Anda di halaman 1dari 1002

EPTO

Early Preparation Try Out

PAKET
1
Ny W, 31 tahun dibawa ke IGD oleh keluarganya karena pingsan saat olahraga pagi.
Pasien tidak pernah mengalami pingsan sebelumnya. Keluhan lain seperti nyeri dada,
pusing, dan berdebar disangkal oleh pengantar pasien. Pada pemeriksaan pasien
sudah mulai sadar, GCS E4M6V5, TD 140/90 mmHg, Nadi 81x/menit, RR 22x/menit,
Suhu 36,80C, dan SpO2 97%. Setelah melakukan pemeriksaan EKG, irama yang
tampak adalah sebagai berikut:
Apa Diagnosis pada pasien ini?
a. LBBB
b. Sick sinus syndrome
c. RBBB
d. Pulseless electrical activity
e. Premature ventricular complex
1
Ny W, 31 tahun dibawa ke IGD oleh keluarganya karena pingsan saat olahraga pagi.
Pasien tidak pernah mengalami pingsan sebelumnya. Keluhan lain seperti nyeri dada,
pusing, dan berdebar disangkal oleh pengantar pasien. Pada pemeriksaan pasien
sudah mulai sadar, GCS E4M6V5, TD 140/90 mmHg, Nadi 81x/menit, RR 22x/menit,
Suhu 36,80C, dan SpO2 97%. Setelah melakukan pemeriksaan EKG, irama yang
tampak adalah sebagai berikut:
1. C. RBBB
a. LBBB
b. Sick sinus syndrome
c. RBBB
d. Pulseless electrical activity
e. Premature ventricular complex
2
Tn B, 52 tahun datang dengan keluhan sesak yang memberat sejak 2 jam lalu.
Heteroanamnesis yaitu pasien sudah merasakan sesak sejak 2 minggu lalu
disertai bengkak di perut dan kedua kaki. Pasien memiliki riwayat gagal ginjal
karena glomerulonefritis kronik dan hipertensi. Pasien rutin hemodialysis 2
kali per minggu. Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan TD 90/70, HR: 110 x,
RR: 34x, dan SpO2: 88% udara bebas. Pemeriksaan fisik bermakna yaitu
Kussmaul sign +, JVP meningkat, suara jantung menjauh dan sulit didengar,
ronki +,-, wheezing -/-, vbs +/+, asites +, edema pretibial +/+, akral lembab crt
< 2”. Pemeriksaan rontgen thorax memberikan hasil sebagai berikut
Apa diagnosis paling tepat pada
pasien tersebut?
a. Edema paru akut
b. Cor pulmonale
c. Gagal jantung kronik
d. Efusi pericardium masif
e. Sindrom koroner akut
2
Tn B, 52 tahun datang dengan keluhan sesak yang memberat sejak 2 jam lalu.
Heteroanamnesis yaitu pasien sudah merasakan sesak sejak 2 minggu lalu
disertai bengkak di perut dan kedua kaki. Pasien memiliki riwayat gagal ginjal
karena glomerulonefritis kronik dan hipertensi. Pasien rutin hemodialysis 2
kali per minggu. Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan TD 90/70, HR: 110 x,
RR: 34x, dan SpO2: 88% udara bebas. Pemeriksaan fisik bermakna yaitu
Kussmaul sign +, JVP meningkat, suara jantung menjauh dan sulit didengar,
ronki +,-, wheezing -/-, vbs +/+, asites +, edema pretibial +/+, akral lembab crt
< 2”. Pemeriksaan rontgen thorax memberikan hasil sebagai berikut
Efusi Perikardium
• Anamnesis:
• Keluhan bervariasi tergantung jumlah efusi. Pada kasus berat dengan efusi
massif, dapat ditemukan gejala tamponade jantung
• Trias Beck pada tamponade jantung: hipotensi, suara jantung menjauh, dan
peningkatan JVP.
• Kussmaul sign yaitu peningkatan jvp paradox yang terjadi saat inspirasi
• Pemeriksaan fisik:
• Sesuai jumlah efusi, pada kasus efusi massif maka trias Beck +
• Cari underlying kondisi efusi seperti TB, trauma, gagal jantung, ACS, kanker,
dan CKD
Efusi Perikardium
• Pemeriksaan penunjang:
• Echocardiogram
• Rontgen thorax:
• Gambaran khas water bottle sign pada efusi massif
• EKG:
• Electrical alternans dan low voltage ECG
• Tatalaksana:
• Perikardiosentesis
2. D. Efusi Perikardium Masif
a. Edema paru akut
b. Cor pulmonale
c. Gagal jantung kronik
d. Efusi perikardium masif
e. Sindrom koroner akut
3
Ny K, 49 tahun datang untuk kontrol rutin ke poliklinik dengan membawa hasil lab. Saat ini
pasien tidak memiliki keluhan. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan gagal jantung yang
terkontrol. Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan TD 138/70 mmHg, Nadi 68x/menit, RR
23x/menit, Suhu 36,90C, dan SpO2 96%. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Pemeriksaan lab sebagai berikut Hb 13,2 g/dL, HT 36%, Leukosit 8700 sel/mm3, trombosit
298.000 sel/mm3, Natrium 140 meq/L (135-145 meq/L), Kalium 6 meq/L (3,5-5 meq/L),
Ureum 22mg/dL (7-30 mg/dL), dan kreatinin 2,2 mg/dL (0,7-1,2mg/dL). Apa kemungkinan
obat antihipertensi yang menyebabkan efek samping pada pasien?
a. B.blocker
b. ACE inhibitor
c. ISDN
d. Hidroklorotiazide
e. Nitrogliserin
3
Ny K, 49 tahun datang untuk kontrol rutin ke poliklinik dengan membawa hasil lab.
Saat ini pasien tidak memiliki keluhan. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan gagal
jantung yang terkontrol. Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan TD 138/70
mmHg, Nadi 68x/menit, RR 23x/menit, Suhu 36,90C, dan SpO2 96%. Pemeriksaan
fisik dalam batas normal. Pemeriksaan lab sebagai berikut Hb 13,2 g/dL, HT 36%,
Leukosit 8700 sel/mm3, trombosit 298.000 sel/mm3, Natrium 140 meq/L (135-145
meq/L), Kalium 6 meq/L (3,5-5 meq/L), Ureum 22mg/dL (7-30 mg/dL), dan
kreatinin 2,2 mg/dL (0,7-1,2mg/dL). Apa kemungkinan obat antihipertensi yang
menyebabkan efek samping pada pasien?
a. B.blocker
a. B.blocker
b. ACE inhibitor
c. ISDN
d. Hidroklorotiazide
e. Nitrogliserin
3. B. ACE Inhibitor
a. B.blocker
b. ACE inhibitor
c. ISDN
d. Hidroklorotiazide
e. Nitrogliserin
4
Tn P, 46 tahun datang dengan keluhan berdebar. Keluhan dirasakan sejak 1
hari terakhir dan memberat hari ini. Pasien tampak cemas. Pasien memiliki
riwayat hipertiroid dan rutin kontrol ke RS. Riwayat darah tinggi, jantung dan
DM disangkal. Keluhan lain seperti sesak, nyeri dada, dan pingsan disangkal.
Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 130/90, nadi 210x/menit reguler,
RR 23x/menit, suhu 36,2 C, dan SpO2 95%. Pemeriksaan fisik bermakna
ditemukan bunyi jantung regular dan takikardia. Pada pemeriksaan
elektrokardiografi didapatkan gambaran sebagai berikut:
Berikut ini adalah tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien, kecuali
a. Manuver valsalva
b. Memberikan kompres es ke wajah
c. Memijat arteri karotis pada kedua sisi
d. Meniup spuit 10 cc
e. Meminta pasien untuk batuk
4
Tn P, 46 tahun datang dengan keluhan berdebar. Keluhan dirasakan sejak 1
hari terakhir dan memberat hari ini. Pasien tampak cemas. Pasien memiliki
riwayat hipertiroid dan rutin kontrol ke RS. Riwayat darah tinggi, jantung dan
DM disangkal. Keluhan lain seperti sesak, nyeri dada, dan pingsan disangkal.
Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 130/90, nadi 210x/menit reguler,
RR 23x/menit, suhu 36,2 C, dan SpO2 95%. Pemeriksaan fisik bermakna
ditemukan bunyi jantung regular dan takikardia. Pada pemeriksaan
elektrokardiografi didapatkan gambaran sebagai berikut:
Takiaritmia
Interpretasi Bagan Takiaritmia
No Jenis QRS Irama Diagnosis Stabil Tidak Stabil
SVT SVT (Vagal Kardioversi 50-
Reguler Atril maneuver dahulu) 100 J
1 Sempit Flutter Adenosine 6mg
BB, CCB Kardioversi 120-
Irreguler AF
200 J
Adenosine, Kardioversi 100 J
Amiodarone,
Reguler VT
Lidokain,
2 Lebar Procainamide
Amiodarone, Defibrilasi
Irreguler VF Lidokain,
Procainamide.
Supraventricular Tachycardia (SVT)

Reguler
Kompleks QRS Sempit,
Gelombang P tidak terlihat
Nadi> 150 bpm
Atrial Flutter

Reguler, >150 bpm Terdapat banyak gelombang P ,menyebabkan tampilan seperti ‘gigi
gergaji’
Atrial Fibrilasi

Ireguler
Tidak tampak gelombang P dengan baseline yang sangat ireguler.
Manuver Vagal
• Batuk
• Valsalva maneuver
• Kompres dingin ke wajah
• Modifikasi vagal dengan meniup spuit 10 cc
• Pijat karotis (dilakukan dalam 10 detik di salah satu sisi karotis)

• Kontraindikasi pijat karotis: riwayat VT/VF, stroke, bruit karotis, dan


ACS dalam 6 bulan terakhir
4. C. Memijat Arteri Karotis Pada Kedua Sisi
a. Manuver valsalva
b. Memberikan kompres es ke wajah
c. Memijat arteri karotis pada kedua sisi
d. Meniup spuit 10 cc
e. Meminta pasien untuk batuk
5
Tn L, usia 62 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 1 jam
yang lalu. Nyeri dada menjalar ke lengan kiri dan tidak membaik dengan istirahat.
Pasien adalah seorang perokok berat dan memiliki riwayat hipertensi tak terkontrol.
Pada tanda vital ditemukan TD: 150/100, N: 91x, RR: 25x, Suhu 36,9C, dan SpO2 92%.
Pemeriksaan fisik ditemukan pulmo ronki -/-, wheezing -/-, vbs +/+, Cor bunyi
jantung S1/S2, murmur + sistolik di apeks grade 3/6. Pemeriksaan EKG menunjukkan
ST elevasi pada lead V3-V6. Apa terapi reperfusi yang paling tepat diberikan pada
pasien?
a. Alteplase 5 mg iv
b. Heparin 2x5000 iu sc
c. Ticagrelor 180 mg po
d. Prasugrel 60 mg po
e. Streptokinase 1,5 juta unit
5
Tn L, usia 62 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 1 jam
yang lalu. Nyeri dada menjalar ke lengan kiri dan tidak membaik dengan istirahat.
Pasien adalah seorang perokok berat dan memiliki riwayat hipertensi tak terkontrol.
Pada tanda vital ditemukan TD: 150/100, N: 91x, RR: 25x, Suhu 36,9C, dan SpO2 92%.
Pemeriksaan fisik ditemukan pulmo ronki -/-, wheezing -/-, vbs +/+, Cor bunyi
jantung S1/S2, murmur + sistolik di apeks grade 3/6. Pemeriksaan EKG menunjukkan
ST elevasi pada lead V3-V6. Apa terapi reperfusi yang paling tepat diberikan pada
pasien?
a. Alteplase 5 mg iv
b. Heparin 2x5000 iu sc
c. Ticagrelor 180 mg po
d. Prasugrel 60 mg po
e. Streptokinase 1,5 juta unit
Regimen Fibrinolitik untuk Infark Miokard
Akut
Dosis awal Koterapi Antitrombin
Streptokinase 1,5 juta U dalam 100 mL dextrose Heparin I.V selama 24-48
(Sk) 5% atau larutan salin 0,9% dalam jam
waktu 30-60 menit
Alteplase (tPA) Bolus 15 mg intravena 0,75 Heparin I.V. Selama 24-48
mg/kg selama 30 menit, jam
kemudian 0,5 mg/kg selama 60
menit. Dosis total tidak lebih dari
100 mg
5. E. Streptokinase 1,5 Juta U
a. Alteplase 5 mg iv
b. Heparin 2x5000 iu sc
c. Ticagrelor 180 mg po
d. Prasugrel 60 mg po
e. Streptokinase 1,5 juta unit
6
Ny. X, usia 61 tahun datang dengan keluhan orthopnea dan dyspnea d effort. Pasien
memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dengan obat. Pemeriksaan tanda
vital yaitu TD 160/100, Nadi 102x/menit RR 29x, Suhu 36,5, dan SpO2 90%.
Pemeriksaan fisik yaitu bunyi jantung S1 / S2 normal, Murmur sistolik grade 4/6 di
apeks, ronki +/+, Wheezing -/-, vbs +/+, dan edema pretibial +/+. Apa diagnosis pada
kelainan katup tersebut?
a. Stenosis aorta
b. Regurgitasi aorta
c. Stenosis mitral
d. Regurgitasi mitral
e. Stenosis tricuspid
6
Ny. X, usia 61 tahun datang dengan keluhan orthopnea dan dyspnea d effort. Pasien
memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dengan obat. Pemeriksaan tanda
vital yaitu TD 160/100, Nadi 102x/menit RR 29x, Suhu 36,5, dan SpO2 90%.
Pemeriksaan fisik yaitu bunyi jantung S1 / S2 normal, Murmur sistolik grade 4/6 di
apeks, ronki +/+, Wheezing -/-, vbs +/+, dan edema pretibial +/+. Apa diagnosis pada
kelainan katup tersebut?
a. Stenosis aorta
b. Regurgitasi aorta
c. Stenosis mitral
d. Regurgitasi mitral
e. Stenosis tricuspid
Auskultasi Katup Jantung
Kelainan Katup Jantung

Mitral
Stenosis
MS AI D
Aorta
Insufisiensi
Murmur
Diastolik
Kelainan Katup Jantung

Mitral
Insufisiensi
MI SA S
Stenosis
Aorta
Murmur
Sistolik
Berbagai Diagnosis Murmur
No Lokasi Murmur Fase terjadi Murmur Diagnosis
1 ICS II Parasternal Dextra Stenosis Aorta
Fase Sistolik
2 ICS II Parasternal Sinistra Stenosis Pulmonal
3 ICS II Parasternal Dextra Insufisiensi Aorta
ICS II Parasternal Sinistra Fase Diastolik Insufisiensi Pulmonal
4

ICS IV Parasternal Sinistra Insufisiensi Trikuspid


5
Fase Sistolik
6 ICS V Midclavicula Sinistra (Apex) Insufisiensi Mitral
7 ICS IV Parasternal Sinistra Trikuspid Stenosis
Fase Diastolik
8 ICS V Midclavicula Sinistra (Apex) Mitral Stenosis
6. D. Regurgitasi Mitral
a. Stenosis aorta
b. Regurgitasi aorta
c. Stenosis mitral
d. Regurgitasi mitral
e. Stenosis tricuspid
7
Tn O, 59 tahun datang dengan keluhan lemas sejak 1 hari. Pasien juga mengeluhkan
kaki bengkak sejak 1 minggu lalu. 2 hari lalu pasien sempat merasakan nyeri dada
yang timbul saat beristirahat namun tidak berobat ke RS. Pasien memiliki riwayat
gagal jantung dan DM sejak 6 tahun lalu. Riwayat alergi obat disangkal. Pada tanda
vital ditemukan TD: 79/50, Nadi 125x, RR: 27x, Suhu 36,1 C, dan SpO2 89%.
Pemeriksaan fisik ditemukan JVP 5+5 cm H20, pulmo ronki +/+, wheezing -/-, vbs
+/+, Cor bunyi jantung S1/S2 reguler, murmur + sistolik di apeks grade 3/6 dan
edema pretibial bilateral +, akral dingin, CRT > 2”. Apa terapi yang tepat pada
pasien ini?
a. Dopamin 5-10 mcg/kg/min
b. Dobutamin 5-10 mcg/kg/min
c. Norepinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/min
d. Nitrogliserin 10 mcg/min
e. ISDN 4 mg/jam
7
Tn O, 59 tahun datang dengan keluhan lemas sejak 1 hari. Pasien juga mengeluhkan
kaki bengkak sejak 1 minggu lalu. 2 hari lalu pasien sempat merasakan nyeri dada
yang timbul saat beristirahat namun tidak berobat ke RS. Pasien memiliki riwayat
gagal jantung dan DM sejak 6 tahun lalu. Riwayat alergi obat disangkal. Pada tanda
vital ditemukan TD: 79/50, Nadi 125x, RR 27x, Suhu 36,1oC, dan SpO2 89%.
Pemeriksaan fisik ditemukan JVP 5+5 cm H20, pulmo ronki +/+, wheezing -/-, vbs
+/+, Cor bunyi jantung S1/S2 reguler, murmur + sistolik di apeks grade 3/6 dan
edema pretibial bilateral +, akral dingin, CRT > 2”. Apa terapi yang tepat pada
pasien ini?
a. Dopamin 5-10 mcg/kg/min
b. Dobutamin 5-10 mcg/kg/min
c. Norepinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/min
d. Nitrogliserin 10 mcg/min
e. ISDN 4 mg/jam
Penatalaksanaan Syok
Kardiogenik
7. A. Dopamin 5-10 mcg/kg/min
a. Dopamin 5-10 mcg/kg/min
b. Dobutamin 5-10 mcg/kg/min
c. Norepinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/min
d. Nitrogliserin 10 mcg/min
e. ISDN 4 mg/jam
8
Seorang bayi usia 2 jam post partus per vaginam spontan tampak sianotik
dan merintih. Ibu tidak memiliki riwayat sakit selama kehamilan. Anak
tampak cyanosis sejak lahir terutama jika menangis. Saturasi tidak meningkat
dengan pemakaian suplementasi oksigen. Pada pemeriksaan tanda vital
ditemukan denyut nadi anak 195x/menit, respirasi 71x/menit, suhu 36,8 C,
dan SpO2 78%. Pemeriksaan fisik bermakna yaitu cyanosis sentral tanpa
murmur. Hasil rontgen thorax sebagai berikut:
Apa diagnosis yang paling
mungkin pada pasien tersebut?
a. Hypoplastic left heart
syndrome
b. Tetralogy of Fallot
c. Transposition of great
artery
d. Atrial septal defect
e. Ventricular septal defect
8
Seorang bayi usia 2 jam post partus per vaginam spontan tampak sianotik
dan merintih. Ibu tidak memiliki riwayat sakit selama kehamilan. Anak
tampak cyanosis sejak lahir terutama jika menangis. Saturasi tidak meningkat
dengan pemakaian suplementasi oksigen. Pada pemeriksaan tanda vital
ditemukan denyut nadi anak 195x/menit, respirasi 71x/menit, suhu 36,8 C,
dan SpO2 78%. Pemeriksaan fisik bermakna yaitu cyanosis sentral tanpa
murmur. Hasil rontgen thorax sebagai berikut:
Congenital Heart Disease
Diagnosis Congenital Heart Disease
• Anamnesis:
• Bayi baru lahir dapat sianosis atau asianosis (tergantung defek)
• Pada kasus berat seperti TGA dan HLHS, bayi dapat langsung mengalami syok
dan kematian, dalam 24-48 jam lahir karena penutupan duktus arteriosus
• TOF memiliki prognosis yang lebih baik dibanding TGA
• Pemeriksaan fisik:
• Bayi tampak sianosis, saturasi < 90% persisten tanpa gangguan paru
• Sesak dan takikardi
• Murmur
Rontgen Pada Congenital Heart Disease

Boot shaped heart - TOF

Egg shaped heart - TGA


8.C. TGA
a. Hypoplastic left heart syndrome
b. Tetralogy of Fallot
c. Transposition of great artery
d. Atrial septal defect
e. Ventricular septal defect
9
Ny N, 32 tahun mengeluh nyeri tangan kanan sejak 1 hari terakhir. Nyeri
disertai dengan tangan terasa baal dan teraba dinign. Pasien memiliki riwayat
demam sekitar 1 minggu terakhir. Pada pemeriksaan ditemukan tanda vital TD
tangan kanan 90/70, tangan kiri 110/80, pulsasi A radialis kanan teraba lemah,
Nadi92x, RR 24x, danSuhu 36,5. pemeriksaan fisik bermakna yaitu bruit pada
karotis kanan +. Berdasarkan pemeriksaan tersebut, apa patomekanisme
yang mendasari kondisi pada pasien tersebut?
a. Atherosklerosis
b. Arteriosklerosis
c. Robekan tunika intima
d. Vasospasme
e. Vaskulitis
9
Ny N, 32 tahun mengeluh nyeri tangan kanan sejak 1 hari terakhir. Nyeri
disertai dengan tangan terasa baal dan teraba dingin. Pasien memiliki riwayat
demam sekitar 1 minggu terakhir. Pada pemeriksaan ditemukan tanda vital TD
tangan kanan 90/70, tangan kiri 110/80, pulsasi A radialis kanan teraba lemah,
Nadi 92x, RR 24x, dan Suhu 36,5. pemeriksaan fisik bermakna yaitu bruit pada
karotis kanan +. Berdasarkan pemeriksaan tersebut, apa patomekanisme
yang mendasari kondisi pada pasien tersebut?
a. Atherosklerosis
b. Arteriosklerosis
c. Robekan tunika intima
d. Vasospasme
e. Vaskulitis
TAKAYASU
ARTERITIS
Peradangan kronis pembuluh darah arteri yang mempengaruhi pembuluh darah
besar, terutama aorta dan cabang utamanya. Peradangan pembuluh darah
menyebabkan penebalan dinding, fibrosis, stenosis, dan pembentukan trombus
Target Organ
Diagnosis
Penatalaksanaan
▪ Terapi steroid masih menjadi terapi andalan dalam mengelola arteritis
Takayasu.
▪ Sebagian besar kasus dengan arteritis Takayasu respon terhadap
pemberian dosis tinggi prednisolon 1-2 mg/kg/hari selama 1-3 bulan,
yang kemudian dosis dapat diturunkan secara bertahap sesuai dengan
gambaran klinis pasien dan penunjang yang mendukung.
9. E. Vaskulitis
a. Atherosklerosis
b. Arteriosklerosis
c. Robekan tunika intima
d. Vasospasme
e. Vaskulitis
10
Tn. T, 48 tahun, datang dengan keluhan batuk dan pilek sejak 5 hari yang lalu.
Pasien juga mengeluh demam sejak 3 hari terakhir. Keluhan lain seperti sesak,
anosmia, dan dysgeusia disangkal. Pasien adalah seorang peternak ayam, menurut
pengakuan pasien beberapa minggu ini banyak hewan ternak yang sakit dan mati
tanpa sebab yang jelas. Pemeriksaan fisik yaitu TD 130/80, Nadi 81, Suhu 38,2, RR
21, dan SpO2 96%. Pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada rontgen
thorax tidak ditemukan pneumonia. Apa Tatalaksana yang tepat pada pasien ini?
a. Azitromisin 1x500 mg PO single dose
b. Oseltamivir 1x75 mg PO selama 7 hari
c. Oseltamivir 2x75 mg PO selama 5 hari
d. Pseudoefedrin HCL 3x60 mg selama 5 hari
e. Favipiravir 2x800 mg po selama 5 hari
10
Tn. T, 48 tahun, datang dengan keluhan batuk dan pilek sejak 5 hari yang lalu.
Pasien juga mengeluh demam sejak 3 hari terakhir. Keluhan lain seperti sesak,
anosmia, dan dysgeusia disangkal. Pasien adalah seorang peternak ayam, menurut
pengakuan pasien beberapa minggu ini banyak hewan ternak yang sakit dan mati
tanpa sebab yang jelas. Pemeriksaan fisik yaitu TD 130/80, Nadi 81, Suhu 38,2, RR
21, dan SpO2 96%. Pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada rontgen
thorax tidak ditemukan pneumonia. Apa Tatalaksana yang tepat pada pasien ini?
a. Azitromisin 1x500 mg PO single dose
b. Oseltamivir 1x75 mg PO selama 7 hari
c. Oseltamivir 2x75 mg PO selama 5 hari
d. Pseudoefedrin HCL 3x60 mg selama 5 hari
e. Favipiravir 2x800 mg po selama 5 hari
Avian influenza
Definisi
Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza
yang ditularkan oleh unggas dan dapat menyerang manusia dengan
subtype H5N1
Manifestasi Klinis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik

gejala ispa
ringan sampai Retraksi otot
ARDS disertai Febris Takipnea bantu
adanya riwayat pernapasan
kontak dengan
unggas
Pemeriksaan Penunjang
LAB
• Limfopeni dan trombositopeni (ditemukan hampir pada seluruh kasus)
• Peningkatan enzim hati (SGOT dan SGPT);
• Dapat ditemukan peningkatan urea-N dan kreatinin.

