Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“Asuhan Keperawatan Perioperatif”

Disusun Oleh:

Arini Dwi Putri


203110163
2B

Dosen Pembimbing:
Ns. Devia Roza, S.Kep.M.Biomed

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI

PADANG TA 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat dan hidayah yang Allah SWT anugerahkan kepada
kita sehingga penulis dapat menyusun tugas dengan judul “ Asuhan Keperawatan
Perioperatif”. Tugas ini disusun dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas materi
kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak yang sudah mendukung


penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Selanjutnya
penulis berharap supaya tugas ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun
pembaca. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, penulis sangat terbuka atas kritik dan saran positif dari pembaca.

Padang Pariaman, 16 Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................2

BAB II KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIF................................3


A. Pengertian...........................................................................................3
B. Etiologii...............................................................................................3
C. Tahap...................................................................................................3

BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PERIOPERATIF.................................................................................5
A. Pre-Operatif........................................................................................5
B. Intra Operatif......................................................................................9
C. Pasca Operatif...................................................................................11

BAB IV TINDAKAN KEPERAWATAN PREOPERATIF........................14


A. Persiapan Fisik..................................................................................14
B. Persiapan Psikologis.........................................................................17
C. Persiapan Dokumen dan Inform Concent.........................................18
D. Persiapan Obat-Obatan dan Alat Kesehatan.....................................20

BAB V PENUTUP………………………………………………………….23
A. Kesimpulan.......................................................................................23
B. Saran.................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi
hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan
keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang
mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala
macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap
keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan
pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap
tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi.
Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik
secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung
pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan
yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien
yang kooperatif selama proses perioperatif.

Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit
pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor
tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit
tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien
sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang
pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk
melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah  perioperatif.  Tindakan
perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat
berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif ?
2. Baimana Asuhan Keperawatan pada Perioperatif ?
3. Bagaimana Tindakan Keperawatan Preoperatif ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif,
2. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Perioperatif
3. Mengetahui Tindakan Keperawatan Preoperatif.

2
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIF

A. Pengertian
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan
yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu praoperatif,
intraoperatif, dan pascaoperatif. Dalam setiap fase tersebut dimuali dan
diakhiri dalam waktu tertentu dalam urutan peristiwa yang membentuk
pengalaman bedah, dan masingmasing mencakup rentang perilaku dan
aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan proses keperawatan dan standart keperawatan (Brunner &
Suddarth, 2010)..
B. Etiologi
Operasi dilakukan untuk berbagai alasan seperti (Brunner&Suddarth,
2013):
a. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
b. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat
apendiks yang inflamasi
c. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek
d. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
e. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki
masalah, contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk
mengkompensasi terhadap kemampuan untuk menelan makanan.
C. Tahap Dalam Keperawatan Perioperatif
1. Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai
ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika
pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan
selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar
pasien ditatanan klinik atau di rumah, menjalani wawancara

3
praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan
dan pembedahan.
2. Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika
pasien masuk atau pindah ke bagian atau departemen bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini
lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi: memasang infus
(IV), memberikan medikasi intra vena, melakukan pemantauan
fisiologis menyeluruhi sepanjang prosedur pembedahan dan
menjaga keselamatan pasien. Pada beberapa contoh, aktivitas
keperawatan dapat terbatas hanya pada menggenggam tangan
pasien selama induksi anestesi umum, bertindak dalam perannya
sebagai perawat scrub, atau membantu dalam mengatur posisi
pasien diatas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip
dasar kesejajaran tubuh.
3. Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang
pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan
klinis atau di rumah. Lingkup keperawatan mencakup tentang
rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase
pascaoperatif langsung, fokus termasuk mengkaji efek dari agen
anestesi, dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.
Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak
lanjut, dan rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil
dan rehabilitasi mengikuti dengan pengulangan. Setiap fase
ditelaah lebih detail lagi dalam unit ini. Kapan berkaitan dan
memungkinkan, proses keperawatan pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi diuraikan.

