Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

LUTFIANI SAMAUN
(711490121080)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS LANJUTAN
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ANTENATAL CARE


A. Pengertian Antenatal Care
Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan oleh ibu hamil secara
berkala untuk menjaga ksehatan ibu dan bayi. Pelayanan ini meliputi
pemeriksaan kehamilan, upaya koreksi terhadap penyimpangan dan intervensi
dasar yang dilakukan (Manuaba, 2010).
Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau
dokter sedini mungkin semenjak dirinya hamil untuk menjaga agar ibu sehat
selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang
dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya resiko-resiko kehamilan,
dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan
(Bobak, 2005). Pelayanan Antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
professional (Dokter spesialis kandungan, Dokter umum, Bidan, Perawat)
untuk ibu selama masa kehamilanya.
B. Tujuan kunjungan Antenatal Care
1. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses
kelahiran.
2. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis bedah ataupun
obstetrik selama kehamilan.
3. Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan
menghadap komplikasi.
4. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses.
5. Menjalankan puerpurium normal, dan merawat anak secara fisik,
Psikologi dan sosial (Manuaba, 2010).
C. Manfaat Antenatal Care
Dapat ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara
dini, Sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah- langkah
dalam pertolongan persalinanya (Manuaba, 2010).
D. Jadwal pemeriksaan Antenatal Care
1. Trimester I dan II
a. Setiap bulan sekali
b. Diambil data tentang laboratorium
c. Pemeriksaan ultrasonagrafi
d. Nasehat tentang diet empat sehat lima sempurna, tambahan protein
0,5 g/kg BB (satu telur/hari).
e. Rencana untuk pengobatan penyakitnya, menghindari terjadinya
komplikasi kehamilan, dan imunisasi tetanus I.
2. Trimester III
a. Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran
b. Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan
c. Diet empat sehat lima sempurna
d. Pemeriksaan ultrasonografi
e. Imunisasi tetanus II
f. Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan, kompikasi
hamil trimester ketiga
g. Rencana pengobatan h. Nasehat tentang tanda inpartu, kemana harus
datang untuk melahirkan (Manuaba, 2010).
E. Langkah-langkah dalam Antenatal Care
Pelayanan antenatal dalam penerapan operasionalnya dikenal dengan
standar minimal “10 T” yang terdiri dari:
1. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan Pengukuran tinggi badan
cukup satu kali waktu kunjungan pertama. Bila tinggi badan < 145 cm,
maka factor resiko panggul sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara
normal. Sedangkan penimbangan berat Berat Badan setiap kali periksa.
Sejak bulan ke-4 pertambahan berat badan paling sedikit 1kg/bulan
(Buku KIA 2016).
2. Pengukuran Tekanan Darah Tekanan darah normal 120/80 mmhg. Bila
tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmhg ada factor
resiko hipertensi (Tekanan darah Tinggi) dalam kehamilan (Buku KIA
2016).
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) Bila < kurang dari 23,5 cm
menunjukan ibu hamil menunjukan ibu hamil Kurang Energi Kronis
((ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan bayi Berat Badan Rendah
(BBLR) (Buku KIA 2016).
4. Pengukuran Tinggi Rahim Pengukuran tinggi rahim berguna untuk
melihat pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia kehamilan (Buku
KIA 2016).
5. Penentuan Letak Janin (Presentase janin) dan perhitungan Denyut
Jantung Janin. Apabila Trimester III bagian bawah janin bukan kepala
atau kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau
ada masalah lain. Bila denyut jantung kurang dari 120 kali/menit
menujukan ada tanda GAWAT JANIN, SEGERA RUJUK (Buku KIA
2016).
6. Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Penentuan Status
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) oleh petugas untuk selanjutnya bilamana
diperlukan mendapatkan suntikan Tetanus Toksoid sesuai anjuran
petugas kesehatan untuk mencegah Tetanus pada Ibu dan Bayi (Buku
KIA 2016).
7. Pemberian Tablet Tambah Darah Ibu hamil sejak awal kehamilan minum
1 tablet tambah darah setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah
darah diminum pada malam hari untuk mengurangi rasa mual (Buku KIA
2016).
8. Tes Laboratorium
a. Tesgolongan darah untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila
diperlukan
b. Tes haemoglobin untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah
(Anemia).
c. Tes pemeriksaan urine (air kencing).
d. Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan sifilis, sementara
pemeriksaan malaria dilakukan di daerah endemis (Buku KIA 2016).