FOTO THORAKS
• Gambaran radiologis abnormal ditemukan 3-17 hari setelah timbul demam (median 7
hari), gambaran yang dapat ditemukan yaitu :
• Infiltrat difus multifokal atau berbercak
• Infiltrat interstisial
• Konsolidasi segmental atau lobar
• Progresivitas menjadi gagal napas: infiltrat ground-glass, difus, bilateral
Klasifikasi
Kasus suspek

• Kasus suspek adalah seseorang yang menderita infeksi saluran respiratorik atas dengan gejala demam (suhu
≥ 380 C), batuk dan atau sakit tenggorokan, sesak napas dengan salah satu keadaan di bawah ini dalam 7 hari
sebelum timbul gejala klinis:
• Kontak erat dengan pasien suspek, probable, atau confirmed seperti merawat, berbicara atau bersentuhan
dalam jarak <1 meter.
• Mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit KLB flu burung.
• Riwayat kontak dengan unggas, bangkai, kotoran unggas, atau produk mentah lainnya di daerah yang satu
bulan terakhir telah terjangkit flu burung pada unggas, atau adanya kasus pada manusia yang confirmed.
• Bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai
menderita flu burung dalam satu bulan terakhir.
• Memakan/mengkonsumsi produk unggas mentah atau kurang dimasak matang di daerah diduga ada infeksi
H5N1 pada hewan atau manusia dalam satu bulan sebelumnya.
• Kontak erat dengan kasus confirmed H5N1 selain unggas (misal kucing, anjing).
Klasifikasi
Kasus probable

• Adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan:


• Infiltrat atau terbukti pneumonia pada foto dada + bukti gagal napas
(hipoksemia, takipnea berat) ATAU
• Bukti pemeriksaan laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus
influenza A (H5N1), misalnya tes HI yang menggunakan antigen H5N1.
• Dalam waktu singkat, gejala berlanjut menjadi pneumonia atau gagal
napas /meninggal dan terbukti tidak terdapat penyebab yang lain.
Klasifikasi
Kasus konfirmasi

• Adalah kasus suspek atau kasus probable didukung salah satu hasil pemeriksaan
laboratorium di bawah ini:
• Isolasi/Biakan virus influenza A/H5N1 positif
• PCR influenza A H5 positif
• Peningkatan titer antibodi netralisasi sebesar 4 kali dari spesimen serum konvalesen
dibandingkan dengan spesimen serum akut (diambil 7 hari setelah muncul gejala penyakit)
dan titer antibodi konvalesen harus 1/80
• Titer antibodi mikronetralisasi untuk H5N1 1/80 pada spesimen serum yang diambil pada
hari ke 14 atau lebih setelah muncul gejala penyakit, disertai hasil positif uji serologi lain,
misal titer HI sel darah merah kuda 1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
Tatalaksana (kasus suspek, probable, dan
konfirmasi)
Umum
• Isolasi pasien dalam ruang tersendiri.

Khusus
• Antiviral Oseltamivir dan zanamivir aktif melawan virus influenza A dan B termasuk
virus AI. Rekomendasi Terapi Menurut WHO yaitu:
• Oseltamivir (Tamiflu®) merupakan obat pilihan utama
• Cara kerja: Inhibitor neuraminidase (NA)
• Diberikan dalam 36-48 jam setelah awitan gejala
• Dosis: 2 mg/kg ( dosis maksimum 75 mg) 2 kali sehari selama 5 hari
Pencegahan
Menghindari kontaminasi dengan tinja, sekret unggas, binatang, bahan, dan alat yang dicurigai tercemar oleh virus.

Menggunakan pelindung (masker, kacamata)

Tinja unggas ditatalaksana dengan baik

Disinfektan alat-alat yang digunakan

Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan

Daging ayam dimasak suhu 80º C selama 10 menit

Kemoprofilaksis pada kelompok berisiko (Oseltamivir dosis tunggal selama 1 minggu 1X 75 mg selama 7 hari)
10.C. Oseltamivir 2x75 mg Selama 5 hari
a. Azitromisin 1x500 mg PO single dose
b. Oseltamivir 1x75 mg PO selama 7 hari
c. Oseltamivir 2x75 mg PO selama 5 hari
d. Pseudoefedrin HCL 3x60 mg selama 5 hari
e. Favipiravir 2x800 mg po selama 5 hari
11
Ny P, berusia 62 tahun datang dengan keluhan batuk sudah 2 bulan. Pasien
mengeluhkan kadang batuk disertai darah, berbau, berdahak kental, dan
berbusa. Pasien juga mengeluhkan demam dan sesak. Pasien memiliki
riwayat merokok sejak 15 tahun. Riwayat kontak TB disangkal. Pada
pemeriksaan tanda vital TD: 150/90, N: 106, RR: 28, Suhu : 37,1, dan SpO2:
89%. Pemeriksaan fisik lain yaitu ronki di kedua lapang paru, wheezing -/-,
retraksi ics +. Pemeriksaan lab Hb 16,5 gr/dL, HT 43%, dan leukosit 12.000.
Rontgen thoraks sebagai berikut
Apa diagnosis yang paling
mungkin pada pasien tersebut?
a. Avian influenza
b. TB Milier
c. Pneumokoniosis
d. Bronkiektasis
e. Pneumonia aspirasi
11
Ny P, berusia 62 tahun datang dengan keluhan batuk sudah 2 bulan. Pasien
mengeluhkan kadang batuk disertai darah, berbau, berdahak kental, dan
berbusa. Pasien juga mengeluhkan demam dan sesak. Pasien memiliki
riwayat merokok sejak 15 tahun. Riwayat kontak TB disangkal. Pada
pemeriksaan tanda vital TD: 150/90, N: 106, RR: 28, Suhu: 37,1, dan SpO2:
89%. Pemeriksaan fisik lain yaitu ronki di kedua lapang paru, wheezing -/-,
retraksi ics +. Pemeriksaan lab Hb 16,5 gr/dL, HT 43%, dan leukosit 12.000.
Rontgen thoraks sebagai berikut
BRONKIEKTASIS
Definisi
Bronkiektasis merupakan penyakit
saluran napas kronik ditandai dengan
dilatasi abnormal yang permanen
disertai rusaknya dinding bronkus
akibat infeksi atau proses stress
oksidatif.
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
• Batuk kronis
• Batuk dengan dahak 3 lapis (darah, cairan, busa)
• Keluhan dirasakan progresif dapat disertai sesak nafas
dan nyeri dada

Pemeriksaan fisik
• Bronkiektasis tidak spesifik, dapat ditemukan ronkhi dan
wheezing pada auskultasi paru sering ditemukan pada
lobus paru bagian bawah

Pemeriksaan Penunjang
• Foto rontgen PA: ditemukan gambaran sarang tawon /
honeycomb appearance
• Laboratorium : kultur dahak untuk tes sensitivitas
antibiotik
Tatalaksana
Tujuan pengobatan
• Mencegah eksaserbasi, mengurangi keluhan, meningkatkan kualitas hidup pasien, dan
menghentikan perburukan penyakit.
Terapi yang diberikan antara lain yaitu :

Antibiotik
• Antibiotik yang dapat diberikan antara lain :
• Antibiotik oral lini pertama adalah amoksisilin 500 mg oral setiap 8 jam selama 14 hari
• Terapi eradikasi kuman Pseudominas Aeruginosa: siprofloksasin oral 750 mg dua kali per hari
selama 14 hari.
Mukolitik
11. D. Bronkiektasis
a. Avian influenza
b. TB Milier
c. Pneumokoniosis
d. Bronkiektasis
e. Pneumonia aspirasi
12
Berdasarkan kasus diatas, apa gambaran yang khas pada rontgen pasien tersebut?
a. Honeycomb appearance
b. Trem line
c. Pleural line
d. Diffuse reticulogranular spot
e. Multiple coin lession
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
• Batuk kronis
• Batuk dengan dahak 3 lapis (darah, cairan, busa)
• Keluhan dirasakan progresif dapat disertai sesak nafas
dan nyeri dada

Pemeriksaan fisik
• Bronkiektasis tidak spesifik, dapat ditemukan ronkhi dan
wheezing pada auskultasi paru sering ditemukan pada
lobus paru bagian bawah

Pemeriksaan Penunjang
• Foto rontgen PA: ditemukan gambaran sarang tawon /
honeycomb appearance
• Laboratorium : kultur dahak untuk tes sensitivitas
antibiotik
12. A. Honeycomb Appearance
a. Honeycomb appearance
b. Trem line
c. Pleural line
d. Diffuse reticulogranular spot
e. Multiple coin lession
13
Anak F, 5 tahun, dibawa ke IGD dengan keluhan sesak sejak 1 hari. Awalnya anak
demam tinggi disertai batuk dan suara serak sejak 4 hari terakhir. 1 hari terakhir
pasien tampak gelisah, sesak, duduk dengan badan condong ke depan, dan suara
menjadi semakin suliit terdengar. Keluarga mengaku riwayat imunisasi anak sudah
lengkap. Pemeriksaan fisik ditemukan anak tampak sakit berat,Nadi 120x, respirasi
44x, SpO2 90%, dan suhu 38,2 C. Pemeriksaan fisik lain yaitu stridor +, drooling +,
anak duduk dengan posisi tripod +, pulmo vbs +/+, ronki -/-, wheezing -/-, retraksi
otot napas +. Pemeriksaan lab Hb 12,4, Leukosit 16.000, trombosit 210.000, dan
rontgen soft tissue lateral leher memberi gambaran Thumb sign +. Apa diagnosis
yang paling tepat pada pasien ini?
a. Bronkiolitis
b. Croup
c. Epiglotitis
d. Pertusis
e. Tonsilitis
13
Anak F, 5 tahun, dibawa ke IGD dengan keluhan sesak sejak 1 hari. Awalnya anak
demam tinggi disertai batuk dan suara serak sejak 4 hari terakhir. 1 hari terakhir
pasien tampak gelisah, sesak, duduk dengan badan condong ke depan, dan suara
menjadi semakin suliit terdengar. Keluarga mengaku riwayat imunisasi anak sudah
lengkap. Pemeriksaan fisik ditemukan anak tampak sakit berat,Nadi 120x, respirasi
44x, SpO2 90%, dan suhu 38,2 C. Pemeriksaan fisik lain yaitu stridor +, drooling +,
anak duduk dengan posisi tripod +, pulmo vbs +/+, ronki -/-, wheezing -/-, retraksi
otot napas +. Pemeriksaan lab Hb 12,4, Leukosit 16.000, trombosit 210.000, dan
rontgen soft tissue lateral leher memberi gambaran Thumb sign +. Apa diagnosis
yang paling tepat pada pasien ini?
a. Bronkiolitis
b. Croup
c. Epiglotitis
d. Pertusis
e. Tonsilitis
Epiglotitis
Epiglotitis mendadak panas tinggi
Akut Gejala klinis
stridor inspiratoir , retraksi
cepat timbul

air liur keluar berlebihan


(drooling)

foto leher lateral: dapat


Pemeriksaan terlihat obstruksi
supraglotis karena
penunjang pembengkakan epiglottis
(thumb sign)
Laringoskopi : omega sign
Tatalaksana Epiglotitis
• Antibiotik:
• Ampicillin / cephalosporin generasi 3 (ceftriaxone)
• Steroid (Dexamethasone iv)
• Oxygen lembab
• Standby air way management bila sesak memberat, respiratory distress
dengan ancaman respiratory failure (intubasi atau trakeostomi)
13. C. Epiglotitis
a. Bronkiolitis
b. Croup
c. Epiglotitis
d. Pertusis
e. Tonsilitis
14
Tn C, usia 32 tahun datang dengan keluhan sesak hilang timbul selama 2 bulan. Sesak
dicetuskan oleh asap rokok dan asap kendaraan. Sesak tidak pernah dikeluhkan
sebelumnya. Saat ini pasien tidak ada keluhan. Dilakukan pemeriksaan spirometri dengan
hasil sebagai berikut:
Predicted Measured %
FVC 4,6 L 4,1 L 89%
FEV1 4L 2,2 L 55%
FEV1/FVC 86% 53%

Berdasarkan pemeriksaan spirometri, maka diagnosis pasien ini adalah?


a. Penyakit paru obstruktif
b. Penyakit paru inflamasi
c. Penyakit paru akibat pekerjaan
d. Penyakit paru restriktif
e. Normal
Spirometri
• Penyakit paru:
• Obstruktif: Disebabkan obstruksi saluran napas
• Restriktif: Disebabkan penurunan compliance jaringan paru
14. A. Penyakit Paru Obstruktif
a. Penyakit paru obstruktif
b. Penyakit paru inflamasi
c. Penyakit paru akibat pekerjaan
d. Penyakit paru restriktif
e. Normal
15
An. H usia 6 tahun dibawa ke oleh orang tuanya berobat dengan keluhan
bengkak pada kedua kelopak mata sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai
BAK berwarna seperti air cucian daging. Menurut ibu pasien, 2 minggu yang
lalu pasien sempat didiagnosis laringitis oleh dokter Puskesmas. Pada
pemeriksaan didapatkan TD 140/100 mmHg, RR 24x/m, Nadi 106x/m, S 37,2
C. Ditemukan edema palpebra bilateral. Tatalaksana definitif pada pasien ini
adalah?
a. Prednisone 2 mg/kgBB/Hari
b. Furosemide 20 mg iV
c. Amoksisilin 50 mg/kgBB/Hari
d. Amlodipine 1x10 mg PO
e. Spironolakton 1x25 mg PO
15
An. H usia 6 tahun dibawa ke oleh orang tuanya berobat dengan keluhan
bengkak pada kedua kelopak mata sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai
BAK berwarna seperti air cucian daging. Menurut ibu pasien, 2 minggu yang
lalu pasien sempat didiagnosis laringitis oleh dokter Puskesmas. Pada
pemeriksaan didapatkan TD 140/100 mmHg, RR 24x/m, Nadi 106x/m,Suhu
37,2 C. Ditemukan edema palpebra bilateral. Tatalaksana definitif pada
pasien ini adalah?
a. Prednisone 2 mg/kgBB/Hari
b. Furosemide 20 mg iV
c. Amoksisilin 50 mg/kgBB/Hari
d. Amlodipine 1x10 mg PO
e. Spironolakton 1x25 mg PO
Sindroma Nefritik vs Sindroma Nefrotik
Manifestasi Klinis
Etiologi
Didahului ISPA (faringitis atau tonsillitis) dan kulit (impetigo)
disebabkan streptokokus beta hemolitik grup A
(Glomerulonefritis paska streptokokus)

Periode infeksi akut dan gambaran klinik kerusakan


glomerulus dinamakan periode laten. Periode laten 1-2
minggu (infeksi saluran nafas atas) dan 21 hari (impetigo).

Periode laten sindrom nefritik akut pasca infeksi


berhubungan dgn immune-complexes mediated renal injury.
Pemeriksaan Penunjang
• Urinalisis: gross hematuria
• ASTO (+)
• C3 komplemen ↓
• Biopsi Renal (Baku emas)
Penatalaksanaan
Pengobatan kausatif (ec.
Diet selama fase oliguria/anuria Pengobatan Simptomatis
Streptokokus beta hemolitikus)
a.Protein hewani (batasan 0,5- A.Bendungan paru akut: ➢Penisilin Prokain 2x600.000 IU, 7
0,75 gr/kgBB/hari) Furosemid IV 40-80 mg hari dan dilanjutkan per oral
b.Karbohidrat (jumlah kalori: 35 B.Hipertensi : direkomendasikan 2x200.000 IU selama fase
kkal/KgBB/hari golongan ACE-I/ARB (target konvalesen
c.Lemak (dianjurkan lemak tidak <130/80 mmHg atau <125/75 ➢Amoxicillin 50 mg/KgBB/hari 3
jenuh) mmHg dengan proteinuria dosis selama 10 hari, atau bila
d.Elektrolit >1gram hari). J alergi Eritromisin 30
• Jika terjadi ensefalopati mg/KgBB/hari 3 dosis selama 30
•Natrium : 20 meq/hari
hipertensi dapat diberikan : hari
•Kalium : <70-90 meq/hari
Hidralazine IV 20mg dengan
•Kalsium : <600 mg/hari. diuretic furosemid atau
nifedipine IM atau sublingual
dengan diuretic furosemid
C.Hiperkalemia
D.Anemia
E. Gangguan Koagulasi
15. C. Amoksisilin 50 mg/kgBB/Hari
a. Prednisone 2 mg/kgBB/Hari
b. Furosemide 20 mg iV
c. Amoksisilin 50 mg/kgBB/Hari
d. Amlodipine 1x10 mg PO
e. Spironolakton 1x25 mg PO
16
Tn. O usia 69 tahun datang dengan keluhan sesak yang memberat sejak 4 jam
SMRS. Pasien diketahui memiliki penyakit paru obstruktif kronis yang sedang
kambuh dalam 2 hari terakhir. Pemeriksaan fisik TD 150/80 mmHg, RR
39x/m, Nadi 110x/m, wheezing (+) di kedua lapang paru. Pada pemeriksaan
analisa gas darah didapatkan hasil pH 7,35 pCO2 60, HCO3 30. Diagnosis
pada pasien ini adalah?
a. Asidosis respiratorik terkompensasi parsial
b. Asidosis respiratorik terkompensasi total
c. Asidosis terkompensasi parsial
d. Normal
e. Alkalosis metabolik terkompensasi parsial
16
Tn. O usia 69 tahun datang dengan keluhan sesak yang memberat sejak 4 jam
SMRS. Pasien diketahui memiliki penyakit paru obstruktif kronis yang sedang
kambuh dalam 2 hari terakhir. Pemeriksaan fisik TD 150/80 mmHg, RR
39x/m, Nadi 110x/m, wheezing (+) di kedua lapang paru. Pada pemeriksaan
analisa gas darah didapatkan hasil pH 7,35 pCO2 60, HCO3 30. Diagnosis
pada pasien ini adalah?
a. Asidosis respiratorik terkompensasi parsial
b. Asidosis respiratorik terkompensasi total
c. Asidosis terkompensasi parsial
d. Normal
e. Alkalosis metabolik terkompensasi parsial
Definisi

Keseimbangan antara asupan H+ yang bersifat asam dan


penyingkiran neto H+ dari tubuh untuk mencapai homeostasis

Ginjal memainkan peran kunci dalam pengeluaran H+. Selain itu


HCO3- berperan dalam menyeimbangkan ph untuk mencapai basa.
Keseimbangan Asam Basa
16. B. Asidosis respiratorik terkompensasi
total
a. Asidosis respiratorik terkompensasi parsial
b. Asidosis respiratorik terkompensasi total
c. Asidosis terkompensasi parsial
d. Normal
e. Alkalosis metabolik terkompensasi parsial
17
Tn. S usia 39 tahun, dibawa ke IGD RS Hebat karena mengalami nyeri
hebat pada kemaluannya. Pasien mengatakan penisnya tegak sudah
hampir 6 jam. pada pemeriksaan didapatkan rigiditas pada seluruh
bagian penis, kulit tampak merah gelap, terdapat nyeri dengan atau
tanpa penekanan. Diagnosis pasien ini adalah?
a. Peyronie disease
b. Priapismus low flow
c. Priapismus high flow
d. Balanitis
e. Paraphimosis
17
Tn. S usia 39 tahun, dibawa ke IGD RS Hebat karena mengalami nyeri
hebat pada kemaluannya. Pasien mengatakan penisnya tegak sudah
hampir 6 jam. pada pemeriksaan didapatkan rigiditas pada seluruh
bagian penis, kulit tampak merah gelap, terdapat nyeri dengan atau
tanpa penekanan. Diagnosis pasien ini adalah?
a. Peyronie disease
b. Priapismus low flow
c. Priapismus high flow
d. Balanitis
e. Paraphimosis
Priapismus
Priapismus adalah ereksi penis yang berkepanjangan (lebih
dari 4 jam) tanpa diikuti dengan hasrat seksual dan sering
disertai dengan rasa nyeri
Patofisiologi
(1) gangguan mekanisme outflow
(veno-oklusi) sehingga darah
tidak dapat keluar dari jaringan
erektil, atau
(2) adanya peningkatan inflow aliran
darah arteriel yang masuk ke
jaringan erektil.
Klasifikasi
Perbedaan Priapismus Low Flow dan High Flow
Low Flow (static/iskemik)-
Parameter High Flow (non-iskemik)-Arterial
Veno Oklusif
Onset Pada saat tidur Setelah trauma

Nyeri Sampai sangat nyeri Nyeri ringan sampai sedang

Tingkat tegang Sangat tegang Cukup tegang

Pem.Color Doppler Tidak ada aliran Ada aliran dan Fistula

Arteriografi Pembuluh darah utuh Malformasi Arteri-Vena


Pemeriksaan Penunjang
• Ultrasonografi Doppler yang dapat mendeteksi adanya pulsasi arteri
kavernosa
• Analisis gas darah yang diambil intrakavernosa dapat membedakan
priapismus jenis ischemic atau non ischemic
Penatalaksanaan
• Pemberian kompres air es pada penis dapat merangsang aktivitas
simpatik sehingga memperbaiki aliran darah kavernosa.
• Jika tindakan di atas tidak berhasil mungkin membutuhkan
aspirasi, irigasi, atau operasi.
• Aspirasi darah kavernosa diindikasikan pada priapismus non
iskemik atau priapismus iskemik yang masih baru saja terjadi.
Penatalaksanaan
• Priapismus iskemik derajat berat yang sudah terjadi beberapa hari tidak
memberikan respon terhadap aspirasi dan irigasi obat ke dalam
intrakavernosa; untuk itu perlu tindakan operasi. Aspirasi dkerjakan
dengan memakai jarum scalp vein no 21.
• Aspirasi sebanyak 10-20 ml darah intrakavernosa, kemudian dilakukan
instilasi 10-20 micorogram epinefrin atau 100-200 microgram fenilefrin
yang dilarutkan dalam 1 ml larutan garam fisiologis setiap 5 menit
hingga penis mengalami detumesensi.
• Jika dilakukan sebelum 24 jam setelah serangan, hampir semua kasus
dapat sembuh dengan cara ini. Selain obat-obatan tersebut, dapat pula
dipakai instilasi streptokinase pada priapismus yang telah berlangsung
14 hari yang sebelumnya telah gagal dengan instilasi adrenergik
17. B. Priapismus low flow
a. Peyronie disease
b. Priapismus low flow
c. Priapismus high flow
d. Balanitis
e. Paraphimosis
18
Ny. H usia 64 tahun, dibawa cucunya ke RS karena bicara meracau sejak 3
jam yang lalu. Cucu pasien mengatakan pasien memiliki riwayat darah tinggi
dan kencing manis sejak 10 tahun yang lalu namun tidak mau minum obat.
Pada pemeriksaan didapatkan TD 170/100 mmHg, RR 28x/m, Nadi
110x/m,Suhu 36,8 C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan edema tungkai
bilateral dan konjungtiva anemis. Hasil lab menunjukkan ureum 170, kreatini
8.2, kalium 4.8 mEq/l, dan Hb 7,4 g/dL. Dokter berencana menyarankan
hemodialisis pada pasien ini karena terdapat indikasi, yaitu?
a. Hb <8,0 g/dL
b. TD sistol >160 mmHg atau TD diastol >100 mmHg
c. Hiperkalemia
d. Overload cairan
e. Sindroma uremia
18
Ny. H usia 64 tahun, dibawa cucunya ke RS karena bicara meracau sejak 3
jam yang lalu. Cucu pasien mengatakan pasien memiliki riwayat darah tinggi
dan kencing manis sejak 10 tahun yang lalu namun tidak mau minum obat.
Pada pemeriksaan didapatkan TD 170/100 mmHg, RR 28x/m, Nadi 110x/m, S
36,8 C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan edema tungkai bilateral dan
konjungtiva anemis. Hasil lab menunjukkan ureum 170, kreatini 8.2, kalium
4.8 mEq/l, dan Hb 7,4 g/dL. Dokter berencana menyarankan hemodialisis
pada pasien ini karena terdapat indikasi, yaitu?
a. Hb <8,0 g/dL
b. TD sistol >160 mmHg atau TD diastol >100 mmHg
c. Hiperkalemia
d. Overload cairan
e. Sindroma uremia
GGA (Gagal Ginjal Akut)
Penurunan mendadak faal ginjal dalam 48 jam,
ditandai

