Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATERNITAS

OLEH:

NAMA : MARIA YOSEFINA YESTI BANO

NIM :191111062

KELAS :B

SEMESTER : III

PRODI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG 2020
Oknum Perawat Ini Operasi Pasien Hingga
Sarafnya Putus

Gabriel Abdi Susanto

13 Sep 2013, 17:30 WIB

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, menyelidiki
kasus malapraktik yang diduga dilakukan oleh Bustami terhadap pasiennya Sudeh (42) hingga
menyebabkan yang bersangkutan lumpuh.
Ketua PPNI Pamekasan Cahyono, Kamis, mengatakan, pihaknya perlu melakukan penyelidikan
dengan minta klarifikasi secara langsung kepada yang bersangkutan, karena hal itu berkaitan
dengan kode etik profesi perawat.
"Delik etik profesi perawat ini adalah urusan PPNI sebagai organisasi yang menaungi profesi
keperawatan," kata Cahyono seperti dikutip dari Antara, Jumat (13/9/2013).
Penyelidikan yang akan dilakukan PPNI, katanya, hanya berkaitan dengan kode etik perawat
untuk memastikan apakah yang bersangkutan benar-benar melanggar kode etik atau tidak.
Sedangkan dugaan kasus malapraktik yang dilakukan pelaku hingga menyebabkan korban
lumpuh, menurut Cahyono, merupakan urusan kepolisian.
Ia menjelaskan, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Praktik Keperawatan, sebenarnya seorang perawat diperbolehkan menjalankan
praktik keperawatan, maupun praktik mandiri keperawatan.
Sesuai dengan ketentuan itu, perawat yang diperbolehkan menjalankan praktik mandiri ialah
yang berpendidikan minimal D3 keperawatan, juga mempunyai surat izin kerja, dan izin praktik
perawat, apabila yang bersangkutan membuka praktik keperawatan di luar tempat kerjanya.
"Apabila persyaratan-persyaratan itu dipenuhi, maka sebenarnya tidak ada persoalan bagi
perawat tersebut untuk membuka praktik," kata Cahyono menjelaskan.
Terkait dengan kasus malapraktik yang dilakukan Bustami, Ketua PPNI Cahyono menyatakan
belum bisa memberikan kesimpulan apapun. Hanya saja ia memastikan, jika secara etika
Bustami memang melanggar ketentuan kode etik, maka PPNI hanya bisa merekomendasikan
kepada instansi berwenang agar izin praktik perawatnya di luar institusi kerja dicabut.
Kasus dugaan malapraktik di Pamekasan menimpa Suadeh alias Sudeh (42), warga Desa Tebul
Timur, Kecamatan Pegantenan, Pamekasan, oleh oknum perawat Bustami yang selama ini
mengaku sebagai dokter spesialis bedah.
Dugaan malapraktik itu terungkap, setelah keluarga korban melaporkan kepada polisi atas kasus
yang menimpa pasien yang ditangani oknum perawat namun mengaku dokter spesialis bedah itu.
Sebelumnya, pasien berobat ke klinik milik oknum perawat bernama Bustami itu.
Kasus itu, terjadi pada 2012. Saat itu korban bernama Sudeh (42) datang ke "Klinik Harapan"
yang menjadi tempat praktik oknum itu di rumahnya di Desa/Kecamatan Pakong, Pamekasan.
Ketika itu, korban menderita pusing-pusing. Oleh oknum perawat itu disarankan agar dibedah
karena di bagian punggung korban ada benjolan yang diduga sebagai penyebab dari penyakit
yang dideritanya.
"Saat itu kami bilang pada ’si dokter’ tersebut, akan dirujuk ke rumah sakit di Pamekasan," kata
saudara korban, Jumrah.
Akan tetapi, kata dia, Bustami justru minta agar tidak dioperasi di rumah sakit, sebab dirinya
juga bisa melakukan tindakan medis dan dia sendiri merupakan dokter spesialis bedah.
Atas saran Bustami itu, pasien kemudian dioperasi oleh oknum perawat itu di klinik setempat.
Akan tetapi, setelah operasi ternyata kondisi pasien tidak sembuh, bahkan pandangan mata kian
buram, pendengaran terganggu, dan kemudian lumpuh.
"Kami lalu memeriksakan diri ke rumah sakit Dr Soetomo di Surabaya, ternyata sarafnya putus
akibat operasi yang dilakukan oleh Bustami itu," kata Jumrah.
Bustami merupakan pegawai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pamekasan sebagai perawat
di unit gawat darurat.

(Abd)

JAWABAN :

1. Melanggar asas menghormati otonomi pasien (respect of the autonomy)

Dalam hal ini, Perawat Bustami telah melanggar asas menghormati otonomi pasien karena
melakukan sesuatu, operasi tanpa memberi informasi relevan dan Ia membohongi klien dan
keluarga klien bahwa ia adalah seorang dokter spesialis bedah yang penting diketahui klien
dalam membuat suatu pilihan.

2. Melanggar asas manfaat (Benefience)

Dalam hal ini, Perawat Bustami telah melanggar asas manfaat karena menjadikan klien sebagai
bahan percobaan untuk menguji terapi yang belum teruji. Ia melakukan operasi pembedahan
tanpa adanya izin praktik keperawatan sehingga efek samping yang dialami oleh klien adalah
kondisi semakin buruk, pandangan mata buram, pendengaran terganggu, kemudian lumpuh.

3. Melanggar asas tidak merugikan (Non Maleficence)

Tindakan yang dilakukan oleh Perawat Bustami sangat merugikan klien dan juga keluarga klien.
Tindakan tersebut menimbulkan cedera terhadap klie. Membuat kondisi klien semakin buruk,
sampai klien menjadi lumpuh.

4. Melanggar asas kejujuran (Veracity)

Perawat Bustami telah melanggar asas kejujuran, Ia mengatakan hal yang tidak jujur terhadap
klien dan keluarga klien. Dia mengatakan bahwa dia adalah seorang dokter spesialis bedah,
padahal dia merupakan pegawai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pamekasan sebagai
perawat di unit gawat darurat.

5. Tidak Melanggar asas kerahasiaan (Veracity)

Dalam hal ini perawat Bustami tidak melanggar asas kerahasiaan karena dia tidak menyebarkan
rahasia pasien dengan hasil operasi yang sudah dilakukan.

6. Melanggar asas keadilan (Justice)

Perawat Bustami Memberikan terapi yang tidak sama kepada klien, Ketika klien datang
menderita pusing-pusing. Oleh Bustami disarankan agar dibedah karena di bagian punggung
korban ada benjolan yang diduga sebagai penyebab dari penyakit yang dideritanya. Atas saran
Bustami itu, pasien kemudian dioperasi oleh oknum perawat itu di klinik setempat. Akan tetapi,
setelah operasi ternyata kondisi pasien tidak sembuh, bahkan pandangan mata kian buram,
pendengaran terganggu, dan kemudian lumpuh

Anda mungkin juga menyukai