4
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PERIOPERATIF

A. Pre-Operatif
1. Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pengetahuan
tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu, kesiapan
psikologis, pengobatan yang mempengaruhi kerja obat dan anestesi, seperti
anti biotika yang berpontensi dalam istirahat otot, antikoagulan yang dapat
meningkatkan perdarahan, antihipertensi yang mempengaruhi anestesi yang
dapat menyebabkan hipotensi, diuretika yang berpengaruh pada ketidak
seimbangan potasium, dan lain-lain. Selain itu terdapat juga pengkajian
terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status nutrisi, ada atau tidaknya alat
protesa seperti gigi palsu dan sebagainya. Pemeriksaan lainnya yang
dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah adalah radiografi thoraks, kapasitas
vital, fungsi paru, dan analisis gas darah pada pemautan sistem respirasi,
kemudian pemeriksaan elektroradiogram, darah, leukosit, eritrosit,
hematokrit, elektrolit, pemeriksaan air kencing, albumin, blood urea nitrogen
(BUN), kreatin, dan lain-lain untuk menentukan gangguan sistem renal dan
pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi gangguan
metabolisme.

2. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan prabedah
adalah :
1) Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
2) Takut berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau
anestesi.
3) Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau
menurunnya nutrisi.
4) Resiko terjadinya cedera berhubungan dengan defisit pengindraan.

5
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
1) Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan.
2) Memperhatikan tanda-tanda tidak ada ketakutan.
3) Resiko infeksi dan cedera tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
1) Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan
persiapan psikologis pada pasien melalui pendidikan kesehatan
penjelasan tentang peristiwa yang mungkin akan terjadi, dan
seterusnya.
2) Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau edera lainnya dapat
dilakukan dengan persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut,
kulit, persiapan bernafas dan latihan batuk, persiapan latihan kaki,
latihan mobilitas, dan latihan lain-lain.

4. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan


1) Pemberian Pendidikan Kesehatan Preoperatif
Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah
berbagai informasi mengenai tindakan pembedahan, diantaranya jenis
pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang
diperlukan, pengiriman kekamar bedah, ruang pemulihan, dan
kemungkinan pengonatan setelah operasi.

2) Persiapan Diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khudalam hal
pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum
bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan makan,
sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah, sebab
makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan terjadinya
aspirasi
3) Persiapan Kulit

6
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang
akan dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit
menggunakan sabun heksaklorofin (hexacholophene) atau sejenisnya
sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka
harus dicukur.
4) Latihan Bernafas dan Latihan Batuk
Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pengembangan paru sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi pada
bedah intrakranial, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan karena dapat
meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan melepaskan jahitan.
Pernafasan yang dianjurkan adalah pernafasan diagfragma, dengan cara
seperti dibawah ini :
a) Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk thorak.
b) Tempatkan tangan di atas perut.
c) Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada
mengembang.
d) Tahan napas selama 3 detik.
e) Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f) Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga 3
kali, setelah napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
g) Istirahat.

5) Latihan Kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dan latihan dampak
tromboplebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan
memompa otot , latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea.
Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan
paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali.
Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan cara membengkokkan lutut
kaki rata pada tempat tidur, kemudian luruskan kaki pada tempat tidur,
dan ulangi hingga 5 kali. Latihan mengencangkan glutea dapat
dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba gerakan
kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ualangi sebanyak 5 kali.

7
6) Latihan Mobilitas
Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi
sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta
mengurangi adanya nyeri. Untuk melakukan latihan mobilitas, pasien
harus mampu menggunakan alat ditempat tidur, seperti menggunakan
penghalang agar bisa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat
tidur atau dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat tiduratau
dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat tidur, melatih duduk
diawali tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki
menggantung di sisi tempat tidur.
7) Pencegah Cedera
Untuk mengatasi risiko terjadi cedera, tindakan yang perlu
dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah :
a) Cek identitas pasien
b) Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu,
misalnya cincin, gelang dan lain-lain.
c) Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
d) Lepaskan lensa kontak.
e) Lepaskan protesa
f) Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat
mendengar
g) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing
h) Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko mengalami
tromboplebitis

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam memahami masalah atau
kemungkinan yang terjadi pada intrah dan pasca bedah. Tidak ada
kecemasan, ketakutan, serta, tidak ditemukannya risiko komplikasi
pad infeksi atau cedera lainnya.

