Anda di halaman 1dari 21

IMUNOPROFILAKSIS (IMUNISASI AKTIF DAN IMUNISASI PASIF)

“Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“IMUNOSEROLOGI II”

Disusun oleh:

Nama : Inggrid Sasmitasari


Nim : A201801012
Kelas : D1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan.
Dalam makalah ini kami membahas “Imunoprofilaksis (Imunisasi Aktif Dan
Imunisasi Pasif)”.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperoleh pengetahuan dan


pemahaman tentang Imunoprofilaksis (Imunisasi Aktif Dan Imunisasi Pasif) yang
merupakan suatu pengetahuan umum yang perlu diketahui baik sebagai
mahasiswa jurusan Teknologi Laboatorium Medis pada umumnya dan sebagai
masyarakat Indonesia khususnya.

Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan


bimbingan dan saran dari berbagai pihak untuk itu rasa terima kasih yang kami
sampaikan kepada Bapak Tri Ade Saputro, S.Tr.,AK.,M.Imun. selaku dosen mata
kuliah “Imunoserologi II”serta rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak
memberikan masukan untuk makalah ini.

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,

Kendari, 28 Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................5
2.1 Definisi Imunoprofilaksis..........................................................................5
2.2 Fungsi Imunoprofilaksis............................................................................5
2.3 Imunisasi...................................................................................................5
2.3.1 Pengertian Imunisasi..........................................................................5
2.3.2 Manfat Imunisasi................................................................................5
2.3.3 Respon Imun Pada Imunisasi.............................................................6
2.3.4 Jenis-jenis Imunisasi..........................................................................8
2.4 Vaksinasi.................................................................................................11
2.4.1 Definisi Vaksinasi Dan Vaksin........................................................11
2.4.2 Jenis-jenis Vaksin............................................................................12
2.4.3 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Vaksinasi............................14
2.4.4 Contoh Vaksin..................................................................................17
BAB III..................................................................................................................19
3 PENUTUP......................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai mahluk yang diciptakan paling sempurna, manusia memiliki
kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya.
Salah satu ancaman terhadap manusia adalah penyakit, terutama penyakit
infeksi yang dibawa oleh berbagai macam mikroba seperti virus, bakteri,
parasit, jamur. Tubuh mempunyai cara dan alat untuk mengatasi penyakit
sampai batas tertentu. Di dalam tubuh manusia terdapat suatu sistem sistem
yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja
sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti
kuman-kuman penyakit atau racun yang masuk ke dalam tubuh yang disebut
sistem imun atau imunitas. Pada hakikatnya imunitas dapat dimiliki secara
pasif maupun aktif dan dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
Imunoprofilaksis adalah pencegahan terjadinya penyakit/infeksi dengan
memproduksi sistem imun atau meningkatkan kekebalan seseorang terhadap
suatu antigen baik secara aktif maupun secara pasif, sehingga kelak jika ia
terpajan pada antigen yang serupa tidak tejadi pnyakit.
Mengingat pentingnya imunoprofilaksis baik itu pada bayi maupun
dewasa dalam pencegahan terjadinya penyakit yang pada akhirnya akan
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas di Indonesia, kami menganggab
perlu dibuat makalah tentang imunoprofilaksis dan segala sesuatu yang
berkaitan dengannya..

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumasan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Apa definisi imunoprofilaksis dan fungsi imunoprofilaksis?
2. Apa yang dimaksud dengan imunisasi?, apa manfaat imunisasi?,
bagaimana respon imun pada imunisasi? Apa saja jenis-jenis imunisasi?

iii
3. Apa definisi vaksinasi dan vaksin?, apa saja jenis-jenis vaksin? Hal-hal
apa saja yang harus diperhatikan pada vaksinasi? Apa saja contoh
vaksin?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisannya
sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan definisi imunoprofilaksis dan fungsi
imunoprofilaksis?
2. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan imunisasi, manfaa
timunisasi, responimun pada imunisasi dan jenis-jenis imunisasi.
3. Untuk menjelaskan definisi vaksinasi dan vaksin, jenis-jenis vaksin,
hal-hal yang harus diperhatikan pada vaksinasi dan contoh-contoh
vaksin.

iv
BAB II
2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Imunoprofilaksis


Imunofilaksis adalah pencegahan penyakit/infeksi terhadap antibodi
spesifik. Selain itu juga, merupakan pencegahan penyakit melalui sistem imun
dengan tindakan mendapatkan kekebalan resistensi relatif terhadap infeksi
mikroorganisme yang patogen serta menimbulkan efek positif untuk pertahanan
tubuh dan efek negatif menimbulkan reaksi hipersensivitas.

