Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang pembahasan laporan asuhan keperawatan post
operasi hemoroid pada Tn.M dengan gangguan rasa aman nyaman: nyeri di
Ruang Bedah RSD Mayjend. HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara pada
tanggal 15-17 April 2019. Penulis membandingkan antara konsep teori penyakit
hemoroid dengan asuhan keperawatan yang penulis lakukan selama 3 hari di RSD
Mayjend. HM. Ryacudu Kotabumi Lampung Utara yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian
Dikutip dari buku Suarni & Apriyani (2017), Pengkajian merupakan tahap
awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Dalam pengkajian penulis menggunakan
beberapa cara dalam mengumpulkan data klien mulai dari wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik. Untuk wawancara dapat dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung dengan keluarganya untuk menggali
informasi tentang status kesehatan klien. Dari hasil pengkajian yang penulis
lakukan terhadap Tn. M dengan post op Hemoroid didapatkan data sebagai
berikut :
1. Nyeri pada anus
Saat dilakukan pengkajian pada Tn. M diperoleh data subjektif klien mengatakan
nyeri pada bagian luka operasi dibagian anus, klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk- tusuk, klien mengatakan nyeri hilang timbul, yang memberat nyeri pada
saat klien duduk, yang memperingan nyeri pada saat klien berbaring. Data
Objektif skala nyeri 7 (0-10), klien tampak meringis, klien tampak gelisah.
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan, baik actual maupun potensial atau yang di gambarkan
dalam bentuk kerusakan tersebut. Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh
proses multiple yaitu nosisepsi, sensitiasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi
sentral, ekstibilitas ektopik, reorganisasi structural, dan penurunan inhibilisi.

55
56

Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat
proses tersendiri : tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. (Mochamad
Bahrudin. Vol.13, 2017)

2. Susah / Tidak bisa Buang Air Besar


Saat dilakukan pengkajian pada Tn. M diperoleh data subjektif klien mengatakan
belum/ susah BAB, klien mengatakan takut untuk BAB, klien mengatakan
fesesnya keras, klien kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung serat,
Data objektif bising usus tidak normal 3 kali/ menit, klien tampak lemah.
Susah buang air besar atau konstipasi adalah suatu penurunan kemampuan
defekasi normal pada seseorang, Kondisi ini disertai dengan kesulitan keluarnya
feses lengkap atau feses yang sangat keras dan kering (Wilkinson,2006).
Konstipasi juga bisa meliputi defekasi dengan frekuensi sangat rendah, jumlahnya
tinja tidak cukup, serta berbentuk keras dan kering ( Oenzil, 1995).

3. Risiko luka infeksi


Saat dilakukan pengkajian pada Tn. M diperoleh data Objektif tampak kemerahan
pada luka operasi klien ( di anus).
Pasien rawat inap beresiko sangat tinggi untuk terjadinya infeksi nosokomial
karena berbagai alasan. Mereka cenderung lebih rentan terhadap infeksi karena
kondisi penyakit yang mendasari mereka, tetapi risiko mereka diperparah ketika
pasien menjalani prosedur invasif. Jika pasien terganggu sistem kekebalannya,
maka mikroorganisme yang biasanya tidak patogen mampu menyebabkan
penyakit. Selain itu, lingkungan rumah sakit mendukung terjadinya resistensi
terhadap antibiotik pada mikroba patogen sehingga menyulitkan pengobatan
infeksi karena kuman patogen resistan terhadap obat (Rochady Setianto dari
Jurnal Sains Medika, Vol. 5, No. 2, Juli - Desember 2013).

4. Gangguan tidur
Saat dilakukan pengkajian pada Tn. M diperoleh data Subjektif klien mengeluh
sulit tidur, klien mengatakan sering terbangun saat nyeri. Data ojektif klien
tampak mengantuk, klien tidur 4-5 jam / hari.
57

Setiap penyakit yang menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan fisik, atau
masalah dengan suasana hati, seperti kecemasan atau depresi, sering
menyebabkan gangguan tidur (Anita Damayanti dalam Jurnal ilmiah kesehatan
Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014).

5. Kelemahan
Saat dilakukan pengkajian pada Tn. M diperoleh data Subjektif klien
mengatatakan lemah , klien mengatakan aktifitas dibantu keluarga. Data Objektif
aktifitas klien tampak di bantu oleh keluarganya.