Berupa kenaikan kadar kreatinin serum ≥0,3 mg/dl


(≥26,4 umol/l)

Presentasi kreatinin serum ≥50% (1,5x kenaikan dari


nilai dasar)

Pengurangan produksi urin (oliguria yang tercatat ≤0,5


ml/kg/jam dalam waktu lebih dari 6 jam).
Etiologi

Pre- Post
Renal
Renal Renal
RIFLE KRITERIA
Pengobatan Suportif pada GGA
Tabel . Pengobatan Suportif pada Gangguan Ginjal Akut
Komplikasi Terapi
Kelebihan cairan Batasi garam (1-2 gram/hari) dan air (<1 liter/hari)

Intravaskuler Diuretik (biasanya furosemide +/- tiazide)


Hiponatremia Batasi cairan (<1 liter/hari)
Hindari pemberian cairan hipotonis (termasuk dextrosa 5%)
Hiperkalemia Batasi intake kalium (<40 mmol/hari)
Hindari suplemen kalium dan diuretik hemat kalium
Beri resin “potassium-binding ion excchange” (kayaxalate)
Beri glukosa 50% sebanyak 50 cc + insulin 10 unit
Beri natrium-bikarbonat (50-100 mmol)
Beri salbutamol 10-20 mg inhaler atau 0,5-1 mg IV
Kalsium glukonat 10% (10cc dalam 2-5 menit)
Pengobatan Suportif pada GGA
Tabel . Pengobatan Suportif pada Gangguan Ginjal Akut
Komplikasi Terapi
Asidosis Metabolik Batasi intake protein (0,8-1.0 g/kgBB/hari)
Beri natrium-bikarbonat (usahakan kadar serum bikarbonat
Plasma > 15 mmol/I dan pH arteri > 7,2 )
Hiperfosfatemia Batasi intake fosfat (800 mg/hari)
Beri pengikat fosfat (kalsium asetat-karbonat, alumunium HCL, sevalamer)
Hipokalsemia Beri kalsium karbonat, atau kalsium glukonat 10% (10-20 cc)
Hiperuriksemia Tidak perlu terapi jika kadar asam urat < 15 mg/dl
Indikasi TPG (Terapi Pengganti
Ginjal/Hemodialisa)
(Bellomo R Ronco,1998)
1. Oliguria (OU<200cc/12jam)
2. Anuria/oliguria berat (OU<50cc/12 jam)
3. Hiperkalemi (K>6,5 mmol/l)
4. Asidosis berat (pH<7,1)
5. Azotemia (urea>30 mmol/L)
6. Edema paru
*Satu gejala sudah dapat merupakan indikasi untuk inisiasi TPG. Bila didapatkan 2 gejala indikasi untuk
segera TPG. Bila >2 gejala walaupun kadar belum mencapai seperti diatas sudah indikasi inisiasi TPG
18. E. Sindroma uremia
a. Hb <8,0 g/dL
b. TD sistol >160 mmHg atau TD diastol >100 mmHg
c. Hiperkalemia
d. Overload cairan
e. Sindroma uremia
19
An. R, usia 5 tahun dibawa ke Puskesmas oleh ibunya karena saat
kencing air seni tidak keluar dari ujung penis, melainkan pada bagian
bawah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan OUE pada bagian ventral,
tepat di kantung testis. Apakah diagnosis yang tepat?
a. Epispadia scrotal
b. Epispadia penoscrotal
c. Hipospadia koronal
d. Hipospadia scrotal
e. Hipospadia perineal
19
An. R, usia 5 tahun dibawa ke Puskesmas oleh ibunya karena saat
kencing air seni tidak keluar dari ujung penis, melainkan pada bagian
bawah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan OUE pada bagian ventral,
tepat di kantung testis. Apakah diagnosis yang tepat?
a. Epispadia scrotal
b. Epispadia penoscrotal
c. Hipospadia koronal
d. Hipospadia scrotal
e. Hipospadia perineal
Hipospadia

Kelainan kongenital dimana meatus berlokasi


pada bagian ventral penis, proksimal dari
posisi normal yaitu diujung glans.

Manifestasi Klinis:

• Percikan air kencing yang tidak normal


• Penis melengkung ke bawah (ventral)

Penatalaksanaan
• Bedah : Surgical Repair (Chordectomy, Urethroplasty,
Glanspasty)
19. D. Hipospadia scrotal
a. Epispadia scrotal
b. Epispadia penoscrotal
c. Hipospadia koronal
d. Hipospadia scrotal
e. Hipospadia perineal
20
Tn. W usia 24 tahun datang ke IGD dengan keluhan BAK bercabang.
Pasien mengakui beberapa kali menjalani pengobatan karena penyakit
infeksi kelamin dengan keluhan kencing bernanah, namun saat ini
sudah tidak. Pemeriksaan penunjang yang tepat dilakukan pada
pasien ini adalah?
a. USG
b. CT-Scan
c. Uretrografi retrograde
d. MRI
e. BNO IVP
20
Tn. W usia 24 tahun datang ke IGD dengan keluhan BAK bercabang.
Pasien mengakui beberapa kali menjalani pengobatan karena penyakit
infeksi kelamin dengan keluhan kencing bernanah, namun saat ini
sudah tidak. Pemeriksaan penunjang yang tepat dilakukan pada
pasien ini adalah?
a. USG
b. CT-Scan
c. Uretrografi retrograde
d. MRI
e. BNO IVP
Striktur Uretra
Striktur uretra adalah kondisi penyempitan uretra yang
menghambat aliran urine. Kondisi ini umumnya terjadi pada pria.
Namun dalam kondisi yang jarang, striktur uretra juga dapat terjadi
pada bayi yang baru lahir dan pada wanita
Manifestasi Klinis
• Keinginan buang air kecil yang lebih sering dan mendadak.
• Retensi urin
• Nyeri dan panas saat buang air kecil
• Pancaran urin terbelah menjadi 2
• Lemahnya aliran urine atau berkurangnya jumlah urine.
• Keluarnya cairan selain urine dari uretra.
• Munculnya darah pada cairan sperma atau urine.
• Warna urine agak gelap.
• Penis terasa nyeri dan bengkak.
• Rasa nyeri pada rongga panggul atau perut bagian bawah.
Etiologi
• Prosedur medis yang memasukkan alat ke uretra, seperti
endoskopi uretra.
• Menderita kanker uretra atau kanker prostat.
• Penggunaan kateter dalam jangka panjang.
• Cedera pelvis
• Cedera selangkangan
• Infeksi menular seksual, gonore atau chlamydia.
• BPH (pembesaran prostat jinak).
• Infeksi saluran kemih yang sering kambuh atau tidak tertangani.
Pemeriksaan Penunjang
• Urin rutin
• Sistoskopi
• Uretrogram retrograde
• Tes penyakit menular seksual
20. C. Uretrografi retrograde
a. USG
b. CT-Scan
c. Uretrografi retrograde
d. MRI
e. BNO IVP
21
An. PO, laki-laki, usia 8 tahun, tiba-tiba menangis kesakitan di halaman
belakang rumah saat bermain bola dengan kakanya. Menurut cerita kakanya,
area perut pasien terkena bola 30 menit yang lalu. Pasien mengatakan
awalnya tidak terlalu nyeri tapi semakin lama semakin memberat. Keluhan
mual dan muntah disangkat. Sesampainya di IGD, pada pemeriksaan status
lokalis tampak blue dot sign (+), refleks kremaster (+). Hasil pemeriksaan
Doppler didapatkan blood flow normal. Tatalaksana yang tepat pada kasus
ini adalah?
a. Detorsio manual
b. Analgetik, elevasi testis, kompres dingin
c. Bedah detorsion dalam 6 jam sejak onset
d. Pemasangan kateter
e. Pemberian antibiotik profilaksis
21
An. PO, laki-laki, usia 8 tahun, tiba-tiba menangis kesakitan di halaman
belakang rumah saat bermain bola dengan kakanya. Menurut cerita kakanya,
area perut pasien terkena bola 30 menit yang lalu. Pasien mengatakan
awalnya tidak terlalu nyeri tapi semakin lama semakin memberat. Keluhan
mual dan muntah disangkat. Sesampainya di IGD, pada pemeriksaan status
lokalis tampak blue dot sign (+), refleks kremaster (+). Hasil pemeriksaan
Doppler didapatkan blood flow normal. Tatalaksana yang tepat pada kasus
ini adalah?
a. Detorsio manual
b. Analgetik, elevasi testis, kompres dingin
c. Bedah detorsion dalam 6 jam sejak onset
d. Pemasangan kateter
e. Pemberian antibiotik profilaksis
Torsio Appendiks Testis
Appendiks testis merupakan suatu appendiks kongenital di dalam
testis; lebih dari separuh laki-laki terlahir dengan adanya appendiks
ini, namun tidak memiliki fungsi.
Torsio appendiks testis merupakan salah satu penyebab tersering
keadaan nyeri skrotum akut, hal ini terjadi jika appendiks ini
terpuntir.
Manifestasi Klinis

Torsio testis Torsio Appendiks Epididimitis


Testis
EMERGENSI Bukan kondisi emergensi Bukan kondisi emergensi
Nyeri muncul mendadak Nyeri muncul mendadak Nyeri muncul gradual
dengan nyeri yang sangat atau gradual, nyeri tidak
hebat sehebat torsio testis
Bell clapper Blue dot sign -
Phren sign (-) - Phren sign (+)
Refleks kremaster (-) Refleks kremaster (-) Refleks kremaster (+)
Blue dot sign

Blue dot
sign
Penatalaksanaan
• Torsio appendiks testis dapat ditangani secara suportif, saat
kemungkinan torsio testis sudah disingkirkan.
• Pasien dianjurkan istirahat/pembatasan aktivitas fisik, observasi,
kompres dengan “ice pack” pada area nyeri, pemberian analgesik
dan obat NSAID, serta pemakaian ‘scrotal support’ untuk
meminimalisir pergerakan testis. Biasanya nyeri akan berkurang
dalam 48 jam
• Intervensi bedah hanya direkomendasikan jika nyeri menetap lebih
dari 10 hari akan dilakukan eksisi appendiks testis yang terpuntir
tersebut
21. B. Analgetik, elevasi testis, kompres
dingin
a. Detorsio manual
b. Analgetik, elevasi testis, kompres dingin
c. Bedah detorsion dalam 6 jam sejak onset
d. Pemasangan kateter
e. Pemberian antibiotik profilaksis
22
Tn. A, berusia 59 tahun, datang ke
rumah sakit dengan keluhan diare
disertai darah sejak 3 bulan
terakhir. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum baik
dan tanda vital TD 120/80 mmHg,
Nadi 88x/mnt, RR 22x/mnt dan
suhu 37C. Pada pemeriksaan
barium enema didapatkan
gambaran seperti di samping ini:
22
Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
a. Irritable bowel syndrome
b. Chron disease
c. Ulcerative colitis
d. Diverticulitis
e. Ca colon
22
Tn. A, berusia 59 tahun, datang ke
rumah sakit dengan keluhan diare
disertai darah sejak 3 bulan
terakhir. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum baik
dan tanda vital TD 120/80 mmHg,
Nadi 88x/mnt, RR 22x/mnt dan
suhu 37C. Pada pemeriksaan
barium enema didapatkan
gambaran seperti di samping ini:
INFLAMATORY
BOWEL DISEASE (IBD)
• Inflamatory Bowel Disease (IBD) Manifestasi Klinis
adalah penyakit inflamasi kronik • Diare kronik yang disertai atau
yang melibatkan saluran cerna, tanpa darah dan nyeri perut
bersifat remisi dan merupakan manifestasi klinis IBD
relaps/kambuhan dengan yang paling umum
penyebab pastinya sampai saat
ini belum diketahui dengan jelas. • Dengan beberapa manifestasi
eksra intestinal seperti arthritis,
uveitis, eritema nodosum dan
kolangitis
Perbedaan Kolitis Ulseratif dan Chron’s disease
Kolitis Ulseratif Crohn’s disease
Inflamasi Mukosa Transmural
Luas area Rektum-> Proksimal Mulut-anus skip lesion
Continuous

Patologi Mukosa rapuh , ulkus Mukosa tidak rapuh, ulkus


difus, pseudopolip aphthous cobblestone,
fisura
Barium enema Tepi kabur Lesi tajam, cobblestone,
(granularitas mukosa ulkus dan fisura panjang,
halus), haustra kolon “string sign”
hilang “lead pipe”

Mikroskopik Inflamasi superfisial, Inflamasi transmural,


PMN, Abses kripti limfosit, Granuloma non-
kaseosa, fibrosis, ulkus,
fisura.
22. c. Ulcerative colitis
a. Irritable bowel syndrome
b. Chron disease
c. Ulcerative colitis
d. Diverticulitis
e. Ca colon
23
Ny. B, 30 tahun mengeluh sering merasa sebah/begah paska makan dan
cepat kenyang ketika makan disertai sering bersendawa. Dari hasil
pemeriksaan fisik TD 120/80, Nadi 88x/menit, RR 20x/menit, t 36.2, tidak
didapatkan nyeri tekan epigastric, muntah disangkal. Riwayat konsumsi obat
anti nyeri atau steroid disangkal. Dari pemeriksaan endoksopi tidak
didapatkan kelainan. Apa tatalaksana yang tepat untuk pasien saat ini?
a. Domperidon
b. Antasida
c. Proton pump inhibitor
d. Sucralfate
e. Ranitidine
23
Ny. B, 30 tahun mengeluh sering merasa sebah/begah paska makan dan
cepat kenyang ketika makan disertai sering bersendawa. Dari hasil
pemeriksaan fisik TD 120/80, Nadi 88x/menit, RR 20x/menit, t 36.2, tidak
didapatkan nyeri tekan epigastric, muntah disangkal. Riwayat konsumsi obat
anti nyeri atau steroid disangkal. Dari pemeriksaan endoksopi tidak
didapatkan kelainan. Apa tatalaksana yang tepat untuk pasien saat ini?
a. Domperidon
b. Antasida
c. Proton pump inhibitor
d. Sucralfate
e. Ranitidine
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
Mekanisme refluks melalui sfingter esofagus
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

Faktor risiko Manifestasi Klinis Diagnosis Klinis

• Usia > 40 tahun • Rasa panas dan terbakar • Pasien diterapi dengan PPI
• Obesitas di retrosternal atau test, bila memberikan
• Merokok epigastrik dan dapat respon positif terhadap
menjalar ke leher terapi, maka diagnosis
• Konsumsi kopi
• Rasa asam di mulut. definitif GERD dapat
• Alkohol disimpulkan.
• Terutama setelah makan
dengan volume besar dan • Gold standar : endoskopi
berlemak. saluran cerna bagian atas
• Diperberat dengan posisi yaitu ditemukannya
berbaring terlentang. mucosal break di
esophagus
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

Komplikasi
• Esofagitis, Ulkus esophagus, Perdarahan esofagus, Striktur esophagus, Barret’s esophagus.

Penatalaksanaan
• Terapi medikamentosa
• Proton Pump Inhibitor (PPI) selama 7-14 hari. Bila terdapat perbaikan gejala yang signifikan
(50-75%) maka diagnosis dapat ditegakkan sebagai GERD.
• PPI dosis tinggi : Omeprazol 2x20 mg/hari dan lansoprazol 2x 30 mg/hari.
• Setelah ditegakkan diagnosis GERD, obat dapat diteruskan sampai 4 minggu dan boleh
ditambah dengan prokinetik seperti domperidon 3x10 mg.
• Pada kondisi tidak tersedianya PPI, maka penggunaan H2 Blocker 2x/hari: simetidin 400-800
mg atau ranitidin 150 mg atau famotidin 20 mg.
23. a. Domperidon

a. Domperidon
b. Antasida
c. Proton pump inhibitor
d. Sucralfate
e. Ranitidine
24
Nn. C, 16 tahun datang ke RS dengan keluhan mata berwarna kuning dan
BAK seperti teh kecoklatan sejak 2 hari yang lalu. Keluhan didahului rasa
lemas, mual dan muntah sejak 5 hari yang lalu. Pada pemeriksaan
laboratorium tes fungsi hati didapatkan bilirubin total 4,3 mg/dL, bilirubin
indirek 2,0 mg/dL, Gamma GT 96 U/L, SGOT 346 U/L, SGPT 624 U/L. Apakah
pemeriksaan lanjutan yang diperlukan?
a. Alkali-fosfatase
b. Ureum dan Kreatinin
c. CEA
d. Alfa feto-protein
e. Marker virus Hepatitis A,B,C
24
Nn. C, 16 tahun datang ke RS dengan keluhan mata berwarna kuning dan
BAK seperti teh kecoklatan sejak 2 hari yang lalu. Keluhan didahului rasa
lemas, mual dan muntah sejak 5 hari yang lalu. Pada pemeriksaan
laboratorium tes fungsi hati didapatkan bilirubin total 4,3 mg/dL, bilirubin
indirek 2,0 mg/dL, Gamma GT 96 U/L, SGOT 346 U/L, SGPT 624 U/L. Apakah
pemeriksaan lanjutan yang diperlukan?
a. Alkali-fosfatase
b. Ureum dan Kreatinin
c. CEA
d. Alfa feto-protein
e. Marker virus Hepatitis A,B,C
HEPATITIS A
HEPATITIS A
Manifestasi
• Fase pre ikterik
• (1-2 mgg sebelum ikterik)
• Prodromal: anoreksia, mual, malaise,
rasa tak nyaman abdomen, diare,
demam
• Fase ikterik
• 2-12 mgg
• Jaundice, nyeri kuandran kanan atas
• Fase perbaikan
PF
• Hepatomegali (78%), ikterus (71%),
splenomegali & limfadenopati jarang
dijumpai
HEPATITIS A
Pemeriksaan Penunjang Komplikasi
• Tes laboratorium urin (bilirubin di Hepatitis A fulminan
dalam urin)
• Pemeriksaan darah : peningkatan
kadar bilirubin dalam darah, kadar Penatalaksanaan
SGOT dan SGPT ≥ 2x nilai normal
tertinggi, dilakukan pada fasilitas • Obat simptomatik: antipiretik
primer yang lebih lengkap. • Asupan kalori dan cairan yang
• IgM anti HAV (+) adekuat
• Tirah baring
HEPATITIS B
• Manifestasi
• Fase pre ikterik
• (1-2 mgg sebelum ikterik)
• Prodromal: anoreksia, mual, malaise,
rasa tak nyaman abdomen, demam
lebih jarang terjadi dibanding Hep.A
• Fase ikterik
• Jaundice, nyeri kuandran kanan atas
• Fase perbaikan
• Pemeriksaan Fisik
• Hepatomegali (78%), ikterus (71%),
splenomegali & limfadenopati jarang
dijumpai
HEPATITIS B
Pemeriksaan Penunjang
• Serologi Hepatitis B Penanda Serologis Keterangan

• Biokimia hati
• IKTERIK: BILIRUBIN ↑ (UMUMNYA > 2,5 HbsAg Infeksi HBV atau carrier
mg/dl Anti HBs Sembuh dan imun
• ALT>AST HbeAg Replikasi aktif HBV
• Waktu protrombin ↑
Anti Hbe Replikasi tidak aktif
• Alpha-fetoprotein → karsinoma
hepatoseluler Anti HBc IgG Riwayat kontak dengan
HBV
• USG abdomen
• Derajat nekrosis inflamasi dan fibrosis HBV DNA Replikasi aktif HBV
hepar DNA polymerase Replikasi aktif HBV
Marker Hepatitis B

Penanda HBsAg Anti-HBs Anti-HBc Total IgM Anti-HBc HBeAg

Masa Inkubasi - - - - -
Infeksi Akut + - + + +/-
Infeksi Kronis + - + +/- +/-
Window Period - - + + -
Sembuh - + + - -
Imunisasi - + - - -
Karier + - - - -
24. e. Marker virus Hepatitis A,B,C

a. Alkali-fosfatase
b. Ureum dan Kreatinin
c. CEA
d. Alfa feto-protein
e. Marker virus Hepatitis A,B,C
25
Tn. D, 57 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan sesak dan muntah. Muntah warna merah
kehitaman seperti kopi dan bergumpal kurang lebih 1.000 cc. Keluhan didahului dengan perut sebah
dan terasa makin membesar. Sejak 1 bulan yang lalu mata tampak kuning disertai nafsu makan dan
berat badan menurun dan perut terasa nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
110/70 mmHg, denyut nadi 98 x/menit, reguler, frekuensi napas 32 x/menit, suhu 36,8°C, kesadaran
kompos mentis, tampak sakit berat. Pemeriksaan jantung dan dalam batas normal, paru terdapat
ronkhi di seluruh lapang. Pemeriksaan abdomen didapatkan hepar teraba 5 cm bawah arkus kosta,
nyeri tekan, konsistensi keras dan berdungkul, shifting dulness (+). Pada pemeriksaan ekstremitas
didapatkan eritema palmaris (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 6,7 g/dL, leukosit
8.000/ìL, trombosit 96.000/ìL, ureum 200 Cr 4.5. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Hepatorenal syndrom
b. Sirosis hepatis
c. Hepatitis akut
d. Koma hepaticum
e. Hepatitis fulminan akut
25
Tn. D, 57 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan sesak dan muntah. Muntah warna merah
kehitaman seperti kopi dan bergumpal kurang lebih 1.000 cc. Keluhan didahului dengan perut sebah
dan terasa makin membesar. Sejak 1 bulan yang lalu mata tampak kuning disertai nafsu makan dan
berat badan menurun dan perut terasa nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
110/70 mmHg, denyut nadi 98 x/menit, reguler, frekuensi napas 32 x/menit, suhu 36,8°C, kesadaran
kompos mentis, tampak sakit berat. Pemeriksaan jantung dan dalam batas normal, paru terdapat
ronkhi di seluruh lapang. Pemeriksaan abdomen didapatkan hepar teraba 5 cm bawah arkus kosta,
nyeri tekan, konsistensi keras dan berdungkul, shifting dulness (+). Pada pemeriksaan ekstremitas
didapatkan eritema palmaris (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 6,7 g/dL, leukosit
8.000/ìL, trombosit 96.000/ìL, ureum 200 Cr 4.5. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Hepatorenal syndrom
b. Sirosis hepatis
c. Hepatitis akut
d. Koma hepaticum
e. Hepatitis fulminan akut
SIROSIS HEPATIS
Sirosis Hepatis
Sirosis Hepatis (SH) Etiologi
merupakan tahap akhir
proses difus fibrosis secara • Penyakit hati alkoholik
progresif yang ditandai • Hepatitis C kronik
oleh distorsi arsitektur hati • Hepatitis B kronik
dan pembentukan nodul
regenerative.
Sirosis Hepatis
Tanda-tanda klinis sirosis hati dan penyebabnya
Tanda Penyebab
Spider angioma/Spider navi
Estradiol meningkat
Ginekomastia
Palmar eritema Gangguan metabolism hormone sex
Splenomegali
Ascites
Hipertensi Portal
Caput medusa
Hepatomegali
Ikterus Bilirubin meningkat(min. 2-3 mg/dl)
Perubahan kuku
Terry nails Hipoalbuminemia
Clubbing Hipertensi portopulmonal
Sirosis Hepatis
Sirosis Hepatis

SPONTANOUS BACTERIAL
PERITONITIITIS

HEPATO RENAL
SYNDROME
Sirosis Hepatis
Sirosis Hati Kompensata:
• Penyebab tersering di asia dari SH adalah HBV
dan HCV. Untuk HBV kronis dapat diberikan
preparat interferon injeksi/oral dengan
preparat nukleosida jangka panjang. Pada HCV
kronis diberikan interferon.