2.2 Fungsi Imunoprofilaksis


Fungsi dari imunoprofilaksis adalah untuk meningkatkan sistem kekebalan
tubuh terhadap penyakit, kekebalan terhadap penyakit dapat dipacu dengan
pemberian imunostimulan termasuk vaksinasi dan vitamin dan dapat mengurangi
penularan suatu penyakit.

2.3 Imunisasi
2.3.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan kemajuan besar dalam usaha imunoprofilaksis.
Imunisasi merupakan upaya pencegahan terhadap penyakit tertentu pada diri
seseorang dengan pemberian vaksin. Imunisasi menggambarkan proses
yang menginduksi imunitas secara artificial dengan pemberian bahan
antigenik seperti agen imunobiologis. Imunisasi dapat dilakukan secara aktif
ataupun pasif. Pada imunisasi aktif, respons imun terjadi setelah seseorang
terpapar dengan antigen. Imunisasi pasif terjadi bila seseorang menerima
antibody atau produk sel lainnya dari orang lain yang telah mendapat
imunisasi aktif.

2.3.2 Manfat Imunisasi


Manfaat utama dari imunisasi adalah menurunkan angka kejadian
penyakit, kecacatan, maupun kematian akibat penyakit-penyakit infeksi
yang dapat dicegah dengan imunisasi (vaccine-preventable deases).

v
Imunisasi tidak hanya memberikan perlindungan pada individu melainkan
juga pada komunitas. Terutama untuk penyakit yang ditularkan melalui
manusia. Jika komunitas memiliki angka cakupan imunisasi yang tinggi,
komunitas tersebut memiliki imunitas yang tinggi pula, sehingga
kemungkinan terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
rendah.
Imunisasi juga bermanfaat mencegah epidemi pada generasi yang
akan datang. Caupan imunisasi yang rendah pada generasi sekarang dapat
menyebabkan penyakit semakin meluas pada generasi yang akan datang,
bahkan dpat menyebabkan epidemi. Sebaliknya jika cakupan imunisasi
tinggi, penyakit akan dapat dihilangkan atau dieradikasi dari dunia. Hal ini
sudah dibuktikan denagn teradikasinya penyakit cacar.
Selain itu, imunisasi dapat menghemat biaya kesehatan. Dengan
menurunnya angka kejadian penyakit, biaya kesehatan yang digunakan
untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut pun akan berkurang.

2.3.3 Respon Imun Pada Imunisasi


Dilihat dari berapa kali pajanan antigen maka dapat dikenal dua
macam respons imun, yaitu respons imun primer dan respons imun
sekunder.
Respons imun primer adalah respons imun yang terjadi pada pajanan
pertama kalinya dengan antigen. Antibodi yang terbentuk pada respons
imun primer kebanyakan adalah IgM dengan titer yang lebih rendah
dibanding dengan respons imun sekunder, demikian pula daya afinitasnya.
Waktu antara antigen masuk sampai dengan timbul antibodi (lag phase)
lebih lama bila dibanding dengan respons imun sekunder.
Pada respons imun sekunder, antibodi yang dibentuk kebanyakan
adalah IgG, dengan titer dan afinitas yang lebih tinggi, serta fase lag lebih
pendek dibanding respons imun primer. Hal ini disebabkan sel memori yang
terbentuk pada respons imun primer akan cepat mengalami transformasi
blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan
antibodi. Demikian pula dengan imunitas selular, sel limfosit T akan lebih

vi
cepat mengalami transformasi blast dan berdiferensiasi menjadi sel T aktif
sehingga lebih banyak terbentuk sel efektor dan sel memori.
Pada imunisasi, respons imun sekunder inilah yang diharapkan akan
memberi respons adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa kelak.
Untuk mendapatkan titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai nilai
protektif, sifat respons imun sekunder ini diterapkan dengan memberikan
vaksinasi berulang beberapa kali.

