Anda di halaman 1dari 49

PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN &
STANDAR YANG BERKAITAN
DENGAN K3

NIKEN DIANA HABSARI


BALAI K3 BANDUNG
Hirarki Perundangan
UU No.12 th 2012

1. UUD Republik Indonesia 1945


2. Ketetapan MPR
3. UU /Peraturan Pemerintah Pengganti
UU
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi
7. Peraturan Daerah Kab/ Kota

2
PRINSIP K3
UUD 1945 PASAL 27 AYAT (2):

“SETIAP WARGA NEGARA BERHAK


ATAS PEKERJAAN DAN PENGHIDUPAN
YANG LAYAK BAGI KEMANUSIAAN

PEKERJAAN YANG MANUSIAWI:


 KONDISI SEHAT SELAMAT
 BEBAS DARI KECELAKAAN
 BEBAS DARI PENYAKIT AKIBAT KERJA
 HIDUP LAYAK SESUAI MARTABAT
MANUSIA
DASAR HUKUM
Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD 1945

POKOK2
TENAGA KERJA
Pasal 3, 9 dan 10 UU No.14 Tahun 1969

UU No.13
Keselamatan
Kerja
th 2003
UU No.1 Tahun 1970
Ketenagakerjaan

Peraturan
Pelaksanaan

Peraturan Khusus PP; Per.Men ; SE;


Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
tentang:
KESELAMATAN KERJA
Untuk menjamin :
 Agar pekerja dan setiap orang lainnya
yang berada di tempat kerja selalu
berada dalam keadaan sehat dan selamat
 Agar sumber-sumber produksi dapat
dipakai dan digunakan secara aman dan
efisien
 Agar proses produksi berjalan secara
lancar tanpa hambatan
UU No. 1/1970

Ada 3 (tiga) unsur penentu dalam perumusan U.U. No. 1


tahun 1970, yaitu :
1. Tempat Kerja : dimana dilakukan suatu pekerjaan
2. Tenaga Kerja : yang melakukan pekerjaan
3. Bahaya di tempat kerja
Sumber-sumber bahaya berkaitan dengan :
1. Keadaan mesin, alat kerja dan bahan
2. Lingkungan Kerja
3. Sifat pekerjaan
4. Cara Kerja
5. Proses Produksi
KEWAJIBAN DALAM UU No. 1/1970

PELAKSANAAN K3
A. KEWAJIBAN
PENGURUS
1. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik
dari tenaga kerja yang akan diterima maupun akan dipindahkan.
2. Memeriksakan kesehatan tenaga kerja secara berkala
3. Kepada tenaga kerja baru wajib menunjukan dan menjelaskan:
a. Kondisi-kondisi dan alat-alat perlindungan yang dapat timbul di
tempat
kerja.
b. Semua pengaman dan alat-alat perlindungan yang diharuskan di
tempat
kerja.
c. Alat pelindung diri bagi tenaga kerja
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaan.
UU No. 1/1970

A. KEWAJIBAN PENGURUS…….
4. Tenaga kerja dapat dikerjakan bila telah yakin bahwa ybs
memahami syarat-syarat K3
5. Menyelenggarakan pembinaan K3 bagi semua tenaga kerja
6. Memenuhi semua syarat-syarat dan ketentuan
7. Melaporkan kecelakaan
8. Secara tertulis menempatkan syarat-syarat K3 dan sehelai
UU. No. 1 Tahun 1970
9. Memasang gambar-gambar K3
10. Menyediakan secara cuma-cuma alat pelindung diri bagi
tenaga kerja dan bagi orang lain yang memasuki tempat
kerja.
UU No.
1/1970

B. KEWAJIBAN
TENAGA KERJA
1. Memberikan keterangan yang benar
2. Memakai alat pelindung diri yang
diwajibkan
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-
syarat K3 yang diwajibkan
4. Meminta kepada pengurus agar
melaksanakan syarat-syarat K3 yang
diwajibkan
UU No.1/1970
Bab II pasal 2
Ruang Lingkup

Yang diatur oleh U.U. ini adalah Keselamatan Kerja


pada setiap tempat kerja (di darat, di dalam tanah,
permukaan air, didalam air maupun di udara yang
berada di wilayah hukum R.I/.
Syarat-syarat Keselamatan UU No. 1/1970
Kerja
( Bab III pasal 3)
1. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
2. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
3. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri
pada waktu kebakaran atau kejadian lain yg berbahaya
4. Memberi pertolongan pada kecelakaan
5. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau
menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,sinar radiasi,
suara dan getaran
7. Mencegah dan mengendalikan Mencegah dan
mengurangi kecelakaan
8. timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi dan penularan
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
UU No. 1/1970

10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik


11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan kerja dan proses kerja
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman dan barang
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi
UU No.
Pasal 8 :
1/1970
1. Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan
badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari
tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat sifat pekerjaan
yang diberikan padanya
2. Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga
kerja yang berada dibawah pimpinannya, secara
berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh
Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur
3. Norma-norma mengenai pengujian kesehatan
ditetapkan dengan peraturan perundangan
Bab VI. Ps. 10
Panitia Pembina Keselamatan dan UU No. 1/1970
Kesehatan Kerja (P2K3)
1. Menteri Tenaga kerja berwenang
membentuk Panitia Keselamatan dan
Kesehatan Kerja guna memperkembangkan
kerjasama, saling pengertian dan partisipasi
efektif dari pengusaha atau pengurus dan
tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja
dan kewajiban bersama di bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dalam
rangka melancarkan usaha berproduksi
2. Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya
ditetapkan oleh Menaker
( Permenaker No. 04/Men/1987)
UNDANG-UNDANG No.13 Tahun 2003
tentang
KETENAGAKERJAAN
BEBERAPA PENGERTIAN :
 KETENAGAKERJAAN
yaitu segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa
kerja.
 ANAK
Adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 tahun
 KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH
Adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan / atau
keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohanish di
dalam maupun di luar hubungan kerja, yang secara
langsung atau tdk langsung dapat mempertinggi
produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang
aman dan sehat
PEKERJA PEREMPUAN DAN
ANAK UU No. 13/2003
 Pasal 70 :
Pengusaha yang memperkerjakan anak Perlindungan K.3
 Pasal 74 :
Dilarang memperkerjakan/melibatkan anak pada pekerjaan
terburuk
 Pasal 76 :
(2) Pengusaha dilarang memperkerjakan buruh perempuan
hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi
kesehatan, keselamatan kandungan / dirinya
Pengusaha yang memperkerjakan pekerja/buruh perempuan
jam 23.00 – 07.00 :
a. Memberikan makanan dan minuman bergizi
b. Menjaga kesusilaan dan keamanan di tempat kerja
(Kepmenakertrans No. 224 /men/2003)
UU No. 13/2003
WAKTU KERJA ( Pasal 77,78 dan 79)

 6 hari kerja : 7 jam/hari atau 40 jam/minggu


 5 hari kerja : 8 jam/hari atau 40 jam/minggu
 Lembur : 3 jam / hari atau 14 jam /minggu
 Istirahat : Min. ½ jam / hari setelah 4 jam
kerja
UU No. 13/2003
Paragraf 5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Pasal 86 UU No.13/2003

(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh


perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama;

(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna


mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja

(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
UU No. 13/2003
Pasal 87 UU No.13/2003

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan

(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
BAB XVI
Bagian Kedua
UU No.
13/2003
Sangsi Administratif
Pasal 190
(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenai sanksi
administratif atas pelanggaran ketentuan-ketentuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15, Pasal
25, Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat (1), pasal 47 ayat (1),
Pasal 48, Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126 ayat (3), dan
Pasal 160 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang ini serta
peraturan pelaksanaannya.
UU No. 13/2003
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa:
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara ssebagian atau seluruh alat
produksi;
h. pencabutan ijin.

(3) Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana


dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh
Menteri
Peraturan pelaksanaan
UU No. 1 Tahun 1970
KEBAKARAN
1. Kepmenaker No.186/Men/1999 tentang Penanggulangan
Kebakaran di tempat kerja
2. Ins.Menaker No.Ins.11/M/BW/1997 tentang
Pengawasan Khusus K3 penanggulangan Kebakaran
3. Permenakertrans No. 04/Men/1980 tentang syarat2
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat pemadam Api Ringan
4. Permenaker No. 02/Men/1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Automatik
KESELAMATAN
KERJA
1. Permenaker No. 03/Men/1999 ttg Syarat K.3 Lift untuk
pengangkutan orang dan barang
2. Permenaker No.02/Men/1989 ttg Pengawasan Instalasi
Penyalur petir
3. Permenaker No.05/Men/1985 ttg Pesawat Angkat Angkut
4. Permaker No.04/men/1985 ttg PesawatTenaga dan
Produksi
5. Permenakertrans No. 01/Men/1982 tentang bejana tekan
6. Permenakertrans No.01/Men/1980 ttg K.3 pada
Konstruksi Bangunan
7. Permenakertrans No. 08/Men/VII/2010 ttg APD
Peraturan Pemerintah No. 7 tahun
1973 tentang Pengawasan Atas
peredaran Penyimpanan dan
Penggunaan Pestisida
 Ps 2 :
Setiap orang atau badan hukum dilarang menggunakan
pestisida yang tidak didaftar atau memperoleh ijin
Menteri pertanian
 Ps 4 :
Ijin diberikan apabila pestisida dianggap efektif, aman dan
memenuhi syarat-syarat tehnis lain serta digunakan
sesuai dengan petunjuk yang tercantum dalam label
PERMENAKER R.I NO. 03/MEN/1985
TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA PAMAKAIAN ASBES

 Ps 2 :
Asbes atau bahan yang mengandung
asbes tidak boleh digunakan dengan
cara menyemprotkan
 Ps 3 :
setiap proses atau pekerjaan yg
menggunakan atau pemakaian asbes
biru dilarang
Permenaker No.03/Men/1986 tentang Syarat
K.3 ditempat kerja yang mengelola Pestisida

 Ps 2 : Persyaratan dan ketentuan bagi


tenaga kerja yang menggunakan
Pestisida
 Ps 6 : Tempat kerja dimana dikelola
pestisida harus menyediakan fasilitas
pelayanan kesehatan
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA,
No. Per.04/Men/1987
tentang :
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA SERTA TATA CARA
PENUNJUKAN AHLI KESELAMATAN KERJA

 Ps 2 :
(1) Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau
pengurus wajib membentuk P2K3
a. Tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan 100 orang atau lebih
b. Tempat kerja dengan pekerja kurang dari 100 orang tetapi
mempunyai resiko yang besar
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA,
No. Per.04/Men/1987
Pasal 3
(1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja
yang susunannya terdiri dari
Ketua, Sekretaris dan Anggota.
(2) Sekretaris P2K3 ialah ahli Keselamatan Kerja dari
perusahaan yang bersangkutan.
(3) P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat yang
ditunjuknya atas usul dari pengusaha atau
pengurus yang bersangkutan.
Pasal 4
(1) P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan
pertimbangan baik diminta maupun tidak
kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah
keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Untuk melaksanakan tugas tersebut ayat (1), P2K3
mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan mengolah data tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat
kerja;
b. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.

 Ps 3 :
1. Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100
orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan PAK wajib menerapkan SMK.3
2. SMK.3 wajib dilaksanakan oleh Pengurus, Pengusaha dan seluruh
tenaga kerja sebagai satu kesatuan
PP.50 thn 2012
PERMENAKER NO. 05/MEN/1996
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA,
TRANSMIGRASI DAN KOPERASI
No. Per.01/Men/1976
tentang :
KEWAJIBAN LATIHAN HIPERKES
BAGI DOKTER PERUSAHAAN