Sirosis Hati Dekompensata


• Dilakukan sesuai komplikasi yang timbul
(ascites, ensefalopati hepatikum, varises
esophagus, peritonitis bacterial spotan dan
sindrom hepatorenal. (gangguan ginjal))
25. a. Hepatorenal syndrom
a. Hepatorenal syndrom
b. Sirosis hepatis
c. Hepatitis akut
d. Koma hepaticum
e. Hepatitis fulminan akut
26
Ny. E, usia 47 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak 3
hari yang lalu, keluhan dirasa semakin memberat. Pasien memiliki riwayat
batu empedu. Pasien tampak dalam posisi terpaksa membungkuk, menahan
sakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 140/80 mmHg, Nadi
98x/menit, RR: 20x/menit dan suhu 37 C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Cullen sign (+). Apakah tatalaksana yang akan diberikan pada pasien
tersebut?
a. Operasi
b. Rehidrasi cairan
c. Antibiotik
d. Bilas lambung
e. Antiemetik
26
Ny. E, usia 47 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak 3
hari yang lalu, keluhan dirasa semakin memberat. Pasien memiliki riwayat
batu empedu. Pasien tampak dalam posisi terpaksa membungkuk, menahan
sakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 140/80 mmHg, Nadi
98x/menit, RR: 20x/menit dan suhu 37 C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Cullen sign (+). Apakah tatalaksana yang akan diberikan pada pasien
tersebut?
a. Operasi
b. Rehidrasi cairan
c. Antibiotik
d. Bilas lambung
e. Antiemetik
PANKREATITIS
PANKREATITIS

• Pankreatitis adalah reaksi peradangan pancreas. Secara

Definisi klinis pancreatitis akut ditandai oleh nyeri perut yang


akut disertai dengan kenaikan enzim dalam darah dan
urin.

• Batu bilier, konsumsi alcohol, tukak peptic yang


Etiologi menembus hingga pankreas, trauma ,
hiperlipoproteinemia dan idiopatik
PANKREATITIS

•Rasa nyeri yang timbul tiba-tiba


kebanyakan intens, terus menerus dan
Manifestasi makin lama makin bertambah.
•Kebanyakan nyeri terletak di epigastrium,
klinis •Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung
(boas sign),
•Mual, Muntah, Demam.
•Meteorismus abdomen.
Pancreatitis
PANKREATITIS

Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan Penunjang
Nyeri tekan perut bagian
atas karena rangsang Penatalaksanaan
peritonitis lokal Kenaikan enzim amylase
Kenaikan enzim Lipase Tindakan konservatif masih dianggap
terapi dasar pancreatitis akut
leukositosis (25% kasus) Pemberian analgesic
Pasien dipuasakan, nutrisi : parenteral
Penghisapan cairan lambung
PPI u/ riwayat dyspepsia sebelum
terjadi pancreatitis akut
Pembedahan : bila penyebab batu
bilier
26. a. Operasi
a. Operasi
b. Rehidrasi cairan
c. Antibiotik
d. Bilas lambung
e. Antiemetik
27
Tn. F, 30 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan nyeri perut sebelah kiri bawah sejak 2
hari yang lalu. Nyeri awalnya dirasakan di daerah pusar kemudian dirasakan berpindah ke
bagian kiri bawah, lalu dirasakan di seluruh area perut. Nyeri dirasakan dengan demam,
mual, muntah dan perut kembung. Gejala ini memberat 2 jam yang lalu. Pasien baru
pertama kali merasakan sakit seperti ini. Pasien juga tidak BAB sejak 2 hari yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan nampak lemah, dengan tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 110 x/menit, RR 24x/menit, suhu 37.8 C. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan perut sedikit cembung, bising usus menurun, perkusi timpani, perut nampak
seperti papan, defans muscular (+), nyeri tekan di seluruh regio abdomen. Diagnosa?
a. Peritonitis e.c Kholedokolitiasis
b. Peritonitis e.c Appendcitis perforata
c. Peritonitis e.c Ulkus peptikum
d. Peritonitis e.c Pankreatitis akut
e. Peritonitis e.c Kholelitiasis
27
Tn. F, 30 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan nyeri perut sebelah kiri bawah sejak 2
hari yang lalu. Nyeri awalnya dirasakan di daerah pusar kemudian dirasakan berpindah ke
bagian kiri bawah, lalu dirasakan di seluruh area perut. Nyeri dirasakan dengan demam,
mual, muntah dan perut kembung. Gejala ini memberat 2 jam yang lalu. Pasien baru
pertama kali merasakan sakit seperti ini. Pasien juga tidak BAB sejak 2 hari yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan nampak lemah, dengan tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 110 x/menit, RR 24x/menit, suhu 37.8 C. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan perut sedikit cembung, bising usus menurun, perkusi timpani, perut nampak
seperti papan, defans muscular (+), nyeri tekan di seluruh regio abdomen. Diagnosa?
a. Peritonitis e.c Kholedokolitiasis
b. Peritonitis e.c Appendcitis perforata
c. Peritonitis e.c Ulkus peptikum
d. Peritonitis e.c Pankreatitis akut
e. Peritonitis e.c Kholelitiasis
Definisi Peritonitis

• Peritonitis adalah peradangan pada lapisan peritoneum viseral atau


parietal.

Klasifikasi
• Primer: penyebaran melalui hematogen. Contoh: peritonitis TB
• Sekunder: penyebaran secara perkontinuitatum dari organ viseral
abdomen. Contoh: peritonitis ec perforasi apendiks atau perforasi
gaster.
Manifestasi Klinis Peritonitis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik


• Pasien tampak kesakitan
• Nyeri hebat abdomen. Intensitas • Suhu febris
semakin lama semakin kuat. • Distensi abdomen disertai nyeri tekan dan nyeri
lepas
• Demam • Defans muskular
• Mual dan muntah • Hipertimpani. Peritonitis TB: seperti papan
catur, karena ada perlengketan pada beberapa
• Sesak akibat terdorongnya diafragma bagian sehingga terdengar dull ketika
diperkusi.
oleh cairan abdomen
• Rigiditas abdomen atau perut papan
• Colok dubur: nyeri di semua arah, tonus m.
Sfingter ani lemah, ampula recti berisi udara
PANKREATITIS

Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan Penunjang
Nyeri tekan perut bagian
atas karena rangsang Penatalaksanaan
peritonitis lokal Kenaikan enzim amylase
Kenaikan enzim Lipase Tindakan konservatif masih dianggap
terapi dasar pancreatitis akut
leukositosis (25% kasus) Pemberian analgesic
Pasien dipuasakan, nutrisi : parenteral
Penghisapan cairan lambung
PPI u/ riwayat dyspepsia sebelum
terjadi pancreatitis akut
Pembedahan : bila penyebab batu
bilier
27. d. Peritonitis e.c Pankreatitis akut
a. Peritonitis e.c Kholedokolitiasis
b. Peritonitis e.c Appendcitis perforata
c. Peritonitis e.c Ulkus peptikum
d. Peritonitis e.c Pankreatitis akut
e. Peritonitis e.c Kholelitiasis
28
Seorang laki-laki 56 tahun datang dengan keluhan lemah letih lesu sejak 1
minggu yang lalu, disertai rasa mual muntah dan nyeri epigastric. Tidak ada
perubahan frekuensi dan warna BAB. Pasien merupakan seorang peminum
alkohol sejak muda. Dari PF TTV dalam batas normal, pucat, sclera ikteric,
hepar teraba 5 cm di bawah arkus kostae. Spleen tak teraba. Dari hasil lab
HbsAg (-) anti HCV (-) OT 125 PT 230, amilase 40, lipase 86. Pemeriksaan
lanjutan yang tepat?
a. USG abdomen
b. Foto polos abdomen
c. HbeAg
d. Endoskopi
e. Aspirasi cairan lambung
28
Seorang laki-laki 56 tahun datang dengan keluhan lemah letih lesu sejak 1
minggu yang lalu, disertai rasa mual muntah dan nyeri epigastric. Tidak ada
perubahan frekuensi dan warna BAB. Pasien merupakan seorang peminum
alkohol sejak muda. Dari PF TTV dalam batas normal, pucat, sclera ikteric,
hepar teraba 5 cm di bawah arkus kostae. Spleen tak teraba. Dari hasil lab
HbsAg (-) anti HCV (-) OT 125 PT 230, amilase 40, lipase 86. Pemeriksaan
lanjutan yang tepat?
a. USG abdomen
b. Foto polos abdomen
c. HbeAg
d. Endoskopi
e. Aspirasi cairan lambung
FATTY LIVER
FATTY LIVER
Konsumsi alkohol dapat menyebabkan penumpukan lemak di hati,
kondisi ini dikenal sebagai Alcoholic Fatty Liver Disease (AFLD).
Setiap kali konsumsi alcohol dapat menyebabkan 1 sel hepar mati.
RISK
FACTOR
28. a. USG abdomen
a. USG abdomen
b. Foto polos abdomen
c. HbeAg
d. Endoskopi
e. Aspirasi cairan lambung
29
Nn. H, usia 26 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sesak napas dan batuk sejak 1
minggu lalu yang memberat sejak 3 hari terakhir. Pasien juga meraaskan nyeri di dada
setiap batuk. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/80 mmHg, nadi 90x/menit,
RR 20x/menit, suhu 37C. Status generalis konjungtiva anemis +/+, kemerahan di wajah,
suara vesicular melemah pada thorax ICS 4 ke bawah kedua lapang paru, dengan
perkusi redup. Pemeriksaan laboratorium Hb 8 mg/dL, leukosit 4000, trombosit
160.000, ureum 12, creatinine 0,5. Apakah penyakit yang kemungkinan besar dialami
pasien?
a. Gagal jantung kongestif
b. Efusi pleura
c. Pneumonia
d. Sistemik lupus eritematosus
e. Bisitopenia
29
Nn. H, usia 26 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sesak napas dan batuk sejak 1
minggu lalu yang memberat sejak 3 hari terakhir. Pasien juga meraaskan nyeri di dada
setiap batuk. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/80 mmHg, nadi 90x/menit,
RR 20x/menit, suhu 37C. Status generalis konjungtiva anemis +/+, kemerahan di wajah,
suara vesicular melemah pada thorax ICS 4 ke bawah kedua lapang paru, dengan
perkusi redup. Pemeriksaan laboratorium Hb 8 mg/dL, leukosit 4000, trombosit
160.000, ureum 12, creatinine 0,5. Apakah penyakit yang kemungkinan besar dialami
pasien?
a. Gagal jantung kongestif
b. Efusi pleura
c. Pneumonia
d. Sistemik lupus eritematosus
e. Bisitopenia
LUPUS ERITEMATOSUS
SISTEMIK
definisi :
DEFINISI :
Lupus eritematosus sistemik (systemic lupus erythematosus)
(SLE) merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis.

Manifestasi klinis SLE • Meliputi keterlibatan kulit dan mukosa, sendi,


darah, jantung, paru, ginjal, susunan saraf pusat
sangat luas : (SSP) dan sistem imun.
anamnesis:
MANIFESTASI KLINIS :
1. Kelelahan
2. Nyeri sendi yang berpindah-pindah
3. Rambut rontok
4. Ruam pada wajah
5. Sakit kepala
6. Demam
7. Ruam kulit setelah terpapar sinar matahari
8. Gangguan kesadaran
9. Sesak
10. Edema anasarka
11. riwayat keluarga yang menderita penyakit autoimun meningkatkan kecurigaan adanya LES
MANIFESTASI KLINIS :
• kelelahan, demam tidak disertai menggigil, penurunan berat
Gejala konstitusional badan,rambut rontok, bengkak, dan sakit kepala

Manifestasi Muskuloskeletal • mialgia, artralgia atau artritis (tanpa bukti jelas inflamasi sendi)

• ruam malar/ruam kupu-kupu, fotosensitifitas, alopecia, dan ruam


Manifestasi mukokutaneus diskoid

• pneumonitis (sesak, batuk kering, ronkhi di basal), , dan efusi


Manifestasi Paru pleura.

• Pleuropericardial friction rubs, takipneu, murmur sistolik,


Manifestasi Kardiologi gambaran perikarditis, miokarditis dan penyakit jantung koroner.

Manifestasi Gastrointestinal • mual, dispepsia, nyeri perut, dan disfagi.

Manifestasi Hematologi • anemia


pemeriksaan
PEMERIKSAAN penunjang
PENUNJANG:
❑Darah Lengkap
❑Reumathoid Factor
❑LED
❑Test ANA
❑Test Anti dsDNA
PENEGAKAN DIAGNOSIS :
DITEMUKAN 4 DARI 11 KRITERIA
BERIKUT :
TATALAKSANA:
29. D. Sistemik lupus eritematosus
a. Gagal jantung kongestif
b. Efusi pleura
c. Pneumonia-[opp.,/<<
d. Sistemik lupus eritematosus
e. Bisitopenia
30
Ny. Z, usia 46 tahun datang ke dokter dengan keluhan nyeri pada sendi jari-
jari tangan sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri berkurang dengan pergerakan, dan
terdapat kaku yang berlangsung selama sekitar 1 jam. Tanda vital dalam
batas normal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bentuk jari seperti
gambaran di bawah. Apakah nama kelainan tersebut?
a. Nodus herberden
b. Nodus bouchard
c. Swan neck deformity
d. Deviasi ulnaris
e. Boutonnniere deformity
30
Ny. Z, usia 46 tahun datang ke dokter dengan keluhan nyeri pada sendi jari-
jari tangan sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri berkurang dengan pergerakan, dan
terdapat kaku yang berlangsung selama sekitar 1 jam. Tanda vital dalam
batas normal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bentuk jari seperti
gambaran di bawah. Apakah nama kelainan tersebut?
a. Nodus herberden
b. Nodus bouchard
c. Swan neck deformity
d. Deviasi ulnaris
e. Boutonnniere deformity
RHEUMATOID
ARTHRITIS
DEFINISI :
Penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya
sinovitis erosif simetrik yang walaupun terutama
mengenai jaringan persendian, seringkali juga
melibatkan organ tubuh lainnya dan bersifat sistemik.
Manifestasi klinis
1. Nyeri pada banyak sendi (poliartrikular) secara simetris, dapat mengenai seluruh sendi
terutama sendi PIP (proximal interphalangeal), sendi MCP (metacarpophalangeal) atau MTP
(metatarsophalangeal), pergelangan tangan, bahu, lutut, dan kaki.
2. Sendi yang terkena: bengkak ,

3. Nyeri yang diperburuk dengan gerakan sehingga gerakan menjadi terbatas


4. Kekakuan pada pagi hari > 1 jam
5. Gejala konstitusional: malaise, demam, penurunan BB
Manifestasi
MANIFESTASI klinis:
KLINIS

Manifestasi artikular:
• Bengkak/efusi sendi
• nyeri tekan sendi
• sendi teraba hangat,
• deformitas (swan neck,
boutonniere, deviasi ulnar)
MANIFESTASI KLINIS :

• Kulit: terdapat nodul rheumatoid pada daerah yg banyak


menerima penekanan, vaskulitis.
• Mata dapat ditemukan kerato-konjungtivitis sicca yang
merupakan manifestasi sindrom Sjorgen, episkleritis/ skleritis.
Manifestasi Konjungtiva tampak anemia akibat penyakit kronik.
• Sistem respiratorik dapat ditemukan adanya radang sendi
ekstraartikular: krikoaritenoid, pneumonitis interstitial, efusi pleura, atau
fibrosis paru luas.
• Sistem kardiovaskuler dapat ditemukan perikarditis konstriktif,
disfungsi katup, fenomena embolisasi, gangguan konduksi,
aortritis, kardiomiopati.
pemeriksaan
PEMERIKSAAN penunjang
PENUNJANG
Pemeriksaan di pelayanan
Sarana kesehatan
kesehatan sekunder atau
primer : rujukan horizontal
• Pemeriksaan laju endap darah • Faktor reumatoid (RF) serum.
(LED) • Radiologi : pembengkakan
jaringan lunak, diikuti oleh
osteoporosis juxta-articular dan
erosi pada bare area tulang (erosi
pannus).
• ACPA (anti-cyclic citrullinated
peptide antibody) / anti-CCP
• CRP
• Analisis cairan sendi
PENEGAKAN DIAGNOSIS
30. E. Boutonnniere deformity
a. Nodus herberden
b. Nodus bouchard
c. Swan neck deformity
d. Deviasi ulnaris
e. Boutonnniere deformity
31
Pada pemeriksaan lanjutan pasien tersebut didapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium Anti CCP +, pasien sudah diberikan asam
mefenamat namun keluhan nyeri tidak membaik. Apakah terapi
bridging yang dapat diberikan untuk pasien?
a. Methotrexate
b. Meloxicam
c. Tramadol
d. Metilprednisolone
e. Gabapentin
31
Pada pemeriksaan lanjutan pasien tersebut didapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium Anti CCP +, pasien sudah diberikan asam
mefenamat namun keluhan nyeri tidak membaik. Apakah terapi
bridging yang dapat diberikan untuk pasien?
a. Methotrexate
b. Meloxicam
c. Tramadol
d. Metilprednisolone
e. Gabapentin
tatalaksana:
TATALAKSANA :
Pasien diberikan informasi untuk memproteksi sendi, terutama pada stadium akut dengan
menggunakan decker.

Pemberian obat anti inflamasi non-steroid, seperti: diklofenak 50-100 mg 2x/hari,


meloksikam 7,5–15 mg/hari, celecoxib 200-400 mg/sehari.

Pemberian golongan steroid, seperti: prednison atau metil prednisolon dosis rendah
(sebagai bridging therapy).

Fisioterapi

Rujuk untuk pemberian DMARD


31. D. Metilprednisolone
a. Methotrexate
b. Meloxicam
c. Tramadol
d. Metilprednisolone
e. Gabapentin
32
Ny. H, usai 57 tahun, datang ke IGD dengan keluhan tangan kanan sulit
digerakkan dan terkadang pasien merasakan kesemutan. Nyeri disangkal.
Pasien memiliki riwayat patah tulang 1 tahun lalu dan sudah dilakukan
operasi namun hanya kontrol 1 kali. Tanda vital dalam batas normal, dan
pada pemeriksaan rontgen didapatkan angulasi. Diagnosis yang mungkin
adalah?
a. Non-union
b. Union
c. Mal-union
d. Osteomyelitis akut
e. Osteomyelitis kronis
32
Ny. H, usai 57 tahun, datang ke IGD dengan keluhan tangan kanan sulit
digerakkan dan terkadang pasien merasakan kesemutan. Nyeri disangkal.
Pasien memiliki riwayat patah tulang 1 tahun lalu dan sudah dilakukan
operasi namun hanya kontrol 1 kali. Tanda vital dalam batas normal, dan
pada pemeriksaan rontgen didapatkan angulasi. Diagnosis yang mungkin
adalah?
a. Non-union
b. Union
c. Mal-union
d. Osteomyelitis akut
e. Osteomyelitis kronis
FRAKTUR
FRAKTUR
Terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan/atau tulang rawan yang
umum disebabkan oleh rudapaksa
Komplikasi (early)
Osteomyelitis
• Infeksi pada tulang.

Compartement Syndrome
• gejala kompleks disebabkan oleh peningkatan tekanan cairan jaringan dalam suatu
kompartemen (yang dibatasi oleh suatu jaringan fibro osseus) dari anggota gerak yang
mempengaruhi sirkulasi dan fungsi jaringan dalam kompartemen tersebut lebih dari
30 mmHg.
• Pain (nyeri), Paresthesia, Paralysis, Pallor (pucat), Pulselessness (hilangnya pulsasi),
Poikiloterm (dingin), puffiness (kulit yang tegang)
• Tatalaksana: Fasciotomi
Komplikasi (late)
Delayed Union
• Proses penyembuhan berjalan dalam waktu lebih lama daripada yang diperkirakan atau
normal ( lebih dari 4 bulan). Gambaran radiologis pada keadaan ini belum menampakkan
deformitas, sklerosis belum tampak pada ujung fragmen.
Non Union
• Suatu kegagalan penyembuhan tulang, terjadi pada masa lebih dari 8 bulan. Semua
proses reparatif sudah berhenti, tetapi kesinambungan tulang belum atau tidak tercapai,
ditandai dengan nyeri.
Mal Union
• Union pada posisi non anatomis, terdapat deformitas tulang seperti pemanjangan,
angulasi, dan translasi.
32. C. Mal-union
a. Non-union
b. Union
c. Mal-union
d. Osteomyelitis akut
e. Osteomyelitis kronis
33
Tn. S, usia 44 tahun, datang ke IGD setelah terjatuh dari Gedung 5 lantai saat bekerja
membersihkan kaca. Pasien mengeluhkan lemah pada seluruh ekstremitas atas dan
bawahnya disertai kesemutan. Riwayat penurunan kesadaran, mual muntah
disangkal. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal, kekuatan motorik
ekstremitas atas 2222/2222 dan bawah 1111/1111. Pasien belum BAK dan BAB sejak
kejadian, namun buli teraba penuh. Tatalaksana awal yang harus dilakukan adalah?
a. Pasang collar neck dan long spine board
b. Pasang jalur IV dan loading cairan
c. Airway management dengan head tilt, chin lift
d. Pasang kateter urin
e. Foto rontgen vertebra
33
Tn. S, usia 44 tahun, datang ke IGD setelah terjatuh dari Gedung 5 lantai saat bekerja
membersihkan kaca. Pasien mengeluhkan lemah pada seluruh ekstremitas atas dan
bawahnya disertai kesemutan. Riwayat penurunan kesadaran, mual muntah
disangkal. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal, kekuatan motorik
ekstremitas atas 2222/2222 dan bawah 1111/1111. Pasien belum BAK dan BAB sejak
kejadian, namun buli teraba penuh. Tatalaksana awal yang harus dilakukan adalah?
a. Pasang collar neck dan long spine board
b. Pasang jalur IV dan loading cairan
c. Airway management dengan head tilt, chin lift
d. Pasang kateter urin
e. Foto rontgen vertebra
Trauma medulla spinalis
• Trauma medulla spinalis adalah gangguan terhadap medulla spinalis yang
berdampak terhadap fungsi motorik, sensorik, atau otonom baik temporer
atau permanen.
• Klasifikasi → ASIA (American Spinal Injury Association) Impairment Scale
• Diagnosis :
• Laboratorium: AGD, laktat, DPL, UL
• Imaging: foto polos, CT Scan, MRI
• Tatalaksana
• ABCD
• Onset ≤ 8 𝑗𝑎𝑚 → MP IV bolus 30 mg/kg (15 menit) → jeda 45 menit: 5,4
mg/kg/jam (24/48 jam)
ASIA (American Spinal Injury Association)
Impairment Scale
33. A. Pasang collar neck dan long spine board
a. Pasang collar neck dan long spine board
b. Pasang jalur IV dan loading cairan
c. Airway management dengan head tilt, chin lift
d. Pasang kateter urin
e. Foto rontgen vertebra
34
Tn.Suhu usia 40 tahun, dibawa ke IGD akibat kelemahan mendadak pada kedua
ekstremitas bawah sejak 2 bulan lalu yang semakin memberat. Tidak ada
riwayat trauma. Pemeriksaan fisik ditemukan adanya paraparesis UMN dan
gibbus pada vertebra. Pemeriksaan rontgen vertebra ditemukan adanya
destruksi vertebra thoracal 3-5. Bagaimana tatalaksana selanjutnya pada
pasien tersebut?
a. Pemberian metilprednisolone IV
b. Pemberian tramadol IV
c. Pemberian antibiotik IV
d. Pemberian OAT lini pertama
e. Tatalaksana operasi segera
34
Tn. S usia 40 tahun, dibawa ke IGD akibat kelemahan mendadak pada kedua
ekstremitas bawah sejak 2 bulan lalu yang semakin memberat. Tidak ada
riwayat trauma. Pemeriksaan fisik ditemukan adanya paraparesis UMN dan
gibbus pada vertebra. Pemeriksaan rontgen vertebra ditemukan adanya
destruksi vertebra thoracal 3-5. Bagaimana tatalaksana selanjutnya pada
pasien tersebut?
a. Pemberian metilprednisolone IV
b. Pemberian tramadol IV
c. Pemberian antibiotik IV
d. Pemberian OAT lini pertama
e. Tatalaksana operasi segera
SPONDILITIS TB
Peradangan vertebra oleh
bakteri, biasanya oleh
M. Tuberkulosa, disebut juga
dengan Pott’s disease.