Gambar 3. Respon Imun

vii
2.3.4 Jenis-jenis Imunisasi
Pada dasarnya, ada 2 jenis imunisasi, yaitu:
1. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian satu atau lebih antigen agen yang
infeksius pada seorang individu untuk merangsang sistem imun untuk
memproduksi antibodi yang akan mencegah infeksi. Antibodi dapat
timbul secara alami, tetapi paling sering sengaja diberikan. Antibodi
dapat memberi perlindungan seumur hidup atau perlindungan untuk
sementara waktu sehingga beberapa vaksin perlu diulangi pemberiannya
pada interval tertentu.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam imunisasi aktif, yaitu:
1. Perlu ada paparan (exposure) antigen
2. Dapat alami (infeksi) atau buatan (vaksin)
3. Perlu waktu untuk pembentukan
4. Terbentuk kekebalan untuk jangka waktu yang lama terhadap infeksi
mendatang.

Gambar 1. Proses Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif terbagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Imunisasi Aktif Alamiah

viii
Imunisasi aktif alamiah adalah dimana kekbalan akan dibuat sendiri oleh
tubuh setelah mengalami atau sembuh dari suatu penyakit, misalnya
campak, jika perna sakit campak, maka tidak akan terserang kembali.

2. Imunisasi Aktif Buatan

Imunisasi aktif buatan adalah dimana kekebalan dibuat oleh tubuh setelah
mendapat vaksin. Berikut adalah beberapa imunisasi aktif yang
dianjurkan, diantaranya:

Usia Vaksin

2 bln Difteri, tetanus, pertusis (DTP-1),Polio trivalen oral (TOP-1)


4 bln DTP-2, TOP-2
6 bln DTP-3, TOP-3
15 bln Campak, mumps, rubella
18 bln DTP-4, TOP-4
4-6 thn DTP-5, TOP-5
14-16 thn (dan tiap
Td (tetanus dengan dosis toksoid difteri yang dikurangi)
10 thn sesudah itu)
18-24 thn Campak, mumps, rubella
25-64 thn Campak, mumps, rubella
Lebih dari 65 thn Influenza, pneumococ

2. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah adalah pemindahan antibodi yang telah
dibentuk yang dihasilkan oleh host lain. Antibodi ini dapat timbul secara
alami atau sengaja diberikan.Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam imunisasi pasif, yaitu:
1. Tak perlu ada paparan (exposure) antigen
2. Kekebalan humoral (antibodi)
3. Dapat bersifat alami (maternal melalui plasenta dan kolostrum)
4. Dapat bersifat perolehan/buatan (antiserum dan imunoglobulin)

ix
Gambar 2. Proses Imunisasi Pasif

Imunisasi Pasif dibedakan menjadi dua macam yaitu imunisasi


pasif alamiah atau bawaan dan imunisasi pasif buatan.
Imunitas pasif alamiah
1. Imunitas maternal melalui plasenta
Adanya antibody dalam darah ibu merupakan proteksi pasif terhadap
fetus. IgG dapat berfungsi antitoksik, antivirus dan antibacterial terhadap
H. influenzae tipe B atau S. agalactiae tipe B. imunisasi aktif dari ibu
akan memberikan proteksi pasif kepada fetus dan bayi.
2. Imunitas maternal melalui kolostrum
Air susus ibu (ASI) mengandung berbagai komponen system imun.
Beberapa diantaranya berupa enchancement growth factor untuk bakteri
yang diperlukan dalam usus atau factor yang justru dapat menghambat
tumbuhnya kuman tertentu (lisizim, laktoferin, interferon, makrofag, sel
T, sel B, granulosit). Antibody ditemukan dalam ASI dan kadarnya lebih
tinggi dalam kolostrum (ASI pertama segera setelah partus). Proteksi
antibody dalam kelenjar susu tergantung atas antigen yang masuk
kedalam usus ibu dan gerakan sel yang dirangsang antigen dari lamina
propria usus ke payudara ( system entero-payudara). Jadi antibody
terhadap m,ikroorganisme yang memenpati usus ibu dapat ditemukan
dalam kolostrum sehimgga selanjutnya bayi mempunyai proteksi
terhadap mikroorganisme yang masuk saluran cerna. Adanya antibody

