Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Kesehatan Masyarakat
Disusun oleh :
Kelompok 6
Kelas 1A
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Tugas “ Determinan Penyakit Jantung ” ini disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Kesehatan Masyarakat. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan dan keilmuan. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada Ibu Rika Resmana SKM, M.Kes selaku Dosen Mata Kuliah Kesehatan Masyarakat.
Semoga Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni oleh kami.
Kami menyadari tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana perjalanan penyakit jantung
2. Untuk dapat mempelajari identifikasi determinan intrinstik dari penyakit jantung
3. Untuk dapat mempelajari identifikasi determinan ekstrinstik dari penyakit jantung
1.4 Manfaat
Makalah ini dibuat agar dapat menambah wawasan serta pengetahuan penulis
maupun pembaca tentang determinan penyakit jantung. Selain menambah wawaan,
penulisa juga berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang memerlukan
informasi lebbih lanjut mengenai determinan penyakit jantung.
4
BAB II
PEMBAHASAN
PJK atau Penyakit Jantung Koroner merupakan penyebab kematian paling tinggi di
Indonesia. Bahkan, 35% kematian masyarakat Indonesia disebabkan oleh penyakit ini.
Penyakit jantung koroner adalah suatu gangguan jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskuler) yang ditandai dengan penyumbatan aliran darah akibat suatu zat seperti lilin,
yang terdiri dari kolesterol dan simpanan lemak lainnya dan terbentuk pada arteri koroner
(plak). Penyakit jantung koroner juga dikenal sebagai penyakit jantung iskemik,
atherosklerosis, atau penyakit arteri koroner.
Penyakit jantung yang paling umum terjadi adalah penyakit jantung koroner. Penyakit
ini terjadi, ketika pasokan darah yang kaya oksigen menuju otot jantung terhambat oleh plak
pada pembuluh darah jantung atau arteri koroner. Jantung koroner sering disebabkan oleh
penumpukan plak dalam lapisan pembuluh darah arteri koroner. Penumpukan ini dapat
menyebabkan sebagian atau keseluruhan aliran darah di arteri besar jantung terblokir.
Pada dinding pembuluh arteri dapat terjadi kondisi ateroskelosis, yaitu penumpukan
kolesterol dan substansi lainnya, seperti kalsium dan fibrin, yang membentuk sumbatan atau
plak di pembuluh darah arteri. Plak dapat terbentuk di dinding arteri bahkan sejak seseorang
masih muda. Namun semakin bertambahnya usia, risiko pembentukan plak akan semakin
tinggi. Jika tidak diobati, lama kelamaan plak ini dapat menyebabkan berkurangnya elastitas
pembuluh darah arteri dan mengganggu kelancaran aliran darah.
Makin besar plak, maka makin sempit pembuluh arteri jantung, sehingga suplai darah
yang kaya oksigen ke jantung akan makin sedikit. Plak juga dapat lepas dan kemudian
5
menyumbat sebagian besar hingga seluruh aliran darah pada pembuluh arteri. Bila hambatan
aliran darah ini terjadi pada arteri koroner, maka dapat terjadi serangan jantung.
1. Risiko lipida
Yaitu kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Kedua jenis lipid tersebut relatif
mempunyai makna klinis penting sehubungan dengan aterogenesis. Lipid tidak larut
dalam plasma, sehingga lipid terikat pada protein sebagai mekanisme transport dalam
serum.
2. Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya PJK. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di
masyarakat belum terdiagnosis. Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan
menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria dan
memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner (faktor koroner). Hal ini memunculkan
gejala angina pektoris, insufisiensi koroner dan miokard infark lebih sering
didapatkan pada penderita hipertensi dibandingkan orang normal. Penderita hipertensi
tidak hanya berisiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit
lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah. Hipertensi didefinisikan
sebagai peningkatan tekanan darah sistolik setidaknya 140 mmHg atau tekanan
diastolik 90 mmHg (Price.S & Wilsosn.L, 2006)
3. Diabetes mellitus
Diabetes menyebabkan faktor risiko terhadap PJK yaitu, bila kadar glukosa darah
naik, terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, kadar gula darah
(glukose) tersebut dapat menjadi racun terhadap tubuh termasuk sistem
kardiovaskuler. Pasien dengan diabetes cenderung mengalami gangguan jantung pada
usia yang masih muda. Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang
tinggi di dalam darah juga cenderung berperan menaikan kadar kolesterol maupun
trigliserida, dan mendorong timbulnya plak (Soeharto, 2004).
