Disusun Oleh:
UNIVERSITAS AN NUUR
PURWODADI
2021
1
LEMBAR PENGESAHAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang
diberikan kepada kita sehingga terselesainya makalah ini dapat kami selesaikan tepat
waktu. Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
praktek kami. Adapun pembahasan dalam makalah ini berjudul “Asuhan kebidanan
pada ibu bersalin dengan Pre-eklamsia berat”
Harapan kami, makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta menjadi
tugas praktek, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah ini
dan selanjutnya.
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................3
DAFTAR ISI.................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................6
C. Tujuan.............................................................................................................6
D. Manfaat...........................................................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................8
I. PERSALINAN...................................................................................................8
II. PRE-EKLAMSIA.........................................................................................11
A. Pengertian.....................................................................................................12
B. Etiologi/predisposisi Pre-eklamsia................................................................12
C. Patologi Pre-eklamsia Berat..........................................................................14
D. Kriteria Pre-eklamsia Berat...........................................................................15
E. Pre-eklamsia berat dapat digolongkan menjadi :..........................................16
F. Akibat Pre-eklamsia berat pada janin...........................................................16
G. Komplikasi Preeklamsia...............................................................................16
H. Dasar Pelayanan Kebidanan.........................................................................16
I. Penatalaksanaan Umum Perawatan Pre-eklamsia Berat..................................18
J. Induksi Persalinan.............................................................................................20
BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................29
BAB V PENUTUP......................................................................................................30
A. Kesimpulan...................................................................................................30
B. Saran.............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian maternatal dan perinatal di Indonesia Preeklamsia berat
(PEB) merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal
di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang
disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-
berat, edema, dan proteinuria yang massif. Penyebab dari kelainan ini masih
kurang dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah
adanya iskemia uteroplacentol (Handayani, 2019).
Tingginya kejadian pre-eklamsia di Negara-negara berkembang
dihubungkan dengan masih rendahnya status social ekonomi dan tingkat
pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling
terkait dan sangat berperan dalam menentukan tingkat penyerapan dan
pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah kesehatan yang timbul baik
pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina, 2010).
Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah
perkembangan buruk PER kearah PEB atau bahkan eklampsia
penangananannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka
kematian ibu (AKI) dan anak. Semua kasus PEB harus dirujuk ke rumah sakit
yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal,
untuk mendapatkan terapi definitive dan pengawasan terhadap timbulnya
komplikasi-komplikasi pemeriksaan antenatal yang teratur dan segera rutin
mencari tanda preeklamsia sangat penting dalam usaha pencegahan
preeklamsia berat, disamping pengendalian terhadap factor-faktor predisposisi
yang lain (Handayani, 2019).
Preeklamsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada
nulipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem
yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35
tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan
seperti kehamilan multifetal dan hidrops fetalis, penyakit vaskuler termasuk
hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus, dan penyakit ginjal
(Handayani, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian Angka Kejadian PEB di Dunia, Angka
kejadian preeklamsi di seluruh dunia berkisar 0,51%- 38,4%. Di Negara
maju, angka kejadian preeklamsia berkisar 6%-7%. Sedangkan angka kejadian
di Indonesia adalah sekitar 3,8-8,5%. Di Indonesia, preeklamsia penyebab
kematian ibu yang tinggi sebesar 24%. (Depkes RI, 2015).World Health
Organization (WHO) melaporkan mengenai status kesehatan nasional pada
5
capaian target Sustainable Development Goals (SDGs) menyatakan secara
global sekitar 830 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi selama
kehamilan dan persalinan, dengan tingkat Angka Kematian Ibu sebanyak 216
per 100.000 kelahiran hidup sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah
kehamilan, persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang.
Rasio Angka Kematian Ibu masih dirasa cukup tinggi sebagaimana
ditargetkan menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Rukiah,
2020).