B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. M maka diagnosa yang dapat ditegakkan
yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan (SDKI, 2017). Diagnosa diatas ditegakkan karena pada klien mengatakan
nyeri pada luka operasi di anus, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk,
klien mengatakan nyeri timbul terus setiap saat, klien mengatakan nyeri dirasakan
menyebar tak menentu di sepanjang tubuh, skala nyeri yaitu 7 (0-10 ) berat, klien
tampak meringis.

Batasan karakteristik menurut (SDKI, 2017) antara lain data mayor mengeluh
nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit
tidur dan data minor tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,
diaforesis. Sedangkan faktor yang berhubungan adalah agen pencedera fisiologi
(mis. inflamasi, iskemia, neoplasma), agen pencedera kimiawi (mis. terbakar,
bahan kimia iritan) agen pencedera fisik (mis. abses, prosedur operasi, trauma).
58

2. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat


Konstipasi merupakan penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses
sulit dan tidak tuntas serta feses kering dan banyak (SDKI 2017). Diagnosa diatas
ditegakkan karena pada klien mengatakan susah/sulit BAB, feses keras, klien
kurang konsumsi serat, takut untuk BAB.

Batasan karakteristik menurut (SDKI, 2017) antara lain data mayor Defekasi
kurang dari 2 kali seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit , feses keras,
peristaltic usus menurun dan data minor mengejan saat defekasi, distensi
abdomen, kelemahan umum, teraba massa pada rektal. Sedangkan faktor yang
berhubungan adalah Fisiologis (Penurunan motilitas gastrointestinal,
ketidakadekuatan pertumbuhan gigi, ketidakcukupan diet, ketidakcukupan asupan
serat, ketidakcukupan asupan cairan, aganglonik (mis, penyakit Hircsprung),
kelemahan otot abdomen). Psikologis ( konfusi, depresi, gangguan emosional) ,
Situasional perubahan kebiasaan makan ( mis, jenis makanan, jadwal makan),
ketidakadekuatan toileting, aktivitas fisik harian kurang dari yang di anjurkan,
penyalahgunaan laksatif, efek agen farmakologis, ketidakteraturan kebiasaan
defekasi, kebiasaan menahan dorongan defekasi, perubahan lingkungan.

3. Risiko infeksi ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada luka operasi, tampak
luka post op di anus.
Risiko infeksi merupakan berisiko mengalami peningkatan terserang organism
patogenik (SDKI, 2017). Faktor risiko menurut (SDKI, 2017) antara lain penyakit
kronis (mis. diabetes mellitus), efek prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan
paparan organisme pathogen lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer, ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder.

C. Intervensi Keperawatan (Rencana Keperawatan)


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Berdasarkan SIKI, (2018) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan masalah antara lain:
59

Manajemen Nyeri (I.08238) dengan tindakan, (1) Lakukan pengkajian meliputi


lokasi nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi, skala nyeri, (2) Gali bersama klien
faktor-faktor yang dapat memperberat dan memperingan nyeri, (3) Ajarkan teknik
non-farmakologis (relaksasi nafas dalam), (4) Observasi reaksi non verbal, (5)
Kolaborasi pemberian analgesik dilakukan untuk mengurangi nyeri seperti
kolaborasi pemberian ketorolac 30 mg/ 8 jam.

Pemberian Analgesik (I.08243) dengan tindakan, (1) Identifikasi karakteristik,


kualitas, lokasi, frekuensi nyeri, (2) Cek riwayat adanya alergi obat, (3) Jelaskan
efek terapi obat, (4) Jelaskan efek terapi dan efek samping obat.

Pada perencanaan tindakan keperawatan nyeri akut, tindakan seperti mengkaji


nyeri secara komprehensif dan memberikan terapi obat ketorolak 30 mg/ 8 jam
dapat dilakukan secara keseluruhan selama pasien dalam masa perawatan di
rumah sakit.

2. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat


Berdasarkan SIKI, (2018) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan masalah antara lain:
Manajemen eliminasi fekal (I.04151) dengan tindakan (1) identifikasi masalah
usus, (2) monitor buang air besar (mis, warna, frekuensi, konsistensi), (3)
berikan air hangat setelah makan, (4) sediakan makanan tinggi serat, (5) anjurkan
mencatat warna, frekuensi, konsitensi, (6) anjurkan mengkonsumsi makan yang
tinggi serat, (7) kolaborasi pemberian supositoria anal, jiika perlu.