8
B. Intra operatif
a. Pengkajian Keperawatan
Salah satu hal yang perlu dikaji dalam intrabedah adalah
pengaturan posisi pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama
pembedahan mencakup aspek pemantauan fisiologis, perubahan
tanda vital, sistem, kardiovaskuler, keseimbangan cairan, dan
pernapasan selain itu, lakukan pengkajian terhadap tim dan istrumen
pembedahan serta anestesi yang diberikan.
b. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosa keperawatan
intrabedah adalah resiko terjadinya cedera berhubungan dengan
prosedur pembedahan.
c. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
Mencegah terjadinya cedera atau risiko lainnya sebagai dampak
dari tindakan pembedahan.
Rencana Tindakan:
1) Gunakan semua alat atau instrumen untuk tidakan pembedahan
seperti pemakaian baju bedah, tutup kepala, masker, penutup
sepatu , celemek, dan sarung tangan, serta pencucian tangan.
2) Lakukan persiapan pelaksanaan anestesisebelum tindakan
pembedahan.
3) Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan.
d. Pelaksaan (Tindakan) Keperawatan Bedah
1) Pengunaan Baju Seragam Bedah Penggunaan seragam bedah
desain secara khusus dengan harapan dapat mencegah
kontaminasi dari luar, berprinsip bahwa semua baju dari luar
harus diganti dengan baju bedah yang steril,atau baju harus
dimasukkan ke dalam celana, atau harus di tutupi pinggang
untuk mengurangi menyebarnya bakteri, dan gunakan penutup
kepala, masker, sarung tangan serta celemek steril.

9
2) Mencuci tangan Sebelum Pembedahan Lihat bagian mencuci
tangan steril.
3) Menerima Pasien di Daerah Bedah Sebelum memasuki wilayah
bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan ulang diruang
penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah yang akan
dilakukan, nomer status registrasi pasien, berbagai hasil
laboratorium dan x-ray, persiapan darah setelah dilakukan
pemeriksaan silang dan golongan darah, alat protesa, dan lain-
lain.
4) Pengiriman dan Pengaturan Posisi ke kamar Bedah Posisi yang
dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup,
trendelenburg, lithotomi, lateral, dan lain-lain.
5) Pembersihan dan Persiapan kulit Pelaksanaan ini bertujuan
untuk membuatdaerah yang akan dibedah bebas dari kotoran
dan lemak kulit serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang
digunakan dalam pembersihan kulit ini harus memiliki spektrum
khasiat, memiliki kecepatan khasiat, atau memiliki potensi yang
baik serta tidak menurun bila adanya terdapat kadar alkohol,
sabun detergen, atau bahan organik lainnya.
6) Penutupan Daerah Steril Penutupan daerah steril dilakukan
dengan menggunakan doek steril agar daerah seputar bedah
tetap steril dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara
daerah yang steril dan tidak.
7) Pelaksanaan Anestesi Pelaksanaan anestesi dapat dilakukan
dengan berbagai macam, antara lain anestesi umum, inhalasi
atau intravena, anestesi regional dengan cara memblok saraf,
dan anestesi lokal.
8) Pelaksanaan Pembedahan Setelah dilakukan anestesi, tim bedah
akan melaksanakan pembedahan sesuai dengan ketentuan
pembedahan.

10
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan,
seperti normalnya perubahan tanda vital, kardiovaskular, pernapasan,
ginjal, dan lain-lain.