9. Konseling atau Penjelasan Tenaga kesehatan memberi penjelasan
mengenai perawatan kehamilan, pencegahan kelaianan, persalinan dan
inisiasi menyusui dini (IMD), ASI eksklusif, Keluarga Berencana dan
imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat
kunjungan hamil (Buku KIA 2016)
10. Tatalaksana atau mendapatkan pengobatan. Jika ibu mempunyai masalah
kesehatan pada saat hamil (Buku KIA 2016).
F. Tempat pelayanan Antenatal Care
Pelayanan antenatal care bisa didapatkan di Rumah Sakit, Puskesmas,
Bidan Praktek Swasta, Dokter Praktek Swasta, Posyandu. Pelayanan
antenatal care hanya diberikan oleh tenaga kesehatan dan bukan dukun bayi
(Ika dan Saryono, 2010).
G. Cakupan Pelayanan Antenatal
Cakupan pelayanan antenatal adalah persentasi ibu hamil yang telah
mendapatkan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah
kerja yang terdiri dari cakupan K1 dan cakupan K4. Cakupan K1 adalah
cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapatkan pelayanan antenatal oleh
tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan
K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal
sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu (Departemen Kesehatan. 2014)

KONSEP KEHAMILAN
A. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keadaan istimewa bagi seseorang wanita sebagai
calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang
mempengaruhi kehidupanya.
B. Masa Kehamilan
Masa kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (9 bulan 7 hari, atau 40
minggu) dihitung dari hasil pertama haid terakhir. Masa kehamilan dibagi
dalam 3 triwulan yaitu:
1. Triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (pertambahan
berat badan sangat lambat yakni sekitar 1,5 kg).
2. Triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan penambahan berat
badan 4 ons per minggu)
3. Triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (penambahan berat
badan keseluruhan 12 kg) (Manuaba, 2010).
Untuk menentukan usia kehamilan dilakukan manuver Leopold (Manuaba
(2010).
1. Leopold I: Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi
bagian tubuh fetus apa yang berada di fundus dan daerah pelvik.
Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua tangan
mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus maka akan
terassa keras, bulat dan melenting. Jika bokong teraba difundus, maka
akan terasa lembut, tidak bulat dan gerakan kurang.
2. Leopold II Untuk menemukan posisi janin (punggung janin). Caranya:
Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi
abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lain mempalpasi sisi
yang berbeda untuk menemukan bagian punggung janin. Jika punggung
akan teraba cembung dan resisten.
3. Leopold III: Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat
dengan daerah pelvik. Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang
dominan pada sisi abdomen di atas simpisis pubis dan minta pasien
menarik napas panjang dan menghembuskannya. Pada saat
mengeluarkan napas, gerakkan tangan turun perlahan dan menekan
sekitar daerah tersebut. Jika kepala akan teraba keras, bulat, dan bergerak
jika disentuh. Jika bokong akan teraba lembut dan tidak beraturan.
4. Leopold IV Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian
terendah janin masuk ke pintu atas panggul. Caranya: Menghadap ke
kaki pasien dengan lembut gerakan tangan turun ke sisi abdomen
mendekati pelvis sampai salah satu tangan merasakan bagian tulang yang
timbul.
Ada 3 keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang masuk baru
sebagian kecil, sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru setengah,
divergen yaitu jika hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk ke
dalam rongga panggul.
Perkiraan persalinan menggunakan rumus Naegele:
a. Hari +7, Bulan -3, Tahun +1 jika bulan HPHT bulan April s/d
Desember
b. Hari +7, Bulan+9, Tahun Tetap jika bulan HPHT bulan Januari s/d
Maret
Pemeriksaan panggul luar, dengan tujuan :
a. Mengetahui panggul seseorang normal atau tidak
b. Memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya
c. Mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang.
Pemeriksaan panggul dilakukan:
a. Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil.
b. Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan
yang lalu.
c. Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan
diri terutama pada primipara.