Angka Kejadian PEB di Indonesia, Menurut Kemenkes RI (2018),
Angka Kematian Ibu di Indonesia secara umum terjadi penurunan dari 390
menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup, walau sudah cenderung menurun
namun belum berhasil mencapai target MDGs. Pada tahun 2015, MDGs
menargetkan angka kematian ibu 110 kematian per 100.000 kelahiran.. Angka
Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Bali dalam 6 tahun terakhir berada di bawah
angka nasional dan dibawah target yang ditetapkan 100 per 1000 kelahiran
hidup, namun setiap tahunnya belum bisa diturunkan secara signifikan. Pada
tahun 2018 AKI di Provinsi Bali mencapai angka 52,2 per 100.000 kelahiran
hidup, tahun ini merupakan angka yang paling rendah dalam empat tahun
terakhi. Kejadian preeklamsia dikatakan sebagai masalah kesehatan
masyarakat bila Case Fatality Rate (CFR) preeklamsia mencapai 1,4% sampai
1,8%. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklamsia sekitar 3-10%. (Dinkes,
2018)
Angka Kejadian PEB di Provinsi Jawa Tengah, berdasarkan
penelitian angka kematian ibu (AKI) di Indonesia merupakan salah satu tolak
ukur kualitas pelayanan kebidanan dan salah satu indikator penting derajat
kesehatan masyarakat. Faktor penyebab kematian ibu diantaranya adalah
perdarahan nifas sekitar 26,9%, eklampsia saat bersalin 24%, perdarahan
28%, infeksi 11%, komplikasi puerpurium 8%, trauma obstetrik 5%, emboli
obstetrik 3 %, aborsi 5 % dan lain-lain 11 % (DepkesRI, 2015). AKI
Kabupaten Semarang mengalami penurunan dari tahun 2014 sebesar 144,31
per 100.000 KH menjadi 120,34 per 100.000 KH pada tahun 2015, adapun
penyebab kematian ibu di Kabupaten Semarang tahun 2015 yaitu preeklamsi-
eklamsi sebesar 29%, perdarahan sebesar 23%, penyakit jantung sebesar 17%,
infeksi sebesar 5% dan lain-lain sebesar 23%, dengan demikian
preeklamsi/eklamsi merupakan penyebab terbesar kematian ibu di Kabupaten
Semarang (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015; Profil Kesehatan
Kabupaten Semarang, 2015).
Angka Kejadian PEB di Kabupaten Grogoban, per oktober AKI di
Kabupaten Grobogan ada 24 kasus. Sedangkan pada 2019 ada 36 kasus.
6
Tahun AKI menduduki di urutan kedua se-Jateng. Sementara hingga Oktober
2020 turun satu peringkat. Yakni ada di peringkat ketiga.dari hasil penelitian
terdahulu yang mendukung tentang hubungan usia ibu dengan kejadian pre
eklamsia. Jumlah kematian ibu maternal di Grobogan pada tahun 2020
menempati urutan keempat tingkat provinsi yaitu sebanyak 28 kasus. Angka
kematian ibu di Kabupaten Grobogan sejak tahun 2013 yaitu 101,10/100.000
kelahiran hidup, tahun 2014 meningkat sangat drastis yaitu 188,69/100.000
kelahiran hidup dan tahun 2015 kembali turun yaitu 149,92/100.000 kelahiran
hidup (Dinkes Grobogan, 2015).
Angka Kejadian PEB di Rumah Sakit Islam Purwodadi, berdasarkan
studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Purwodadi kasus
preeklampsia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tercatat tahun
2015 jumlah pre eklampsia sebanyak 331 kasus (11,19%), tahun 2016
meningkat drastis jumlah pre eklamsia sebanyak 515 kasus (16,07%) dan
tahun 2017 dari bulan Januari-April kejadian pre eklamsia menurun menjadi
101 kasus (10,48) (RSI Purwodadi, 2020). Survey awal pada 10 ibu dengan
kasus pre eklamsia sejumlah 6 (60%) diantaranya karena usia terlalu tua lebih
dari 35 tahun.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana cara membantu ibu bersalin pada Ny. J di ruang VK
Rumah Sakit Islam Purwodadi dengan PEB”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada Ny.J dengan kasus pre-
eklamsia berat dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny. J dengan pre-eklamsia berat
b. Menyusun diagnose kebidanan sesuai dengan prioritas pada Ny. J
umur 37 tahun G1P0A0 dengan kasus pre-eklamsia berat.
c. Merencanakan asuhan kebidanan Ny. J dengan kasus pre-eklamsia
berat
d. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada
Ny. J dengan kasus pre-eklamsia berat.
e. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada
Ny. J dengan kasus pre-eklamsia berat.