Penyakit ini ditandai dengan


terbentuknya gibbus dan
adanya abses paraspinal.
34. D. Pemberian OAT lini pertama
a. Pemberian metilprednisolone IV
b. Pemberian tramadol IV
c. Pemberian antibiotik IV
d. Pemberian OAT lini pertama
e. Tatalaksana operasi segera
35
Ny. M, usia 65 tahun, datang dengan keluhan nyeri punggung bawah,
yang tidak menjalar sejak 1 bulan lalu. Tidak ada riwayat trauma,
pasien sudah menopause sejak 10 tahun lalu, pada pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri tekan pada vertebra L3-L5, krepitus (-). Pemeriksaan
penunjang yang perlu disarankan adalah…
a. Bone scintigraphy
b. CT Scan kontras
c. MRI
d. PET Scan
e. Bone DXA
35
Ny. M, usia 65 tahun, datang dengan keluhan nyeri punggung bawah,
yang tidak menjalar sejak 1 bulan lalu. Tidak ada riwayat trauma,
pasien sudah menopause sejak 10 tahun lalu, pada pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri tekan pada vertebra L3-L5, krepitus (-). Pemeriksaan
penunjang yang perlu disarankan adalah…
a. Bone scintigraphy
b. CT Scan kontras
c. MRI
d. PET Scan
e. Bone DXA
OSTEOPOROSIS
DEFINISI
Osteoporosis adalah penyakit
sistemik dimana terjadi
penurunan massa tulang dan
perubahan microarsitektural
tulang yang menyebabkan
tulang menjadi rapuh
KLASIFIKASI
Osteoporosis Osteoporosis Osteoporosis
primer sekunder idiopatik
❑ Tipe1 • adanya penyakit yang • penyebabnya belum
- post menopause, mendasari atau akibat diketahui seperti
- kekurangan hormon obat-obatan osteoporosis juvenil,
estrogen,
osteoporosis adolesen
- post andropause
- kekurangan hormon
testosteron
❑ Tipe 2
(osteoporosis senilis/penuaan)
FAKTOR RISIKO
1. Kurang aktivitas fisik
2. Asupan kalsium rendah
3. Kekurangan protein
4. Kekurangan asupan vitamin D
5. Konsumsi alkohol dan kafein
6. Merokok
7. Hormon estrogen rendah
8. Konsumsi obat (contoh: steroid)
9. Riwayat keluarga
10. Jenis kelamin perempuan
MANIFESTASI KLINIS
1. Kebanyakan asimtomatik

2. Terdapat fraktur patologis, yaitu fraktur dimana pada orang


normal dengan beban tulang tersebut tidak terjadi fraktur

3. Kifosis, tinggi badan berkurang


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto rontgen

Densitometri DEXA

Pemeriksaan lab darah:


• Kadar kalsium serum
• Alkali fosfatase
• Kreatinin serum
• Kadar TSH
• Kadar PTH
TATALAKSANA
Perubahan gaya hidup

Pemberian vitamin D

Asupan kalsium

Bifosfonat → terapi utama

Pemberian raloksifen (golongan SERM)

Terapi pengganti hormonal

Pemberian strontium ranelat


35. E. Bone DXA
a. Bone scintigraphy
b. CT Scan kontras
c. MRI
d. PET Scan
e. Bone DXA
36
Ny. K, usia 32 tahun yang merupakan seorang alkoholisme sejak muda
datang dengan keluhan mudah lelah. Diketahui 3 tahun yang lalu
melahirkan anak dengan bibir sumbing. Pada pemeriksaan didapatkan
konjungtiva anemis. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 9,2
g/dl, MCV 115 fl. Diagnosis pasien ini adalah?
a. Anemia defisiensi besi
b. Anemia pernisiosa
c. Anemia defisiensi asam folat
d. Thalasemia
e. Polisitemia vera
36
Ny. K, usia 32 tahun yang merupakan seorang alkoholisme sejak muda
datang dengan keluhan mudah lelah. Diketahui 3 tahun yang lalu
melahirkan anak dengan bibir sumbing. Pada pemeriksaan didapatkan
konjungtiva anemis. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 9,2
g/dl, MCV 115 fl. Diagnosis pasien ini adalah?
a. Anemia defisiensi besi
b. Anemia pernisiosa
c. Anemia defisiensi asam folat
d. Thalasemia
e. Polisitemia vera
Anemia
Anemia Makrositer
Anemia Megaloblastik
Anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah
merah yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA. Biasanya
disebabkan oleh defisiensi asam folat ataupun defisiensi vitamin
B12.
Anemia Defisiensi Asam Folat
Etiologi :
• Asupan yang kurang :
• Gangguan absorpsi (kongenital dan didapat)
• Kebutuhan yang meningkat (percepatan pertumbuhan, anemia hemolitik
kronis, penyakit keganasan, keadaan hipermetabolisme, penyakit kulit
ekstensif, sirosis hepatis,
• Gangguan metabolisme asam folat (kongenital dan didapat)
• Peningkatan ekskresi: dialisis kronis, penyakit hati, penyakit jantung
Manifestasi klinis
• Gejala klasik anemia, namun pada ibu hamil dapat terjadi
anenchepalus atau polidiramnion
• Pemeriksaan penunjang: Hb ↓, MCV↑, kadar asam folat serum
menurun
Manifestasi klinis
Kekurangan asam folat sangat berpengaruh pada perkembangan
sistem saraf utama otak dan tulang belakang janin.
Jika perkembangan sistem saraf utama terganggu, maka akan
mempengaruhi perkembangan janin, yaitu:
• Neural tube defect (spina bifida, anensefali, encephalocele)
• Pembentukan tulang-tulang kepala, termasuk wajah
(menyebabkan sumbing)
• Sistem hormon
• Perkembangan pusat kecerdasan (gangguan belajar)
• Sistem motorik
Tatalaksana
Suportif : pebanyak makan sayur dan buah
Pemberian asam folat : 1 x 4 mg
Profilaksis pada ibu hamil : 1 x 400 mcgram
36. C. Anemia defisiensi asam folat
a. Anemia defisiensi besi
b. Anemia pernisiosa
c. Anemia defisiensi asam folat
d. Thalasemia
e. Polisitemia vera
37
Ny. R usia 28 tahun baru saja melahirkan seorang bayi dengan spina
bifida. Pada pemeriksaan didapatkan konjungtiva anemis. Dari
pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 7,7 g/dL, MCV 120 fl. Diagnosa
pada pasien ini adalah?
a. Anemia akibat penyakit kronis
b. Anemia defisiensi besi
c. Anemia defisiensi asam folat
d. Anemia defisiensi vitamin B12
e. AIHA
37
Ny. R usia 28 tahun baru saja melahirkan seorang bayi dengan spina
bifida. Pada pemeriksaan didapatkan konjungtiva anemis. Dari
pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 7,7 g/dL, MCV 120 fl. Diagnosa
pada pasien ini adalah?
a. Anemia akibat penyakit kronis
b. Anemia defisiensi besi
c. Anemia defisiensi asam folat
d. Anemia defisiensi vitamin B12
e. AIHA
Anemia
Anemia Makrositer
Anemia Megaloblastik
Anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah
merah yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA. Biasanya
disebabkan oleh defisiensi asam folat ataupun defisiensi vitamin
B12.
Anemia Defisiensi Asam Folat
Etiologi :
• Asupan yang kurang :
• Gangguan absorpsi (kongenital dan didapat)
• Kebutuhan yang meningkat (percepatan pertumbuhan, anemia hemolitik
kronis, penyakit keganasan, keadaan hipermetabolisme, penyakit kulit
ekstensif, sirosis hepatis,
• Gangguan metabolisme asam folat (kongenital dan didapat)
• Peningkatan ekskresi: dialisis kronis, penyakit hati, penyakit jantung
Spina Bifida
Gangguan penutupan neural tube yang menyebabkan terjadinya malformasi
kongenital dan memengaruhi sistem saraf. Normalnya neural tube terbentuk
dan akhirnya menutup. Pada spina bifida, neural tube gagal berkembang dan
menutup sempurna, sehingga menimbulkan defek pada spinal cord dan
vertebra.

Faktor Risiko
• Kekurangan asam folat ibu selama masa kehamilan
Manifestasi klinis
• Gejala klasik anemia, namun pada ibu hamil dapat terjadi
anenchepalus atau polidiramnion
• Pemeriksaan penunjang: Hb ↓, MCV↑, kadar asam folat serum
menurun
Tatalaksana
Suportif : pebanyak makan sayur dan buah
Pemberian asam folat : 1 x 4 mg
Profilaksis pada ibu hamil : 1 x 400 mcgram
37. C. Anemia defisiensi asam folat
a. Anemia akibat penyakit kronis
b. Anemia defisiensi besi
c. Anemia defisiensi asam folat
d. Anemia defisiensi vitamin B12
e. AIHA
38
Ny. D usia 25 tahun datang ke dokter dengan keluhan lemas dan pucat yang
memberat sejak 1 minggu yang lalu. Pasien sedang menjalani diet ketat dalam 1
tahun terakhir. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda vital dalam batas normal,
konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, tidak ada hepatomegali dan splenomegali.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 9 g/dL, leukosit 5.600, trombosit
245.000, MCV 110, dan apusan darah sebagai berikut:

Diagnosis pasien ini adalah?


a. Anemia megaloblastik
b. Anemia defisiensi besi
c. Anemia penyakit kronis
d. Anemia ec thalasemia
e. Anemia hemolitik autoimun
38
Ny. D usia 25 tahun datang ke dokter dengan keluhan lemas dan pucat yang
memberat sejak 1 minggu yang lalu. Pasien sedang menjalani diet ketat dalam 1
tahun terakhir. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda vital dalam batas normal,
konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, tidak ada hepatomegali dan splenomegali.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 9 g/dL, leukosit 5.600, trombosit
245.000, MCV 110, dan apusan darah sebagai berikut:

Diagnosis pasien ini adalah?


a. Anemia megaloblastik
b. Anemia defisiensi besi
c. Anemia penyakit kronis
d. Anemia ec thalasemia
e. Anemia hemolitik autoimun
Anemia
Anemia Makrositer
Anemia Megaloblastik
Anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah
merah yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA. Biasanya
disebabkan oleh defisiensi asam folat ataupun defisiensi vitamin
B12.
Anemia Defisiensi B12
Etiologi :
• asupan yang kurang
• Penyerapan yang terganggu
• Penyakit celIac
• Pankreatitis kronis
• Reseksi dan bypass ileum
Manifestasi klinis
• Gejala yang tak spesifik seperti lemah, lelah, gagal tumbuh atau
iritabel
• Gejala pucat, glositis, muntah, diare
• Gejala neurologis : parestesia, defisit sensori, hipotonia, kejang,
keterlambatan perkembangan regresi, perkembangan dan
perubahan neuropsikiatrik.
• Pemeriksaan penunjang:
• Hb ↓, mcv↑, kadar serum vit b12 menurun
• Tes schilling dengan cara radiolabeleled b12 absorption test akan
menunjukkan absorbsi kobalamin yang rendah yang menjadi
normal setelah pemberian faktor intrinsik lambung
Tatalaksana
• Suportif : pebanyak makan sayur dan buah
• Pemberian vitamin B12
38. A. Anemia megaloblastik
a. Anemia megaloblastik
b. Anemia defisiensi besi
c. Anemia penyakit kronis
d. Anemia ec thalasemia
e. Anemia hemolitik autoimun
39
Ny. J usia 30 tahun dalam keadaan hamil 5 bulan, datang dengan keluhan
lemah, tangan dan jari-jarinya menjadi memucat, pasien juga mengeluh
timbul sariawan pada sudut bibir. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan TD
110/80 mmHg, Nadi 100x/m, RR 24x/m,Suhu 36 C. Hasil laboratorium
didapatkan Hb 10 mg/dL dengan gambaran mikrositik hipokrom. Tatalaksana
yang paling optimal adalah?
a. Asam folat
b. Piridoksin
c. Sulfas ferrous + asam askorbat
d. Sulfas ferrous
e. Sulfas ferrous + kafein
39
Ny. J usia 30 tahun dalam keadaan hamil 5 bulan, datang dengan keluhan
lemah, tangan dan jari-jarinya menjadi memucat, pasien juga mengeluh
timbul sariawan pada sudut bibir. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan TD
110/80 mmHg, Nadi 100x/m, RR 24x/m,Suhu 36 C. Hasil laboratorium
didapatkan Hb 10 mg/dL dengan gambaran mikrositik hipokrom. Tatalaksana
yang paling optimal adalah?
a. Asam folat
b. Piridoksin
c. Sulfas ferrous + asam askorbat
d. Sulfas ferrous
e. Sulfas ferrous + kafein
Anemia
• Berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi
hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah.
• Menurut kriteria WHO : Kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada
pria dan di bawah 12 g% pada wanita.
Klasifikasi Anemia

Nilai normal
MCV: 82-92 fl
MCH: 27-32 pg
MCHC: 32-37 %
Anemia Defisiensi Besi
Anemia yang disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi. Sumber
besi 90% berasal dari makanan, yaitu dalam bentuk senyawa besi
inoerganik feri (Fe3+), agar diserap dalam usus besinya harus diubah
dulu menjadi bentuk fero (Fe2+).
Klasifikasi derajat defisiensi besi dibagi
menjadi 3 tingkatan:
1. Deplesi besi (iron depleted state)

Cadangan Fe ↓ namun kadar Hb masih normal belum ada gejala klinis

2. Eritropoiesis defisiensi besi (iron deficient eythropoiesis)

Cadangan Fe ↓/(-), saturasi transferin < 15%, serum Fe ↓, TIBC↑, Anemia (-)

3. Anemia defisiensi besi

Cadangan Fe ↓↓/(-), saturasi transferin < 10%, serum Fe ↓, TIBC↑↑, Anemia (+) , sudah ada gejala klinis
anemia
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah: Hemoglobin
(Hb), hematokrit (Ht), leukosit,
Trombosit, jumlah eritrosit,
morfologi darah tepi (apusan
darah tepi), MCV↓, MCH↓,
MCHC ↓, feses rutin, dan urin
rutin
• Pemeriksaan Khusus (dilakukan di
layanan sekunder) :
• Serum iron ↓, TIBC ↑, saturasi
transferrin ↓, dan feritin serum ↓
Penatalaksanaan
• Setelah penegakan diagnosis dapat diberikan sulfas ferrosus oral 3
x 200 mg (200 mg mengandung 66 mg besi elemental) dapat
ditambah pemberian vitamin C (asam askorbat)
• Pemberian besi dilakukan sampai 3-6 bulan setelah Hb normal.
Penatalaksanaan
Preparat Besi Parenteral
Indikasi:
• Intoleransi terhadap pemberian besi oral
• Penyerapan besi terganggu pasien pasca gastrektomi
• Keadaan di mana kehilangan darah yang banyak sehingga tidak dapat
dikompensasi dengan pemberian besi oral
• Preparat yang tersedia: iron dextran complex (mengandung 50 mg besi/ml)
diberikan IV perlahan, dengan perhitungan :
• Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 2,4 + 500 mg
39. C. Sulfas ferrous + asam askorbat
a. Asam folat
b. Piridoksin
c. Sulfas ferrous + asam askorbat
d. Sulfas ferrous
e. Sulfas ferrous + kafein
40
Tn. O berusia 37 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan lemah lesu sejak 6
bulan. Pasien diketahui menderita penyakit paru menahun, Pada
pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva palpebra anemis. Pada
pemeriksaan hematologi ditemukan Hb 9 gr/dL, eritrosit mikrositik
hipokrom. Pada pemeriksaan status besi ditemukan feritin meningkat.
Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Thalassemia
b. Anemia sel sabit
c. Anemia defisiensi besi
d. Anemia megaloblastik
e. Anemia akibat penyakit menahun
40
Tn. O berusia 37 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan lemah lesu sejak 6
bulan. Pasien diketahui menderita penyakit paru menahun, Pada
pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva palpebra anemis. Pada
pemeriksaan hematologi ditemukan Hb 9 gr/dL, eritrosit mikrositik
hipokrom. Pada pemeriksaan status besi ditemukan feritin meningkat.
Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Thalassemia
b. Anemia sel sabit
c. Anemia defisiensi besi
d. Anemia megaloblastik
e. Anemia akibat penyakit menahun
Anemia

Nilai normal
MCV: 82-92 fl
MCH: 27-32 pg
MCHC: 32-37 %
Diagnosis

Serum Iron ↓
Karena asupan besi yang Karena aktifitas
kurang Ferritin ↓ Ferritin ↑ mobilisasi besi sistem
retikuloendotelial ke
plasma menurun

Anemia Anemia
Defisiensi Besi Penyakit Kronis
40. E. Anemia akibat penyakit menahun
a. Thalassemia (gejala khas)
b. Anemia sel sabit (kelainan pada bentuk Hb seperti bulan sabit yang
mudah pecah)
c. Anemia defisiensi besi
d. Anemia megaloblastik (makrositik)
e. Anemia akibat penyakit menahun
41.
Tn V usia 23 tahun datang dengan keluhan diare sejak 2 hari yang lalu
dengan frekuensi 5-6x/hari. Keluhan diare tidak disertai dengan lendir dan
darah. Pemeriksaan tanda vital TD 120/70mmHg nadi 80x/m RR 18x/m suhu
afebris. Pemeriksaan fisik nyeri tekan epigastrium. Pemeriksaan darah
didapatkan eosinophilia. Pemeriksaan analisis fases didapatkan larva
rhabditiform. Etiologi yang tepat pada kasus pasien adalah?
a. Ancylostoma duodenale
b. Necator americanus
c. Ascaris lumbricoides
d. Strongyloides stercoralis
e. Trichuris trichiura
41.
Tn V usia 23 tahun datang dengan keluhan diare sejak 2 hari yang lalu
dengan frekuensi 5-6x/hari. Keluhan diare tidak disertai dengan lendir dan
darah. Pemeriksaan tanda vital TD 120/70mmHg nadi 80x/m RR 18x/m suhu
afebris. Pemeriksaan fisik nyeri tekan epigastrium. Pemeriksaan darah
didapatkan eosinophilia. Pemeriksaan analisis fases didapatkan larva
rhabditiform. Etiologi yang tepat pada kasus pasien adalah?
a. Ancylostoma duodenale
b. Necator americanus
c. Ascaris lumbricoides
d. Strongyloides stercoralis
e. Trichuris trichiura
STRONGILOIDASIS
Definisi

Infeksi yang disebabkan oleh Strongyloides stercoralis, cacing


yang biasanya hidup di kawasan tropik dan subtropik.

Infeksi cacing ini bisa menjadi sangat berat dan berbahaya


pada mereka yang dengan status imun menurun seperti pada
pasien HIV/AIDS, transplantasi organ serta pada pasien yang
mendapatkan pengobatan kortikosteroid jangka panjang
Manifestasi Klinis
Anamnesis Faktor Risiko Pemeriksaan Fisik

• Asimtomatis • Kurangnya penggunaan • Timbul kelainan pada kulit


• Rasa gatal pada kulit jamban. “creeping eruption” berupa
• Pada infeksi sedang dapat • Tanah yang terkontaminasi papul eritema yang menjalar
menimbulkan gejala seperti dengan tinja yang dan tersusun linear atau
ditusuk-tusuk di daerah mengandung larva berkelok-kelok meyerupai
epigastrium dan tidak Strongyloides stercoralis. benang dengan kecepatan 2
menjalar • Penggunaan tinja sebagai cm per hari. Predileksi
pupuk. penyakit ini terutama pada
• Mual, muntah
daerah telapak kaki, bokong,
• Diare dan konstipasi saling • Tidak menggunakan alas
genital dan tangan.
bergantian kaki saat bersentuhan
dengan tanah. • Pemeriksaan generalis: nyeri
epigastrium
Strongyloidiasis

Rhabditiform larva of S. stercoralis in an unstained wet mount of stool. Notice


the rhabditoid esophagus (blue arrow) and prominent genital primordium (red
arrow)
Penatalaksanaan
Pemberian Albendazol
menjadi terapi pilihan
saat ini dengan dosis
400 mg, 1-2 x sehari,
selama 3 hari, atau

Mebendazol 100 mg,


3xsehari, selama 2
atau 4 minggu.
41. D Strongyloides stercoralis
a. Ancylostoma duodenale
b. Necator americanus
c. Ascaris lumbricoides
d. Strongyloides stercoralis
e. Trichuris trichiura
42.
Ny H usia 32 tahun datang dengan keluhan demam sejak 1 minggu yang lalu.
Keluhan disertai dengan menggigil dan keluar keringat. Pasien mengikuti suami
bekerja di Papua. Pemeriksaan tanda vital TD 110/60mmHg nadi 103x/m RR 20x/m
suhu 37,90C BB 65kg. Pemeriksaan apusan darah ditemukan accole ring pada
eritrosit. Tatalaksana awal yang tepat pada pasien adalah?
a. Dihidroartemisinin + Piperakuin 4 tablet (3 hari) + Primakuin 4 tablet (1 hari)
b. Dihidroartemisinin + Piperakuin 4 tablet (3 hari) + Primakuin 1 tablet (1 hari)
c. Dihidroartemisinin + Piperakuin 4 tablet (3 hari) + Primakuin 3 tablet (14 hari)
d. Dihidroartemisinin + Piperakuin 4 tablet (3 hari) + Primakuin 1 tablet (3 hari)
e. Dihidroartemisinin + Piperakuin 4 tablet (3 hari) + Primakuin 1 tablet (14 hari)
42.
Ny H usia 32 tahun datang dengan keluhan demam sejak 1 minggu yang lalu.
Keluhan disertai dengan menggigil dan keluar keringat. Pasien mengikuti suami
bekerja di Papua. Pemeriksaan tanda vital TD 110/60mmHg nadi 103x/m RR 20x/m
suhu 37,90C BB 65kg. Pemeriksaan apusan darah ditemukan accole ring pada
eritrosit. Tatalaksana awal yang tepat pada pasien adalah?
a. Dihidroartemisinin + Piperakuin 4 tablet (3 hari) + Primakuin 4 tablet (1 hari)
b. Dihidroartemisinin + Piperakuin 4 tablet (3 hari) + Primakuin 1 tablet (1 hari)
c. Dihidroartemisinin + Piperakuin 4 tablet (3 hari) + Primakuin 3 tablet (14 hari)
d. Dihidroartemisinin + Piperakuin 4 tablet (3 hari) + Primakuin 1 tablet (3 hari)
e. Dihidroartemisinin + Piperakuin 4 tablet (3 hari) + Primakuin 1 tablet (14 hari)
MALARIA
Definisi
Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles betina. Dikenal 5 (lima) macam spesies yaitu:

Plasmodium Falciparum,

Plasmodium Vivax

Plasmodium Ovale

Plasmodium Malariae

Plasmodium Knowlesi. Parasit yang terakhir disebutkan ini belum banyak dilaporkan di Indonesia.
Manifestasi Klinis

Sifat demam akut Selain gejala klasik


(paroksismal) : Gejala klasik ini di atas, dapat
Didahului oleh biasanya ditemukan ditemukan gejala
Gejala demam
stadium dingin pada penderita non lain seperti nyeri
tergantung jenis
(menggigil) diikuti imun (berasal dari kepala, mual,
malaria.
demam tinggi daerah non muntah, diare,
kemudian endemis). pegal-pegal, dan
berkeringat banyak. nyeri otot .
Diagnosis

Gejala utama demam

Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan


pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau uji
diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test=RDT).
Manifestasi klinis

Anamnesis
Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.

Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.

Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.

Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.


Manifestasi klinis

Pemeriksaan fisik
Suhu tubuh aksiler ≥ 37,5 °C
Konjungtiva atau telapak tangan pucat
Sklera ikterik
Pembesaran Limpa (splenomegali)
Pembesaran hati (hepatomegali)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan dengan mikroskop


• Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/lapangan/ rumah
• sakit/laboratorium klinik untuk menentukan:
• a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
• b) Spesies dan stadium plasmodium.
• c) Kepadatan parasit.
b. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
• Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
• menggunakan metoda imunokromatografi.
Siklus Hidup
Plasmodium
Perbedaan Setiap Morfologi Plasmodium
Morfologi P. Falciparum P. Vivax P. Ovale P. Malariae

Jenis Malaria Tropikana Tertiana Tertiana Kuartana

Bentuk Stadium Ringform, accole


Ameboid, ring Pita, Rectagular
Tropozoit ring

Bentuk stadium
- - - Bunga (rosette)
Skizont

Bentuk Stadium Bulan sabit, pisang,


Sferis Sferis Sferis
Gametosit sosis

Eritrosit Normal Lebih besar, pucat Lebih besar, ovale normal


Maurer spots (large Schufner dots (small
Tanda Khas James dot, Japs dot Ziemann’s dots
red dots) red dots)
Morfologi
Plasmodium
Malaria Berat
Malaria berat adalah ditemukannya Plasmodium falciparum stadium aseksual
dengan minimal satu dari Manifestasi klinis (WHO, 2015):
• Perubahan kesadaran
• Kelemahan otot
• Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
• Distres pernafasan
• Gagal sirkulasi atau syok
• Jaundice (bilirubin>3mg/dL dan
• Hemoglobinuria
• Perdarahan spontan abnormal
• Edema paru (radiologi, saturasi Oksigen <92%
• Hiperparasitemia : Kepadatan parasit >100.000)
Malaria Berat
Gambaran laboratorium

• Hipoglikemi
• Asidosis metabolik
• Anemia berat
• Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit /μL
di daerah endemis rendah atau > 5% eritrosit atau 100.0000
parasit /μl di daerah endemis tinggi
• Hiperlaktemia
• Hemoglobinuria
• Gangguan fungsi ginjal
Pengobatan Malaria Secara Umum
P. Falciparum +
Malaria Malaria vivaks Malaria
Malaria Vivaks Malaria ovale P.
Falcifarum yang relaps malariae
vivax/P.ovale

Regimen ACT
ACT 3 hari +
yang sama tapi
Primakuin
ACT 3 hari + ACT 3 hari + dosis ACT 3 hari +
dengan dosis
Primakuin 1 Primakuin 14 Primakuin Primakuin 14 ACT 3 hari
0,25
hari hari ditingkatkan hari
mg/kgBB/hari
menjadi 0,5
selama 14 hari
mg/kgBB/hari.

➢ Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25 mg/kgBB,
dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB.
➢ ACT = Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP)
42. B Dihidroartemisinin + Piperakuin 4
tablet (3 hari) + Primakuin 1 tablet (1 hari)
a. Dihidroartemisinin + Piperakuin 4 tablet (3 hari) + Primakuin 4
tablet (1 hari)
b. Dihidroartemisinin + Piperakuin 4 tablet (3 hari) + Primakuin 1
tablet (1 hari)
c. Dihidroartemisinin + Piperakuin 4 tablet (3 hari) + Primakuin 3
tablet (14 hari)
d. Dihidroartemisinin + Piperakuin 4 tablet (3 hari) + Primakuin 1
tablet (3 hari)
e. Dihidroartemisinin + Piperakuin 4 tablet (3 hari) + Primakuin 1
tablet (14 hari)
43.
Tn PK usia 35 tahun datang dengan keluhan diare berdarah sejak 3 hari
yang lalu. Keluhan juga disertai dengan demam, mual dan muntah.
Pemriksaan tanda vital TD 120/70mmHg nadi 92x/m RR 18x/m suhu
37,90C. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan perut kiri.
Pemeriksaan penunjang yang tepat pada kasus adalah?
a. Endoskopi
b. Kultur fases
c. Kolonoskopi
d. Barium enema
e. Urea breath test
43.
Tn PK usia 35 tahun datang dengan keluhan diare berdarah sejak 3 hari
yang lalu. Keluhan juga disertai dengan demam, mual dan muntah.
Pemriksaan tanda vital TD 120/70mmHg nadi 92x/m RR 18x/m suhu
37,90C. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan perut kiri.
Pemeriksaan penunjang yang tepat pada kasus adalah?
a. Endoskopi
b. Kultur fases
c. Kolonoskopi
d. Barium enema
e. Urea breath test
DISENTRI BASILER DAN DISENTRI
AMOEBA
Manifestasi Klinis
Anamnesis
• Sakit perut terutama sebelah kiri dan buang air besar encer secara terus menerus bercampur lendir
dan darah
• Muntah-muntah
• Sakit kepala
• Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan oleh S. dysentriae dengan gejalanya
timbul mendadak dan berat, dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong.

Faktor Risiko
• Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang.

Pemeriksaan Fisik
• Febris
• Nyeri perut pada penekanan di bagian sebelah kiri
• Terdapat tanda-tanda dehidrasi
• Tenesmus
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan
Pemeriksaan tinja
darah
Shigella sp.
Diagnosis Banding
Infeksi Eschericiae coli

Infeksi Escherichia coli


Enteroinvasive (EIEC)

Infeksi Escherichia coli


Enterohemoragik (EHEC)
Komplikasi
Haemolytic uremic syndrome (HUS)

Hiponatremia berat

Hipoglikemia berat

Komplikasi intestinal seperti toksik megakolon,


prolaps rektal, peritonitis dan perforasi
Penatalaksanaan
Disentri Basiler

• Siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3 hari


• Azithromisin diberikan 1 gram dosis tunggal
• Sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari

Disentri Amuba

• Metronidazol 500 mg 3x sehari selama 3-5 hari


*Pemberian Siprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap anak-anak dan wanita
hamil.
43. B Kultur fases
a. Endoskopi
b. Kultur fases
c. Kolonoskopi
d. Barium enema
e. Urea breath test
44.
Tn U usia 28 tahun datang dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan juga disertai dengan nyeri kepala, mual dan muntah. Riwayat rumah
pasien terkena banjir 10 hari yang lalu. Pemeriksaan tanda vital
110/80mmHg nadi 100x/m RR 20x/m suhu 380C. Pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva suffusion, icterus, splenomegali, dan nyeri tekan
gastrocnemius. Pemeriksaan laboratorium BUN 50, kreatinin 3, Kalium 2,8.
Pernyataan yang benar mengenai kasus diatas adalah, kecuali?
a. Diagnosis pasien adalah Weil Disease
b. Doksisiklin merupakan terapi utama pada pasien
c. Etiologi penyebab adalah Leptospira
d. Penyakit ini adalah penyakit zoonotik
e. Penyakit pasien terdiri atas fase febris dan fase imun
44.
Tn U usia 28 tahun datang dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan juga disertai dengan nyeri kepala, mual dan muntah. Riwayat rumah
pasien terkena banjir 10 hari yang lalu. Pemeriksaan tanda vital
110/80mmHg nadi 100x/m RR 20x/m suhu 380C. Pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva suffusion, icterus, splenomegali, dan nyeri tekan
gastrocnemius. Pemeriksaan laboratorium BUN 50, kreatinin 3, Kalium 2,8.
Pernyataan yang benar mengenai kasus diatas adalah, kecuali?
a. Diagnosis pasien adalah Weil Disease
b. Doksisiklin merupakan terapi utama pada pasien
c. Etiologi penyebab adalah Leptospira
d. Penyakit ini adalah penyakit zoonotik
e. Penyakit pasien terdiri atas fase febris dan fase imun
LEPTOSPIROSIS
Definisi
Leptosiprosis disebabkan spesies
patogenik dari genus Leptospira, suatu
bakteri spirochaeta aerob obligat.

Leptospira bersarang di tubulus ginjal


pejamu mamalia dan keluar di urin. Di
daerah tropik, paparan terutama melalui
aktivitas pekerjaan seperti bersawah
Patogenesis dan Patologi
Transmisi infeksi dari hewan ke manusia biasanya
terjadi melalui kontak dengan air atau tanah
lembap yang terkontaminasi. Leptospira masuk
ke sirkulasi manusia melalui penetrasi kulit
terabrasi atau membran mukosa intak (mata,
mulut, nasofaring, atau esofagus).

Pada kasus berat, temuan mikroskopik adalah


vaskulitis sistemik dengan cedera endotel, sel
endotel rusak dengan berbagai derajat
pembengkakan dan nekrosis.
Manifestasi Klinis

Leptospirosis Anikterik
Setelah beberapa hari (2-3
hari), pada beberapa pasien
Terdapat juga mialgia
gejala kembali muncul,
Fase akut dicirikan oleh dengan karakteristik nyeri
disebut fase kedua atau fase
demam awitan mendadak, Demam sering melebihi tekan betis, paha, abdomen,
imun. Muncul antibodi IgM,
menggigil, nyeri kepala 40oC dan didahului dan regio paraspinal
karena itu fase imun. Gejala
retroorbita, anoreksia, nyeri kekakuan. (lumbosakral), Nyeri tekan
utama fase ini adalah
perut, mual, dan muntah. abdomen dapat menyerupai
meningitis pada 50% kasus,
akut abdomen.
mungkin terjadi neuritis
optik dan neuropati perifer
Manifestasi Klinis

Leptospirosis Ikterik (Penyakit Weil)


Kematian dapat terjadi
akibat perdarahan
Ikterus tampak pertama subaraknoid dan
Dicirikan oleh ikterus, Prognosis tidak ditentukan
kali antara hari ke-5 hingga perdarahan masif saluran
disfungsi ginjal, dan oleh derajat ikterus,
ke-9, Perdarahan seperti cerna. Faktor utama
perdarahan. Meskipun namun oleh adanya ikterus
purpura, petekie, penyebab cedera ginjal
ikterus merupakan tanda karena semua kematian
epistaksis, perdarahan gusi akut pada leptospirosis
utama, kematian bukan pada leptospirosis terjadi
sering pada penyakit yang adalah nefrotoksisitas
disebabkan oleh gagal hati. pada kasus ikterik.
berat. langsung dari leptospira
dan respons imun yang
diinduksi toksin.
Diagnosis

Klinis
Setiap pasien demam akut mempunyai riwayat, setidaknya 2 hari
tinggal di daerah banjir atau memiliki risiko tinggi terpapar (berjalan kaki di banjir atau air yang terkontaminasi, kontak
dengan cairan dari hewan, berenang di air banjir atau menelan air yang terkontaminasi dengan atau tanpa luka
dan menunjukkan setidaknya dua dari gejala berikut: mialgia, nyeri tekan betis, injeksi konjungtiva, menggigil, nyeri perut,
sakit kepala, ikterus, atau oliguria.
Klasifikasi

LEPTOSPIROSIS

Ringan Berat
Leptospirosis Ringan

Tidak ada
Sklera Keluaran urin yang
Tanda vital stabil meningismus/
anikterik/ikterik baik
iritasi meningen

Dapat
Tidak ada sulit Ditatalaksana
mengonsumsi
bernapas atau dengan rawat
obat per oral
ikterus jalan.
dianggap
Leptospirosis Sedang-berat
nyeri perut,
Tanda vital oliguria/
Ikterus mual, muntah
tidak stabil anuria
dan diare

meningismus/
sepsis/ syok Perubahan
iritasi Sulit bernapas
sepsis status mental
meninges

Hemoptisis Perlu dirawat


dianggap inap.
Pemeriksaan Penunjang
Dari sampel darah dan cairan serebrospinal pada
hari ke-7 s/d ke-10

Dari urin selama minggu kedua dan ketiga.

Kultur dan isolasi masih menjadi baku emas

Tetapi membutuhkan media khusus dengan waktu


inkubasi beberapa minggu, dan membutuhkan
mikroskop lapangan gelap (dark field microscop)
Penatalaksanaan
Leptospirosis Ringan Leptospirosis Sedang-Berat
Antibiotik Dosis Antibiotik Dosis
Agen Lini Pertama
Doksisiklin 100 mg 2x/hari PO Penisilin G 1.5 juta unit setiap 6-8 jam

Agen Alternatif
Amoksisilin 500 mg, 4x/hari atau 1g Ampisilin IV 0.5-1 g setiap 6 jam
setiap 8 jam PO
Ampisilin 500-750 mg 4x/hari Azitromisin dihidrat 500 mg/hari selama 5 hari

Azitromisin dihidrat Inisial 1 g, dilanjutkan 500 Seftriakson 1 g setiap 24 jam


mg/hari untuk 2 hari
Sefotaksim 1 g setiap 6 jam
berikutnya

*Antibiotik harus diberikan selama 7 hari, kecuali azitromisin dihidrat selama 3 hari
Pencegahan

Dapat bermanfaat pada


Pencegahan infeksi orang berisiko tinggi untuk
menggunakan doksisiklin periode singkat, misalnya
200 mg 1 kali seminggu anggota militer dan pekerja
agrikultur tertentu.
44. B Doksisiklin merupakan terapi utama
pada pasien
a. Diagnosis pasien adalah Weil Disease
b. Doksisiklin merupakan terapi utama pada pasien
c. Etiologi penyebab adalah Leptospira
d. Penyakit ini adalah penyakit zoonotik
e. Penyakit pasien terdiri atas fase febris dan fase imun
45.
Tn J usia 35 tahun datang dengan riwayat memiliki penyakit AIDs sejak
2 tahun yang lalu. Saat ini jumlah CD4 100. Pasien belum mendapatkan
obat profilaksis infeksi oportunistik paru. Terapi profilaksis yang tepat
pada pasien adalah?
a. Ciprofoloxacin 2x500 mg PO
b. Kloramfenikol 4x500 mg PO
c. Rifampisin 1x600 mg PO
d. Cefixime 2x100 mg P0
e. Cotrimoxazole 1x960 mg PO
45.
Tn J usia 35 tahun datang dengan riwayat memiliki penyakit AIDs sejak
2 tahun yang lalu. Saat ini jumlah CD4 100. Pasien belum mendapatkan
obat profilaksis infeksi oportunistik paru. Terapi profilaksis yang tepat
pada pasien adalah?
a. Ciprofoloxacin 2x500 mg PO
b. Kloramfenikol 4x500 mg PO
c. Rifampisin 1x600 mg PO
d. Cefixime 2x100 mg P0
e. Cotrimoxazole 1x960 mg PO
Pemberian kotrimoksasol sebagai profilaksis primer
Indikasi Saat penghentian Dosis Pemantauan
Bila tidak tersedia pemeriksaan 2 tahun setelah penggunaan 960 mg/ hari dosis Efek samping berupa tanda hipersensitivitas
jumlah sel CD4, semua pasien kotrimoksasol jika mendapatkan tunggal seperti demam, rash, sindrom Steven
diberikan kotrimoksasol segera ARV. Johnson,
setelah dinyatakan HIV positif tanda penekanan sumsum tulang seperti
anemi, trombositopeni, lekopeni,
Bila tersedia pemeriksaan Bila sel CD4 naik >200 sel/mm3 pansitopeni
jumlah sel CD4 dan terjangkau, pada pemeriksaan dua kali Interaksi obat dengan ARV dan obat lain
kotrimoksasol diberikan pada interval 6 bulan berturut-turut yang digunakan dalam pengobatan penyakit
pasien dengan jumlah CD4 <200 jika mendapatkan ARV terkait HIV.
sel/mm3

Semua bayi lahir dari ibu hamil Dihentikan pada usia 18 bulan Trimetropim 8 – 10
HIV dengan hasil test HIV negatif mg/kg BB dosis
Jika test HIV positif tunggal
dihentikan pada usia 18 bulan
jika mendapatkan terapi ARV
45. E Cotrimoxazole 1x960 mg PO
a. Ciprofoloxacin 2x500 mg PO
b. Kloramfenikol 4x500 mg PO
c. Rifampisin 1x600 mg PO
d. Cefixime 2x100 mg P0
e. Cotrimoxazole 1x960 mg PO
46
Tn. K, 54 tahun, datang dengan keluhan sering buang air kecil dan berat
badan turun 10 kg dalam 4 bulan terakhir. Keluhan saat ini juga lemas dan
mudah lelah. Pemeriksaan tanda vital TD 160/100 mmHg, nadi 70x/menit,
RR 18x/menit, suhu 36,5C. BB 50kg dan TB 165cm. Hasil pemeriksaaan
glukosa plasma sewaktu adalah 240 mg/dl. Pasien tersebut kemudian
diberijan terapi metformin 2x500mg. Apakah penyebab poliuri pada pasien
tersebut?
a. Hipersekresi hormone ADH
b. Resistensi hormone ADH
c. Polidipsi psikogenik
d. Gangguan reabsorbsi natrium di tubulus ginjal
e. Diuresis osmosis
46
Tn. K, 54 tahun, datang dengan keluhan sering buang air kecil dan berat
badan turun 10 kg dalam 4 bulan terakhir. Keluhan saat ini juga lemas dan
mudah lelah. Pemeriksaan tanda vital TD 160/100 mmHg, nadi 70x/menit,
RR 18x/menit, suhu 36,5C. BB 50kg dan TB 165cm. Hasil pemeriksaaan
glukosa plasma sewaktu adalah 240 mg/dl. Pasien tersebut kemudian
diberijan terapi metformin 2x500mg. Apakah penyebab poliuri pada pasien
tersebut?
a. Hipersekresi hormone ADH
b. Resistensi hormone ADH
c. Polidipsi psikogenik
d. Gangguan reabsorbsi natrium di tubulus ginjal
e. Diuresis osmosis
DM TIPE 2
Faktor Risiko
TidakBisa Dimodifikasi Bisa Dimodifikasi
• Ras dan etnik • Berat badan lebih
• Riwayat keluarga dengan DM • Kurangnya aktivitas
• Riwayat melahirkan bayi dengan • Hipertensi
BB lahir bayi
• Dislipidemia
• >4000 gram atau riwayat pernah
menderita DM gestasional (DMG). • Diet tak sehat
Diagnosis
Keluhan lain
Keluhan klasik DM: •lemah badan
•Poliuria •Kesemutan
•Polidipsia •Gatal
•Polifagia •mata kabur
•Penurunan berat badan •disfungsi ereksi pada pria
•pruritus vulva pada
wanita.
Patofisiologi

Keluhan klasik DM:


•Poliuria
•Polidipsia
•Polifagia
•Penurunan berat badan
Diagnosis
Diagnosis DM

Atau: Atau: Atau:


GDP ≥126 • GDS ≥200 mg/dl • GDS ≥200 mg/dl • HbA1c ≥6,5%
mg/dl. 2-jam setelah dengan keluhan
(TTGO) klasik.
46. E. Diuresis osmosis
a. Hipersekresi hormone ADH
b. Resistensi hormone ADH
c. Polidipsi psikogenik
d. Gangguan reabsorbsi natrium di tubulus ginjal
e. Diuresis osmosis
47
Selain sering buang air kecil, pasien juga mengalami penurunan berat badan.
Apakah penyebab terjadinya penurunan berat badan pada kasus tersebut?
a. Dehidrasi
b. Diuresis osmosis
c. Proteolysis
d. Lipogenesis
e. Gluconeogenesis
Patofisiologi

Keluhan klasik DM:


•Poliuria
•Polidipsia
•Polifagia
•Penurunan berat badan
47. E. Gluconeogenesis
a. Dehidrasi
b. Diuresis osmosis
c. Proteolysis
d. Lipogenesis
e. Gluconeogenesis
48
Pasien tersebut diberikan terapi metformin 2x500 mg. Bagaimana
mekanisme kerja obat yang diberikan pada pasien dalam
menurunkan kadar glukosa darah?
a. Meningkatkan sekresi insulin
b. Menurunkan sensitifitas insulin
c. Menghambat glukoneogenesis hepar
d. Mencegah glikogenolisis otot
e. Menghambat absrobsi glukosa di usus
Tujuan Penatalaksanaan Meliputi :

Tujuan jangka pendek: Tujuan jangka panjang: Tujuan akhir


Menghilangkan keluhan DM, Mencegah dan menghambat Pengelolaan adalah turunnya
memperbaiki kualitas hidup, progresivitas penyulit morbiditas dan mortalitas DM.
dan mengurangi risiko mikroangiopati dan
komplikasi akut. makroangiopati.
Prinsip Penatalaksanaan DM Tipe II

Terapi Nutrisi Latihan Intervensi


Edukasi
Medis Jasmani famakologis
Terapi Nutrisi Medis

Protein: 10-20%

Lemak: 20-25%

KH : 45-65%
Terapi Farmakologis
Farmakologi Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Golongan Obat Cara Kerja Utama Efek Samping Utama
Sulfonilurea Meningkatkan sekresi insulin BB naik, hipoglikemia
Menekan produksi glukosa hati Dispepsia, Mual, diare, asidosis
Biguanid & menambah laktat
sensitifitas terhadap insulin
Penghambat Menghambat absorpsi glukosa Flatus, tinja lembek
Alfa-
Glukosidase
Menambah sensitifitas Edema
Tiazolidindion
terhadap insulin
Glinid Meningkatkan sekresi insulin BB naik, hipoglikemia
Sediaan Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Golongan Generik Mg/Tab Dosis Harian (mg) Waktu
Glibenclamide 5 2,5-20
Sulfonilurea Gliclazide 80 40-320 Sebelum Makan
Glimepiride 1, 2, 3, 4 1-8
Metformin Bersama/sesudah
Biguanide 500 500-3000
makan
Penghambat Acarbose Bersama
Alfa- 50, 100 100-300 suapan
Glukosidase pertama
Pioglitazone Tidak
Thiazolidinedi bergantung
15, 30 15-45
one jadwal
makan
Repaglinide 0.5, 1, 2 1-16 Sebelum Makan
Glinide
Nateglinide 60, 120 180-360 Sebelum Makan
48. C. Menghambat glukoneogenesis hepar
a. Meningkatkan sekresi insulin
b. Menurunkan sensitifitas insulin
c. Menghambat glukoneogenesis hepar
d. Mencegah glikogenolisis otot
e. Menghambat absrobsi glukosa di usus
49
Tn.U, usia 50 tahun, datang dengan keluhan wajah yang sembab, nafsu
makan bertambah, berat badan meningkat, tumbuh bulu badan di badannya.
Pasien sering mengkonsumsi obat dexamethasone sendiri sebagai suplemen
agar badan segar. Pemeriksaan fisik, BB 100 kg, TB 165cm, TD 160/10 mmHg,
nadi 87x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,5C. Ditemukan buffalo hump.
Kelenjar apakah yang menyebabkan kelainan tersebut?
a. Kelenjar timus
b. Kelenjar tiroid
c. Kelenjar hipofisis
d. Kelenjar endokrin pancreas
e. Kelenjar adrenal
49
Tn.U, usia 50 tahun, datang dengan keluhan wajah yang sembab, nafsu
makan bertambah, berat badan meningkat, tumbuh bulu badan di badannya.
Pasien sering mengkonsumsi obat dexamethasone sendiri sebagai suplemen
agar badan segar. Pemeriksaan fisik, BB 100 kg, TB 165cm, TD 160/10 mmHg,
nadi 87x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,5C. Ditemukan buffalo hump.
Kelenjar apakah yang menyebabkan kelainan tersebut?
a. Kelenjar timus
b. Kelenjar tiroid
c. Kelenjar hipofisis
d. Kelenjar endokrin pancreas
e. Kelenjar adrenal
SINDROMA CUSHING
DAN PENYAKIT CUSHING
Sindroma Cushing & Penyakit Cushing

Penyakit Cushing: Kelebihan


Sindrom Cushing : Manifestasi
ACTH) yang diproduksi oleh
klinis dari kelebihan abnormal
kelenjar hipofisis, lalu
hormone glukokortikoid dalam
merangsang produksi kortisol
waktu lama , biasanya karena
berlebihan di adrenal, maka
faktor eksternal.
istilah
Frekuensi Gejala dan Tanda pada
Sindrom Cushing
Gejala/Tanda Frekuensi (%)
Obesitas sentral 97
Moon face 89
Hipertensi 76
Atrofi kulit dan memar 75
Diabetes dan intoleransi glukosa
70

Disfungsi gonad 69
Kelamahan otot 68
Hirsutisme, jerawat 56

Konfirmasi dengan Pemeriksaan Kadar Kortisol (nilai meningkat


pada kasus Cushing disease atau Cushing Syndrome)
49. E. Kelenjar adrenal
a. Kelenjar timus
b. Kelenjar tiroid
c. Kelenjar hipofisis
d. Kelenjar endokrin pancreas
e. Kelenjar adrenal
50
Hormon yang disekresikan kelenjar pituitary anterior adalah, kecuali?
a. Growth hormone
b. Prolactin
c. ACTH
d. TSH
e. ADH
50. E. ADH
a. Growth hormone
b. Prolactin
c. ACTH
d. TSH
e. ADH
51
An. S, usia 12 tahun diantar ibu ke UGD karena mengeluh berdebar-debar dan
cepat lelah. Anak tinggal di daerah dataran tinggi. Pada pemeriksaan fisik
palpasi leher didapatkan benjolan berukuran 4x3x3 cm sehingga dokter
mencurigai terjadinya kelainan tiroid. Pemeriksaan laboratorium darah rutin
dalam batas normal, fungsi tiroid TSH 5.8, FT4 8, dan T3 120. Terapi yang
diberikan pada kasus tersebut adalah?
a. Garam yodium
b. L-tiroksin
c. PTU
d. Tiroidektomi
e. Radiasi
51
An. S, usia 12 tahun diantar ibu ke UGD karena mengeluh berdebar-debar dan
cepat lelah. Anak tinggal di daerah dataran tinggi. Pada pemeriksaan fisik
palpasi leher didapatkan benjolan berukuran 4x3x3 cm sehingga dokter
mencurigai terjadinya kelainan tiroid. Pemeriksaan laboratorium darah rutin
dalam batas normal, fungsi tiroid TSH 5.8, FT4 8, dan T3 120. Terapi yang
diberikan pada kasus tersebut adalah?
a. Garam yodium
b. L-tiroksin
c. PTU
d. Tiroidektomi
e. Radiasi
GONDOK ENDEMIK
Definisi
• kriteria WHO, istilah gondok endemik
dipergunakan untuk menyatakan satu
daerah yang mempunyai lima persen
penduduk menderita gondok.
• Kekurangan hormon tiroid dapat
menyebabkan defisit otak minimal.
Pemeriksaan Penunjang
• Kadar Iodium serum

Penatalaksanaan
• Pemberian hormon tiroksin 100 ug/hari selama 3 bulan meningkatkan
IQ anak yang menderita gondok di daerah endemik kekurangan
iodium
51. B. L-tiroksin
a. Garam yodium
b. L-tiroksin
c. PTU
d. Tiroidektomi
e. Radiasi
52
An. J usia 7 tahun, diantar orangtuanya dengan keluhan pembesaran
kedua payudaranya yang diikuti dengan tumbuhnya rambut pubis. Anak
juga pertumbuhannya berjalan cepat. Apakah diagnosis pada pasien
tersebut?
a. Pubertas normal
b. Pubertas prekoks
c. Telars premature
d. Adrenars premature
e. Pubertas terlambat
52
An. J usia 7 tahun, diantar orangtuanya dengan keluhan pembesaran
kedua payudaranya yang diikuti dengan tumbuhnya rambut pubis. Anak
juga pertumbuhannya berjalan cepat. Apakah diagnosis pada pasien
tersebut?
a. Pubertas normal
b. Pubertas prekoks
c. Telars premature
d. Adrenars premature
e. Pubertas terlambat
Pubertas prekoks
• Definisi: masa pubertas
terjadi lebih awal yaitu:
• Usia < 8 tahun
(perempuan)
• Usia < 10 tahun (laki-laki)
tanner staging
52. B. Pubertas prekoks
a. Pubertas normal
b. Pubertas prekoks
c. Telars premature
d. Adrenars premature
e. Pubertas terlambat
53
Tn. N, usia 32 tahun datang ke praktik klinik dokter umum dengan keluhan leher
depan bengkak disertai rasa nyeri menjalar ke telinga dan rahang, serta badan
meriang dan lemas. Pada pemeriksaan ditemukan TD 120/80 mmHg, nadi
78x/menit, RR 20x/menit, suhu 38,7C. Status lokalis ditemukan pembesaran tiroid,
teraba hangat, merah, nyeri dengan penekanan. Apakah obat yang diberikan
untuk kasus tersebut?
a. Tiroksin
b. Metamizole
c. Tiroglobulin
d. Kalium yodida
e. Antibiotik
53
Tn. N, usia 32 tahun datang ke praktik klinik dokter umum dengan keluhan leher
depan bengkak disertai rasa nyeri menjalar ke telinga dan rahang, serta badan
meriang dan lemas. Pada pemeriksaan ditemukan TD 120/80 mmHg, nadi
78x/menit, RR 20x/menit, suhu 38,7C. Status lokalis ditemukan pembesaran tiroid,
teraba hangat, merah, nyeri dengan penekanan. Apakah obat yang diberikan
untuk kasus tersebut?
a. Tiroksin
b. Metamizole
c. Tiroglobulin
d. Kalium yodida
e. Antibiotik
Tiroiditis
53. E. Antibiotik
a. Tiroksin
b. Metamizole
c. Tiroglobulin
d. Kalium yodida
e. Antibiotik
54
Ny.W berusia 22 tahun P1A0 dirujuk ke UGD RS setelah sebelumnya melahirkan di
Puskesmas. Spontan pervaginam dengan BBL 3000 gram. Telah dilakukan
manajemen kala III selama 30 menit namun plasenta tidak kunjung-kunjung lahir
dan terjadi perdarahan. Pasien tampak lemah. Pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 105 x/menit, RR 20 x/menit, dan suhu 36,8oC.
Tampak tali pusat menjulur di depan vagina.
Apakah tindakan yang selanjutnya dilakukan?
a. Injeksi oksitosin
b. Peregangan tali pusat
c. Masase uterus
d. Manual plasenta
e. Rangsangan puting susu
54
Ny.W berusia 22 tahun P1A0 dirujuk ke UGD RS setelah sebelumnya melahirkan di
Puskesmas. Spontan pervaginam dengan BBL 3000 gram. Telah dilakukan
manajemen kala III selama 30 menit namun plasenta tidak kunjung-kunjung lahir
dan terjadi perdarahan. Pasien tampak lemah. Pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 105 x/menit, RR 20 x/menit, dan suhu 36,8oC.
Tampak tali pusat menjulur di depan vagina.
Apakah tindakan yang selanjutnya dilakukan?
a. Injeksi oksitosin
b. Peregangan tali pusat
c. Masase uterus
d. Manual plasenta
e. Rangsangan puting susu
PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
54. D. Manual plasenta
a. Injeksi oksitosin
b. Peregangan tali pusat
c. Masase uterus
d. Manual plasenta
e. Rangsangan puting susu
55
Ny. P G2P1A0 usia kehamilan 37 minggu datang dengan keluhan keluar air-
air dari jalan lahir sejak 1 jam yang lalu. Keluhan disertai rasa mulas yang
semakin sering terasa. Keluhan disertai keluar lendir darah. Pada
pemeriksaan dalam ditemukan pembukaan 2cm dan ketuban tidak intak,
namun pemeriksan meraba sesuatu yang berdenyut. Kemungkinan
diagnosis yang tepat adalah?
a. Vasa previa
b. Prolaps uteri
c. Prolaps tali pusat
d. Prolaps vagina
e. Plasenta previa
55
Ny. P G2P1A0 usia kehamilan 37 minggu datang dengan keluhan keluar air-
air dari jalan lahir sejak 1 jam yang lalu. Keluhan disertai rasa mulas yang
semakin sering terasa. Keluhan disertai keluar lendir darah. Pada
pemeriksaan dalam ditemukan pembukaan 2cm dan ketuban tidak intak,
namun pemeriksan meraba sesuatu yang berdenyut. Kemungkinan
diagnosis yang tepat adalah?
a. Vasa previa
b. Prolaps uteri
c. Prolaps tali pusat
d. Prolaps vagina
e. Plasenta previa
PROLAPS TALI PUSAT
Prolaps tali pusat terjadi ketika tali pusat keluar dari uterus
sebelum janin
Diagnosis
• Pemeriksaan tali pusat dilakukan pada setiap pemeriksaan dalam
saat persalinan.
Klasifikasi

• Tali pusat tampak atau teraba pada


Tali Pusat jalan lahir lebih rendah dari bagian
Terkemuka terendah janin saat ketuban masih
utuh

• Tali pusat tampak pada vagina setelah


Tali Pusat ketuban pecah
Menumbung
Penatalaksanaan
• posisi knee chest atau Trendelenburg.

Tali Pusat • Segera rujuk ibu ke fasilitas yang menyediakan layanan


seksio sesarea

Terkemuka

• Posisi ibu Trendelenburg atau knee-chest.

Tali Pusat • Dorong bagian terendah janin ke atas secara manual untuk
mengurangi kompresi pada tali pusat.

Menumbung • Segera rujuk ibu ke fasilitas yang melayani seksio sesarea.


Pada saat proses transfer dengan ambulans, posisi knee
chest kurang aman, sehingga posisikan ibu berbaring ke kiri.
55. C. Prolaps Tali Pusat
a. Vasa previa
b. Prolaps uteri
c. Prolaps tali pusat
d. Prolaps vagina
e. Plasenta previa
56
Nn.F berusia 30 tahun G1P0A0 usia kehamilan 14 minggu datang ke RS untuk
memeriksakan kandungannya. Tidak ada keluhan. Sebelumnya pasien memiliki
riwayat tekanan darah tinggi. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tensi 160/90
mmHg, nadi 100 x/menit, RR20 x/menit, suhu 36,3oC. Status generalis dalam bats
normal. Kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin, hasilnya Hb
11,9 g/dL, WBC 6.500 sel/uL, PLT 300.000 sel/uL dan protein urin hasilnya (-).
Apakah diagnosis yang tepat pada kasus ini?
a. Hipertensi kronik dalam kehamilan
b. Preeklamsia ringan
c. Preeklamsia berat
d. Superimposed preeklamsia
e. Impending eklamsia
56
Nn.F berusia 30 tahun G1P0A0 usia kehamilan 14 minggu datang ke RS untuk
memeriksakan kandungannya. Tidak ada keluhan. Sebelumnya pasien memiliki
riwayat tekanan darah tinggi. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tensi 160/90
mmHg, nadi 100 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,3oC. Status generalis dalam bats
normal. Kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin, hasilnya Hb
11,9 g/dL, WBC 6.500 sel/uL, PLT 300.000 sel/uL dan protein urin hasilnya (-).
Apakah diagnosis yang tepat pada kasus ini?
a. Hipertensi kronik dalam kehamilan
b. Preeklamsia ringan
c. Preeklamsia berat
d. Superimposed preeklamsia
e. Impending eklamsia
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Hipertensi adalah tekanan darah sekurangkurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik
pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi.
Lakukan pemeriksaan kadar protein urin dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam dan
tentukan diagnosis
Klasifikasi
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
HIPERTENSI KRONIK
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan
menetap setelah persalinan
Diagnosis
• Tekanan darah ≥140/90 mmHg
• Sudah ada riwayat hipertensi sebelumhamil, atau diketahui adanya
hipertensi pada usia kehamilan <20 minggu
• Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
• Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan
ginjal
HIPERTENSI KRONIK DALAM KEHAMILAN
Tatalaksana Berikan suplementasi kalsium1,5-2 g/hari dan
• Pada hipertensi kronik, penurunan tekanan darah ibu aspirin 75 mg/hari mulai dari usia kehamilan 20
akan mengganggu perfusi serta tidak ada bukti-bukti minggu, pantau pertumbuhan dan kondisi janin.
bahwa tekanan darah yang normal akan memperbaiki • Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai
keadaan janin dan ibu. aterm.
• Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat • Jika denyut jantung janin <100 kali/menit atau
antihipertensi, dan terkontrol dengan baik, lanjutkan >180 kali/menit, tangani seperti
pengobatan tersebut gawat janin.
• Jika tekanan diastolik >110 mmHg atau • Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat,
tekanan sistolik >160 mmHg, berikan pertimbangkan terminasi kehamilan
antihipertensi
• Jika terdapat proteinuria atau tandatanda dan gejala
lain, pikirkan superimposed preeklampsia dan tangani
seperti preeklampsia
56. A. Hipertensi kronik dalam kehamilan
a. Hipertensi kronik dalam kehamilan
b. Preeklamsia ringan
c. Preeklamsia berat
d. Superimposed preeklamsia
e. Impending eklamsia
57
Nn.T berusia 26 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu datang ke RS untuk
pemeriksaan rutin kehamilan. Pasien rencana ingin imunisasi. Pemeriksaan
tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Riwayat imunisasi TT belum pernah, kemudian saat kunjungan pasien
diberikan TT pertama.
Setelah TT pertama ini, kapan jadwal TT selanjutnya?
a. 1 minggu dari sekarang
b. 1 bulan dari sekarang
c. 6 minggu dari sekarang
d. 6 bulan dari sekarang
e. 1 tahun dari sekarang
57
Nn.T berusia 26 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu datang ke RS untuk
pemeriksaan rutin kehamilan. Pasien rencana ingin imunisasi. Pemeriksaan
tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Riwayat imunisasi TT belum pernah, kemudian saat kunjungan pasien
diberikan TT pertama.
Setelah TT pertama ini, kapan jadwal TT selanjutnya?
a. 1 minggu dari sekarang
b. 1 bulan dari sekarang
c. 6 minggu dari sekarang
d. 6 bulan dari sekarang
e. 1 tahun dari sekarang
VAKSIN TETANUS TOKSOID

Pemberian Selang Waktu Minimal


Saat kunjungan pertama
TTI (sedini
mungkin pada kehamilan)
4 minggu setelah TT1 (pada
TT2
kehamilan)
6 bulan setelah TT2 (pada
TT3 kehamilan, jika selang waktu
minimal terpenuhi)
TT4 1 tahun setelah TT3
TT5 1 tahun setelah TT4
57. B. 1 bulan dari sekarang
a. 1 minggu dari sekarang
b. 1 bulan dari sekarang
c. 6 minggu dari sekarang
d. 6 bulan dari sekarang
e. 1 tahun dari sekarang
58
Ny.V berusia 26 tahun P1A0 dilarikan ke IGD RS dari Puskesmas karena perdarahan pasca
salin 1 jam yang lalu. Perdarahan disertai dengan nyeri perut bagian bawah, sebelumnya
pasien melahirkan ditolong oleh dokter Puskesmas, bayi lahir dengan BBL 3400 gram,
langsung menangis, plasenta lahir lengkap, dan tidak ditemukan adanya robekan perineum.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan tensi 100/60 mmHg, nadi 88 x/menit, RR20 x/menit,
suhu 36,4oC. Pemeriksaan fisik abdomen didapatkan tidak teraba kontraksi dan tinggi
fundus uteri. Pada genetalia didapatkan benjolan dengan permukaan yang kasar yang
keluar dari jalan lahir. Dokter IGD telang memasang jalur intravena.
Apakah tatalaksana awal yang perlu dilakukan?
a. Laparotomi
b. Manual plasenta
c. Histerektomi transvaginal
d. Reposisi uterus
e. Kompresi bimanual
58
Ny.V berusia 26 tahun P1A0 dilarikan ke IGD RS dari Puskesmas karena perdarahan pasca
salin 1 jam yang lalu. Perdarahan disertai dengan nyeri perut bagian bawah, sebelumnya
pasien melahirkan ditolong oleh dokter Puskesmas, bayi lahir dengan BBL 3400 gram,
langsung menangis, plasenta lahir lengkap, dan tidak ditemukan adanya robekan perineum.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan tensi 100/60 mmHg, nadi 88 x/menit RR 20 x/menit,
suhu 36,4oC. Pemeriksaan fisik abdomen didapatkan tidak teraba kontraksi dan tinggi
fundus uteri. Pada genetalia didapatkan benjolan dengan permukaan yang kasar yang
keluar dari jalan lahir. Dokter IGD telang memasang jalur intravena.
Apakah tatalaksana awal yang perlu dilakukan?
a. Laparotomi
b. Manual plasenta
c. Histerektomi transvaginal
d. Reposisi uterus
e. Kompresi bimanual
PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
58. D. Reposisi uterus
a. Laparotomi
b. Manual plasenta
c. Histerektomi transvaginal
d. Reposisi uterus
e. Kompresi bimanual
59
Ny. I hamil 24 minggu datang untuk memeriksakan diri kontrol
kehamilan. Pada pemeriksaan fisik: tinggi fundus lebih besar dari usia
kehamilan, DJJ terdengar jauh, pada pemeriksaan Leopold sulit diraba
bagian-bagian janin. Kemungkinan kondisi yang dialami oleh ibu ini
adalah?
a. Makrosomia
b. Oligohidramnion
c. Polihidramnion
d. Mola hidatidosa
e. Gemelli
59
Ny. I hamil 24 minggu datang untuk memeriksakan diri kontrol
kehamilan. Pada pemeriksaan fisik: tinggi fundus lebih besar dari usia
kehamilan, DJJ terdengar jauh, pada pemeriksaan Leopold sulit diraba
bagian-bagian janin. Kemungkinan kondisi yang dialami oleh ibu ini
adalah?
a. Makrosomia
b. Oligohidramnion
c. Polihidramnion
d. Mola hidatidosa
e. Gemelli
Hasil Palpasi Pemeriksaan Obstetri
Hasil Pemeriksaan Diagnosis
Besar uterus lebih besar dari usia kehamilan Polihidraminion
Bagian janin sulit diraba
Besar uterus lebih kecil dari usia kehamilan Oligohidramnion
Bagian janin mudah diraba
Teraba bagian punggung di dua sisi Gemeli
Besar uterus lebih besar dari usia kehamilan Mola Hidatidosa
DD/Perdarahan hamil muda
Besar uterus lebih kecil dari usia kehamilan Abortus Inkomplit,
DD/Perdarahan hamil muda Komplit
59. C. Polihidramnion
a. Makrosomia
b. Oligohidramnion
c. Polihidramnion
d. Mola hidatidosa
e. Gemelli
60
Seorang perempuan berusia 30 tahun dengan usia kehamilan 38 minggu
datang ke unit gawat darurat RS diantar oleh keluarganya, karena sudah
merasa akan melahirkan. Oleh dokter pasien dikirim ke ruang bersalin. 5 jam
setelah berada diruang bersalin, dokter kandungan mendiagnosis pasien
P1A0 kala III. Apa arti dari diagnosis pada kasus diatas?
a.Pengeluaran aktif janin
b.Pengeluaran aktif plasenta
c.2 jam post partus
d.kepala janin memasuki vulva
e.Kepala janin memasuki PAP
60
Seorang perempuan berusia 30 tahun dengan usia kehamilan 38 minggu
datang ke unit gawat darurat RS diantar oleh keluarganya, karena sudah
merasa akan melahirkan. Oleh dokter pasien dikirim ke ruang bersalin. 5 jam
setelah berada diruang bersalin, dokter kandungan mendiagnosis pasien
P1A0 kala III. Apa arti dari diagnosis pada kasus diatas?
a.Pengeluaran aktif janin
b.Pengeluaran aktif plasenta
c.2 jam post partus
d.kepala janin memasuki vulva
e.Kepala janin memasuki PAP
Manajemen Aktif Kala III

Uterotonika Peregangan Tali Masase Uterus


Pusat

• oksitosin 10 • Tegangkan • Bertujuan


unit IM di tali pusat dan untuk
sepertiga klem dengan menstimulasi
paha tangan yang kontraksi
• atas bagian lain uterus agar
distal lateral perdarahan
minimal
60. B. Pengeluaran aktif plasenta
a.Pengeluaran aktif janin
b.Pengeluaran aktif plasenta
c.2 jam post partus
d.kepala janin memasuki vulva
e.Kepala janin memasuki PAP
61
Ny. J G1P0A0 usia 20 minggu datang untuk kontrol kehamilan. Pada saat
dilakukan pemeriksaan Hb didapatakn 8g/dl. Pasien mengaku tidak rutin
meminum vitamin yang diberikan dokter. Tatalaksana yang tepat adalah?
a. Tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 μg asam
folat.
b. Tablet tambah darah yang berisi 50 mg besi elemental dan 240 μg asam
folat.
c. Tablet tambah darah yang berisi 70 mg besi elemental dan 290 μg asam
folat.
d. Tablet tambah darah yang berisi 80 mg besi elemental dan 220 μg asam
folat.
e. Tablet tambah darah yang berisi 100 mg besi elemental dan 240 μg asam
folat.
61
Ny. J G1P0A0 usia 20 minggu datang untuk kontrol kehamilan. Pada saat
dilakukan pemeriksaan Hb didapatakn 8g/dl. Pasien mengaku tidak rutin
meminum vitamin yang diberikan dokter. Tatalaksana yang tepat adalah?
a. Tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 μg asam
folat.
b. Tablet tambah darah yang berisi 50 mg besi elemental dan 240 μg asam
folat.
c. Tablet tambah darah yang berisi 70 mg besi elemental dan 290 μg asam
folat.
d. Tablet tambah darah yang berisi 80 mg besi elemental dan 220 μg asam
folat.
e. Tablet tambah darah yang berisi 100 mg besi elemental dan 240 μg asam
folat.
ANEMIA PADA
KEHAMILAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan
sel darah merah atau hemoglobin.
Diagnosis
• Kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I dan III)
• < 10,5 g/dl (pada trimester II)
Faktor Predisposisi