Ukuran-ukuran luar yang terpenting:
a. Distansia spinarum : jarak antara spina illiaka anterior superior
kanan dan kiri ( normal: 23-26 cm).
b. Distansia cristarum : jarak yang terpanjang antara crista illiaca kanan
dan kiri (normal: 26-29).
c. Conjugata eksterna : (Boudelocque) : jarak antara pinggir atas
simpisis dan ujung prosessus spinosus (ruas tulang lumbal ke lima)
(normal: 10-20 cm).
d. Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simpisis melalui spina
illiaca anterior superior kanan ke pertengahan trochanter mayor
kanan ke pertengahan trochanter mayor kiri ke pertengahan spina
illiaca anterior superior kiri kemudian kembali ke atas simpisis
(normal : 80-90 cm).
C. Tanda dan Gejala kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan (Manuaba 2010) dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu:
1. Tanda tidak pasti hamil
a. Amenore (tidak haid) Gejala ini sangat penting karena umumnya
wanita hamil tidak haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari
pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan
taksiran tanggal persalinan akan menjadi lebih mudah, dengan
memakai rumus Neagele rumus ini terutama berlaku untuk wanita
dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi terjadi pada hari ke 14.
Caranya yaitu tanggal hari pertama mestruasi terakhir ditambah 7
dan bulan dikurangi 3.
b. Mual dan muntah Bisa terjadi pada bulan - bulan pertama kehamilan
hingga akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut
morning sickness.
c. Mengidam (ingin makan khusus) Sering terjadi pada bulan-bulan
pertama kehamilan, Akan tetapi menghilang dengan makin tuanya
kehamilan.
d. Pingsan Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat.
Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
e. Anoreksia (tidak ada selera makan) Hanya berlangsung pada
triwulan pertama kehamilan, Tetapi setelah itu nafsu makan timbul
lagi.
f. Mamae menjadi tegang dan membesar Keadaan ini disebabkan
pengaruh hormone estrogen dan progesteron yang merangsang
duktus dan alveoli payudara.
g. Miksi sering Sering buang air kecil disebabkan karena kandung
kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan
hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gelaja
ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
h. Konstipasi atau obstipasi Ini terjadi karena tonus usus menurun yang
disebabkan oleh pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan
kesulitan untuk buang air besar.
i. Pigmentasi (perubahan warna kulit) Pada areola mamae, genital,
cloasma, linea alba yang berwarna lebih tegas, melebar dan
bertambah gelap terdapat pada perut bagian bawah.
j. Epulis Suatu hipertrofi papilla ginggiva (egusi berdarah). Sering
terjadi pada triwulan pertama.
k. Varises (pemekaran vena-vena)
l. Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena. Penambahan pembuluh darah ini
terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis dan payudara.
2. Tanda kemungkinan hamil (Manuaba 2010).
a. Perut membesar. Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba
dari luar dan mulai pembesaran perut.
b. Uterus membesar. Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan
konsistensi dari rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa
uterus membesar dan bentuknya makin lama makin bundar.
c. Tanda hegar. Konsitensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi
lunak, terutama daerah hismus. Pada minggu-minggu pertama
hismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri.
Hipertrofiismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus
menjadi panjang dan lebih lunak
d. Tanda Chadwick. Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan
pada vulva, vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan
oleh pengaruh hormon estrogen.
e. Tanda piscaseck. Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang
pembesaran tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat
tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu
jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran.
f. Tanda Braxton-Hicks. Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi.
Tanda khas untuk uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus
yang membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma
uteri, tanda Braxton-hicks tidak ditemukan.
g. Teraba ballotemen. Merupakan fenomena bandul atau pantulan
balik. Ini adalah tanda adanya janin di dalam uterus.
h. Reaksi kehamilan positif. Cara khas yang dipakai dengan
menentukan adanya hormon chorionigonadotropin pada kehamilan
muda adalah air kencing pertama pada pagi hari. Dengan tes ini
dapat membantu menemukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.
3. Tanda pasti hamil (Manuaba (2010).
a. Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian
bagian janin.
b. Denyut jantung janin 1) Didengar dengan stetoskop-monoral
Laennec 2) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler 3) Dicatat
dengan feto-elektro kardiogram 4) Dilihat pada untrasonograf
c. Diagnosa banding Kehamilan Diagnosa banding kehamilan menurut
Manuaba (2010) meliputi : 1) Hamil palsu Dijumpai tanda dugaan
hamil tetapi dengan pemeriksaan alat canggih dan tes biologis tidak
menunjukkan kehamilan. 2) Tumor kandungan atau mioma uteri
Terdapat pembesaran rahim tetapi tidak disertai tanda hamil, bentuk
pembesaran tidak merata dan perdarahan banyak saat menstruasi. 3)
Kista ovarium Terjadi pembesaran perut tetapi tidak disertai tanda
hamil, datang bulan terus berlangsung, lamanya perbesaran perut
dapat melampaui umur kehamilan dan pemeriksaan tes biolgis
kehamilan dengan tes negatif. 4) Hematometra Terlambat datang
bulan dapt melampaui umur kehamilan, perut terasa sakit setiap
bulan, terjadi tumpukan darah dalam rahim, tanda dan pemeriksaan
hamil tidak menunjukkan hasil yang positif.
