Filsafat Ikhwan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembahasan

Dalam pendidikan Islam kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat
untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Salah satu tugas dari filsafat pendidikan Islam adalah memberikan arah bagi
tercapainya tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Islam yang hendak dicapai
harus direncanakan melalui kurikulum pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum
merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan pada lembaga
pendidikan Islam. Dengan demikian, akan menjadi jelas dan terencana bagaimana dan
apa yang harus diterapkan dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan pendidik dan
anak didik. Dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan
yang harus diajarkan oleh pendidik (guru) kepada anak didik, tetapi juga segala
kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu karena mempunyai
pengaruh terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam.

A. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islami


Mengenai pengertian kurikulum dalam pedidikan islami, maka kurikulum tersebut dikenal dengan istilah
manhaj, yang disandarkan pada bahasa Arab. Dalam hal ini Al-Syaibany menjelaskan bahwa kurikulum
(manhaj) merupakan jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang
dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Lebih
lanjut al-Syaibany menjelaskan tentang manhaj tersebut, jika dari segi bahasa ia bermakna jalan terang
yang harus dilalui seseorang, maka jalan terang itu pada bidang pendidikan dapat meliputi semua unsur-
unsur pendidikan dan semua unsur-unsur rencana pendidikan yang diikuti oleh guru, atau pendidik, atau
institusi pendidikan dalam mengajar dan mendidik murid-muridnya. Ia dapat meliputi tujuan-tujuan
pendidikan, perkara-perkara kajian, kemestian-kemestian pelajaran dan semua kegiatan dan alat-alat
yang menguatkan, metode-metode yang digunakan dalam mengajarkan pelajaran dan melatih murid-
murid dan membimbingnya, menjaga peraturan diantara mereka dan pada pergaulan mereka pada
umumnya, dan proses-proses dan alat-alat penilaian. Mengenai kurikulum tersebut, Jalaluddin (2003:
70) menjelaskan bahwa hakikat kurikulum dalam pendidikan Islam adalah berupa bahan-bahan atau
materi, aktivitas dan pengalaman-pengalaman yang mengandung unsur ajaran ketauhidan yang
diberikan kepada manusia semenjak lahir sampai ke liang kubur, untuk membentuk akhlak yang mulia
sesuai dengan hakikat penciptaan manusia, dan juga sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di muka
bumi, dalam bentuk konsep seutuhnya.
B.       Hakikat Kurikulum Dalam Pendidikan Islam

Secara filosofis, hakikat kurikulum adalah model yang diacu oleh pendidikan dalam
upaya membentuk citra sekolah dengan mewujudkan tujuan pendidikan yang
disepakati. Kurikulum dengan pengertian di atas memberikan indikasi bahwa pedoman
rencana pembelajaran tidak bersifat kaku. Kurikulum yang baik adalah yang dinamis,
aktual, teoretis, dan aplikatif.[6] Sebagaimana tujuan yang hendak dicapai dalam
pendidikan, misalnya pendidikan bertujuan meningkatkan penguasaan pengetahuan
siswa, pengembangan pribadi siswa, kemampuan sosial, dan atau kemampuan
keterampilan. Dengan tujuan tersebut, sudah tentu kurikulum harus diarahkan untuk
mencapainya.

Suatu kurikulum pendidikan, termasuk pendidikan Islam, hendaknya mengandung


beberapa unsur utama seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode mengajar dan metode
penilaian. Kesemuanya harus tersusun dan mengacu pada asas-asas pembentuk
kurikulum pendidikan. Mohammad al-Thoumy al-Syaibany,
mengemukakan bahwa asas-asas umum yang menjadi landasan pembentukan
kurikulum dalam pendidikan Islam itu adalah[7]:

1.        Asas Agama

Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem pendidikannya
harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang
meliputi aqidah, ibadah, muamalat dan hubungan-hubungan yang berlaku di dalam
masyarakat.

2.        Asas Falsafah

Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar
filosofis, sehingga susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu kebenaran,
terutama dari  sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya.

3.        Asas Psikologis

Asas ini memberi arti bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya disusun dengan
mempertimbanglcan tahapan- tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui
anak didik

4.        Asas Sosial
Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus mengacu ke arah realisasi individu
dalam masyarakat. Pola yang demikian ini berarti bahwa semua kecenderungan dan
perubahan yang telah dan bakal terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia
sebagai makhluk sosial harus mendapat tempat dalam kurikulum pendidikan Islam. Hal
ini dimaksudkan agar out put yang dihasilkan pendidikan Islam adalah manusia-
manusia yang mampu mengambil peran dalam masyarakat dan kebudayaan dalam
konteks kehidupan zamannya.[8]

Berdasarkan pada asas-asas tersebut di atas, maka kurikulum pendidikan Islam


menurut An-Nahlawi harus pula memenuhi kriteria sebagai berikut[9]:

1.   Sistem dan perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fitrah insani sehingga
memiliki peluang untuk mensucikannya, dan menjaganya dari penyimpangan serta
menyelamatkannya.

2.  Kurikulum hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu
ikhlas, taat dan beribadah kepada Allah, disamping merealisasikan tujuan aspek psikis,
fisik, sosial, budaya maupun intelektual.

3. Pentahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan periodesasi


perkembangan peserta didik maupun unisitas (kekhasan) terutama karakteristik anak-
anak, dan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan).