Manajemen Konstipasi (I.04155) dengan tindakan, (1) identifikasi faktor risiko


konstipasi, (2) anjurkan diet tinggi serat, (3) anjurkan peningkatan asupan cairan ,
jika tidak ada kontraindikasi, (4) konsultasi dengan tim medis tentang penurunan
atau peningkatan frekuensi suara usus.

Pada perencanaan tindakan keperawatan pada konstipasi terdapat rencana yang


tidak dapat terlaksana secara langsung yaitu memonitor buang air besar ( warna,
60

frekuensi, konsistensi). karena sebaiknya dilakukan dengan mewawancarai klien


atau keluarganya.

3. Risiko infeksi ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada luka operasi, tampak
luka post op di anus.
Berdasarkan SIKI, (2018) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan masalah antara lain:
Pencegahan Infeksi (I .14539) dengan tindakan, (1) Monitor adanya tanda dan
gejala infeksi pada luka operasi untuk memastikan ada tidaknya kemungkinan
terjadi infeksi pada luka operasi, (2) Batasi jumlah pengunjung, (3) Cuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan klien dan lingkungan klien, (4) Pertahankan
teknik aseptik pada klien, (5) Jelaskan tanda dan gejala infeksi, (6) Ajarkan cara
mencuci tangan yang benar, (7) Anjurkan peningkatan asupan nutrisi,(8) Anjurkan
peningkatan asupan cairan.

Perawatan Luka (I.14564) dengan tindakan, (1) Monitor tanda- tanda infeksi, (2)
lepaskan balutan dan plester secara perlahan, (3) Bersihkan dengan cairan NaCl
atau pembersih non-toksik dilakukan karena perawatan luka yang memerlukan
cairan yang steril sehingga membantu proses penyembuhan luka, (4) Pasang
balutan sesuai jenis luka, (5) Pertahankan tehnik steril saat melakukam perawatan
luka, (6) Jelaskan tanda dan gejala luka infeksi (7) Anjurkan makanan tinggi serat
(8) Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu.

Pada perencanaan tindakan keperawatan resiko infeksi, tindakan seperti


memonitor tanda dan gejala infeksi secara komprehensif pada luka operasi dan
melakukan perawatan luka seperti membersihkan luka dan mengganti perban/
balutan dapat dilakukan secara keseluruhan selama pasien dalam masa perawatan
dirumah sakit.

D. Implementasi (Pelaksanaan Tindakan Keperawatan)


Pada tahap perencanaan ada empat yang harus diperhatikan, yaitu menentukan
prioritas, menentukan tujuan, melakukan kriteria hasil, dan merumuskan
intervensi. Setelah penulis menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan data
61

yang ditemukan pada pasien. Penulis membuat rencana tindakan keperawatan


pada Tn.M berdasarkan diagnosa keperawatan :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


Manajemen Nyeri (I.08238) dengan tindakan, mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, bertujuan untuk
membantu untuk membuat diagnosa dan kebutuhan terapi. Mengidentifikasi skala
nyeri, bertujuan untuk mendiagosa terjadinya komplikasi, mengidentifikasi respon
nyeri non verbal, bertujuan untuk mengidentifikasi beratnya nyeri.
Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, bertujuan
untuk mengetahui hasil evaluasi tindakan. Memberikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (tarik nafas dalam), bertujuan untuk meningkatkan
rasa nyaman klien. Kolaborasi pemberian dosis dan analgesik, sesuai indikasi
injeksi ketorolak 30mg/ 8 jam bertujuan untuk mengurangi nyeri.

Pemberian Analgesik (I.08243) dengan tindakan, mengecek perintah


pengobatan(dengan prinsip 6 benar cek perintah pengobatan meliputi obat dosis,
dan frekuensi obat analgesik dan yang diresepkan, mengecek adannya riwayat
alergi obat), bertujuan untuk memastikan kita tidak salah dalam memberikann
obat terhadap klien. menjelaskan efek terapi dan efek samping obat, bertujuan
agar klien mengetahui reaksi obat yang diberikan. (Deden darmawan, Tutik
rahayuningsih, 2010)

2. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat


Manajemen Eliminasi Fekal (I.04151) dengan tindakan Mengidentifikasi bising
usus bertujuan untuk mengetahui frekuensi usus klien bermasalah atau tidak.
Memonitor buang air besar bertujuan untuk mengetahui apakah klien sudah bisa
buang air besar, Memberikan air hangat setelah makan bertujuan membantu
melunakkan feses klien. Menyediakan makanan tinggi serat : sayuran sawi dan
buah pisang bertujuan untuk melancarkan eliminasi fekal.