D. Perubahan Fisiologis Pada Wanita Hamil
Kehamilan adalah saat-saat kritis, saat terjadinya gangguan, perubahan
identitas dan peran bagi setiap orang: ibu, bapak, dan anggota keluarga.
1. Penyesuaian awal terhadap kehamilan
Ketika wanita pertama kali mengetahui dirinya mungkin hamil, ia merasa
syok dan menyangkal. Respon yang umum adalah: “suatu hari, tapi tidak
sekarang”. Walaupun ketika kehamilan tersebut direncanakan, periode
awal ketidaknyamanan adalah hal yang umum terjadi. Reaksi pertama
pria ketika ia mengetahui bahwa dirinya akan menjadi seorang bapak
adalah kekacauan antara kebanggaan tentang kemampuannya
memberikan keturunan dan perhatiannya tentang kesiapan untuk
menerima peran sebagai bapak dan memberikan nafkah pada
keluarganya. Awal dari syok yang disebabkan karena kehamilan diikuti
oleh rasa bingung dan preocupation dengan masalah yang mengganggu,
selama periode ini, berbagai alternatif seperti aborsi atau adopsi mungkin
dipertimbangkan pada konsekuensi legal, moral dan ekonomi mereka.
Akhirnya, dicapai keputusan dan rencana tindakan dibuat. Kadang-
kadang tindakan tersebut, pada kenyataannnya hanya tinggal rencana,
sampai kenyataan tentang kehamilan tidak dapat disangkal lagi dan
diterima. Karena pengalaman adalah terus dipertimbangkan dan ditinjau
ulang, terjadi proses belajar.
2. Persepsi terhadap peristiwa
Setiap wanita membayangkan kehamilan dalam pikiran-pikirannya
sendiri tentang seperti apa wanita hamil dan seorang ibu. Ia membentuk
bayangan ini dari ibunya sendiri, pengalaman hidupnya, dan kebudayaan
tempat ia dibesarkan. Persepsi ini mempengaruhi bagaimana ia berespon
terhadap kehamilan. Beberapa wanita berpikir kehamilan sebagai cara
untuk melestarikan alam suatu penghargaan atau emansipasi dari control
parental. Mereka mungkin menyamakan kehamilan dengan penyakit,
kejelekan, memalukan, atau mereka mungkin memandang kehamilan
sebagai suatu periode kreatifitas dan pemenuhan tugas. Bayangan pria
tentang kehamilan adalah bagaimana menjadi bapak dan seperti apa
seorang bapak itu. Ia membentuk bayangan ini dari bapaknya,
pengalaman hidupnya, dan kebudayaan tempat ia dibesarkan. Persepsi ini
mempengaruhi bagaimana ia memperhatikan ibu dari anakanaknya.
3. Dukungan situasional
Faktor kedua yang mempengaruhi bagaimana mengatasi krisis adalah
dukungan situasional yang mereka harapkan. Dukungan ini merupakan
orang-orang dan sumber-sumber yang tersedia untuk memberikan
keluarga atau penggantinya, seringkali memenuhi peran yang penting ini.
4. Mekanisme koping
Faktor ketiga yang mempengaruhi derajat keberhasilan dalam
menyelesaikan krisis adalah keterampilan koping yang dimiliki
seseorang. Keterampilan koping tersebut merupakan kekuatan dan
keterampilan seseorang untuk menyelesaikan masalah dan mengatasi
stress. Mereka mungkin melakukan aktifitas seperti “menceritakannya”
pada teman, melakukan olah raga yang berat, mendengarkan musik,
menangis, menulis puisi, dan lain-lain. Mekanisme pertahanan diri adalah
cara mempertahankan diri (seperti menyangkal) tetapi mungkin dapat
membantu dalam mengurangi kecemasan untuk sementara waktu.
