan pada laring dan perkembangan nodul korda vokalis selanjutnya.
Terapi pada laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat
dapa t diatasi,
dan latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat
steroi
steroid
d dapat
dapat mengur
mengurang
angii proses
proses radang
radang untuk
untuk sement
sementara
ara waktu,
waktu, namun
namun tidak
tidak bermanf
bermanfaat
aat untuk 
untuk 
rehabilitasi jangka panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu. Pada
 pasien dengan gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa proton inhibitor.
inhibitor.
 

Juga diberikan hidrasi,


hidrasi, mening
meningkatkan
katkan kelembaban,
kelembaban, menghindari
menghindari polutan. Terapi pembedahan bila
terdapat sekuester dan trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.
Hindar
Hindarii iritas
iritasii pada laring
laring dan faring
faring.. Untuk
Untuk ter
terapi
api mendik
mendikame
amento
ntosa
sa diberi
diberikan
kan antibi
antibioti
oticc
 penisilin anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat diganti eritromisin atau basitrasin.
Dan diberikan kortikosteroid untuk mengatasi edema. Dipasang pipa endotrakea atau trakeostomi bila

terdapat sumbatan laring.

Laringitis Kronik 
Diminta untuk tidak banyak bicara dan mengonati peradangan di hitung, faring, serta bronkus yang
mungkin menjadi penyebab. Diberikan antibiotik bila terdapat tanda infeksi dan ekspektoran. Untuk 
 jangka pendek dapat diberikan steroid.
Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak berhubungan dengan
 penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok 
merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi
akibat menghisap
menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari
faktor pemicunya seperti dengan menghentikan kebiasaan merokok.

Laringitis Tuberkulosis
Pengobatan
Pengobatan dengan mengistirahatkan pita suara dan dengan pemberian obat anti nyeri biasanya telah
mengistirahatkan
mencukupi. Pemberian obat antituberkulosis primer dan skunder. Pada infeksi bakteri, antibiotik yang
tepat harus diberikan.Trakeostomi bila timbul sumbatan jalan napas.
(Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003)

Anda mungkin juga menyukai