C. Pasca operatif
a. Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan
(pascabedah) di antaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan
napas, sirkulasi, dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan
elektrolit, kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya,
serta alat yang digunakan dalam pembedahan.

b. Diagnosis Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan
pascabedah adalah :
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
akibat luka pembedahan.
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
sekresi sebagai dampak anestesi.
3) Risiko terjadi retensio urine berhubungan dengan dampak
anestesi.
4) Perubahan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan)
berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
5) Konstipasi berhubungan dengan dampak anestesi.
6) Risiko cedera berhubungan dengan adanya kelemahan.
7) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketahanan yang menurun.
8) Cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status
kesehatan.
c. Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan
Tujuan :

11
1) Meningkatkan proses penyembuhan luka.
2) Mempertahankan respirasi yang sempurna.
3) Mempertahankan sirkulasi.
4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5) Mempertahankan eliminasi.
6) Mempertahankan aktivitas.
7) Mengurangi kecemasan.
Rencana Tindakan :
1) Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi rasa
nyeri yang dapat dilakukan dengan cara merawat luka dan
memperbaiki asupan makanan yang tinggi protein dan vitamin
C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan
kolagen, dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
2) Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan cara latihan
napas, yakni tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka,
tahan selama 3 detik, kemudian hembuskan. Atau, dapat pula
dilakukan dengan cara menarik napas melalui hidung dengan
menggunakan diafragma, kemudian keluarkan napas perlahan-
lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3) Mempertahankan sirkulasi, dengan cara menggunakan stocking
pada pasien yang berisiko tromboplebitis atau pasien dilatih agar
tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada
tempat duduk guna memperlancar vena balik.
4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan
cara memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien dan
monitor asupan dan output serta mempertahankan nutrisi yang
cukup.
5) Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan
asupan dan output serta mencegah terjadinya retensi urine.
6) Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot
sebelum ambulatori.

12
7) Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi
secara terapeutik.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat
dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan status
kesehatan, seperti adanya peningkatan proses penyembuhan luka,
sistem respirasi yang sempurna, sistem sirkulasi, keseimbangan
cairan dan elektrolit, sistem eliminasi, aktivitas, serta tidak
ditemukan tanda kecemasan lanjutan.

13
BAB IV
TINDAKAN KEPERAWATAN PREOPERATIF

A. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi menurut Brunner & Suddarth ( 2002 ), antara lain :

1. Status kesehatan fisik secara umum


Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan
status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit
seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik
lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status
pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi,
dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik,
tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi,
tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu
terjadinya haid lebih awal.

2. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin
dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi
harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang
cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan
pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan
pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling
sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan
sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang
lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian.

14
3. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam
rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan pemeriksaan di
antaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar
kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 –
1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi
ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan
ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi
dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan
seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, dan nefritis akut, maka operasi
harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada kasus-kasus
yang mengancam jiwa.

4. Kebersihan Lambung dan Usus


Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan
lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan
lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan.
Khusus pada pasien yang membutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada
pasien kecelakaan lalu lintas, maka pengosongan lambung dapat dilakukan
dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).

5. Pencukuran Daerah Operasi


Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut
yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.

15
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.
Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan
sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien
diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih
nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi
dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin
(pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah
sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis,
operasi pemasangan plate pada fraktur femur, dan hemmoroidektomi. Selain
terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada
pemasangan infus sebelum pembedahan.

6. Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang
kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan
daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu
memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan
memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

7. Pengosongan kandung kemih


Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.

8. Latihan Pra Operasi


Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal
ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada
tenggorokan.

16
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:
a. Latihan Nafas Dalam
b. Latihan Batuk Efektif
c. Latihan Gerak Sendi

B. Persiapan Psikologis
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual
pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis
maupun psikologis. Menurut Long B.C (2001), pasien preoperasi akan
mengalami reaksi emosional berupa kecemasan. Berbagai alasan yang dapat
menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan
antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal (body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang
mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Masalah mental yang biasa
muncul pada pasien preoperasi adalah kecemasan. Untuk mengurangi /
mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang
terkait dengan persiapan operasi.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang
pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya
pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke
rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda

17
operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu.
Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti :
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami
pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang
waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses
operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan
persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa
yang sederhana dan jelas.
3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan
tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien
dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke
kamar operasi.
4. Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-
hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada
pasien.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi,
seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk
menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan
istirahatnya terpenuhi.