Metode koping tersebut dapat digunakan oleh calon orang tua dan
anggota keluarganya utnuk menyesuaikan terhadap realitas kehamilan
dan mencapai keseimbangan dalam kehidupan mereka yang terganggu.

KONSEP HIPEREMESIS GRAVIDARUM


A. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih
dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan
kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga
menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan
(Kadir et al, 2019).
Hiperemesis gravidarum dapat mempengaruhi status kesehatan ibu serta
tumbuh kembang janin, pada kehamilan 16 minggu pertama 70-80% wanita
mengalami mual dan muntah, 60% wanita mengalami muntah, sementara
33% wanita hanya mengalami mual. Apabila semua makanan yang dimakan
dimuntahkan pada ibu hamil, maka berat badan akan menurun, turgor kulit
berkurang dan timbul asetonuria (Morgan et al, 2010)
B. Klasifikasi
Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) :
1. Tingkat I
a. Ibu merasa lemah
b. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
c. Nafsu makan tidak ada
d. Berat badan menurun, temperatur tubuh meningkat
e. Nadi meningkat sekitar 100 per menit dan tekanan darah sistolik
menurun
f. Turgor kulit mengurang
g. Lidah mengering mata cekung
h. Merasa nyeri pada epigastrium
2. Tingkat II
a. Ibu tampak lebih lemah dan apatis
b. Berat badan turun
c. Tensi turun, nadi kecil dan cepat
d. Suhu kadang-kadang naik
e. Mata sedikit ikterik dan cekung
f. Turgor kulit lebih mengurang
g. Lidah mengering dan tampak kotor
h. Hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi
i. Aseton tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing
3. Tingkat III
a. Keadaan umum lebih parah
b. Muntah berhenti
c. Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
d. Nadi kecil dan cepat
e. Suhu meningkat
f. Tensi menurun
g. Mulut kering dan kotor, pernapasan bau aseton
h. Mata cekung dan timbulnya ikterus 3.
C. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak
ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak
ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak,
jantung, hati, dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta
zat-zat lain akibat inanisi.
Menurut (Khayati, 2013) terdapat beberapa faktor predisposisi dan faktor
lain, yaitu:
1. Faktor predisposisi: primigravida, overdistensi rahim (hidramnion,
kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa)
2. Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal,
perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak
ibu dan alergi.
3. Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan,
takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab
sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan.
Selain itu menurut (Jusuf CE, 2016) riwayat gestasi juga dapat
mempengaruhi penyebab hiperemesis, dimana ibu hamil yang mengalami
mual dan muntah sekitar 60-80% pada (primigravida), 40-60% pada
(multigravida).
D. Manifestasi Klinis
Tanda gejala Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013):
Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat
hamil, yang bisa terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa
sampai mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.
Muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu hamil merasa pusing,
lemas, dan mengalami dehidrasi.
Selain mual dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis
gravidarum juga dapat mengalami gejala tambahan berupa:
1. Sakit kepala
2. Konstipasi
3. Sangat sensitif terhadap bau
4. Produksi air liur berlebihan
5. Inkontinensia urine
6. Jantung berdebar
Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan 4-6
minggu dan mulai mereda pada usia kehamilan 14-20 minggu.
Mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil cenderung akan membuat
mereka menjadi lebih lemah dan akan meningkatkan kecemasaan terhadap
kejadian yang lebih parah. Masalah psikologis juga berperan pada parahnya
mual dan muntah serta perkembangan hiperemesis gravidarum. Masalah
psikologis yang terjadi pada ibu hamil akan cenderung mengalami mual dan
muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah ada serta
mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala normal. Selain itu
ketidakseimbangan psikologis ibu hamil seperti cemas, rasa bersalah,
mengasihani diri sendiri, ingin mengatasi konflik secara serius,
ketergantungan atau hilang kendali akan memperberat keadaan mual dan
muntah yang dialaminya sehingga akan lebih ditakutkan keadaan mual
muntah tersebut menjadi lebih buruk dan menyebabkan terjadinya
hiperemesis gravidarum (Tiran, 2008).
E. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Hiperemesis
gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi
butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan volume cairan yang diminum
dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida air kemih turun.
Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah
berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah lebih banyak, dapat
merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan. Selain dehidrasi
dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput
lender esophagus dan 12 lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat
perdarahan gastrointestinal (Khayati, 2013).
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit hiperemesis
gravidarum menurut (Nurarif & Kusuma, 2016):
1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi
janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin,
melokalisasi plasenta
2. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN
3. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH
G. Penatalakasanaan Hiperemesis Gravidarum
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis
gravidarum menurut (Khayati, 2013) yaitu dengan cara:
1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah gejal
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan
4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering.
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindari.
6. Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
7. Menghindari kekurangan karbodidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang, maka
diperlukan seperti:
1. Obat-obatan
a. Sedativa : Phenobarbital
b. Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
c. Anti histamine : dramamin, avomin
d. Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride
atau khlorpromasine.
e. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola
di rumah sakit
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah
danperedaran udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya
dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai
muntah berhenti pada penderita mau makan. Tidak diberikan makanan
atau minuman dan selama 24 jam. 14
3. Terapi psikologika
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.
4. Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2-3 liter/hari), dapat ditambah
kalium dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan
protein dapat diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam
penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan
minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair.
5. Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan
psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah delirium, takikardi,
ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang memerlukan
pertimbangan gugur kandung diantaranya:
a. Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis, somnolen
sampai koma, terjadi gangguan jiwa.
b. Gangguan penglihatan ditandai dengan : pendarahan retina,
kemunduran penglihatan.
c. Ganggguan faal ditandai dengan : hati dalam bentuk ikterus, ginjal
dalam bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi
meningkat, tekanan darah menurun.

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Riwayat menstruasi / hari perkiraan lahir: Frekuensi, siklus dan lama
haid terakhir, kehamilan (tanggal)
b. Riwayat kontrasepsi: Metode yang pernah digunakan dan alasan
penghentian. Metode yang terakhir digunakan dan pemakaian
terakhir 
c. Riwayat obstetri: tipe kelahiran, gender, lama gestasi, komplikasi,
lama persalinan, berat lahir, kesehatan anak-anak saat ini dan tempat
tinggalnya,  perasaan tentang kehamilan terdahulu atau pengalaman
melahirkan.
d. Riwayat pembedahan: Masalah gynekologi termasuk HPV, herpes,
gonorhoe, sifilis, penyakit organic, pembedahan, kecelakaan,
hospitalisasi. Masalah psikiatri, termasuk penyakit jiwa, depresi,
ansietas, mania, serangan panic, bat-obatan (saat ini dan masa lalu)
e. Riwayat keluarga: risiko penyakit genetic, termasuk latar belakang
etnis, riwayat obstetrik, termasuk riwayat keguguran, kembar,
preeklamsi, hubungan kekerabatan
f. Kebiasaan tidak sehat (merokok, mengkonsumsi alcohol, obat-
obatan)
g. Riwayat sosial: tempat lahir, situasi hidup, pekerjaan, pendidikan,
sumber pendukung, sumber stress, dan status perkawinan
2. Pemeriksaan fisik ibu hamil
a. Palpasi
Dilakukan palpasi bimanual pada perut dan payudara, palpasi perut
dilakukan dengan metode leopold yaitu
Leopold I:
1) Menentukan tinggi fundus uteri
2) Menentukan bagian janin yang berada pada fundus uteri
Leopold II
3) Menentukan batas rahim kanan dan kiri
4) Menentukan letak punggung janin
5) Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
Leopold III
6) Menentukan bagian terbawah janin
7) Menentukan apakah bagian terbawah janin sudah masuk PAP
Leopold IV
8) Menentukan bagian terbawah janin dan menentukan berapa jauh
janin masuk PAP
b. Auskultasi
Untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ)
Dari janin : DJJ pada bulan 4-5
Bising tali pusat
Gerakan tendangan janin
Dari ibu: : bising rahim, bising aorta, peristaltik usus
c. Pemeriksaan dalam: Vaginal toucher (VT), rectal toucher (RT),
dapat dinilai:
1) pembuka pembukaan servik berapa cm/jari
2) bagian anak paling bawah: kepala, bokong, serta posisinya
3) selaput ketuban sudah pecah atau belum
d. Mengukur tinggi fundus uteri berdasarkan minggu kehamilan
e. Pemeriksaan panggul luar (dengan pelvimeter)
1) Distantia spinarum / distantia interspinalis: sias kanan-kiri: 25,5
cm
2) Konjungata eksterna: ukuran ini dilakukan dengan posisi ibu
berdiri atau miring. Diukur  dari tepi atas simfisis- ujung
prosesus spinosus vertebra lumbal V
3) Lingkar panggul: diukur dari tepi atas simfisis ke pertengahan
sias dan trochanter  mayor lumbal V. ukuran normal . ukuran
normal: 80-90 cm.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017)
diagnosa keperawatan yang muncul sebagai berikut :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan,
penurunan energi, kecemasan
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kekurangan
intake cairan
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan
metabolisme, faktor psikologis (mis. stress, keengganan untuk makan)
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis.
