Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RUTIN

PENGENDALIAN MUTU

OLEH :
WENDINO TAMBUNAN
5183520006

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
A.Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu (Quality Control), atau QC untuk akronimnya, adalah suatu proses
yang pada intinya adalah menjadikan entitas sebagai peninjau kualitas dari semua faktor yang
terlibat dalam kegiatan produksi. Terdapat tiga aspek yang ditekankan pada pendekatan ini,
yaitu:
1. Unsur-unsur seperti kontrol, manajemen pekerjaan, proses-proses yang terdefinisi dan telah
terkelola dengan baik, kriteria integritas dan kinerja, dan identifikasi catatan.
2. Kompetensi, seperti pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kualifikasi.
3. Elemen lunak, seperti kepegawaian, integritas, kepercayaan, budaya organisasi, motivasi,
semangat tim, dan hubungan yang berkualitas.
Lingkup kontrol termasuk pada inspeksi produk, di mana setiap produk diperiksa secara
visual, dan biasanya pemeriksaan tersebut menggunakan mikroskop stereo untuk mendapatkan
detail halus sebelum produk tersebut dijual ke pasar eksternal. Seseorang yang bertugas untuk
mengawasi (inspektur) akan diberikan daftar dan deskripsi kecacatan-kecacatan dari produk
cacat yang tidak dapat diterima (tidak dapat dirilis), contohnya seperti keretak atau kecacatan
permukaan. Kualitas dari output akan beresiko mengalami kecacatan jika salah satu dari tiga
aspek tersebut tidak tercukupi.
Penekanan QC terletak pada pengujian produk untuk mendapatkan produk yang cacat.
Dalam pemilihan produk yang akan diuji, biasanya dilakukan pemilihan produk secara acak
(menggunakan teknik sampling). Setelah menguji produk yang cacat, hal tersebut akan
dilaporkan kepada manajemen pembuat keputusan apakah produk dapat dirilis atau ditolak. Hal
ini dilakukan guna menjamin kualitas dan merupakan upaya untuk meningkatkan dan
menstabilkan proses produksi (dan proses-proses lainnya yang terkait) untuk menghindari, atau
setidaknya meminimalkan, isu-isu yang mengarah kepada kecacatan-kecacatan di tempat
pertama, yaitu pabrik. Untuk pekerjaan borongan, terutama pekerjaan-pekerjaan yang diberikan
oleh instansi pemerintah, isu-isu pengendalian mutu adalah salah satu alasan utama yang
menyebabkan tidak diperbaharuinya kontrak kerja

B. Konsep Mutu
Konsep mutu menurut ISO 9000:2000 didefinisikan sebagai karakterristik yang melekat pada
produk yang mencukupi persyaratan atau keinginan.karateristik produk diantarnya terdiri dari
(Suardi,2003:3) :
a.            Karakteristik fisik, seperi handphone,mobil,dan rumah.
b.            Karakteristik prilaku, seperti rumah sakit dan perbankan
c.            Karakteristik sensori, seperti minuman dan makanan.
Jadi secara umum mutu dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.            Mutu mencakup usaha untuk memenuhi harapan dari pelanggan
b.           Mutu mencakup produk,jasa,proses dan lingkungan.
c.            Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah.
Kualitas telah menjadi isu kritis dalam persaingan modern dewasa ini, dan hal itu telah menjadi
beban tugas bagi para manager menengah. Dalam tataran abstrak kualitas telah didefinisikan
oleh dua pakar penting bidang kualitas yaitu Joseph Juran dan Edward Deming. Mereka berdua
telah berhasil menjadikan kualitas sebagai mindset yang berkembang terus dalam kajian
managemen, khususnya managemen kualitas.
Menurut Juran Kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini berarti bahwa
suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh
pengguna, lebih jauh Juran mengemukakan lima dimensi kualitas yaitu :
a. Rancangan (design), sebagai spesifikasi produk
b. Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian antara maksud desain dengan penyampaian
produk actual
c. Ketersediaan (availability), mencakup aspek kedapatdipercayaan, serta ketahanan. Dan
produk itu tersedia bagi konsumen untuk digunakan.
d. Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan konsumen.
e. Guna praktis (field use) , kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan pada penggunaannya
oleh konsumen.