x
terhadap enteropatogen (E.coli, S.tiphy murium, shigella, virus folio,
Coscakie dan Echo) dalam ASI telah dibuktikan. Antibody terhadap
pathogen nonalimentari seperti antitoksin tetanus, difteri dan hemolisisn
antistreptococ telah pula ditemukan pada kolostrum. Limfosit yang
tuberculin sensitive dapat juga ditransfer ke bayi melalui kolostrum,
tetapi peranan sel ini dalam transfer CMI belum diketahui.
Imunisasi Pasif Buatan

Imunisasi pasif buatan dilakukan dengan memberikan imunoglobulin dan


antiserum yang berasal dari plasma donor. Pemberian imunisasi pasif
buatan hanya akan memberikan kekebalan sementara karena
imunoglobulin yang diberikan akan dimetabolisme oleh tubuh. Waktu
paruh IgG adalah 28 hari, sedangkan imunoglobulin yang lain (IgM, IgA,
IgE, IgD) memiliki waktu paruh yang lebih pendek. Oleh karena itu
imunisasi rutin yang diberikan pada anak adalah imunisasi aktif, yaitu
vaksinasi.

2.4 Vaksinasi
2.4.1 Definisi Vaksinasi Dan Vaksin
Vaksinasi merupakan imunisasi aktif, ialah suatu tindakan yang
dengan sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan
menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan sehingga nantinya
seseorang yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan
oleh antegn yang serupa. Antigen yang diberikan dalam vaksinasi dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit, namun dapat
memproduksi limfosit yang peka, antibody maupun sel memori.
Vaksin merupakan suatu suspensi mikroorganisme hidup yang
dilemahkan atau mati atau bagian antigenik agen yang diberikan pada
hospes potensial untuk menginduksi imunitas dan mencegah terjadinya
penyakit.

xi
2.4.2 Jenis-jenis Vaksin
Beberapa jenis vaksin dibedakan berdasarkan proses produksinya, antara
lain:

1. Vaksin hidup (Live Attenuated Vaccine)


Vaksin terdiri dari kuman atau virus yang dilemahkan, masih
antigenik namun tidak patogenik.Vaksin hidup dibuat dari virus atau
bakteri liar (wild) penyebab penyakit. Virus atau bakteri liar ini
dilemahkan di laboratorium, biasanya dengan pembiakan berulang-ulang.
Contohnya adalah virus polio oral. Oleh karena vaksin diberikan sesuai
infeksi alamiah (oral), virus dalam vaksin akan hidup dan berkembang
biak di epitel saluran cerna, sehingga akan memberikan kekebalan lokal.
Sekresi IgA lokal yang ditingkatkan akan mencegah virus liar yang
masuk ke dalam sel tubuh.

Vaksin hidup yang tersedia: berasal dari virus hidup yaitu vaksin
campak, gondongan (parotitis), rubella, polio, rotavirus, demam kuning
(yellow fever). Berasal dari bakteri yaitu vaksin BCG dan demam tifoid.

2. Vaksin mati (Killed vaccine/ Inactivated vaccine)


Vaksin mati tidak jelas patogenik dan tidak berkembang biak
dalam tubuh. Oleh karena itu, diperlukan pemberian beberapa kali.
Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus
dalam media pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif
(inactivated) dengan penanaman bahan kimia (biasanya formalin). Untuk
vaksin komponen, organisme tersebut dibuat murni dan hanya
komponen-komponennya yang dimasukkan dalam vaksin (misalnya
kapsul polisakarida dari kuman pneumokokus). Vaksin inactivated tidak
hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan
dalam suntikan. Vaksin ini selalu membutuhkan dosis multipel, pada
dasarnya dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi
hanya memacu atau menyiapkan sistem imun.
3. Rekombinan

xii
Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitop
organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui
isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.Terdapat
tiga jenis vaksin rekombinan yang saat ini telah tersedia:
a) Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu segmen
gen virus hepatitis B ke dalam gen sel ragi.
b) Vaksin tifoid (Ty21a) adalah bakteri salmonella typhi yang secara
genetik diubah sehingga tidak menyebabkan sakit.

c) Tiga dari empat virus yang berada di dalam vaksin rotavirus hidup adalah
rotavirus kera rhesus yang diubah secara genetik menghasilkan antigen
rotavirus manusia apabila mereka mengalami replikasi.