inflamasi, iskemia, neoplasma)
5. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan Perubahan status
nutrisi (kelebihan atau kekurangan), kekurangan/kelebihan volume
cairan, penurunan mobilitas, perubahan hormonal, suhu lingkungan yang
ekstrem
6. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit,
ketidakadekuatan sumber daya (mis.dukungan finansial, social dan
pengetahuan), gangguan adaptasi kehamilan
7. Konstipasi berhubungan dengan fisiologis (penurunan motilitas
gastrointestinal, ketidakcukupan asupan serat, ketidakcukupan asupan
cairan, kelemahan otot abdomen), psikologis (depresi), situasional
(ketidakadekuatan toileting)
8. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan, peningkatan laju
metabolisme
9. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas

C. Intervensi Keperawatan
N SDKI SLKI SIKI
O
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan PEMANTAUAN RESPIRASI
efektif tindakan keperawatan (I.01014)
Definisi: selama 1x24 jam, maka Observasi
Inspirasi dan/atau pola napas membaik,  Monitor frekuensi,
ekspirasi yang tidak dengan kriteria hasil: irama, kedalaman, dan upaya
memberikan  Dsipnea menurun napas
ventilasi adekuat.  Penggunaan otot  Monitor pola napas
bantu napas  Monitor kemampuan
menurun batuk efektif
 Frekuensi napas  Monitor adanya
membaik produksi sputum
 Monitor adanya
sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
 Auskultasi bunyi
napas
 Monitor saturasi
oksigen
Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2. Hipovolemia. Setelah dilakukan MANAJEMEN HIPOVOLEMIA
Definisi: enurunan tindakan keperawatan (I.03116)
cairan intravaskuler, selama 3x24 jam, maka Observasi
interstisial, dan/atau
status cairan membaik  Periksa tanda dan
intraseluler
dengan kriteria hasil : gejala hipovolemia (mis.
frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa
kering, volume urine menurun,
hematokrit meningkat)
 Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik
 Hitung kebutuhan
cairan
 Berikan posisi
modified trendelenburg
 Berikan asupan
cairan oral
Edukasi
 Anjurkan
memperbanyak asupan cairan
oral
 Anjurkan
menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian cairan IV issotonis
(mis. cairan NaCl, RL)
 Kolaborasi
pemberian cairan IV hipotonis
(mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
 Kolaborasi
pemberian cairan koloid
 Kolaborasi
pemberian produk darah
3. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan MANAJEMEN NUTRISI
faktor psikologis tindakan keperawatan Observasi :
(keengganan untuk selama 3x24 jam, maka  Identifikasi status
makan) status nutrisi membaik nutrisi
dengan kriteria hasil :  Identifikasi alergi
1) Porsi makan yang dan intoleransi makanan
dihabiskan  Identifikasi makanan
meningkat yang disukai
2) Berat badan  Identifikasi
membaik kebutuhan kalori dan jenis
3) Indeks Massa nutrien
Tubuh (IMT)  Monitor asupan
membaik makanan
4) Nafsu makan  Monitor berat badan
membaik  Monitor hasil
pemeriksaan laboratorium
Terapeutik :
 Lakukan oral
hygiene sebelum makan, jika
perlu
 Fasilitasi
menentukan pedoman diet (mis.
piramida makanan)
 Sajikan makanan
secara menarik dan suhu yang
sesuai
 Berikan makan
tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen
makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian
makan melalui selang nasogatrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi :
 Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian medikasi sebelum
makan, jika perlu
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Apriza, dkk. (2020). Konsep Dasar Keperawatan Maternitas. Medan: Yayasan


Kita Menulis

Rahayu, Anik Puji. (2016). Panduan Praktikum Maternitas. Yogyakarta:


Deepublish

Rina & Arni. (2018). Asuhan Keperawatan Gangguan Maternitas. Jawa Barat:
LovRinz

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1.Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai