Pengertian Pengadaan
Imron dalam buku Persepektif Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah menyatakan bahwa
ada sejumlah langkah-langkah perencanaaan pengadaan sarana dan prasarana sekolah sebagai berikut
:
o Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan oleh setiap unit kerja dan
atau menginventarisasi kekurangan perlengkapan sekolah.
o Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode tertentu, misalnya untuk satu
semester atau satu tahun ajaran.
o Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan yang tersedia sebelumnya.
o Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang tersedia. bila dana yang
tersedia tidak memadai untuk mengadakan kebutuhan tersebut, maka perlu dilakukan seleksi
terhadap semua kebutuhan perlengkapan yang telah direncanakan dengan melihat urg ensi setiap
perlengakapan yang dibutuhkan. Semua perlengkapan yang urgen segera di daftar
o Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan yang urgen dengan dana atau anggaran yang
tersedia bila ternyata masih melebihi anggaran yang tersedia, maka perlu dilakukan seleksi lagi
dengan cara membuat skala prioritas.
o Menetapan rencana pengadaan akhir.
Nawawi, (1993:63) mengatakan bahwa dalam perencanaan pengadaan sarana dan prasarana
sekolah harus diperhatikan hal-hal berikut:
a. Kesesuaian dengan kebutuhan dan kemampuan karena barang-barang yang tidak tepat akan menjadi
sumber pemborosan.
b. Kesesuaian dengan jumlah dan tidak terlalu berlebihan dan kekurangan.
c. Mutu yang selalu baik agar dapat dipergunakan secara efektif
d. Jenis alat atau berang yang diperlukan harus tepat dan dapat meningkatkan efesiensi kerja
Dengan demikian diperlukan sistem informasi dan koordinasi yang baik antara tugas perencana
dan petugas pengadaan melalui koordinasi pimpinan.
Disamping itu ada juga beberapa prinsip yang berlaku secara umum untuk proses pengadaan ini
yakni sesuai dengan Kepres No.80 tahun 2003, Pengadaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip-
prinsip :
a. efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang
terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat
dipertanggungjawabkan.
b. efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.
c. terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang
memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia barang/jasa
yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas
dan transparan;
d. transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk
syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia
barang/jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi
masyarakat luas pada umumnya;
e. adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia
barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan
atau alasan apapun;
f. akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran
pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta
ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.
B. Bangunan
Mengadakan survey tentang keperluan bangunan yang direncanakan meliputi struktur organisasi dari
sekolah yang mengunakan jumlah pemakai (guru, siswa dan lain-lain) dan jumlah alat-alat atau perabot
yang ditempatkan.
Mengadakan perhitungan luas bangunan berdasarkan kebutuhan dan disusun atas dasar data survey
Menyusun rencana anggaran biaya sesuai harga standar yang berlaku didaerah yang bersangkutan,
Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya sesuai rencana pentahapan pelaksanaan secara teknis
dengan memperhatikan skala prioritas yang telah ditetapkan.
Sahertian (1994:177) mengatakan bahwa dari segi asal datangnya barang maka jenis
pengadaan ada dua, yaitu:
1. Pengadaan dalam negeri, dapat dilakukan dengan cara:
Tener yaitu pengadaan barang yang dilakukan diantara supplier atau rekan yang bergerak
dibidangnya secara kompetitif.
Pebandingan penawaran yaitu cara pengadaan barang dilakukan dengan mengadakan perbandingan
penawaran diantara rekanan yang lulus prakualifikasi
Pmbelian langsung yaitu pembelian yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang jumlahnya kecil.
Cara pembelian yang tepat adalah dengan membandingkan diantara pemasok untuk memperoleh bahan
yang sama dengan harga yang lebih murah.
2. Pegadaan luar negeri (bersifat impor) yang diselenggarakan pemerintah.
Menurut Syahril (2009:40-44) adapun jenis sarana-prasarana yang akan diadakan dan akan
dipenuhi oleh Suatu sekolah ataupun satuan pendidikan yakni sebagai berikut :
3. Pengadaan perabot
Perabot dalah barang yang berfungsi sebagai tempat duduk,tempat menulis ,tempat
istirahat,tempat penyimpanan alat-alat dan apatau bahan, sepeti meja,kursi,almari,rak, filing cabinet
dan sebagainya dan sebagainya, dapat dilakukan dengan cara membeli, membuat sendiri dan
menerima bantuan. Pembelian dapat dilakukan terhadap barang yang sudah jadi atau barang yang
belum dan pembelian dapat dilakukan melalui lelang, pemilihan maupun penunjukan langsng sesuai
dengan aturan yang berlaku. Pengadaan yang biasa dilakukan dengan jalan membuat sendiri biasanya
dilakukan untuk kegiatan pembelajaran praktek dengan mempertimbangkan faktor biaya yang
tersedia, tenaga yang diperlukan dan peralatan yang dibutuhkan. Lain halnya dengan pangadaan
dengan cara menerima bantuan (hibah) dari pemerintahan, swasta, masyarakat maupun perorangan
dan dilengkapi surat-suarat tertentu. .