Manajemen Konstipasi (I.04155) dengan tindakan mengidentifikasi faktor risiko


konstipasi bertujuan untuk mengetahui penyebab konstipasi. menganjurkan diet
tinggi serat bertujuan untuk melancarkan eliminasi fekal, menganjurkan
62

peningkatan asupan cairan , jika tidak ada kontraindikasi bertujuan untuk


melunakkan eliminasi. mengkonsultasikan dengan tim medis tentang penurunan
atau peningkatan frekuensi suara usus bertujuan untuk memantau perubahan usus
klien. (Deden darmawan, Tutik Rahayuningsih, 2010)

3. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (mis, diabetes mellitus)


Pencegahan Infeksi (I.14539) dengan tindakan Memonitor tanda dan gejala
infeksi bertujuan untuk mengetahui keadaan luka dan perkembangannya,
menganjurkan batasi jumlah pengunjung bertujuan untuk meminimalkan resiko
infeksi, Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan mengurangi mikroba bakteri yang dapat menyebabkan infeksi,
menjelaskan tanda dan gejala infeksi bertujuan agar pasien dan keluarga
mengetahui tanda dan gejala infeksi.

Perawatan Luka (I.06202) dengan tindakan melepaskan balutan dan plester secara
perlahan bertujuan untuk mengurangi faktor resiko infeksi, membersihkan
dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan bertujuan untuk
mempercepat penyembuhan luka, memasang balutan sesuai jenis luka bertujuan
agar klien nyaman dengan balutan yang dipakai, mempertahankan tehnik steril
saat melakukan perawatan luka bertujuan untuk mengurangi bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi, menjelaskan tanda dan gejala luka infeksi bertujuan agar
keluarga mengetahui tanda dan gejala infeksi pada luka , kolaborasi pemberian
antibiotic (injeksi Vicillin 1,5 gr/ 8 jam) bertujuan untuk mencegah timbulnya
infeksi (Deden darmawan, Tutik Rahayuningsih, 2010)

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan untuk dapat
menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada dasarnya
adalah membandingkan status keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau
kriteria hasil yang telah ditetapkan. Pada tahap ini penulis mengevalusi seluruh
diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan. Adapun kondisi secara umum klien
setelah diberikan tindakan keperawatan selama tiga hari adalah :
63

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, berdasarkan Standar


Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) tujuan yang harus dicapai untuk
menyelesaikan masalah antara lain : Keluhan nyeri menurun (5), Meringis
menurun (5), Gelisah menurun (5), Kesulitan tidur menurun (5), nafsu makan
membaik (5). Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari,
masalah teratasi dibuktikan dengan klien mengatakan nyeri pada luka operasi
sudah berkurang (5), klien tampak melakukan tehnik relaksasi nafas dalam
(5), klien tampak rileks (5), skala nyeri berkurang (5).

2. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat, berdasarkan


Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) tujuan yang harus dicapai
untuk menyelesaikan masalah antara lain : keluhan defekasi lama dan sulit
menurun (5) mengejan saat defekasi menurun (5) kram abdomen membaik (5)
peristaltic usus membaik (5) konsistensi feses membaik (5) konsistensi feses
membaik (5). Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari,
masalah teratasi sebagian dibuktikan dengan klien mengatakan sudah mampu
buang air besar sedikit (3) , klien mengatakan feses sudah mulai sedikit lunak
(3), frekuensi bising usus klien sudah normal (5), klien tampak makan sayuran
dan buah-buahan (5).

3. Resiko Infeksi berhubungan dengan penyakit kronis ( mis, diabetes mellitus),


berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) tujuan yang harus
dicapai untuk menyelesaikan masalah antara lain : kebersihan tangan
meningkat (5) kebersihan badan meningkat (5) bebas dari tanda dan gejala
infeksi meningkat (5) kemerahan menurun (5) keadaan luka membaik (5).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, masalah teratasi
dibuktikan dengan klien mengatakan sudah nyaman (5), luka operasi klien
tampak berangsur- angsur membaik (4), pengunjung tampak sedikit dan tertib
(5)

Anda mungkin juga menyukai