 Pasal 1 : Setiap Perusahaan wajib mengirimkan setiap


dokter perusahaan untuk mendapatkan latihan Hiperkes
 Pasal 2 : Yg dimaksud dengan DOKTER PERUSAHAAN
adalah setiap dokter yang ditunjuk atau bekerja di
Perusahaan yang bertugas dan atau bertanggung jawab
atas Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
 Pasal 6 : Perusahaan yang tidak melaksanakan ketentuan
tersebut pasal 1 peraturan ini diancam hukuman
sebagaiman dimaksud pada pasal 15 ayat 2 U.U. No. 1
tahun 1970
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA,
TRANSMIGRASI DAN KOPERASI
No. Per.01/Men/1979
tentang :
KEWAJIBAN LATIHAN HIPERKES
BAGI PARAMEDIS PERUSAHAAN
 Ps.1 :
Setiap perusahaan yang
mempekerjakan tenaga paramedis
diwajibkan untuk mengirimkan
setiap tenaga tersebut untuk
mendapat latihan Hiperkes
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI
No.: Per. 02/Men/1980
tentang :
Pemeriksaan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja
Beberapa Pengertian :
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja adalah
pemeriksaan kesehatan yg dilakukan oleh dokter
sebelum tenaga kerja di terima kerja
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala adalah pemeriksaan
kesehatan pada waktu-waktu tertentu oleh dokter
c. Pemeriksaan kesehatan Khusus adalah pemeriksaan
kesehatan secara khusus yg dilakukan oleh dokter pada
tenaga kerja tertentu
d. Dokter Pemeriksa adalah dokter yg telah memenuhi
syarat sesuai dng Permenakertranskop No.
Per.01/Men/1976
PERMENAKERTRANSKOP NO. : PER-02/MEN/1980
TTG PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
DALAM PENYELENGGARAAN KESELAMATAN KERJA

PASAL 2 :
PEMERIKSAAN KESEHATAN SEBELUM BEKERJA
MELIPUTI :
 PEMERIKSAAN FISIK LENGKAP, KESEGARAN JASMANI, RONTGEN PARU-PARU (BILA
MUNGKIN) DAN LABORATORIUM RUTIN, SERTA PEMERIKSAAN LAIN YANG DIANGGAP
PERLU.

 UNTUK PEKERJAAN-PEKERJAAN TERTENTU PERLU DILAKUKAN PEMERIKSAAN YANG


SESUAI DENGAN KEBUTUHAN GUNA MENCEGAH BAHAYA YANG DIPERKIRAKAN
TIMBUL.

PASAL 3 :
PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA
MELIPUTI :
 PEMERIKSAAN FISIK LENGKAP, KESEGARAN JASMANI, RONTGEN PARU-PARU (BILA
MUNGKIN) DAN LABORATORIUM RUTIN, SERTA PEMERIKSAAN LAIN YANG DIANGGAP
PERLU.

 DILAKUKAN SEKURANG-KURANGNYA 1 TAHUN SEKALI


PASAL 5 :
PEMERIKSAAN KESEHATAN KHUSUS
DILAKUKAN TERHADAP :
 TENAGA KERJA YANG TELAH MENGALAMI KECELAKAAN ATAU
PENYAKIT YANG MEMERLUKAN PERAWATAN LEBIH DARI 2
MINGGU.

 TENAGA KERJA YANG BERUSIA DI ATAS 40 TAHUN ATAU


TENAGA KERJA WANITA DAN TENAGA KERJA CACAT, SERTA
TENAGA KERJA MUDA YANG MELAKUKAN PEKERJAAN
TERTENTU.

 TENAGA KERJA YANG TERDAPAT DUGAAN TERTENTU


MENGENAI GANGGUAN-GANGGUAN KESEHATAN LAINNYA.
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI No.: Per. 01/Men/1981
tentang :
Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja
Beberapa pengertian ;
Penyakit Akibat Kerja
Adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja
 Apabila dlm pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus ditemukan
PAK, pengurus atau badan yg ditunjuk wajib melaporkan secara
tertulis kpd Kantor Direktorat Jenderal PHI dan PPK setempat
 Apabila ditemukan Penyakit Akibat Kerja agar melapor ke badan
yang ditunjuk (Pengawas), laporan paling lama 2 x 24 jam setelah
diagnose
 Apabila terdapat keragu-raguan hasil pemeriksaan oleh dokter,
pengurus dapat meminta bantuan ke Depnakertrans untuk
menegakkan diagnose
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI No.: Per. 03/Men/1982
tentang :
Pelayanan Kesehatan Kerja

Pasal 2 : TUGAS POKOK PELAYANAN KESEHATAN KERJA


a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja, pemeriksaaan
berkala dan pemeriksaan Kesehatan khusus
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyusunan pekerjaan
terhadap tenaga kerja
c. Pembinaan dan Pengawasan trerhadap lingkungan kerja
d. Pembinaan dan Pengawasan trerhadap perlengkap[an saniter
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan
tenaga kerja
f. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan
penyaklit akibat kerja
g. Pertolongan pertama pada kecelakaan
h. Pendidikan kesehatan untuk T.K dan latihan untu petugas
Pertolongan Pertama pda Kecelakaan
Keputusan Menaker R.I
No. Kep.333/Men/1989 tentang Diagnosis dan
Pelaporan Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Ps. 4 :
 PAK yang ditemukan harus dilaporkan oleh pengurus
selambat-lambatnya 2 x 24 jam ke Disnaker Propinsi melalui
Disnaker setempat
 Bentuk Pelaporan dengan bentuk B2/F5, B3/F6, B88/F7
(Kepmenaker No.511/Men/1985)
 Laporan medik disampaikan dalam amplop tertutup dan
bersifat rahasia untuk dievaluasi oleh dokter penasehat
i. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan
pembuatan tempat kerja, pemilihan APD dan gizi serta
penyelenggaraan makanan di tempat kerja
j. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau
PAK
k. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja
yanng mempunyai kelainan tertentu dalam
kesehatannya
l. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan
kesehatan kerja kepada penngurus

Pasal 5 :
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja dipimpin dan
dijalankan oleh seorang dokter yang ditetapkan oleh
Depnakertrans
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN NO.SE.07/BW/1997 TENTANG
PENGUJIAN HEPATITIS B
DALAM PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA

 Pengurus/Pimpinan Perusahaan wajib memeriksakan kesehatan


kondisi fisik atau mental tenaga kerja melalui pemeriksaan awal
bagi tenaga kerja yang akan bekerja atau pemeriksaan berkala dan
khusus bagi tenaga kerja yang sudah bekerja
 Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja haruslah dilakukan secara
terarah dan rasional dengan tujuan untuk penyesuaian tenaga kerja
dengan pekerjaannya dan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja.
 Dianjurkan kepada semua perusahaan untuk tidak melakukan
pengujian serum HbsAg sebagai alat seleksi pada pemeriksaan awal
maupun berkala.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja
No. :Kep.187/Men/1999
tentang
Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya

 Ps. 2 :
Pengusaha atau Pengurus yang menggunakan , menyimpan,
memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya
ditempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
Kepmenakertrans
No.68/Men/IV/2004
tentang
Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja

 Kewajiban Pengusaha untuk melakukan


pencegahan dan Penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja
 Larangan hasil tes untuk prasyarat
rekruitmen dan kelangsungan status
pekerja (Ps.5)
Pasal 4
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap program
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat
kerja.
(2) Pemerintah, pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh
baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama
melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja.
(3) Dalam melaksanakan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan dengan
melibatkan pihak ketiga atau ahli dibidang HIV/AIDS.
PERMENAKERTRANS R.I
NO.PER.11/MEN/V/2005
TENTANG
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN PEREDARAN DAN PEREDARAN
GELAP NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT
ADITIF LAINNYA DI TEMPAT KERJA

PASAL 5
PELAKSANAAN PROGRAM :
A. MENGKOMUNIKASIKAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM KEPADA
SEMUA PEKERJA
B. MELAKSANAKAN PROGRAM PENYULUHAN, PENDIDIKAN DAN
LATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN PEKERJA
C. MENGEMBANGKAN PROGRAM BANTUAN KONSULTASI BAGI
PEKERJA
D. MELAKSANAKAN EVALUASI KEBIJAKAN DAN PROGRAM
SECARA BERKALA
PERMENAKER
No.PER.05 tahun 2018

tentang
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja
Perpres R.I.
Nomor : 7 tahun 2019
Tentang :

PENYAKIT AKIBAT
KERJA
T e R i M
A

K a s i h

Anda mungkin juga menyukai