4. Toksoid atau anatoksin


Toksoid atau anatoksin adalah suatu toksin yang telah diubah
strukturnya, sehingga tidak toksik lagi. Sifat antigennya tidak
dihilangkan, yakni kemampuannya untuk menstimulasi pembentukan
antibodi. Bahan bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin kuman.
Pemanasan dan penambahan formalin biasanya digunakandalam proses
pembuatannya. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai
natural fluid plain toxoid dan merangsang terbentuknya antibodi
antitoksin. Imunisasi bakteriil toksoid efektif selama satu tahun. Bahan
ajuvan digunakan untuk merperlama rangsangan antigenik dan
meningkatkan imunogenesitasnya. Contohnya Vaksin Difteri; Vaksin
DV; Vaksin DT dan Vaksin DPT.

5. Antitoksin
Antitoksin adalah suatu jenis antibodi, yang dapat menetralkan sifat
beracun suatu toksin tertentu (biasanya eksotoksin kuman), in vitro
maupun in vivo, tanpa dapat mempengaruhi organisme yang
memproduksi toksin itu.
Antitoksin dibentuk oleh tubuh sebagai reaksi terhadap masuuknya
suatu toksin, yang bekerja sebagai antigen. Bila toksin tertentu, yang
telah diencerkan, disuntukan ke dalam tubuh hewan, maka terjadinya

xiii
imunitas aktif. Setelah bebrapa waktu, serum hewan tersebut yang sudah
mengandung antitoksin, ditampung dan dapat digunakan untuk
pengobatan atau untuk memberikan kekebalan pasif terhadap toksin.

6. Vaksin Plasma DNA (Plasmid DNA Vaccines)


Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandun
kode antigen yang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan
penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan
bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan
seluar yang cukup kuat, sedangkan penelitian klinis pada manusia saatini
sedang dilakukan.

2.4.3 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Vaksinasi


1. Tempat pemberian vaksin

Rute parenteral (ID<,SK,IM) biasanya dilakukan pada lengan


daerah deltoid. Vaksin hepatitis yang diberikan pada lengan terbukti
memberikan respons imun yang baik dibandingkan dengan pemberian
intragluteal. Beberapa vaksin memberkan respons yang lebih baik bila
diberikan mlalui saluran napas disbanding dengan perenteral (seperti
virus campak hidup) tetapi pemberian tersebut belum dilakukan secara
rutin.

2. Imunitas mukosa

Imunitas mukosa yaitu proteksi terhadap infeksi epitel mukosa


yang sebagian besar tergantung dari produksi dan sekresi IgA. Hal ini
terutama berlaku untuk patogaen yang hidup di permukaan mukosa atau
yang menembus mukosa sebagai pertahanan tubuh. Imunitas mukosa
timbul bila pathogen berpapasan dengan system imun mukosa. Oleh
karena itu vaksin yang diatenuasikan yang diberikan oral atau intranasal,
biasanya lebih efektif dalam menimbulkan imunitas setempat dan relevan
disbanding dengan pemberian parenteral.

3. Imunitas humoral

xiv
Imunitas humoral ditentukan oleh adanya antibody dalam darah
dan cairan jaringan terutama IgG. Antibodi serum aktif terhadap patogen
yang masuk darah misalnya dalam stadium viremia/bakteriemi. Dengan
demikian antibidi dapat mencegah patogen sampai di alat sasaran dan
menimbulkan penyakit. IgG juga penting pada proteksi terhadap toksin
dan bisa.

4. Sistem efektor
Sistem efektor ialah respons imun yanag dapat membatasi
penyebaran infeksi atau mengeliminir patogen. Hal tersebut ditentukan
oleh tempat patogen, intra- atau ekstraseluler. Untuk membunuh virus
intraseluler dibutuhkan sel T CD8+. Untuk merangsang imunitas tersebut
dibutuhkan virus hidup yang diatenuasikan, dimana virus dipresentasikan
oleh MHC kelas I.
Sel CD4+ diperlukan untuk mengontrol pathogen yang hidup
dalam makrofag. Dalam hal ini vaksin yang dibutuhkan harus dapat
merangsang imunitas seluler.