Dalam pengadaan perabot sekolah, maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti
segi antropometri, ergonomi. Estetika, dan segi ekonomis.
Antropometri, artinya pengadaan perabot dengan memperhitungkan tinggi badan atau ukuran penggal-
penggal tubuh pemakai (misalnya siswa dan tenaga kependidikan lainnya).
Ergonomis, maksudnya perabot yang akan diadakan tersebut memperhatikan segi kenyamanan,
kesehatan, dan keamanan pemakai,
Estetis, yaitu perabot tersebut hendaknya menyenangkan untuk dipakai karena bentuk dan warnanya
menarik.
Ekonomis, maksudnya perabot bukan hanya berkaitan dengan harganya tetapi merupakn transformasi
wujud efisiensi dan efektifitas dalam pengadaan dan pendayagunaannya.
1. Penyiapan berita acara pemeriksa dan oenerimaan barang (serah terima pemenang lelang)
2. Pembuatan Sendiri
3. Pembuatan sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan
persekolahan dengan jalan membuat sendiri yang biasanya dilakukan oleh guru, siswa, atau pegawai.
Pemilihan cara ini harus mempertimbangkan tingkat efektifitas dan efesiensinya apabila
dibandingkan dengan cara pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang lain. Pembuatan sendiri
biasanya dilakukan terhadap sarana dan prasarana pendidikan yang sifatnya sederhana dan murah,
misalnya alat-alat peraga yang dibuat oleh guru atau murid.
4. Penerimaan Hibah atau Bantuan
Penerimaan hibah atau bantuan yaitu merupakan cara pemenuhan sarana dan prasaran pendidikan
persekolahan dengan jalan pemberian secara cuma-cuma dari pihak lain. Penerimaan hibah atau
bantuan harus dilakukan dengan membuat berita acara.
5. Penyewaan
Yang dimaksud dengan penyewaan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan dengan jalan pemanfaatan sementara barang milik pihak lain untuk
kepentingan sekolah dengan cara membayar berdasarkan perjanjian sewa-menyewa. Pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara ini hendaknya dilakukan apabila kebutuhan
sarana dan prasarana bersifat sementara dan temporer.
6. Pinjaman
Yaitu penggunaan barang secara cuma-cuma untuk sementara waktu dari pihak lain untuk kepentingan
sekolah berdasarkan perjanjian pinjam meminjam. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan cara ini hendaknya dilakukan apabila kebutuhan sarana dan prasarana bersifat
sementara dan temporer dan harus mempertimbangkan citra baik sekolah yang bersangkutan
7. Pendaurulangan
Yaitu pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara memanfaatkan barang yang sudah
tidak terpakai menjadi barang yang berguna untuk kepentingan sekolah.
8. Penukaran
Penukaran merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan
menukarkan sarana dan prasarana yang dimiliki dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
organisasi atau instansi lain. Pemilihan cara pengadaan sarana dan prasarana jenis ini harus
mempertimbangkan adanya saling menguntungkan di antara kedua belah pihak, dan sarana/prasarana
yang dipertukarkan harus merupakan sarana dan prasarana yang sifatnya berlebihan atau dipandang
dan dinilai sudah tidak berdaya guna lagi.
9. Perbaikan atau Rekondisi
Perbaikan merupakan cara pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memperbaiki
sarana dan prasarana yang telah mengalami kerusakan, baik dengan perbaikan satu unit sarana dan
prasarana maupun dengan jalan penukaran instrumen yang baik di antara instrumen sarana dan
prasarana yang rusak sehingga instrumen-instrumen yang baik tersebut dapat disatukan dalam satu
unit atau beberapa unit, dan pada akhirnya satu atau beberapa unit sarana dan prasarana tersebut
dapat dioperasikan atau difungsikan.
Prosedur pengadaan barang dan jasa harus mengacu kepada Kepres No. 80 tahun 2003 yang
telah disempurnakan dengan Permen No. 24 tahun 2007. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
di sekolah umumnya melalui prosedur sebagai berikut:
a. Menganalisis kebutuhan dan fungsi sarana dan prasarana.
b. Mengklasifikasikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
c. Membuat proposal pengadaan sarana dan prasarana yang ditujuakan kepada pemerintah bagi sekolah
negeri dan pihak yayasan bagi sekolah swasta.
d. Bila disetujui maka akan ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk mendapat persetujuan dari pihak
yang dituju.
e. Setelah dikunjungi dan disetujui maka sarana dan prasarana akan dikirim ke sekolah yang mengajukan
permohonan pengadaan sarana dan prasarana tersebut.
C. Tips atau Cara Dalam Membeli Perbekalan Kantor (Office Supplies) yang Baik
Membeli alat kantor hampir sama dengan shopping di mall, sama-sama berbelanja. Namun yang
membedakan adalah barang yang mesti dibeli adalah alat kantor itu sendiri. Kelihatannya memang
mudah, namanya juga shopping! Tetapi ternyata tidak demikian yang terjadi. Para pegawai sering
mengeluh kalau harus membeli dan berbelanja alat kantor tentang apa yang harus dibeli, berapa
banyak yang harus dibeli per itemnya dan yang paling penting adalah dimana membeli alat kantor yang
terbaik
Dari sekian banyak toko yang menjual alat kantor, hanya sedikit yang menjual produk dari
berbagai merk dengan berbagai rentang harga. Pegawai pun harus melakukan riset dan pencarian
serta memikirkan alat kantor yang bagus tetapi juga sesuai dengan harga.
Yang pasti, pastikan anda tidak terburu-buru membeli tetapi harus melakukannya dengan
perlahan dan bertahap agar alat kantor yang anda beli akan sesuai dengan harga dan merupakan yang
terbaik. Jika tidak, maka alat kantor yang dibeli hanya akan menghabiskan uang sementara tidak bisa
digunakan sehingga harus disimpan didalam gudang sepanjang tahun.
Oleh karena itu, anda tidak hanya bisa terpaku pada diskon atau brosur menarik. Begitupun jika
toko alat kantor tersebut memiliki pamflet yang besar dengan brosur yang mengkilat dan tokonya
yang mewah bukan jaminan anda akan mendapatkan harga terbaik untuk alat tulis kantor terbaik.
2.
JAN
29
a. DUK dibuat untuk seluru pegawai negeri sipil dari satuan organisasi Negara
b. DUK dibuat sekali dalam setahun
c. Pejabat pembuat DUK : · Menteri, jaksa agung, pimpinan kesekretariasan lembaga tertinggi
Negara, pimpinan pemerintah nondepartemen, gubernur, dan pejabat lain yang ditentukan oleh
presiden, membuat dan memelihara DUK dalam lingkungan masing-masing.
d. DUK untuk pegawa yang diperbantukan, dibuat oleh : · Instansi yang menerima bantuan ·
Instansi yang memberi bantuan
e. DUK untuk pegawai negeri sipil di luar jabatan organic tetap dicantumkan dalam DUK instansi
yang bersangkutan
f. Calon pegawai negeri sipil tidak dicantumkan dalam DUK
g. DUK secara nasional dibuat oleh BAKN, untuk golongan IV/a sampai dengan golongan IV/c.
Nama dalam DUK dapat dihapuskan karena:
- diberhentikan sebagai PNS
- meninggal dunia
- pindah intansi
Penghapusan nama dilakukan pada waktu menyusun DUK tahun berikutnya
F. Penggunaan DUK
1. D U K a d a l a h s a l a h s a t u b a h a n p e r t i m b a n g a n o b y e k t i f d a l a m pembinaan karier
PNS.
2. Dengan DUK pembinaan karier PNS akan lebih objektif.
3. Bila ada lowongan jabatan, PNS yang bernomor urut lebih tinggi wajib dipertimbangkan lebih d
ahulu;
4. Pertimbangan bagi PNS yang bernomor urut lebih tinggi tidak berlaku bagi PNS yang :
- dikenakan pemberhentian sementara
- sedang cuti di luar tanggungan negara, kecuali PNS yang menjalani persalinan yang ke
IV dan seterusnya.
- sedang cuti di luar tanggungan negara, kecuali PNS yang menjalani persalinan yang ke
IV dan seterusnya.
- penerima uang tunggu
2. CUTi
A. Pengertian Cuti
Cuti Pegawai Negeri Sipil, selanjutnya disingkat dengan cuti. Cuti adalah keadaan tidak
masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu.
B. Jenis Cuti
a. Cuti Tahunan
1. Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekarang-kurangnya 1 (satu) tahun secara
terus-menerus berhak atas cuti tahunan.
2. Lamanya cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja.
3. Cuti tahunan tidak dapat dipecah-pecah hingga jangka waktu yang kurang dari 3
(tiga) hari kerja.
4. Untuk mendapatkan cuti tahunan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti.
5. Cuti tahunan diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan
cuti.
6. Cuti tahunan yang akan dijalankan di tempat yang sulit perhubungannya, maka
jangka waktu cuti tahunan tersebut dapat ditambah untuk paling lama 14 (empat belas) hari.
7. Cuti tahunan yang tidak diambil dalam tahun yang bersangkutan, dapat diambil
dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan
dalam tahun yang sedang berjalan.
8. Cuti tahunan yang tidak diambil lebih dari 2 (dua) tahun berturut-turut, dapat
diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti
tahunan dalam tahun yang sedang berjalan.
9. Cuti tahunan dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh pejabat yang berwenang
memberikan cuti untuk paling lama 1 (satu) tahun, apabila kepentingan dinas mendesak.
10. Cuti tahunan yang ditangguhkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
diambil dalam tahun berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan
dalam tahun yang sedang berjalan.
11. Pegawai Negeri Sipil yang menjadi guru pada sekolah dan dosen pada perguruan
tinggi yang mendapat liburan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak berhak
atas cuti tahunan.
b. Cuti Besar
1. Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun
secara terus-menerus berhak atas cuti besar yang lamanya 3 (tiga) bulan.
2. Pegawai Negeri Sipil yang menjalani cuti besar tidak berhak lagi atas cuti
tahunannya dalam tahun yang bersangkutan.
3. Untuk mendapatkan cuti besar, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti.
4. Cuti besar diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan
cuti.
5. Cuti besar diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan
cuti.
6. Cuti besar dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh pejabat yang berwenang
untuk paling lama 2 (dua) tahun, apabila kepentingan dinas mendesak.
7. Selama menjalankan cuti besar, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
menerima penghasilan penuh.
c. Cuti Sakit
1. Pegawai Negeri Sipil yang sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari berhak atas cuti
sakit, dengan ketentuan, bahwa ia harus memberitahukan kepada atasannya.
2. Pegawai Negeri Sipil yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan 14 (empat
belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter.
3. Pegawai Negeri Sipil yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) Hari
berhak cuti sakit, dengan ketentuan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan
melampirkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
4. Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) antara lain
menyatakan tentang perlunya diberikan cuti, lamanya cuti dan keterangan lain yang dipandang
perlu.
5. Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diberikan untuk waktu paling
lama 1 (satu) tahun.
6. Jangka waktu cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dapat ditambah
untuk paling lama 6 (enam) bulan apabila dipandang perlu berdasarkan surat keterangan dokter
yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
7. Pegawai Negeri Sipil yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka Waktu
sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dan atau ayat (6), harus Diuji kembali kesehatannya oleh
dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
8. Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(7) Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya, maka ia
diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena sakit dengan mendapat uang tunggu
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9. Pegawai Negeri Sipil wanita yang mengalami gugur kandung berhak atas cuti
sakit untuk paling lama 1« (satu setengah) bulan.
10. Untuk mendapatkan cuti sakit gugur kandung, Pegawai Negeri Sipil wanita yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter atau bidan.
11. Pegawai Negeri Sipil yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena
menjalankan tugas kewajibannya sehingga ia perlu mendapat perawatan, berhak atas cuti sakit
sampai ia sembuh dari penyakitnya.
12. Selama menjalankan cuti sakit Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan menerima
penghasilan penuh.
13. Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal-pasal 14 sampai dengan 16, kecuali
1-2 hari diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti.
14. Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal-pasal 14 sampai dengan 16, kecuali
yang dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang
memberikan cuti.
d. Cuti Bersalin
1. Untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua, dan ketiga, Pegawai Negeri Sipil
wanita berhak atas cuti bersalin.
2. Untuk persalinan anaknya yang keempat dan seterusnya, kepada Pegawai Negeri
Sipil wanita diberikan cuti di luar tanggungan Negara.
3. Lamanya cuti-cuti bersalin tersebut dalam ayat (1) dan (2) adalah 1 (satu) bulan
sebelum dan 2 (dua) bulan sesudah persalinan.
4. Untuk mendapatkan cuti bersalin, Pegawai Negeri Sipil wanita yang bersangkutan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti.
5. Cuti bersalin diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan
cuti.
6. Selama menjalankan cuti bersalin Pegawai Negeri Sipil wanita yang bersangkutan
menerima penghasilan penuh.
e. Cuti Karena alasan Penting
Yang dimaksud dengan cuti karena alasan penting adalah cuti karena :
ibu, bapak, isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu sakit keras atau meninggal
dunia;
salah seorang anggota keluarga yang dimaksud dalam huruf a meninggal dunia dan menurut
ketentuan hukum yang berlaku Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus mengurus hak-hak
dari anggota keluarganya yang meninggal dunia itu;
melangsungkan perkawinan yang pertama;
1. Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh pejabat yang berwenang
memberikan cuti untuk paling lama 2 (dua) bulan.
2. Untuk mendapatkan cuti karena alasan penting, Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis dengan menyebutkan alasan-alasannya
kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti.
3. Cuti karena alasan penting diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang
memberikan cuti
4. Dalam hal yang mendesak, sehingga Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
tidak dapat menunggu keputusan dari pejabat yang berwenang memberikan cuti, maka pejabat
yang tertinggi di tempat Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bekerja dapat memberikan izin
sementara untuk menjalankan cuti karena alasan penting.
5. Pemberian izin sementara dalam hal mendesak harus segera diberitahukan kepada
pejabat yang berwenang memberikan cuti oleh pejabat yang memberikan izin sementara.
6. Pejabat yang berwenang memberikan cuti setelah menerima pemberitahuan izin
sementara dalam hal mendesak memberikan cuti karena alasan penting kepada Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan.