C. Persiapan Dokumen Dan Inform Concent


1. Dokumen
Dokumentasi perawatan preoperatif merupakan dokumentasi yang
dilaksanakan pada catatan proses keperawatan sebelum operasi. Hal-hal
yang didokumentasikan antara lain: pengkajian fisiologis, pengkajian
psikososial, pendidikan kesehatan preoperatif , lokasi operasi, tingkat
respons, efek medikasi, dan tes diagnostik. Selain itu didokumentasikan

18
pula tanda vital, pengkajian dan persiapan kulit, alat yang digunakan,
pernyataan atau perilaku pasien, dan obat-obatan yang diberikan.
Standar dokumentasi yang digunakan pada dokumentasi peroperatif
adalah, sebagai berikut.
a. Catatan pasien merefleksikan pengkajian dan perenanaan yang
diberikan pada perawatan perioperative
b. Catatan pasien merefleksikan perawatan yang diberikan oleh anggota
tim pembedahan. Perawatan didokumentasikan pada catatan pasien
c. Catatan pasien merefleksikan evaluasi operatif yang berkelanjutan dan
respons pasien terhadap intevensi keperawatan
d. Dokumentasi asuhan keperawatan peripoeratif disesuaikan dengan
kebijakan dan prosedur pada area praktik
2. Inform Concent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan
tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik
pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis,
operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien
yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan
persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anestesi)
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung
tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung
jawab terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan
persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien
terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan
serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya
sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan
informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika
petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya
berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini
sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan

19
dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan
ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
Berikut adalah contoh dari format inform concent,

D. Persiapan Obat-Obatan Dan Alat Keseshatan


1. Obat-obatan
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan
obat-obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien
mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi yang
diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis
biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis
yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama
tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam
sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali. Antibiotik
yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai
indikasi pasien.

20
2. Alat Kesehatan
a. Alat steril
Set dasar yang disiapkan (basic instrument set) Terdiri dari :
- Desinfeksi klem (Sponge holding forceps) 1 buah
- Duk klem (Towel forceps) 5 buah
- Pemegang pisau (Handvat mes/Knife)
- handle no 3 1 buah
- Pincet anatomi 2 buah
- Pincet chirurrgie 2 buah
-Arteri klem van pean lurus 2 buah
- Arteri klem van pean bengkok (Chrom klem) 5 buah
- Arteri klem van kocher 4 buah
-Gunting Benang ( Ligature Scissors ) 1 buah
-Gunting Metzembum 1 buah
- Nald Voerder 2 buah
- Woundhag gigi 4 tajam 2 buah
- Langenbeck 2 buah
- Tambahan khusus : Beckock 1 buah

Set dan bahan penunjang operasi :


1.Linen set steril terdiri dari :
- Linen besar 3 buah
- Linen keci 13 buah
- Gaun operasi 5 buah
- Sarung meja mayo 1 buah
2. Handle Lampu
3. Handschoen bermacam-macam ukuran
4. Desinfektan betadine 1 % dan alkohol 70 %
5. Cairan PZ 0,9 %
6. Senur diathermi + kabel
7. Canule + selang suction
8. Mess no .10

21
9. Kasa, deper, cucing, mangkok, bengkok
10. Korentang pada tempatnya
11. Jarum ½ bulat ( round ), tajam ( cutting )
12. Benang siede 2-0, Safil no 1, monocril 3-0, vycril 3-0, plain catgut
no.2-0
a. Alat non steril
- Hypafix
- Gunting verband / bandage scissors
- Mesin diatermi dan platnya
- Mesin suction
- Lampu operasi
- Meja operasi
- Meja mayo
- Meja linen dan instrument
- Standart infus
- Tempat sampah

22
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan
yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu praoperatif,
intraoperatif, dan pascaoperatif. Operasi dilakukan untuk berbagai alasan
seperti (Brunner&Suddarth, 2013): diagnostik, kuratif, reparatif,
rekonstruktif atau kosmetik, paliatif.

B. Saran
Dalam pebuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam
pebuatan makalah masi terdapat banyak kesalahan kekurangan serta
kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi.
Utnuk itu. penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar kedepan lebih baik

23
Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 1.Jakarta: EGC.
Gruendeman, Barbara J. & Fernsebner,Billie, (2005).Buku Ajar Keperawatan
Perioperatif Volume 1. Jakarta : EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai