Imun Inggrid
Imun Inggrid
“Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“IMUNOSEROLOGI II”
Disusun oleh:
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan.
Dalam makalah ini kami membahas “Imunoprofilaksis (Imunisasi Aktif Dan
Imunisasi Pasif)”.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................5
2.1 Definisi Imunoprofilaksis..........................................................................5
2.2 Fungsi Imunoprofilaksis............................................................................5
2.3 Imunisasi...................................................................................................5
2.3.1 Pengertian Imunisasi..........................................................................5
2.3.2 Manfat Imunisasi................................................................................5
2.3.3 Respon Imun Pada Imunisasi.............................................................6
2.3.4 Jenis-jenis Imunisasi..........................................................................8
2.4 Vaksinasi.................................................................................................11
2.4.1 Definisi Vaksinasi Dan Vaksin........................................................11
2.4.2 Jenis-jenis Vaksin............................................................................12
2.4.3 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Vaksinasi............................14
2.4.4 Contoh Vaksin..................................................................................17
BAB III..................................................................................................................19
3 PENUTUP......................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
3. Apa definisi vaksinasi dan vaksin?, apa saja jenis-jenis vaksin? Hal-hal
apa saja yang harus diperhatikan pada vaksinasi? Apa saja contoh
vaksin?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisannya
sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan definisi imunoprofilaksis dan fungsi
imunoprofilaksis?
2. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan imunisasi, manfaa
timunisasi, responimun pada imunisasi dan jenis-jenis imunisasi.
3. Untuk menjelaskan definisi vaksinasi dan vaksin, jenis-jenis vaksin,
hal-hal yang harus diperhatikan pada vaksinasi dan contoh-contoh
vaksin.
iv
BAB II
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Imunisasi
2.3.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan kemajuan besar dalam usaha imunoprofilaksis.
Imunisasi merupakan upaya pencegahan terhadap penyakit tertentu pada diri
seseorang dengan pemberian vaksin. Imunisasi menggambarkan proses
yang menginduksi imunitas secara artificial dengan pemberian bahan
antigenik seperti agen imunobiologis. Imunisasi dapat dilakukan secara aktif
ataupun pasif. Pada imunisasi aktif, respons imun terjadi setelah seseorang
terpapar dengan antigen. Imunisasi pasif terjadi bila seseorang menerima
antibody atau produk sel lainnya dari orang lain yang telah mendapat
imunisasi aktif.
v
Imunisasi tidak hanya memberikan perlindungan pada individu melainkan
juga pada komunitas. Terutama untuk penyakit yang ditularkan melalui
manusia. Jika komunitas memiliki angka cakupan imunisasi yang tinggi,
komunitas tersebut memiliki imunitas yang tinggi pula, sehingga
kemungkinan terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
rendah.
Imunisasi juga bermanfaat mencegah epidemi pada generasi yang
akan datang. Caupan imunisasi yang rendah pada generasi sekarang dapat
menyebabkan penyakit semakin meluas pada generasi yang akan datang,
bahkan dpat menyebabkan epidemi. Sebaliknya jika cakupan imunisasi
tinggi, penyakit akan dapat dihilangkan atau dieradikasi dari dunia. Hal ini
sudah dibuktikan denagn teradikasinya penyakit cacar.
Selain itu, imunisasi dapat menghemat biaya kesehatan. Dengan
menurunnya angka kejadian penyakit, biaya kesehatan yang digunakan
untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut pun akan berkurang.
vi
cepat mengalami transformasi blast dan berdiferensiasi menjadi sel T aktif
sehingga lebih banyak terbentuk sel efektor dan sel memori.
Pada imunisasi, respons imun sekunder inilah yang diharapkan akan
memberi respons adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa kelak.
Untuk mendapatkan titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai nilai
protektif, sifat respons imun sekunder ini diterapkan dengan memberikan
vaksinasi berulang beberapa kali.
vii
2.3.4 Jenis-jenis Imunisasi
Pada dasarnya, ada 2 jenis imunisasi, yaitu:
1. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian satu atau lebih antigen agen yang
infeksius pada seorang individu untuk merangsang sistem imun untuk
memproduksi antibodi yang akan mencegah infeksi. Antibodi dapat
timbul secara alami, tetapi paling sering sengaja diberikan. Antibodi
dapat memberi perlindungan seumur hidup atau perlindungan untuk
sementara waktu sehingga beberapa vaksin perlu diulangi pemberiannya
pada interval tertentu.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam imunisasi aktif, yaitu:
1. Perlu ada paparan (exposure) antigen
2. Dapat alami (infeksi) atau buatan (vaksin)
3. Perlu waktu untuk pembentukan
4. Terbentuk kekebalan untuk jangka waktu yang lama terhadap infeksi
mendatang.
viii
Imunisasi aktif alamiah adalah dimana kekbalan akan dibuat sendiri oleh
tubuh setelah mengalami atau sembuh dari suatu penyakit, misalnya
campak, jika perna sakit campak, maka tidak akan terserang kembali.
Imunisasi aktif buatan adalah dimana kekebalan dibuat oleh tubuh setelah
mendapat vaksin. Berikut adalah beberapa imunisasi aktif yang
dianjurkan, diantaranya:
Usia Vaksin
2. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah adalah pemindahan antibodi yang telah
dibentuk yang dihasilkan oleh host lain. Antibodi ini dapat timbul secara
alami atau sengaja diberikan.Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam imunisasi pasif, yaitu:
1. Tak perlu ada paparan (exposure) antigen
2. Kekebalan humoral (antibodi)
3. Dapat bersifat alami (maternal melalui plasenta dan kolostrum)
4. Dapat bersifat perolehan/buatan (antiserum dan imunoglobulin)
ix
Gambar 2. Proses Imunisasi Pasif
x
terhadap enteropatogen (E.coli, S.tiphy murium, shigella, virus folio,
Coscakie dan Echo) dalam ASI telah dibuktikan. Antibody terhadap
pathogen nonalimentari seperti antitoksin tetanus, difteri dan hemolisisn
antistreptococ telah pula ditemukan pada kolostrum. Limfosit yang
tuberculin sensitive dapat juga ditransfer ke bayi melalui kolostrum,
tetapi peranan sel ini dalam transfer CMI belum diketahui.
Imunisasi Pasif Buatan
2.4 Vaksinasi
2.4.1 Definisi Vaksinasi Dan Vaksin
Vaksinasi merupakan imunisasi aktif, ialah suatu tindakan yang
dengan sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan
menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan sehingga nantinya
seseorang yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan
oleh antegn yang serupa. Antigen yang diberikan dalam vaksinasi dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit, namun dapat
memproduksi limfosit yang peka, antibody maupun sel memori.
Vaksin merupakan suatu suspensi mikroorganisme hidup yang
dilemahkan atau mati atau bagian antigenik agen yang diberikan pada
hospes potensial untuk menginduksi imunitas dan mencegah terjadinya
penyakit.
xi
2.4.2 Jenis-jenis Vaksin
Beberapa jenis vaksin dibedakan berdasarkan proses produksinya, antara
lain:
Vaksin hidup yang tersedia: berasal dari virus hidup yaitu vaksin
campak, gondongan (parotitis), rubella, polio, rotavirus, demam kuning
(yellow fever). Berasal dari bakteri yaitu vaksin BCG dan demam tifoid.
xii
Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitop
organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui
isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.Terdapat
tiga jenis vaksin rekombinan yang saat ini telah tersedia:
a) Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu segmen
gen virus hepatitis B ke dalam gen sel ragi.
b) Vaksin tifoid (Ty21a) adalah bakteri salmonella typhi yang secara
genetik diubah sehingga tidak menyebabkan sakit.
c) Tiga dari empat virus yang berada di dalam vaksin rotavirus hidup adalah
rotavirus kera rhesus yang diubah secara genetik menghasilkan antigen
rotavirus manusia apabila mereka mengalami replikasi.
5. Antitoksin
Antitoksin adalah suatu jenis antibodi, yang dapat menetralkan sifat
beracun suatu toksin tertentu (biasanya eksotoksin kuman), in vitro
maupun in vivo, tanpa dapat mempengaruhi organisme yang
memproduksi toksin itu.
Antitoksin dibentuk oleh tubuh sebagai reaksi terhadap masuuknya
suatu toksin, yang bekerja sebagai antigen. Bila toksin tertentu, yang
telah diencerkan, disuntukan ke dalam tubuh hewan, maka terjadinya
xiii
imunitas aktif. Setelah bebrapa waktu, serum hewan tersebut yang sudah
mengandung antitoksin, ditampung dan dapat digunakan untuk
pengobatan atau untuk memberikan kekebalan pasif terhadap toksin.
2. Imunitas mukosa
3. Imunitas humoral
xiv
Imunitas humoral ditentukan oleh adanya antibody dalam darah
dan cairan jaringan terutama IgG. Antibodi serum aktif terhadap patogen
yang masuk darah misalnya dalam stadium viremia/bakteriemi. Dengan
demikian antibidi dapat mencegah patogen sampai di alat sasaran dan
menimbulkan penyakit. IgG juga penting pada proteksi terhadap toksin
dan bisa.
4. Sistem efektor
Sistem efektor ialah respons imun yanag dapat membatasi
penyebaran infeksi atau mengeliminir patogen. Hal tersebut ditentukan
oleh tempat patogen, intra- atau ekstraseluler. Untuk membunuh virus
intraseluler dibutuhkan sel T CD8+. Untuk merangsang imunitas tersebut
dibutuhkan virus hidup yang diatenuasikan, dimana virus dipresentasikan
oleh MHC kelas I.
Sel CD4+ diperlukan untuk mengontrol pathogen yang hidup
dalam makrofag. Dalam hal ini vaksin yang dibutuhkan harus dapat
merangsang imunitas seluler.
5. Lama proteksi
Lama proteksi sesudah vaksinasi bervariasi yang tergantung dari
pathogen dan jenis vaksin. Imunitas terhadap toksin tetanus yang
terutama tergantung dari IgG dan sel B yang memproduksinya, dapat
berlangsung 10 tahun atau lebioh. Sebaliknya, imunitas terhadap kolera
tergantung atas IgA dan respons imun yang spesifik sel T, melemah
setelah 3-6 bulan. Imunitas juga tergantung dari tempat infeksi dan jenis
respons imun yang efektif terhadapnya.
6. Bahaya-bahaya vaksinasi
Ada beberapa bahaya yang berhibungan dengan pemberian vaksin.
Vaksin yang dibuat dari virus yang diatenuasikan (campak, mumps,
rubella, polio oral, BCG) dapat menimbulkan penyakit progressif pada
penderita yang immunocompromised atau pada penderita yang mendapat
pengobatan steroid. Dalam hal-hal tertentu virus yang diatenuasikan dapt
berubah menjadi virus yang virulen dan menimbulkan paralise (polio).
xv
Atas dasar ini banyak orang lebih menyukai pemberian virus amti
parenteral.
Virus yang dietenuasikan hendaknya tidak diberikan kepada wanita
yang mengandung oleh karena bahaya terhadap fetus. Vaksinasi terhadap
cacar sudah tidak dilakukan lagi oleh karena penyakit telah dapat
dibasmi, kecuali pada beberapa golongan masyarakat tertentu seperti
angggota tentara.
Beberapa vaksin mengandung bahan pengawet seperti
organomercuric thimerosal (merthiolate) atau antibiotic (neomycin atau
streptomycin). Maka pembereinnya tidak dianjurkan pada mereka yang
alergik terhadap obat tersebut.
7. Keadaan khusus
Imunisasi yang protektif dapat dilakukan pada keadaan tertentu
dengan bahaya misalnya fetus dari ibu hamil dengan rubea bahaya
infeksi pada perjalanan turis dan bahaya dari lingkungan kerja.
a) Imunisasi terhadap rubella
Kepada wanita yang seronegatif perlu diberikan imunisasi sebelum
pubertas dengan virus yang diatenuasikan. Hal tersebut mengingan
rubella dapat menimbulkan malformasi pada fetus . guru-guru wanita,
perawat dan dokter rumah sakit anak dapat terpajan dengan rubella. Juga
staf para-medis yang bekerja diklinik antenatal dapat terinfeksi dan
menularkannya kepada ibu-ibu hamil muda. Kepada mereka yang
seronegatif perlu diberikan vaksinasi. Vaksin tidak boleh diberikan
kepada wanita yang belum mengandung, dianjurkan untuk tidak hamil
dahulu selama 2 bulan.
xvi
tetanus atau tuberkolosis masih merupakan penyakit penting di berbagai
Negara yang sedan g berkembang.
Sertifikat internasional untuk yellow fever berlaku untuk 10 tahun
dan mulai berlaku 10 hari sesudah tanggal vaksinasi. Sebaliknya
sertifikat vaksinasi kolera hanya berlaku untuk 6 bulan yang mulai
berlaku 6 hari setelah vaksinasi primer.semua anak yang tinggal di
Negara tropik handaknya divaksinasi terhadap campak.
xvii
5. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine), untuk pemberian kekebalan
aktif terhadap poliomyelitis.
6. Vaksin Campak, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
penyakit campak.
7. Vaksin Hepatitis B, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
8. Vaksin DPT/HB, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B
xviii
BAB III
3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imunoprofilaksis merupakan pencegahan penyakit/infeksi terhadap antibodi
spesifik. Selain itu juga, merupakan pencegahan penyakit melalui sistem imun
dengan tindakan mendapatkan kekebalan resistensi relatif terhadap infeksi
mikroorganisme yang patogen serta menimbulkan efek positif untuk pertahanan
tubuh dan efek negatif menimbulkan reaksi hipersensivitas. Fungsi dari
imunoprofilaksis itu sendiri adalah meningkatkan kekebalan tubuh terhadap
penyakit infeksi.
Imunisasi menggambarkan proses yang menginduksi imunitas secara
artificial dengan pemberian bahan antigenik seperti agen imunobiologis.
Imunisasi dapat dilakukan secara aktif ataupun pasif. Pada imunisasi aktif,
respons imun terjadi setelah seseorang terpapar dengan antigen. Imunisasi pasif
terjadi bila seseorang menerima antibody atau produk sel lainnya dari orang lain
yang telah mendapat imunisasi aktif.
Imunisasi aktif terbagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif alamiah dan
imunisasi buatan. Imunisasi aktif alamiah dimana kekebalan didapat setelah
seseorang sembuh dari suatu penyakit sedangkan imunisasi aktif buatan dimana
kekebalan di dapat setelah menyuntikan vaksin ke dalam tubuh.
Imunisasi Pasif juga dapat dibedakan mejadi imunisasi pasif alamiah dan
imunisasi pasif buatan. Pada imunisasi pasif alamiah antibody diberikan oleh ibu
kepada fetus melalui plasenta dan kolostrum. Sedangkan imunisasi pasif buatan
dilakukan dengan memberikan imunoglobulin dan antiserum yang berasal dari
plasma donor.
Vaksinasi adalah merupakan imunisasi aktif, ialah suatu tindakan yang
dengan sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan
menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan. Jenis vaksin pada
umumnya dibedakan menjadi dua yaitu vaksin hidup (Live Attenuated Vaccine)
dan vaksin mati (inactivated vaccine).
xix
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman dan Arvin, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, diterjemahkan oleh
Samik Wahab, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Raharja, 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat,
Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya Edisi Kelima, Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo
xx