5. Lama proteksi
Lama proteksi sesudah vaksinasi bervariasi yang tergantung dari
pathogen dan jenis vaksin. Imunitas terhadap toksin tetanus yang
terutama tergantung dari IgG dan sel B yang memproduksinya, dapat
berlangsung 10 tahun atau lebioh. Sebaliknya, imunitas terhadap kolera
tergantung atas IgA dan respons imun yang spesifik sel T, melemah
setelah 3-6 bulan. Imunitas juga tergantung dari tempat infeksi dan jenis
respons imun yang efektif terhadapnya.

6. Bahaya-bahaya vaksinasi
Ada beberapa bahaya yang berhibungan dengan pemberian vaksin.
Vaksin yang dibuat dari virus yang diatenuasikan (campak, mumps,
rubella, polio oral, BCG) dapat menimbulkan penyakit progressif pada
penderita yang immunocompromised atau pada penderita yang mendapat
pengobatan steroid. Dalam hal-hal tertentu virus yang diatenuasikan dapt
berubah menjadi virus yang virulen dan menimbulkan paralise (polio).

xv
Atas dasar ini banyak orang lebih menyukai pemberian virus amti
parenteral.
Virus yang dietenuasikan hendaknya tidak diberikan kepada wanita
yang mengandung oleh karena bahaya terhadap fetus. Vaksinasi terhadap
cacar sudah tidak dilakukan lagi oleh karena penyakit telah dapat
dibasmi, kecuali pada beberapa golongan masyarakat tertentu seperti
angggota tentara.
Beberapa vaksin mengandung bahan pengawet seperti
organomercuric thimerosal (merthiolate) atau antibiotic (neomycin atau
streptomycin). Maka pembereinnya tidak dianjurkan pada mereka yang
alergik terhadap obat tersebut.

7. Keadaan khusus
Imunisasi yang protektif dapat dilakukan pada keadaan tertentu
dengan bahaya misalnya fetus dari ibu hamil dengan rubea bahaya
infeksi pada perjalanan turis dan bahaya dari lingkungan kerja.
a) Imunisasi terhadap rubella
Kepada wanita yang seronegatif perlu diberikan imunisasi sebelum
pubertas dengan virus yang diatenuasikan. Hal tersebut mengingan
rubella dapat menimbulkan malformasi pada fetus . guru-guru wanita,
perawat dan dokter rumah sakit anak dapat terpajan dengan rubella. Juga
staf para-medis yang bekerja diklinik antenatal dapat terinfeksi dan
menularkannya kepada ibu-ibu hamil muda. Kepada mereka yang
seronegatif perlu diberikan vaksinasi. Vaksin tidak boleh diberikan
kepada wanita yang belum mengandung, dianjurkan untuk tidak hamil
dahulu selama 2 bulan.

b. Imunisasi pada turis


Turis yang terpajan dengan bahaya infeksi perlu mengetahui
peraturan-peraturan nasional dan internasional. Vaksinasi trehadap
yellow fever dan kolera diperlukan untuk mereka yang akan
mengunjungi Negara dengan endemik atau epidemik penyakit tersebut.
Perlu diketahui bahwa penyakit-penyakit seperti poliomielitis, difteri,

xvi
tetanus atau tuberkolosis masih merupakan penyakit penting di berbagai
Negara yang sedan g berkembang.
Sertifikat internasional untuk yellow fever berlaku untuk 10 tahun
dan mulai berlaku 10 hari sesudah tanggal vaksinasi. Sebaliknya
sertifikat vaksinasi kolera hanya berlaku untuk 6 bulan yang mulai
berlaku 6 hari setelah vaksinasi primer.semua anak yang tinggal di
Negara tropik handaknya divaksinasi terhadap campak.