7. Selama menjalankan cuti karena alasan penting, Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan menerima penghasilan penuh.
f. Cuti di Luar Tanggungan Negara
1. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima)
tahun secara terus-menerus, karena alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak dapat
diberikan cuti di luar tanggungan Negara.
2. Cuti di luar tanggungan Negara dapat diberikan – paling lama 3 (tiga) tahun.
3. Jangka waktu cuti di luar tanggungan Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) dipat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan yang penting untuk
memperpanjangnya.
4. Cuti di luar tanggungan Negara mengakibatkan Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan dibebaskan dari jabatannya, kecuali cuti di luar tanggungan Negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2).
5. Jabatan yang menjadi lowong karena,pemberian cuti di luar tanggungan Negara
dengan segera dapat diisi.
6. Untuk mendapatkan cuti di luar tanggungan Negara, Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti disertai dengan alasan-alasannya.
7. Cuti di luar tanggungan Negara hanya dapat diberikan dengan surat keputusan
pejabat yang berwenang memberikan cuti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) setelah
mendapat persetujuan dari Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara.
8. Selama menjalankan cuti di luar tanggungan Negara, Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan tidak berhak menerima penghasilan dari Negara.
9. Selama menjalankan cuti di luar tanggungan Negara tidak diperhitungkan sebagai
masa kerja Pegawai Negeri Sipil.
10. Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan diri kembali kepada instansi
induknya setelah habis masa menjalankan cuti di luar tanggungan Negara diberhentikan dengan
hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
11. Pegawai Negeri Sipil yang melaporkan diri kepada instansi induknya setelah
habis masa menjalankan cuti di luar tanggungan Negara, maka :
a.apabila ada lowongan ditempatkan kembali;
b.apabila tidak ada lowongan, maka pimpinan instansi yang bersangkutan melaporkannya kepada
Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara untuk kemungkinan ditempatkan pada instansi
lain;
c.apabila penempatan yang dimaksud dalam huruf b tidak mungkin, maka Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan diberhentikan dari jabatannya karena kelebihan dengan mendapat hak-hak
kepegawaian menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 1981
TENTANG
UMUM
Dalam melaksanakan tugas kewajibannya, Pegawai Negeri Sipil tidak luput dari kemungkinan
menghadapi risiko, seperti kecelakaan yang mengakibatkan Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan sakit, cacad atau tewas.
Apabila Pegawai Negeri Sipil yang sakit karena dinas atau mengalami kecelakaan karena dinas
mengakibatkan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan sakit atau cacad, sudah selayaknyalah
mereka mendapat pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi atas biaya Negara.
Kepada Pegawai Negeri Sipil yang cacad karena dinas, yang mengakibatkan ia tidak dapat
bekerja lagi dalam semua jabatan Negeri, perlu diberikan penghargaan dalam bentuk tunjangan
cacad sehingga ia dapat hidup layak.
Biaya pemakaman Pegawai Negeri Sipil yang tewas seluruhnya ditanggung oleh Negara dan
kepada keluarganya diberikan penghargaan dalam bentuk uang duka.
Dengan adanya jaminan pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi serta penghargaan
sebagaimana dimaksud di atas, maka diharapkan setiap Pegawai Negeri Sipil melaksanakan
tugasnya dengan bersemangat dan penuh rasa pengabdian dan tanggungjawab sebagai Aparatur
Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Sakit karena dinas sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, adalah sakit yang diderita
sebagai akibat langsung dari kecelakaan karena dinas.
Rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat ini hanya menyangkut rehabilitasi medis.
Ayat (2)
Surat pernyataan yang dimaksud dalam ayat ini dibuat oleh pimpinan instansi tempat
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bekerja, serendah-rendahnya pejabat eselon IV
atau unit kerja yang berdiri sendiri. Surat pernyataan tersebut antara lain memuat
keterangan, bahwa kecelakaan itu terjadi dalam salah satu keadaan yang dimaksud dalam
Pasal 1 huruf b.
Surat- keterangan tentang sakit karena dinas sebagai akibat langsung dari kecelakaan
karena dinas, dibuat oleh dokter Pemerintah setempat atas permintaan pimpinan instansi
yang bersangkutan. Apabila pada tempat itu tidak ada dokter Pemerintah, maka surat
keterangan tersebut dibuat oleh dokter swasta.
Berita acara tentang kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini dibuat oleh
pejabat yang berwajib, seperti polisi atau pamong praja setempat.
Ayat (3)
Keputusan pemberian pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat ini, ditetapkan dengan berwenang berdasarkan surat pernyataan
dari pimpinan instansi yang bersangkutan dan surat keterangan atau berita acara dari
yang berwajib. Pertimbangan dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, dibuat secara
tertulis yang antara lain memuat keterangan tentang perlunya Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan diobati, dirawat, dan atau direhabilitasi. Pertimbangan tersebut dibuat oleh
dokter Pemerintah setempat, dan apabila pada tempat itu tidak ada dokter Pemerintah,
maka pertimbangan tersebut dibuat oleh dokter swasta.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat ini pada
dasarnya dilakukan pada Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Apabila pada
suatu Kecamatan tidak terdapat PUSKESMAS atau apabila PUSKESMAS tersebut tidak
memiliki peralatan untuk pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi yang diperlukan,
maka Pegawai Negeri Sipil tersebut diobati, dirawat, dan atau direhabilitasi pada rumah
sakit yang terdekat, baik rumah sakit Pemerintah maupun rumah sakit swasta.