6
4. Merokok
Keadaan jantung dan paru-paru mereka yang merokok tidak dapat bekerja secara
efisien. Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti
adrenalin. Zat ini merangsang denyut jantung dan tekanan darah. Asap rokok
mengndung karbon monoksida (CO) yang memiliki kemampuan jauh lebih kuat dari
pada sel darah merah (haimoglobin) dalam hal menarik atau menyerap oksigen
sehingga menurunkan kapasitas darah merah oksigen, sehingga menurunkan kapasitas
darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke jaringan termasuk jantung. Hal ini
perlu diperhatikan terutama oleh penderita PJK, karena daerah arteri yang sudah ada
plak, aliran darahnya sudah berkurang dari yang seharusnya. Perokok memiliki kadar
kolesterol darah HDL rendah. Hal ini berarti unsur pelindung terhadap PJK menurun
(Soeharto, 2004).
5. Stres Psikososial
Saat ini stress prikososial tampaknya turut berperan. Sudah diketahui bahwa stress
menyebabkan pelepasan katekolamin, tetapi masih dipertanyakan apakah stress masih
bersifat aterogenik atau hanya mempercepat serangan. Teori bahwa aterogenesis
disebabkan oleh stress dapat merumuskan pengaruh neuroendokrin terhadap dinamika
sirkulasi, lemak serum dan pembekuan darah (Price.S & Wilson.L, 2006) 6. Asupan
makanan Asupan makanan merukapan faktor penyebab terjadinya penyakit jantung
koroner yang dapat dirubah. Asupan makanan yang utama yang dapat mempengaruhi
terjadinya astersoklerosis adalah lemak. Asupan lemak yang berlebihan dapat
mempengaruhi kadarprofil lipid darah (Qauliyah, 2008). Sisa lemak yang telah
beredar keseluruh tubuh akan disimpan di hati dan metabolisme menjadi kolesterol
pembentuk asam empedu yang berfungsi sebagai pencerna lemak, berarti semakin
meningkat pula kadar kolesterol dalam darah. Dengan meningkatnya kolesterol
sehingga akan menumpuk didinding pembuluh darah (endotel), penumpukan tersebut
dapat menyebabkan (artherosklerosis) atau penebalan pada pembuluh nadi koroner
(arteri koronoria). Selain lemak jenis makromineral juga harus diperhatikan terutama
jenis kalsium dan natrium. 2 makromineral tersebut juga dapat memicu akan
terjadinya penyempitan pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan kelenturan
pembuluh nadi menjadi berkurang, serangan jantung koroner akan lebih mudah terjadi
ketika pembuluh nadi mengalami penyumbatan ketika itu pula darah yang membawa
7
oksigen ke jaringan dinding jantung pun terhenti (Sulistiani, 2005). Apabila kadar
trigliserida meningkat, penting dilakukan pembatasan asupan alkohol dan normalisasi
berat badan. Dengan demikian asupan makanan dikonsumsi harus sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Jika berlebih ataupun kekurangan akan menimbulkan dampak
negatif bagi tubuh dan bisa menyebabkan kematian. Adapaun jenis makanan harus
dikonsumsi sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Pola makanan harus selalu
memperhatikan jenis makanan, jumlah dan waktu makanan.
Determinan Host
1. Usia
2. Jenis Kelamin
Secara keseluruhan, risiko asterosklerosis coroner lebih besar pada laki – laki
daripada perempuan. Perempuan agaknya 17 relative kebal terhadap penyakit ini
sampai usia setelah menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pada
laki –laki. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa 2 jenis hormon seksual yaitu
estradiol dan estron, yang secara bersama disebut estrogen berhubungan dengan
meningkatnya kadar kolesterolLDL dan menurunnya kadar koleterol-HDL pada laki-
laki (Tomaszewski dalam Letsoin, 2013). Studi ini memperlihatkan bahwa salah satu
hormon seksual yaitu estradiol mempunyai korelasi positif dengan kolesterol total dan
8
mempunyai korelasi negatif dengan kolesterol HDL. Kadar hormon seks lain yaitu
estron, menunjukkan korelasi positif kuat dengan kolesterol total maupun kolesterol
HDL (Tomaszewski dalam Letsoin, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa hormon
seksual mungkin merupakan faktor risiko yang penting untuk timbulnya penyakit
jantung pada laki-laki, dan hal ini sudah terjadi sebelum adanya gejala penyakit arteri
koroner atau stroke (Karson, 2011).
3. Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit jantung coroner dalam keluarga (yaitu, saudara laki – laki atau
orang tua yang menderita penyakit sebelum usia 50 tahun) meningkatkan
kemungkinan timbulnya asterosklerosis premature. Keturunan dari seseorang pederita
18 penyakit jantung koroner premature diketahui menyebabkan perubahan dalam
penanda asterosklerosi awal, missal reaktivitas asteria brakialis dan peningkatan
tunika intima arteria karotis dan penebalan tunika media.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh London School of Hygiene & Tropical
Medicine, cuaca dingin dapat menyebabkan tekanan darah tinggi serta meningkatkan
risiko terkena serangan jantung atau gagal jantung.
Menurut penelitian tersebut, saat suhu turun 1 derajat celcius dalam sehari, bisa
meningkaykan risiko penyakit jantung sampai 2 persen di minggu-minggu berikutnya.
Krishnan Baskaran, salah satu penulis dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa
kenaikan 2 persen ini akan akan membuat risiko serangan jantung meningkat.
Risiko ini berlaku pada orang yang memiliki riwayat sakit jantung maupun yang
tidak. Namun risiko ini jauh lebih tinggi pada orang usia lanjut, yaitu mereka yang
berusia 65 tahun ke atas. Tubuh mereka biasanya sudah tidak terlalu kuat untuk
menghadapi perubahan iklim yang tiba-tiba.
2. Kebisingan Lingkungan
Tingkat kebisingan suara bisa memengaruhi kesehatan jantung kita. Mulai dari sekitar
50 desibel, yang setara dengan suara obrolan dan kebisingan lalu lintas dapat
meningkatkan tekanan darah dan kemungkinan gagal jantung.
9
Untuk setiap peningkatan 10 desibel, kemungkinan penyakit jantung dan stroke
seseorang juga akan meningkat. Hal ini mungkin terkait dengan bagaimana tubuh
bereaksi terhadap stres.
4. Pekerjaan
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jantung adalah organ vital bahkan menjadi pusat aliran darah di dalam tubuh. Dengan
pertambahan usia, keelastisan pembuluh darah mengalami penurunan, dan ditambah
dengan radikal bebas serta plak lemak di dinding pembuluh darah. Proses terjadinya PJK
sudah dimulai dari usia dini, dimana terjadi penyumbatan darah arteri melalui pola hidup
yang kurang baik. Sehingga menjaga pola hidup sehat sejak usia dini akan menurunkan
risiko terjadinya PJK
Penyakit jantung yang paling umum terjadi adalah penyakit jantung koroner.
Penyakit ini terjadi, ketika pasokan darah yang kaya oksigen menuju otot jantung
terhambat oleh plak pada pembuluh darah jantung atau arteri koroner. Jantung koroner
sering disebabkan oleh penumpukan plak dalam lapisan pembuluh darah arteri koroner.
Penumpukan ini dapat menyebabkan sebagian atau keseluruhan aliran darah di arteri
besar jantung terblokir. Dari pembahasan ini dapat diketahui perjalanan penyakit jantung
serta determinan intrinsik serta determinan ekstrinsik penyakit jantung.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada masyarakat yaitu segera melakukan pencegahan
sejak dini untuk mencapai tekanan darah mendekati normal agar tidak terjadi komplikasi
yang lebih berat, melakukan pemeriksaan rutin untuk mengecek tekanan darah dan
menghindari kebiasaan yang dapat memperbesar risiko terkena PJK.
11
DAFTAR PUSTAKA
Alodokter. (2021). Lebih Jauh Tentang Penyakit Jantung Koroner. Diakses dari
https://www.docdoc.com/id/info/condition/penyakit-arteri-koroner. Diakses pada 24 Maret
2021
Docdoc. (2020). Apa itu Penyakit Jantung Koroner: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Cara
Mengobati. Diakses dari https://www.docdoc.com/id/info/condition/penyakit-arteri-koroner.
Diakses pada 25 Maret 2021
12