7
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit Islam Purwodadi
Diharapkan dapat memberikan informasi bagi tenaga kesehatan
khususnya bidan dengan kliennya yaitu memberikan asuhan kebidanan
pada Ny. J dengan kasus pre-eklamsia pada ibu bersalin dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Bagi Prodi Kebidanan An Nuur
Diharapkan berguna sebagai masukan bagi institusi, khususnya prodi
kebidanan Universitas An Nuur dalam meningkatkan wawasan mahasiswa
mengenai asuhan kebidanan berdasarkan studi kasus.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. PERSALINAN
A. Pengertian
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian
kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
ibu sendiri).
Ada beberapa pengertian persalinan, yaitu sebagai berikut :
1. Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan
serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan
janinnya melaui jalan lahir (Moore, 2001).
2. Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan
bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan
memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran
plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan
berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles, 1996).
3. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002).
4. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo,
2002).
B. Etiologi Persalinan
Sampai sekarang sebab-sebab mulai timbulnya persalinan tidak
diketahui dengan jelas, banyak teori yang dikemukakan, namun
masingmasing teori ini mempunyai kelemahan-kelemahan. Menurut
Mochtar, 2011 beberapa teori timbulnya persalinan yaitu :
1. Teori penurunan hormone
minggu sebelum partus, terjadi penurunan kadar estrogen dan
progesteron, peningkatan kadar prostaglandin yang berfungsi
meningkatkan kontraksi uterus.
2. Teori plasenta menjadi tua
Menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah.
9
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otototot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
uteroplasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus
frenkenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya
oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Induksi persalinan adalah suatu upaya agar persalinan mulai
berlangsung sebelum dan sesudah kehamilan cukup bulan
dengan jalan merangsang timbulnya his (Sofian, 2011). Induksi
persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang
aterm dalam keadaan belum terdapat tanda–tanda persalinan
atau belum inpartu, dengan kemungkinan janin dapat hidup di
luar kandungan (umur di atas 28 minggu) (Manuaba, 2010).
C. Mekanisme Persalinan
1. Pengertian
Denominator atau petunjuk adalah kedudukan dari salah satu
bagian dari bagian depan janin terhadap jalan
lahir.Hipomoklion adalah titik putar atau pusat pemutaran
(Wiknjosastro, 2015).
2. Mekanisme letak belakang kepala
Menurut Wiknjosastro (2015) mekanisme persalinan dibagi
beberapa tahap yaitu :
a. Engagement (fiksasi) = masuk
Ialah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar
(diameter Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida
kepala janin mulai turun pada umur kehamilan kira–
kira 36 minggu, sedangkan pada multigravida pada
kira– kira 38 minggu kadang–kadang permulaan partus.
Engagement lengkap terjadi bila kepala sudah
mencapai Hodge III. Bila engagement sudah terjadi
maka kepala tidak dapat berubah posisi lagi, sehingga
posisinya seolah–olah terfixer di dalampanggul, oleh
karena itu engagement sering juga disebut fiksasi. Pada
kepala masuk PAP, maka kepala dalam posisi
melintang dengan sutura sagitalis melintang sesuai
dengan bentuk yang bulat lonjong. Seharusnya pada
10
waktu kepala masuk PAP, sutura sagitalis akan tetap
berada di tengah yang disebut Synclitismus. Tetapi
kenyataannya, sutura sagitalis dapat bergeser kedepan
atau kebelakang disebut Asynclitismus
b. Desencus = penurunan
Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul.
Faktor– faktor yang mempengaruhi descensus : tekanan
air ketuban, dorongan langsung fundus uteri
padabokong janin, kontraksi otot– otot abdomen,
ekstensi badan janin.
c. Fleksi
Ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati
sternum sehingga lingkaran kepala menjadi mengecil
suboksipito bregmatikus (9,5 cm). Fleksi terjadi
pada waktu kepala terdorong His kebawah kemudian
menemui jalan lahir.Pada waktu kepala tertahan jalan
lahir, sedangkan dari atas mendapat dorongan, maka
kepala bergerak menekan kebawah.
d. Putaran paksi dalam
Ialah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga ubun
-ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII). Faktor-
faktor yang mempengaruhi : perubahan arah bidang
PAP dan PBP, bentuk jalan lahir yang melengkung,
kepala yang bulatdan lonjong.
e. Defleksi
Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum.
Faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini ialah :
lengkungan panggul sebelah depan lebih pendek dari
pada yang belakang. Pada waktu defleksi, maka kepala
akan berputar ke atas dengan suboksiput sebagai titik
putar (hypomochlion) dibawah symphisis sehingga
berturut – turut lahir ubun – ubun besar, dahi, muka dan
akhirnya dagu.
f. Putaran paksi luar
Ialah berputarnya kepala menyesuaikankembali dengan
sumbu badan (arahnya sesuai dengan punggung bayi).
g. Expulsi
Lahirnya seluruh badan bayi
11
D. Fisiologis Persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang
komplek. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak
mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan
kadar hormon progesteron dan estrogen. Progesteron merupakan penenang
bagi otot–otot uterus. Menurunnya kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu
sebelum persalinan. Kadar prostaglandin meningkat menimbulkan
kontraksi myometrium. Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang
mengakibatkan iskemi otot–otot uterus yang mengganggu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta berdegenerasi. Tekanan pada
ganglionservikale dari fleksus frankenhauser di belakang servik
menyebabkan uterus berkontraksi (Manuaba, 2010).
E. Tanda-tanda persalinan
Menurut Sofian (2012), tanda dan gejala persalinan antara lain:
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah (blood show) yang lebih banyak
karena robekan–robekan kecil pada serviks.
3. Kadang–kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah
ada.
II. PRE-EKLAMSIA
A. Pengertian
Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai kejang dan
atau koma yang timbul akibat kelainan neurologi.
Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria
tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih (Muscar, 1998)
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema,
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklamsia berat adalah
suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi
160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau disertai udema
pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi Kebidanan :
2009)
12
Dikatakan Preeklamsia ringan, bila disertai dengan keadaan
sebagai berikut:
1. Hasil sampel tes urine dalam sampel 24 jam menunjukkan terdapat
0,9 gram protein, atau hasil pengukuran protein 1+ persisten pada
dipstick urine
2. Tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg atau diastolic diatas 90
mmHg
3. Usia kehamilan diatas 20 minggu
B. Etiologi/predisposisi Pre-eklamsia
Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa diketahui secara
pasti.Namun banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya
hipertensi dalam kehamilan tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang
dianggap benar-benar mutlak.Beberapa faktor resiko ibu terjadinya
preeklamsi:
1. Paritas
Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2,3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan
risiko meningkat lagi pada grandemultigravida. Selain itu primitua,
lama perkawinan ≥4 tahun juga dapat berisiko tinggi timbul
preeklamsi.
2. Usia
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia dibawah
20 tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena wanita yang
memiliki usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun di anggap
lebih rentan terhadap terjadinya preeklamsi. Selain itu ibu hamil yang
berusia ≥35 tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat
13
kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko
untuk terjadi preeklamsi.
3. Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi
sebelum hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang
mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih besar mengalami
preeklamsi, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal
dan neonatal lebih tinggi. Diagnosa preeklamsi ditegakkan.berdasarkan
peningkatan tekanan darah yang disertai dengan proteinuria atau
edema anasarka.
4. Sosial ekonomi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial
ekonominya lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklamsi. Secara
umum, preeklamsi/eklamsi dapat dicegah dengan asuhan pranatal yang
baik. Namun pada kalangan ekonomi yang masih rendah dan
pengetahuan yang kurang seperti di negara berkembang seperti
Indonesia insiden preeklamsi/eklamsi masih sering terjadi.