Apabila di daerah yang bersangkutan tidak terdapat rumah sakit Pemerintah, maka
Pegawai Negeri Sipil tersebut diobati, dirawat, dan atau direhabilitasi di rumah sakit
swasta yang terdekat yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
Kepada PNS yang menderita cacat karena dinas, yang mengakibatkan PNS tersebut tidak
dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri berdasarkan surat keterangan Tim Penguji
Kesehatan, diberikan tunjangan cacat di atas pensiun yang berhak diteirmanya.
Tunjangan ditetapkan oleh pejabat berwenang (Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan LPND,
Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, dsb) bagi PNS berpangkat Pembina Tk.I
(Gol IV/b) ke bawah setelah mendapat persetujuan Kepala BKN.
Tunjangan ditetapkan oleh Presiden bagi PNS yang berpangkat Pembina Utama Muda (Gol.
IV/c) ke atas setelah mendapat pertimbangan dari Kepala BKN.
5. 30% sampa 70% gaji pokok adalah berdasar pertimbangan Tim Penguji Kesehatan dan hal-hal
lain yang dapat dipersamakan dengan keadaan yang tersebut pada angka 1) sampai dengan angka
4).
6. Dalam hal terjadi beberapa jenis cacat atau PNS, maka besarnya tunjangan cacat dengan jumlah
persentase setiap cacat, dengan ketentuan sebanyak-banyaknya 100% gaji pokok PNS
bersangkutan.
i.
Apabila PNS yang tewas tidak meninggalkan:
Isteri/suami, uang duka tewas diberikan kepada anaknya.
Isteri/suami dan anak, uang tewas diberikan kepada orangtuanya.
Isteri/suami, anak dan orangtua, uang duka tewas diberikan kepada yang menyelenggarakan
upacara pemakaman almarhum/almarhumah.
ii. Yang duka diberikan dengan keputusan Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan
Lembaga Tinggi Negara, Pimpinan LPND, dsb bagi semua pangkat dan golongan PNS di
instansi masing-masing setelah mendapat persetujuan Kepala BKN.
iii. Uang duka tewas didasarkan atas penghasilan menurut pangkat anumerta.
2. Biaya Pemakaman
a. PNS yang tewas, biaya pemakamannya ditanggung negara.
Biaya meliputi:
perawatan jenazah,
pemandian jenazah dan perlengkapannya.
Tanah pemakaman dan biaya di tempat pemakaman.
Angkutan jenazah dari tempat pemakaman serta biaya persiapan pemakaman.
Angkutan dan penginapan bagi isteri/suami dan semua anak yang sah.
3. Biaya penginapan diberikan untuk paling lama 10 hari.
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan adalah merupakan syarat pengangkatan Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Diklat Prajabatan terdiri atas:
1. Diklat Prajabatan Golongan I untuk menjadi PNS Golongan I.
2. Diklat Prajabatan Golongan II untuk menjadi PNS Golongan II.
3. Diklat Prajabatan Golongan III untuk menjadi PNS Golongan III.
2. Pendidikan dan Pelatihan dalam jabatan
Jenjang Pendidikan dan Pelatihan dalam Jabatan
Pendidikan dan Pelatihan dalam Jabatan Pegawai Negeri Sipil ada 3 (tiga) jenis, yaitu :
Diklat Fungsional adalah jenis Diklat Pegawai Negeri Sipil yang dilaksanakan untuk mencapai
persyaratan kompetensi yang disesuaikan dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional masing-
masing.
1. Diklat fungsional keahlian yaitu diklat yang memberikan pengetahuan dan
keahlian fungsional tertentu yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan tugas jabatan
fungsional keahlian yang bersangkutan.
2. Diklat fungsional ketrampilan yaitu diklat yang memberikan pengetahuan dan
ketrampilan fungsional tertentu yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan tugas jabatan
fungsional keahlian yang bersangkutan.
5. Pendidikan dan Pelatihan Teknis
Diklat teknis dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas PNS. Kompetensi Teknis adalah kemampuan PNS dalam bidang-bidang
teknis tertentu untuk pelaksanaan tugas masing-masing.
1. Diklat teknis bidang umum/administrasi dan manajemen yaitu diklat yang
memberikan ketrampilan dan/atau penguasaan pengetahuan di bidang pelayanan teknis yang
bersifat umum dan di bidang administrasi dan manajemen dalam menunjang tugas pokok instansi
yang bersangkutan.