4.  Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nash yang ada dalam kurikulum
harus memelihara kebutuhan nyata kehidupan masyarakat dengan tetap bertopang
pada cita ideal Islami, seperti rasa syukur dan harga diri sebagai ummat Islam.

5. Secara keseluruhan struktur dan organisasi hendaknya tidak bertentangan dan tidak
menimbulkan pertentangan dengan pola hidup Islami.

6. Hendaknya kurikulum bersifat realistik atau dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi
dan kondisi dalam kehidupan negara tertentu.

7. Hendaknya metoda pendidikan/pengajaran dalam kurikulum bersifat luwes sehingga


dapat disesuaikan dengan berbagai situasi dan kondisi serta perbedaan individual,
mminat serta kemampuan siswa untuk menangkap dan mengolah bahan pelajaran.

8.  Hendaknya kurikulum itu efektif dalam arti berisikan nilai edukatif yang dapat
membentuk afektif (sikap) Islami dalam kepribadian anak.

9.  Kurikulum harus memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah Islami, seperti


pendidikan untuk berjihad dan dakwah Islamiyah serta membangun masyarakat muslim
di lingkungan sekolah.[10]
E.     Ruang Lingkup Kurikulum PAI

            Adapun ruang lingkup kurikulum meliputi:


1.      konsep kurikulum
            Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan
pendidikan.
2.      Fungsi kurikulum
a.       Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
b.      Fungsi kurikulum bagi PAI yaitu,sebagai pembelajaran PAI yang disiapkan untuk salah satu
pendidikan bagi umat islam.
c.       Fungsi kurikulum PAI bagi guru ada 3 yaitu:
         Sebagai pedoman dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar PAI bagi anak didik.
         Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan PAI bagi anak.
         Sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan PAI dan pengajaran.
d.       Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembinaan sekolah yaitu sebagai pedoman
mengadakan fungsi supervisi mengembangkan kurikulum lebih lanjut,sebagai pedoman untuk
mengadakan evaluasi kemajuan mengajar.
e.       Fungsi kurikulum bagi orang tua murid adalah dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam
memajukan putra-putrinya.
3.      Komponen kurikulum.
            Adapun komponen kurikulum terdiri dari:
         Tujuan
         Bahasa pelajaran
         Proses belajar mengajar
         Evaluasi dan penilaian
4.      Pengembangan kurikulum
            Adalah kegiatan yang mengacu yang menghasilkan kurikulum baru.
5.      landasan pengembangan kurikulum.
            Dalam pengembangan kurikulum harus berpijak pada landasan yang kuat dan kokoh
karna landasan kurikulum dapat menjadi titik tolak.
Adapun landasan pengembangan kurikulum meliputi:
a.       Landasan filosofis
b.      Landasan sosial budaya
c.       Landasan psikologis
d.      Landasan organisatoris[6]

C.      Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam

Secara umum karakteristik kurikulum pendidikan Islam adalah pencerminan nilai-


nilai Islami yang dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan dan termanifestasi dalam seluruh
aktivitas dan kegiatan pendidikan dalam prakteknya. Dalam konteks ini harus difahami
bahwa karakteristik kurikulum pendidikan Islam senantiasa memiliki keterkaitan yang
tidak dapat dipisahkan dengan prinsip-prinsip yang telah diletakkan Allah SWT dan
Rasul-Nya, Muhammad SAW. Konsep inilah yang membedakan kurikulum pendidikan
Islam dengan kurikulum pendidikan pada umumnya.

Menurut Al-Syaibany, di antara ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam itu adalah[11]:

1. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan
kandungan, kaedah, alat dan tekniknya.

2. Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan serta


bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, sosll
dan spiritual. Begitu juga cakupan kandungannya termasuk bidang ilmu, tugas dan
kegiatan yang bermacam-macam.

3.  Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni,
pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.

4.  Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak


hanya terbatas pada ilmu-ilmu  teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi
juga meliputi seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, teknik,
pertukangan, bahasa asing dan lain-lain.

5.  Keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam dengan minat, kemampuan, keperluan,


dan perbedaan individual antara siswa. Di samping itu juga keter-kaitannya dengan
alam sekitar budaya dan sosial di mana kurikulum itu dilaksanakan.

Karakteristik kurikulum sebagai program pendidikan Islam sebagaimana


dikemukakan di atas selanjutnya tidak hanya menempatkan anak didik sebagai objek
didik, melainkan juga sebagai subjek didik yang sedang mengembangkan diri menuju
kedewasaan sesuai dengan konsepsi Islam. Karenanya kurikulum tersebut tidak akan
bermakna apapun apabila tidak dilaksanakan dalam suatu situasi dan kondisi di mana
tercipta interaksi edukatif yang timbal balik antara pendidik di satu sisi dengan peserta
didik di sisi lain. Di sini terlihat ciri khas kurikulum pendidikan Islam yang memandang
peserta didik sebagai makhluk potensial untuk mengembangkan dirinya sendiri melalui
berbagai aktivitas kependidikan. Pendidik dan seluruh komponen kependidikan lainnya,
termasuk kurikulum, hanya merupakan media atau sarana yang harus menciptakan
situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi proses pengembangan.

Ibid, 57-58.
[9] Nizar, Syamsul, Haji, Filsafat Pendidikan Islam  (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 59-60.
[10] Nizar, Syamsul, Haji, Filsafat Pendidikan Islam  (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 59-
60.
[11] Al-Rasyidin, Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,  (Ciputat: Ciputat Press,
2005), 61-62.

Anda mungkin juga menyukai