c. Karyawan dengan resiko


Imunisasi terhadap berbagai infeksi yang disebut diatas dan juga
terhadap hepatitis B, Q fever, pes, tularemia dan tifoid terutama
hendaknya diberikan kepada karyawan laboratorium dan lingkungan
lainnya dengan resiko. Mengingat vaksinasi terhadap cacqar telah dapat
meng-readikasi penyakit tersebut , vaksinasi tersebut menurut WHO
sudah tidak diperlukan lagi.
Titer tinggi untuk immunoglobulin hepatitis B dapat diperoleh
untuk memberikan proteksi pasif sementara pada karyawan klinik dan
laboratorium yang mendapat luka kulit yang berhubungan dengan
bahaya transmisi hepatits B. imunisasi profilaksis dapat dilakukan
dengan antigen sintetis atau yang diperoleh dengan teknin rekombinan
DNA.
Vaksin anthrax dianjurkan kepada mereka yang bekerja dengan kulit dan
tulang binatang. Vaksinasi serupa diberikan terhadap brucellosis dan
leptospirosis meskipun nilai proteksinya terhadap kedua penyakit yang
akhir belum terbukti

2.4.4 Contoh Vaksin


1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine), untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.
2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus), untuk pemberian kekebalan
secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus.
3. Vaksin TT (Tetanus Toksoid), untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap tetanus.
4. Vaksin DT (Difteri dan Tetanus), untuk pemberian kekebalan
simultan terhadap difteri dan tetanus.

xvii
5. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine), untuk pemberian kekebalan
aktif terhadap poliomyelitis.
6. Vaksin Campak, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
penyakit campak.
7. Vaksin Hepatitis B, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
8. Vaksin DPT/HB, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B

xviii
BAB III
3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Imunoprofilaksis merupakan pencegahan penyakit/infeksi terhadap antibodi
spesifik. Selain itu juga, merupakan pencegahan penyakit melalui sistem imun
dengan tindakan mendapatkan kekebalan resistensi relatif terhadap infeksi
mikroorganisme yang patogen serta menimbulkan efek positif untuk pertahanan
tubuh dan efek negatif menimbulkan reaksi hipersensivitas. Fungsi dari
imunoprofilaksis itu sendiri adalah meningkatkan kekebalan tubuh terhadap
penyakit infeksi.
Imunisasi menggambarkan proses yang menginduksi imunitas secara
artificial dengan pemberian bahan antigenik seperti agen imunobiologis.
Imunisasi dapat dilakukan secara aktif ataupun pasif. Pada imunisasi aktif,
respons imun terjadi setelah seseorang terpapar dengan antigen. Imunisasi pasif
terjadi bila seseorang menerima antibody atau produk sel lainnya dari orang lain
yang telah mendapat imunisasi aktif.
Imunisasi aktif terbagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif alamiah dan
imunisasi buatan. Imunisasi aktif alamiah dimana kekebalan didapat setelah
seseorang sembuh dari suatu penyakit sedangkan imunisasi aktif buatan dimana
kekebalan di dapat setelah menyuntikan vaksin ke dalam tubuh.

Imunisasi Pasif juga dapat dibedakan mejadi imunisasi pasif alamiah dan
imunisasi pasif buatan. Pada imunisasi pasif alamiah antibody diberikan oleh ibu
kepada fetus melalui plasenta dan kolostrum. Sedangkan imunisasi pasif buatan
dilakukan dengan memberikan imunoglobulin dan antiserum yang berasal dari
plasma donor.
Vaksinasi adalah merupakan imunisasi aktif, ialah suatu tindakan yang
dengan sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan
menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan. Jenis vaksin pada
umumnya dibedakan menjadi dua yaitu vaksin hidup (Live Attenuated Vaccine)
dan vaksin mati (inactivated vaccine).

xix
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, RK (1997). "Nutrition and the immune system: an introduction".


American Journal of Clinical Nutrition Vol 66: 460S-463S. PMID
9250133. Free full-text pdf available

Behrman, Kliegman dan Arvin, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, diterjemahkan oleh
Samik Wahab, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Menteri Kesehatan RI, 2005, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor.1611/MENKES/SK/XI/2005 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi, Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Raharja, 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat,
Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya Edisi Kelima, Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo

World Health Organization. Vaccines, Immunization And Biologicals. The Cold


Chain.2002. diakses tanggal 4 oktober 2015, pukul 12.53
melaluihttp://www.WHO.Int/Vaccines
%Access/Vacman/Coldchain/TheCold_Chain_.htm.

xx

Anda mungkin juga menyukai