2. Diklat teknis substantif yaitu diklat yang memberikan ketrampilan dan/atau
penguasaan pengetahuan teknis yang berhubungan secara langsung dengan pelaksanaan tugas
pokok instansi yang bersangkutan.
i. Latihan Pra Jabatan Dan Dalam Jabatan
Pelaksanaan pelatihan prajabatan yang bersifat umum dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
Pelatihan prajabatan tingkat I, yaitu prajabatan yang diperuntukkan bagi para tenaga kerja biasa
yang tidak akan diserahi jabatan tertentu dalam perusahaan tempat mereka bekerja. Misalnya
para operator, pekerja lapangan dan sebagainya.
Pelatihan prajabatan tingkat II, yaitu pelatihan prajabatan yang diperuntukkan bagi para tenaga
kerja yang menduduki/ diserahi suatu jabatan tertentu pada tingkatan lower manajer. Misalnya
para kepala shift, supervisor, kepala seksi, mandor, kepala mandor dan sebagainya.
Pelatihan prajabatan tingkat III, yaitu pelatihan prajabatan yang diperuntukkan bagi para tenaga
kerja yang akan menduduki/diserahi suatu jabatan tertentu pada tingkat middle manajer atau
manajer tingkat menengah dan anggota board of director (dewan direksi) serta presiden
perusahaan. Misalnya kepala bagian, kepala divisi, para manajer bidang dan sebagainya.
2.
JAN
29
Pertanyaan langsung merupakan pertanyaan yang biasanya dilakukan oleh pemimpin rapat,
dengan memberikan pertanyaan langsung pimpinan bertujuan untuk memberikan motivasi dan
dorongan agar peserta rapat dapat berpartisipasi aktif. Namun jika orang yang ditanya secara
langsung tidak dapat menjawab pertanyaan pimpinan tadi malah akan membuat kurang percaya
diri.
Contohnya: Pimpinan bertanya pada salah seorang peserta rapat "Menurut Pak Joko,
bagaimana cara meningkatkan penjualan komputer perusahaan kita bulan depan?"
1. Pertanyaan tidak langsung/dioperkan
Pada saat ada yang bertanya, pertanyaannya dialihkan atau dipindahkan kepada peserta lainnya
yang diperkirakan dapat menjawab atau agar jawabannya dipikirkan bersama oleh forum rapat.
Contohnya: Saudari Tini, tadi saudari Ani menanyakan perihal mengenai open management.
Apakah Sadari tahu mengenai itu?
1. Pertanyaan Umum (overhead question)
Pertanyan umum merupakan teknik bertanya kepada seluruh peserta rapat. Tujuan menggunakan
teknik bertanya umum adalah untuk mengaktifkan seluruh peserta rapat agar sama-sama berfikir
menjawab pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh peserta rapat.
Contohnya: Saudara-saudara apakah kita perlu menambah cabang perusahaan yang baru?
1. Pertanyaan Retoris
Pertanyaan retoris adalaah pertanyaan yang tidak memerlukan jawabannya, karena orang lain
sudah tahu jawabannya.
Contohnya: Kalau buka kita yang memajukan perusahaan ini, siapa lagi?.
1. Pertanyaan Penghargaan
Pertanyaan penghargaan ditujukan karena ingin memberikan penghargaan kepada orang yang
memberikan ide atau masukan yang berguna.
Contoh: Bapak Amin, Bapak mengatakan bahwa membuka cabang baru di Tanjungmorawa
akan meningkatkan omset penjualan. Bisakah Bapak jelaskah lebih lanjut?.
1. Leading question
Maksud leading question ialah suatu pertanyaan yang diungkapkan padahal jawabannya telah
ada dalam pertanyaan itu sendiri.
Contohnya: Sarana yang kita miliki memang masih kurang, bukan?
M. Pengertian Notula
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka dijelaskan bahwa notula
adalah catatan singkat mengenai jalannya persidagan (rapat) serta hal yang dibicarakan dan
diputuskan.
Notula merupakan sumber informasi atau sebagai dokumen otentik, karena notulen harus ditulis
dengan teliti, tepat dan jelas.
I. Bentuk catatan pertemuan
a) Notula Harfiah
Yang dimaksud dengan notula harfiah adalah laporan atau pencatatan secara kata demi kata
seluruh pembicaraan dalam rapat, tanpa menghilangkan atau menambahka kata lain (kata dari
notulis). Notula harfiah biasanya berbentuk dikte atau catatan stenografi, menulis kembali hasil
rekaman, dan gabungan dari keduanya.
b) Notula Rangkuman
Notula rangkuman adalah laporan ringkas tentang pembicaraan dalam rapat. Oleh karena itu,
notulis harus terampil menilai isi pembicaraan setiap peserta rapat. Notulis harus dapat memilah
dan memilih setiap pembicaraan.