C.Sejarah Perkembangan Mutu

Sebenarnya mutu telah dikenal sejak empat ribu tahun yang lalu, ketika bangsa Mesir
Kuno mengukur dimensi batu-batu yang digunakan untuk membangun piramida. Namun seiring
dengan perkembangan zaman dan revolusi industri, fungsi kualitas kemudian berkembang
melalui beberapa tahap sebagai berikut:

1. Inspeksi (Inspection)

Konsep mutu modern dimulai pada tahun 1920-an. Kelompok mutu yang utama adalah
bagian inspeksi/peninjauan. Selama produksi, para inspector mengukur hasil produksi
berdasarkan spesifikasi. Namun, bagian inspeksi tidak independen karena biasanya mereka
melapor ke pabrik. Hal ini pada akhirnya menyebabkan perbedaan kepentingan. Jadi, seandainya
inspeksi menolak hasil satu alur produksi yang tidak sesuai, maka bagian pabrik akan berusaha
meloloskannya tanpa mempedulikan mutu dari produksi tersebut.

Pada masa ini ada beberapa orang ahli di bidang statistic yang namanya cukup mencuat
di permukaan, yaitu antara lain Walter A. Sewhart (1924) yang menemukan konsep statistic
untuk pengendalian variable-variabel produk, seperti panjang, lebar, berat, tinggi, dan
sebagainya. Sedang H.F.Dadge dan H.G. Romig (akhir 1920) merupakan pelopor dalam
pengambilan sampel untuk menguji penerimaan produk (acceptance sampling).

2. Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pada tahun 1924-an, kelompok inspeksi kemudian berkembang menjadi bagian


pengendalian mutu. Adanya Perang Dunia II mengharuskan produk militer yang bebas cacat,
sehingga mutu produk militer dijadikan sebagai salah satu faktor yang menentukan kemenangan
dalam peperangan. Tentu saja hal ini harus dapat diantisipasi melalui pengendalian yang
dilakuan selama proses produksi, menyebabkan tanggug jawab megenai mutu dialihkan ke
bagian quality control yang independen. Bagian ini kemudian memiliki otonomi penuh dan
terpisah dari bagian pabrik. Selain itu, para pemeriksa mutu juga dibekali dengan perangkat
statistika seperti diagram kendali dan penarikan sampel.

Pada tahap ini dikenal seorang tokoh yaitu Feigenbaum (1983) yang merupakan pelopor
Total Quality Control pada tahun 1960. Kemudian pada tahun 1970 Feegenbaum kembali
memperkenalkan konsep baru, yaitu Total Quality Control Organizationwide, disusul pada tahun
1983 Feigenbaum mengenalkan konsep baru lainnya, yaitu konsep Total Quality System.

3. Pemastian Mutu (Quality Assurance)

Terkait dengan rekomendasi yang dihasilkan dari teknik-teknik statistis sering kali tidak
dapat dilayani oleh struktur pengambilan keputusan yang ada, pengendalian mutu (quality
control) kemudian berkembang menjadi pemastian mutu (quality assurance). Bagian pemastian
mutu ini bertugas untuk memastikan proses dan mutu produk melalui pelaksanaan audit operasi,
pelatihan, analisis kinerja teknis, dan petunjuk operasi demi peningkatan mutu. Pemastian mutu
bekerja sama-sama dengan bagian-bagian lain yang bertanggung jawab penuh terhadap mutu
kinerja masing-masing bagian.
4. Manajemen Mutu (Quality Management)

Pemastian mutu bekerja berdasarkan status quo (keadaan sebagaimana adanya), sehingga
upaya yang dilakukan hanyalah memastikan pelaksanaan pengendalian mutu, tapi sangat sedikit
pengaruh untuk meningkatkannya. Karena itu, untuk mengantisipasi persaingan, aspek mutu
perlu selalu dievaluasi dan direncanakan perbaikannya melalui penerapan fungsi-fungsi
manajemen mutu.

5. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management)

Dalam perkembangan manajemen mutu, ternyata bukan hanya fungsi produksi yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap mutu. Dalam hal ini, tanggung jawab terhadap
mutu tidak cukup hanya dibebankan kepada suatu bagian tertentu, tetapi sudah menjadi tanggung
jawab seluruh individu di perusahaan. Pola inilah yang kemudian disebut Total Quality
Management.

Anda mungkin juga menyukai