5. Hiperplasentosis /kelainan trofoblast
Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor
predisposisi terjadinya preeklamsi, karena trofoblas yang berlebihan
dapat menurunkan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya
mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat mengakibatkan terjadinya
vasospasme, dan vasospasme adalah dasar patofisiologi
preeklamsi/eklamsi. Hiperplasentosis tersebut misalnya: kehamilan
multiple, diabetes melitus, bayi besar, 70% terjadi pada kasus
molahidatidosa (Prawirohardjo, 2014)
6. Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan
secara familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah terbukti
pada ibu yang mengalami preeklamsi 26% anak perempuannya akan
mengalami preeklamsi pula, sedangkan 8% anak menantunya
mengalami preeklamsi. Karena biasanya kelainan genetik juga dapat
mempengaruhi penurunan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya
mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat menyebabkan terjadinya
vasospasme yang merupakan dasar patofisiologi terjadinya
preeklamsi/eklamsi (Prawirohardjo, 2014).
7. Obesitas
Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam
tubuh. Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori,
14
biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan gula
dan garam yang kelak bisa merupakan faktor risiko terjadinya berbagai
jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan
(kanker) dan gangguan kesehatan lain.Hubungan antara berat badan
ibu dengan risiko preeklamsia bersifat progresif, meningkat dari 4,3%
untuk wanita dengan indeks massa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2
terjadi peningkatan menjadi 13,3 % untuk mereka yang indeksnya ≥35
kg/m2.
15
nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini bisa
meluas yang disebut subkapsular hematoma dan inilah yang
menimbulkan nyeri pada daerah epigastrium dan dapat menimbulkan
ruptur hepar.
7. Neurologik
Perubahan neurologik dapat berupa, nyeri kepala di sebabkan
hiperfusi otak. Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat
terjadi ganguan visus.
8. Paru
Penderita preeklamsi berat mempunyai resiko terjadinya edema paru.
Edema paru dapat disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel
endotel pada pembuluh darah kapilar paru, dan menurunnya deuresis
D. Kriteria Pre-eklamsia Berat
16
E. Pre-eklamsia berat dapat digolongkan menjadi :
1. Preeklamsia berat tanpa impending eklamsia
2. Preeklamsia berat dengan impending eklamsia, disebut impending
preeklamsia bila preeklamsia berat disertai dengan gejala-gejala
subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus,
muntahmuntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan
darah. (Prawirohardjo, 2014)
F. Akibat Pre-eklamsia berat pada janin
Penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta. Hal ini mengakibatkan hipovolemia, vasospasme, penurunan
perfusi uteroplasenta dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta
sehingga mortalitas janin meningkat (Prawirohardjo, 2014).
G. Komplikasi Preeklamsia
1. Eklamsia, yaitu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
tekanan darah tinggi dan kejang.
2. Kerusakan organ, seperti edema paru, gagal ginjal, dan gagal
hati.
3. Penyakit jantung.
4. Gangguan pembekuan darah.
5. Solusio plasenta.
6. Stroke hemoragik.
7. Sindrom HELLP
H. Dasar Pelayanan Kebidanan
1. Tugas Mandiri
a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan yang diberikan.
b. Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan
dengan melibatkan mereka sebagai klien. Membuat rencana
tindak lanjut tindakan / layanan bersama klien.
c. Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
normal.
17
d. Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien / keluarga.
e. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
f. Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas
dengan melibatkan klien / keluarga.
g. Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana.
h. Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan
sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium
serta menopause.
i. Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan
melibatkan keluarga dan pelaporan asuhan.
2. Kolaborasi
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien
dan keluarga.
b. Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko
tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
c. Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
d. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan risiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
e. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas
dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga.
f. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
risiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
bersama klien dan keluarga.
g. Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi
serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan
keluarga.
18
3. Tugas Ketergantungan
a. Menerapkan manajamen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan
keluarga.
b. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta
kegawatdaruratan.
c. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan
pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan
melibatkan klien dan keluarga.
d. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu dalam masa nifas yang disertai penyulit tertentu
dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan
keluarga.
e. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan
konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga.
f. Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan
kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan
konsultasi serta rujukan dengan melibatkan klien/keluarga.
19
b. Dilakukan pemasangan infus untuk memonitoring input cairan.
c. Dilakukan pemasangan forey catheter untuk mengukur pengeluran
urin.
d. Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila
mendadak kejang, dapat menghindari risiko aspirasi asam
lambung yang sangat asam.
e. Diet yang cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
20
vasodilatasi sangat cepat, sehingga hanya boleh diberikan per
oral.
b. Glukokortikoid, pemberian glukokortikoid untuk pematangan
paru janin tidak merugikan ibu. Diberikan pada kehamilan 32-34
minggu, 2 x 24 jam. Obat ini juga diberikan pada sindrom
I.
J. Induksi Persalinan
1. Definisi
Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum
inpartu, baik secara operatif maupun medisinal, untuk merangsang
timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi
persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, di mana pada
akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut dikerjakan pada
wanita hamil yang sudah inpartu. (Sarwono Prawirohardjo, 2010).
Cara:
a. Secara Medis
- Infus oksitosin
- Prostaglandin
- Cairan hipertonik intrauterine
b. Secara Manipulatif/ dengan tindakan
- Amniotomi
- Melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim.
(Stripping of the membrane)
- Pemakaian rangsangan listrik
- Rangsangan pada putting susu
Indikasi
a. Indikasi Janin
- Kehamilan lewat waktu
- Ketuban pecah dini
- Janin mati
b. Indikasi Ibu
- Kehamilan dengan hipertensi
- Kehamilan dengan diabetes mellitus
Kontra indikasi
a. Malposisi dan malpresentasi janin
- Inufisiensi plasenta
- Disproporsi sefalopelvik
21
- Cacat rahim, misalnya pernah mengalami seksio sesarea,
enukleasimiom.
- Grande multipara
- Gemelli
- Distensi rahim yang berlebihan misalnya pada hidramnion
- Plasenta previa
Syarat
Serviks matang (skor bishop >5, skor Bishop hanya merupakan
predikator atau meramalkan keberhasilan induksi persalinan.
Berapapun skor bishop dapat dilakukan induksi persalinan. (dr.
Cipta Pramana, SpOG)
Prosedur
Pemberian Tablet Misoprostol
Pemberian tablet misoprostol tablet 25 g (1/8 tab) pervaginam,
diberikan pada Bishop yang masih rendah (<5), lalu dievaluasi 6
jam kemudian. Bila skor Bishop menjadi lebih tinggi maka
dilanjutkan dengan pemberian infus oksitosin 5 unit dan D 5%.
Bila skor Bishop tetap, dapat diulang pemberian misoprostol 25 g.
Tablet misoprostol bisa sebagai priming dan juga induksi
persalinan. Bila setelah pemberian misoprostol terjadi inpartu
dianggap sebagai induksi, tetapi jika setelah pemberian
misoprostol belum timbul inpartu maka hal ini dianggap sebagai
priming (pematangan serviks). (dr. Cipta Pramana, SpOG).
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PATOLOGI
A. SUBJEKTIF
Tanggal : 26 Agustus 2021
Jam : 12.00 WIB
Tempat : Di Ruang VK
Nama Mahasiswa : Dela Putri Arumsari (2019031401)
Lala Febryanti Br Samosir (2019031404)
Marcella Christi Ananda (2019031405)
2. Alasan Datang
Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng sejak jam 05.00 WIB
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan kepalanya pusing dan pandagan kabur, keluar lendir
berwarna kecoklatan bercampur darah keluar dari jalan lahir dan merasa
kenceng-kenceng semakin kuat dan sering.
4. Tanda-tanda Bersalin
Kontraksi sejak tanggal 26 Agustus 2021Jam : 04.00 WIB
Frekuensi : 2 kali dalam 10 menit
Durasi : 35 detik
Kekuatan : sedang
Lokasi Ketidaknyamanan : pinggang
Pengeluaran Pervaginam : lendir darah tidak ada
23
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan keluarga memiliki penyakit menurun (hipertensi)
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (TBC,
Hepatitis, HIV/AIDS), menurun (DM, Hipertensi, Asma), berat
(Jantung, Ginjal).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan kepala pusing dan pandangan kabur, ibu sudah dating
periksa ke BPM dan dianjurkan untuk konsul langsung ke Rumah
Sakit, ibu mengatakan sedang tidak menderita penyakit menular (TBC,
Hepatitis, HIV/AIDS), menurun (DM, Hipertensi, Asma), berat
(Jantung, Ginjal).
24
b. Riwayat kehamilan sekarang
Perasaan klien sejak kunjungan terakhir : Ibu merasa bahagia
Merasakan gerakan janin pertama : 16 minggu
Kekuatiran yang dirasakan klien : Tidak ada
Tanda-tanda bahaya yang dialami :sakit kepala berat,mual
muntah,penghlihatan
kabur
Usia kehamilan (HPHT) : 18-11-2020
Obat-obatan yang dikonsumsi : Tablet fe dan kalk
9. Data Psiko, social, spiritual dan emosional
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Nutrisi
Selama hamil : ibu mengatakan makan 3x sehari dengan 1
porsi sedang, jenis nasi, lauk, sayur, minum
7 gelas/hari jenis air putih.
Selama inpartu : ibu mengatakan makan terakhir jam 11.00
WIB
Eliminasi
Selama hamil : ibu mengatakan BAB 1x/hari dengan
konsistensi lembek, warna kecoklatan dan
BAK 5x/hari dengan konsistensi jernih.
Selama inpartu : ibu mengatakan BAB terakhir jam 04.00
WIB
Aktivitas pekerjaan dan seksual
Selama hamil : ibu mengatakan mengatakan melakukan
pekerjaan rumah seperti menyapu,
memasak, mencuci secara dibantu oleh
suami dan melakukan hubungan seksual 2x
dalam seminggu.
Selama inpartu : ibu mengatakan tidak melakukan pekerjaan
rumah karena kenceng-kenceng dan tidak
melakukan hubungan seksual, melakukan
hubungan seksual terakhir seminggu yang
lalu.
Istirahat
Selama hamil : ibu mengatakan tidur siang 1 jam dan tidur
malam 7 jam.
25
Selama inpartu : ibu mengatakan tidur terakhir jam 12.00
WIB
Personal hygiene
Selama hamil : ibu mengatakan mandi 2 kali sehari,
mengganti baju setiap habis mandi, menggosok
gigi setiap mandi, keramas 2 kali dalam
seminggu.
Selama inpartu : ibu mengatakan mandi terakhir jam 07.00 WIB
, sudahganti baju, gosok gigi dan keramas.
B. OBJEKTIF
1. HPL : 25-8-2021
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tinggi badan : 150 cm
d. Bb sekarang/bb sebelum hamil : 63kg / 44kg
e. Tanda-tanda vital
TD : 170/100 mmHg
N : 84 kali/menit
R : 22 kali/menit
S : 36,5
3. Status present
a. Kepala : simetris, mesochepal
Kulit kepala : bersih, tidak ada ketombe
Rambut : hitam, bersih, lurus
Muka : ada odema
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Telinga : bersih, tidak ada serumen
Hidung : bersih, tidak ada secret
Mulut : bersih, tidak ada stomatitis
b. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena
jugularis
c. Dada : simetris, pernafasan reguler
d. Abdoment : tidak ada bekas luka operasi dan ada linea
nigra
e. Punggung : normal, tidak ada nyeri tekan
f. Genetalia : tidak odema, tidak ada kelainan, bersih
g. Anus : bersih, tidak ada hemoroid
26
h. Ekstermitas atas : normal, tidak ada kelainan, simetris, terpasang
infus ditangan dengan tambahan MGSO4 dan
NaCl 20 tetesasan
i. Ekstermitas bawah : tidak ada kelainan, simetris, ada odema, reflek
patella (+)
4. Status obstetric
a. Inspeksi
Muka : tidak odema dan ada cloasma gravidarum
Mammae :bersih, putting susu menonjol, aerola
Hiperpigmentasi.
Abdoment : ada linea nigra, tidak ada luka bekas operasi
Vulva : bersih, tidak odema
b. Palpasi
1) Mammae
2) Abdomen
Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, lunak dan tidak dapat
digoyangkan.
TFU: 31 cm
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba keras, memanjang
seperti ada tahanan (punggung), dan bagian kiri ibu
teraba bagian kecil-kecil (ekstermitas).
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan
melenting, dan tidak dapat digoyangkan.
Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP
TBJ : (31-11) x 155 = 3.100 gram
c. Auskultasi
DJJ : 142 kali/menit
Irama : teratur
Frekuensi : teratur
d. Pemeriksaan Dalam
Vulva : membuka, bersih
Vagina : kenyal
Porsio : tipis
Servik : lunak
Pembukaan : 5 cm
Penipisan : 75%
Kk : (+)
Penurunan : 3/5
Presentasi : kepala
27
Molase : tidak ada
Bagian yang menumbung : tidak ada
Kesan panggul : tidak ada
Penyusupan : 0 (tidak ada)
e. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 8,0 gr Ht : 24
L : 7200 NLR : 2,8
T : 343.000 ALC : 1.728
f. Pemeriksaan penunjang
1) Urine rutin
Protrin urin :+
Urine reduksi : -
C. ANALISA
1. Diagnosa kebidanan
Ny.J Umur 24 th G1 P0 A0, Hamil 40 minggu. Janin tunggal, hidup,
intrauteri, sudah masuk panggul, PUKA, penurunan 3/5, inpartu kala 1
dengan Pre-eklamsia Berat.
DS: - Ibu mengatakan bernama Ny.J
- Ibu mengatakan berumur 24 Tahun
- Ibu mengatakan bahwa ini hamil anak Pertama dan tidak pernah
keguguran.
- Ibu mengatakan hamil 40 minggu
- Ibu mengatakan HPHT tanggal 10-11-2020
28
PLANNING
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu dalam masa
persalinan.
2. Melakukan informed consent kepada suami untuk melakukan tindakan
persalinan, suami menandatangani informed consent.
3. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu, ibu mau makan dan minum
4. Melakukan observasi KU, TTV, HIS dan DJJ hasil terlampir dalam
partograf
5. Melakukan kolaborasi dengan SPOG untuk melakukan tindakan:
Advice :
- Memasang Dower Cathether
- Memasang infuse NaCl
- Pemberian nifedipin 10 mg, sublingual
- Pemberian MgSO4, 4 gr melalui IV
- Skin test ceftriaxone 2 gr melalui IV
- Pemberian vit. C 400 mg melalui IV
- Pemberian flumocil 3 kapsul
- Pemeriksaan darah lengkap (hb, ht, trombosit, leukosit, gol darah)
- Pemeriksaan urine lengkap
6. Mengajarkan kepada ibu teknik relaksasi, mengambil nafas panjang
melalui hidung dan dikeluarkan lewat mulut bila mulas, ibu
mengangguk.
7. Mempersiapkan alat-alat dan obat (partus set, hecking set, APD
lengkap, alat resusuitasi), alat dan obat sudah disiapkan
8. Melakukan kolaborasi dengan SPOG untuk mempercepat kala II
9. Memberitahu keluarga untuk mempersiapkan perlengkapan ibu dan
bayi.
10. Menilai kemajuan persalinan 4 jam kemudian
29
BAB IV
PEMBAHASAN
30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan pre-
eklamsia berat terhadap Ny. J masalah yang muncul yaitu tekanan darah pada
ibu meningkat, meningkatnya kadar protein dalam urine (proteinuria). Cara
penanganan pada Ny. J dengan preeklamsia berat, preeklamsia akan teratasi
jika janin dilahirkan. Namun, ibu hamil yang mengalami preeklamsia akan
diberikan beberapa penanganan berikut untuk mengatasi keluhan dan
mencegah komplikasi dengan pemberian obat:
Obat antihipertensi
Obat kortikosteroid
Obat MgSO4
B. Saran
Dapat sebagai bahan kajian terhadap materi asuhan pelayanan kebidanan
serta tambahan bacaan di perpustakaan Prodi Kebidanan bagi mahasiswa
dalam memahami pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
pre-eklamsia berat
31
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JKNP-KR, 52-121.
Nanny Lia Dewi, Vivian . 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. ECG. Jakarta
Profil Kesehetan Indonesia 2015. Diunduh pada tanggal 10-maret-2017. Jam 14.30
Saleha, Siti, 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Sulistyawati, Ari & Nugraheny, Esti, 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika
32