II. Fungsi catatan pertemuan
1. Contoh notula
Contoh Notula
NOTULA RAPAT
PENGURUS PUSAT SP-PGN
Hari / Tanggal : Selasa, 3 Maret 2009
Waktu : 14.00 – 17.00 WIB
Tempat : Ruang Rapat OPB, Gedung B Lantai VIII
Peserta : Pengurus SP-PGN (terlampir
Agenda : – Pembahasan Kelanjutan Masalah Surat Pembatalan
Keputusan Direksi tentang Pengisian Formasi Manajemen Puncak dari Luar PGN
- Mekanisme pembuatan lambang SP-PGN
- Mekanisme keanggotaan SP-PGN
- Mekanisme iuran anggota
- Pembahasan masalah lainnya
Catatan Rapat :
1. Terkait Kelanjutan Masalah Surat Pembatalan Keputusan Direksi tentang Pengisian
Formasi Manajemen Puncak dari Luar PGN, akan dikirim surat ke Depnaker dan Menneg
BUMN (tembusan ke Direksi PGN) untuk mengadukan masalah tersebut dan minta
pertimbangan / saran dari institusi tersebut. (Deadline tanggal 6 Maret 2009, PIC : Ketua Umum,
Kabid. Advokasi & Hub. Industrial serta Sekretaris)
2. Lambang PGN akan disayembarakan ke pekerja PGN dengan anggaran hadiah sebesar Rp.
5.000.000,- (untuk hadih uang dan trophy atau piagam). Pengumuman melalui email atau portal
PGN. (deadline 31 Maret 2009, PIC : Sekretaris)
3. Akan dibuat formulir keanggotaan SP-PGN yang didalamnya berisi kesediaan menjadi
anggota dan membayar iuran bulanan sebesar Rp. 20.000,- per bulan. Formulir akan disampaikan
melalui email maupun pengurus SP-PGN di tiap unit / satuan kerja masing-masing. (PIC : Kabid
Organisasi dan Keanggotaan, deadline : 31 Maret 2009)
4. Iuran anggota akan dilaksanakan dengan pemotongan gaji bulan April, dan menunggu hasil
konfirmasi pendaftaran anggota SP-PGN. (PIC : Kabid Organisasi dan Keanggotaan, deadline :
31 Maret 2009)
5. Masalah ketenagakerjaan hasil dari RAKERNAS SP-PGN 2009 yang akan ditangani
langsung oleh Ketua Umum SP-PGN adalah sebagai berikut :
Adanya Keputusan Direksi tentang Penerimaan pekerja setingkat manajemen puncak
(sebagai pegawai tetap) yang kurang sesuai dengan Peraturan Perusahaan
Belum adanya komunikasi internal yang kondusif, baik dari sisi ketersediaan fasilitas
(media komunikasi) maupun komitmen. Hal ini ditandai dengan tidak adanya bukti hasil
komunikasi dari manajemen mengenai visi, misi dan tujuan yang akan dicapai kepada seluruh
pekerja
Belum adanya perencanaan yang berkesinambungan dalam rangka pencapaian tujuan
perusahaan yang dimonitor dan dievaluasi secara berkala sehingga tidak ada kesan bahwa
pencapaian kinerja perusahaan by accident atau terjadi dengan sendirinya
Perubahan organisasi yang arah dan tujuannya tidak jelas, yang mengakibatkan
ketidakjelasan pekerjaan dan menimbulkan kekhawatiran di seluruh tingkat jabatan dan staf
Percepatan pelaksanaan perubahan struktur organisasi agar tidak mengganggu proses kerja
yang sedang berlangsung
Terkait Pedoman Pengadaan Barang/Jasa yang baru, perlu dilakukan pembandingan
dengan BUMN yang lain mengingat besarnya pemberian kewenangan dari Direksi kepada
Kepala Satuan/Unit Kerja
Usulan adanya TOA (Table of Authority) untuk struktur organisasi yang baru TOA yang
baru diberikan sepenuhnya ke GM sehingga GM harus membuat TOA kepada Distrik.
Seharusnya TOA disusun terpusat.
Penjelasan mengenai status nilai Take Or Pay di neraca yang mana selama ini telah
terakumulasi cukup besar dan batasan waktu sampai kapan Take Or Pay tersebut dapat diambil
dan dipergunakan
Kelangsungan bisnis perusahaan terkait pasokan gas di Medan dan Surabaya yang
semakin menurun dan belum ada tambahan pasok, bahkan kontrak pembelian gas eksisting untuk
Medan akan berakhir tahun 2011. Hal ini menimbulkan demotivasi & keresahan pekerja
Pelaksanaan mandat hasil kongres 2007 agar dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab
sesuai dengan janji-janji pada waktu Kongres SP Oktober 2007
Belum adanya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara SP dengan Manajemen
Konsolidasi anggota SP untuk bersatu dan untuk memiliki kesamaan pemahaman sebagai
pekerja yang senasib dan sepenanggungan di dalam keluarga besar PGN
6. Adapun masalah ketenagakerjaan lainnya yang diinventarisir di RAKERNAS,
tindaklanjutnya akan diserahkan tugas dan kewenangan kepada masing-masing bidang.