Diet rendah zat


Kelainan
besi, B12, dan Penyakit kronis
gastrointestinal
asam folat
Penatalaksanaan
• Tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 μg
asam folat.
• Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan 3
kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan
pemberian tablet sampai 42 hari pascasalin.
• Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat
kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat
pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia.
Kandungan Besi Elemental Dalam Berbagai
Sediaan Besi
Kandungan Besi
Jenis Sediaan Dosis Sediaan
Elemental
Sulfas Ferosus 325 65
Fero Fumarat 325 107
Fero Glukonat 325 39
Besi Polisakarida 150 150
61. A. Tablet tambah darah yang berisi 60
mg besi elemental dan 250 μg asam folat.
a. Tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 μg
asam folat.
b. Tablet tambah darah yang berisi 50 mg besi elemental dan 240 μg
asam folat.
c. Tablet tambah darah yang berisi 70 mg besi elemental dan 290 μg
asam folat.
d. Tablet tambah darah yang berisi 80 mg besi elemental dan 220 μg
asam folat.
e. Tablet tambah darah yang berisi 100 mg besi elemental dan 240 μg
asam folat.
62
Dalam penanganan kasus anemia pada kehamilan, berapa lamakah
pemberian besi elemental dan asalam folat?
a. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai
42 hari pascasalin.
b. Bila dalam 100 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet
sampai 50 hari pascasalin.
c. Bila dalam 80 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai
40 hari pascasalin.
d. Bila dalam 70 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai
40 hari pascasalin.
e. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai
40 hari pascasalin.
62
Dalam penanganan kasus anemia pada kehamilan, berapa lamakah
pemberian besi elemental dan asalam folat?
a. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai
42 hari pascasalin.
b. Bila dalam 100 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet
sampai 50 hari pascasalin.
c. Bila dalam 80 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai
40 hari pascasalin.
d. Bila dalam 70 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai
40 hari pascasalin.
e. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai
40 hari pascasalin.
Penatalaksanaan
• Tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 μg
asam folat.
• Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan 3
kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan
pemberian tablet sampai 42 hari pascasalin.
• Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat
kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat
pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia.
62. A. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan,
lanjutkan pemberian tablet sampai 42 hari
pascasalin.
a. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet
sampai 42 hari pascasalin.
b. Bila dalam 100 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet
sampai 50 hari pascasalin.
c. Bila dalam 80 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet
sampai 40 hari pascasalin.
d. Bila dalam 70 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet
sampai 40 hari pascasalin.
e. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet
sampai 40 hari pascasalin.
63
Ny. T G1P0A0 usia kehamilan 20 minggu datang dengan keluhan keluar
bercak darah sejak kemarin. Keluhan tidak disertai nyeri perut atau mulas.
Pasien mengatakan bahwa pada beberapa minggu sebelumnya pernah
keluar darah sedikit seperti sekarang. Setelah dilakukan pemeriksaan USG
didapatkan bahwa kemungkinan plasenta berimplantasi di segmen bawah
uterus sehingga tepi plasenta terletak dekat dengan ostium. Termasuk
klasifikasi plasenta previa yang mana kah pasien tersebut?
a. Plasental previa totalis
b. Plasental previa parsialis
c. Plasental previa marginalis
d. Plasental previa letak rendah
e. Plasental previa letak bawah
63
Ny. T G1P0A0 usia kehamilan 20 minggu datang dengan keluhan keluar
bercak darah sejak kemarin. Keluhan tidak disertai nyeri perut atau mulas.
Pasien mengatakan bahwa pada beberapa minggu sebelumnya pernah
keluar darah sedikit seperti sekarang. Setelah dilakukan pemeriksaan USG
didapatkan bahwa kemungkinan plasenta berimplantasi di segmen bawah
uterus sehingga tepi plasenta terletak dekat dengan ostium. Termasuk
klasifikasi plasenta previa yang mana kah pasien tersebut?
a. Plasental previa totalis
b. Plasental previa parsialis
c. Plasental previa marginalis
d. Plasental previa letak rendah
e. Plasental previa letak bawah
Plasenta Previa
Definisi
• Plasenta yang berimplantasi di atas atau mendekati ostium serviks
interna.
Klasifikasi
Terdapat 4 macam plasenta previa berdasarkan lokasinya, yaitu:
1. Plasenta previa totalis – ostium internal ditutupi seluruhnya oleh plasenta
2. Plasenta previa parsialis – ostium interal ditutupi sebagian oleh plasenta
3. Plasenta previa marginalis – tepi plasenta terletak di tepi ostium internal
4. Plasenta previa letak rendah – plasenta berimplantasi di segmen bawah
uterus sehingga tepi plasenta terletak dekat dengan ostium
Faktor Presdiposisi
• Kehamilan dengan ibu berusia lanjut
• Multiparitas
• Riwayat seksio sesarea sebelumnya
Diagnosis

Bagian terendah
Perdarahan tanpa
janin tidak masuk Klinis Syok
nyeri
PAP
Penatalaksanaan

PP

Perdarahan Sedikit Perdarahan Banyak


dan berhenti dan Berlangsung

Terapi
SC
ekspektatif
*Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam
sebelum tersedia kesiapan untuk seksio sesarea.
Terapi Ekspektatif
Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan
secara non-invasif.

Syarat terapi ekspektatif:


• Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang
kemudian berhenti dengan atau tanpa pengobatan tokolitik
• Belum ada tanda inpartu
• Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb baik)
• Janin masih hidup dan kondisi janin baik
Terapi Ekspektatif

Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis.

Berikan tokolitik bila ada kontraksi:


-MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam, atau
-Nifedipin 3 x 20 mg/hari

Pemberian tokolitik dikombinasikan dengan betamethason 12 mg IV dosis tunggal untuk


pematangan paru janin
Terapi Ekspektatif

Perbaiki anemia dengan sulfas ferosus atau ferous fumarat per oral 60
mg selama 1 bulan.

Pastikan tersedianya sarana transfusi.

Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih


lama, ibu dapat dirawat jalan dengan pesan segera kembali ke rumah
sakit jika terjadi perdarahan.
Terapi Aktif
Rencanakan terminasi kehamilan jika:
• Usia kehamilan cukup bulan
• Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang
mengurangi kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali)
• Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif
tanpa memandang usia kehamilan
Terapi Aktif
• Jika terdapat plasenta letak rendah, perdarahan sangat sedikit,
dan presentasi kepala, maka dapat dilakukan pemecahan selaput
ketuban dan persalinan pervaginam masih dimungkinkan.
• Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea
63. D. Plasental previa letak rendah
a. Plasental previa totalis
b. Plasental previa parsialis
c. Plasental previa marginalis
d. Plasental previa letak rendah
e. Plasental previa letak bawah
64
Ny P, 62 tahun datang dengan rasa tidak nyaman di daerah kemaluan. Pasien
mengeluh daerah kemaluan terasa penuh seperti ada yang menekan. Pada daerah
kemaluan dirasakan seperti ada yang mengganjal. Pasien juga mengeluh sering
mengalami konstipasi sejak 2 minggu terakhir. Gangguan BAK dan riwayat trauma
disangkal. Pasien memiliki 7 orang anak dengan riwayat persalinan normal. Pada
pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Status ginekologik ditemukan
penurunan dinding posterior vagina tanpa adanya peristaltik. Penonjolan tampak
membesar bila pasien mengejan. Apa diagnosis yang paling mungkin pada pasien
ini?
a. Kista bartholin
b. Kista nabothi
c. Cystocele
d. Prolaps uteri
e. Rectocele
64
Ny P, 62 tahun datang dengan rasa tidak nyaman di daerah kemaluan. Pasien
mengeluh daerah kemaluan terasa penuh seperti ada yang menekan. Pada daerah
kemaluan dirasakan seperti ada yang mengganjal. Pasien juga mengeluh sering
mengalami konstipasi sejak 2 minggu terakhir. Gangguan BAK dan riwayat trauma
disangkal. Pasien memiliki 7 orang anak dengan riwayat persalinan normal. Pada
pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Status ginekologik ditemukan
penurunan dinding posterior vagina tanpa adanya peristaltik. Penonjolan tampak
membesar bila pasien mengejan. Apa diagnosis yang paling mungkin pada pasien
ini?
a. Kista bartholin
b. Kista nabothi
c. Cystocele
d. Prolaps uteri
e. Rectocele
Prolapsus Organ Pelvis
• Anamnesis:
• Keluhan tidak spesifik, dapat nyeri, tidak nyaman di kuadran bawah abdomen,
ataupun tidak bergejala.
• Pada kasus lanjut dapat menimbulkan inkontinensia urine, retensio urine, dan
konstipasi
• Terjadi pada usia lanjut dengan faktor risiko multipara, obesitas, riwayat operasi
pelvis, dan heavy lifting
• Pemeriksaan fisik:
• Pada prolapse uteri, mulut serviks dapat mengalami penurunan sampai keluar dari
introitus vagina
• Pada prolapse vesica dapat teraba benjolan di anterior vagina
• Pada prolapse enteric, benjolan di posterior vagina, peristaltic +
• Pada rectocele, benjolan di posterior vagina, peristaltic -, memberat dengan
mengedan
• Pemeriksaan penunjang:
• MRI
Prolapsus Organ Pelvis
64.E. Rectocele
a. Kista bartholin (massa di daerah labia)
b. Kista nabothi (massa di serviks)
c. Cystocele (penonjolan di dinding anterior vagina)
d. Prolaps uteri (Ostium uteri externum mengalami penurunan dan menonjol
ke vagina)
e. Rectocele
65
Ny I, usia 42 tahun, datang ke klinik dengan keluhan benjolan pada payudara kanan
sejak 3 bulan lalu. Saat ini pasien sedang tidak menyusui. Benjolan dirasakan
membesar tanpa dipengaruhi siklus mens. Pasien mengaku benjolan dirasakan
membesar dengan cepat, awalnya ukuran seperti kelereng saat ini seperi bola tenis
disertai rasa nyeri dan keluar cairan kemerahan. Pada pemeriksaan didapatkan
tanda vital normal. Pemeriksaan fisik bermakna yaitu benjolan soliter di payudara
kanan +, batas tidak tegas, sulit digerakkan, teraba padat dan keras, fluktuasi -,
eritema +, tidak teraba hangat, insepksi kulit di sekitar benjolan seperti kulit jeruk.
Apa diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini?
a. Fibroadenoma mammae
b. Karsinoma mammae
c. Tumor phylloides
d. Abses mammae
e. Mastitis
65
Ny I, usia 42 tahun, datang ke klinik dengan keluhan benjolan pada payudara kanan
sejak 3 bulan lalu. Saat ini pasien sedang tidak menyusui. Benjolan dirasakan
membesar tanpa dipengaruhi siklus mens. Pasien mengaku benjolan dirasakan
membesar dengan cepat, awalnya ukuran seperti kelereng saat ini seperi bola tenis
disertai rasa nyeri dan keluar cairan kemerahan. Pada pemeriksaan didapatkan
tanda vital normal. Pemeriksaan fisik bermakna yaitu benjolan soliter di payudara
kanan +, batas tidak tegas, sulit digerakkan, teraba padat dan keras, fluktuasi -,
eritema +, tidak teraba hangat, insepksi kulit di sekitar benjolan seperti kulit jeruk.
Apa diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini?
a. Fibroadenoma mammae
b. Karsinoma mammae
c. Tumor phylloides
d. Abses mammae
e. Mastitis
Karsinoma Mammae
• Anamnesis:
• Stadium awal jarang memberikan gejala, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan payudara sendiri
• Teraba massa pada payudara, tidak dipengaruhi siklus mens, progresivitas
cepat
• Dapat disertai inverted nipple, kemerahan, perubahan kulit (peau d’ orange),
dan sekret kemerahan (sanguinolenta)
• Pemeriksaan fisik:
• Membedakan benjolan pada payudara yang jinak atau ganas sesuai tabel
berikut
Karsinoma Mammae
• Pemeriksaan penunjang:
• Mammografi → gambaran kalsifikasi dengan spikula
• USG
• Biopsi → Gold standard
Mammogram
Diagnosis Banding Benjolan Payudara
• Karsinoma: Massa solid, batas ireguler, melekat dengan jaringan
sekitar, dapat disertai perubahan pada kulit (kulit jeruk)
• Fibroadenoma: Massa seperti karet, sebagian kenyal, sensitive
terhadap siklus mens,batas tegas, predileksi usia muda, progresivitas
lambat, dan jinak
• Tumor Phyloides: Massa lunak, tidak sensitive terhadap siklus mens,
progresivitas cepat, cenderung pada usia 40-50, dapat tumbuh
sebesar 40 cm, dapat menjadi ganas karena aktivitas mitosis aktif,
dapat rekuren
Diagnosis Banding Benjolan Payudara
• Mastitis: Ditemukan tanda inflamasi, batas ireguler, timbul pada usia
subur terutama pada ibu menyusui
• Abses mamae: Menyerupai mastitis dengan fluktuasi +, dan dinding
abses yang berbatas tegas dengan jaringan sekitar
65. B. Karsinoma Mammae
a. Fibroadenoma mammae
b. Karsinoma mammae
c. Tumor phylloides
d. Abses mammae
e. Mastitis
66
Pada kasus diatas, apa hasil pemeriksaan mammogram yang mungkin ditemukan pada
pasien?
a. Mikrokalsifikasi tanpa spikula
b. Spikula
c. Mikrokalsifikasi dengan spikula
d. Mikrokalsifikasi berkapsul
e. Tidak tampak mikrokalsifikasi
Karsinoma Mammae
• Pemeriksaan penunjang:
• Mammografi → gambaran kalsifikasi dengan spikula
• USG
• Biopsi → Gold standard
66. C. Mikrokalsifikasi dengan Spikula
a. Mikrokalsifikasi tanpa spikula
b. Spikula
c. Mikrokalsifikasi dengan spikula
d. Mikrokalsifikasi berkapsul
e. Tidak tampak mikrokalsifikasi
67
Ny G, usia 33 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kiri bawah yang
sering timbul saat haid. Saat haid pasien sering menahan nyeri hingga
pingsan. Haid dirasakan banyak dan siklus haid teratur. Pada anamnesis
lanjutan pasien sudah menikah selama 5 tahun dan belum memiliki anak.
Tanda vital dan pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada
pemeriksaan inspekulo tidak didapatkan kelainan. Pasien membawa hasil usg
dengan hasil massa kistik yang hipoechoic pada ovarium kiri ukuran diameter
3 cm. Apa diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini?
a. Kista dermoid
b. Kista Nabothi
c. Endometrioma
d. Mioma
e. PCOS
67
Ny G, usia 33 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kiri bawah yang
sering timbul saat haid. Saat haid pasien sering menahan nyeri hingga
pingsan. Haid dirasakan banyak dan siklus haid teratur. Pada anamnesis
lanjutan pasien sudah menikah selama 5 tahun dan belum memiliki anak.
Tanda vital dan pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada
pemeriksaan inspekulo tidak didapatkan kelainan. Pasien membawa hasil usg
dengan hasil massa kistik yang hipoechoic pada ovarium kiri ukuran diameter
3 cm. Apa diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini?
a. Kista dermoid
b. Kista Nabothi
c. Endometrioma
d. Mioma
e. PCOS
Endometriosis
• Definisi:
• Kelenjar dan stroma endometrium diluar cavum uteri (pelvis, usus, diafragma,
pleura, myometrium)
• Anamnesis:
• Gejala khas 4D: dyspareunia, dismenore, dischezia, dan dysuria
• Riwayat infertilitas
• Pemeriksaan fisik:
• Inspekulo dapat normal, diperlukan pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan penunjang:
• USG transvaginal (lebih dipilih dibandingkan transabdominal), jaringan endometrium
nampak hipoechoic pada pemeriksaan hingga membentuk endometrioma
• Laparoskopi
• Biopsi
Pemeriksaan Penunjang
• USG Obsgin:
• Massa anechoic – hipoechoic –
isoechoic - hiperechoic (umumnya
kista berisi jaringan dengan sedikit
jaringan padat)
• Dinding tipis
• Lokasi pada daerah ovarium
Kista Pada Ovarium
67. C. Endometrioma
a. Kista dermoid
b. Kista Nabothi
c. Endometrioma
d. Mioma
e. PCOS
68
Ny U, usia 44 tahun datang untuk pemeriksaan skrining kanker serviks. Pada anamnesis
pasien sudah menikah selama 20 tahun dan sudah memiliki anak. Tanda vital dan
pemeriksaan status generalis dalam batas normal, tidak teraba masa pada daerah
suprapubik. Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan massa warna putih bertangkai
keluar dari mulut rahim. Apa diagnosis dan tatalaksana yang pada pasien ini?
a. Polip serviks, polipektomi
b. Mioma uteri, miomektomi
c. Kista nabothi, observasi
d. Kista gartner, observasi
e. Kista bartholin, marsupialisasi
68
Ny U, usia 44 tahun datang untuk pemeriksaan skrining kanker serviks. Pada anamnesis
pasien sudah menikah selama 20 tahun dan sudah memiliki anak. Tanda vital dan
pemeriksaan status generalis dalam batas normal, tidak teraba masa pada daerah
suprapubik. Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan massa warna putih bertangkai
keluar dari mulut rahim. Apa diagnosis dan tatalaksana yang pada pasien ini?
a. Polip serviks, polipektomi
b. Mioma uteri, miomektomi
c. Kista nabothi, observasi
d. Kista gartner, observasi
e. Kista bartholin, marsupialisasi
Kista Pada Kelenjar Uteroservikal
Kista dan Polip Pada Uteroservikal
68. A. Polip, Polipektomi
a. Polip serviks, polipektomi
b. Mioma uteri, miomektomi
c. Kista nabothi, observasi
d. Kista gartner, observasi
e. Kista bartholin, marsupialisasi
69
Ny U, usia 33 tahun datang untuk konsultasi pilihan metode kontrasepsi. Dari
anamnesis didapatkan pasien memiliki siklus haid teratur dan sudah memiliki 1
orang anak berusia 2 tahun. Pemeriksaan fisik, status obstetri dan ginekologis
dalam batas normal. Berikut adalah metode kontrasepsi alami yang akan anda
sarankan, kecuali…
a. Metode kalender
b. Metode Simptotermal
c. Metode Senggama terputus
d. Metode penggunaan kondom / diafragma
e. Metode minipil
Tujuan Metode Kontrasepsi
Pilihan Metode Kontrasepsi
• Natural / non hormonal: • Hormonal:
• Metode amenore laktasi • Pil
• Metode kalender • Suntikan
• Metode senggama terputus • IUD hormonal
• Metode barrier (kondom / • Minipil
diafragma) • Implan
• Vasektomi / histerektomi / ligasi
tuba
• Spermisida
• Copper IUD
69. E. Minipil
a. Metode kalender
b. Metode Simptotermal
c. Metode Senggama terputus
d. Metode penggunaan kondom / diafragma
e. Metode minipil
70
An.A berusia 3 tahun dibawa keluarganya ke UGD RS dengan keluhan utama pucat sejak 2 minggu
yang lalu. Sejak 2 hari yang lalu pasien mengalami perdarahan gusi. Riwayat keluhan yang sama
pada keluarga tidak ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status gizi kurang, konjungtiva anemis
+/+, sklera ikterik -/-, perdarahan gusi, wheezing -/-, ronki -./-, nyeri tekan epigastrik (-
),hepatosplenomegali, dan limfadenopati, ekstremitas dalam batas normal. Pada pemeriksaan
darah didapatkan kadar hemoglobin 6 g/dL, leukosit 67.000/mm3, hematokrit 18,4%, trombosit
45.000/mm3, hitung jenis leukosit: Blas 60%, Batang 1%, Segmen 5%, limfosit 32%, monosit 2%.
Apakah diagnosis paling tepat?
a. Anemia defisiensi besi
b. Sindrom myelodisplastik
c. Thalasemia beta mayor
d. Leukemia limfoblastik akut
e. Leukemia mieblastik akut
70
An.A berusia 3 tahun dibawa keluarganya ke UGD RS dengan keluhan utama pucat sejak 2 minggu
yang lalu. Sejak 2 hari yang lalu pasien mengalami perdarahan gusi. Riwayat keluhan yang sama
pada keluarga tidak ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status gizi kurang, konjungtiva anemis
+/+, sklera ikterik -/-, perdarahan gusi, wheezing -/-, ronki -./-, nyeri tekan epigastrik (-
),hepatosplenomegali, dan limfadenopati, ekstremitas dalam batas normal. Pada pemeriksaan
darah didapatkan kadar hemoglobin 6 g/dL, leukosit 67.000/mm3, hematokrit 18,4%, trombosit
45.000/mm3, hitung jenis leukosit: Blas 60%, Batang 1%, Segmen 5%, limfosit 32%, monosit 2%.
Apakah diagnosis paling tepat?
a. Anemia defisiensi besi
b. Sindrom myelodisplastik
c. Thalasemia beta mayor
d. Leukemia limfoblastik akut
e. Leukemia mieblastik akut
LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT
Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah
keganasan klonal dari sel – sel precursor limfoid.
Biasanya banyak terjadi pada anakanak.
Manifestasi klinis
• anemia (pucat, lemah, takikardi, dispnoe, dan
terkadang gagal jantung kongestif),
• trombositopenia ( peteki, purpura, perdarahan
dari membran mukosa, mudah lebam)
• neutropenia (demam, infeksi, ulserasi dari
membran mukosa)
• Nyeri tulang
Pemeriksaan Fisik
• Hepatosplenomegali
• Manifestasi perdarahan
LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah lengkap, dimana akan
didapatkan adanya peningkatan sel darah
putih/white blood cell (WBC) mencapai >
10.000/mm3. SADT : ditemukan banyak
sel blast
• Untuk memastikan diagnosis dari LLA,
harus dilakukan aspirasi sumsum tulang
belakang ditemukan > 25% sel blass.
Biasanya akan dijumpai sel leukemia yang
homogen dan hiperseluler dari sumsum
tulang.
70 D. Leukemia limfoblastik akut
a. Anemia defisiensi besi
b. Sindrom myelodisplastik
c. Thalasemia beta mayor
d. Leukemia limfoblastik akut
e. Leukemia mieblastik akut
71
An.S berusia 4 thn dibawa ke klinik dengan keluhan mencret sejak 4 hari yg lalu.
Frekuensi 5-7x/hari, cair, keruh, tidak ada lendir, ampas, dan darah. Mencret
disertai mual dan muntah, perut kram, nafsu makan berkurang, badan lemas,
sering kentut. Pasien sadar, BB 17 kg, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata
cekung, lidah kering, wheezing -/-, ronki -./-, bising usus menurun, hipertimpani (+),
ekstremitas dalam batas normal. Analisis feses ditemukan leukosit (+), eritrosit (+),
tak tampak kista oval dengan empat inti.
Terapi farmakologis yang paling tepat adalah?
a. Metronidazole
b. Cotrimoxazole
c. Cefixime
d. Tetrasiklin
e. Amoxicillin
71
An.S berusia 4 thn dibawa ke klinik dengan keluhan mencret sejak 4 hari yg lalu.
Frekuensi 5-7x/hari, cair, keruh, tidak ada lendir, ampas, dan darah. Mencret
disertai mual dan muntah, perut kram, nafsu makan berkurang, badan lemas,
sering kentut. Pasien sadar, BB 17 kg, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata
cekung, lidah kering, wheezing -/-, ronki -./-, bising usus menurun, hipertimpani (+),
ekstremitas dalam batas normal. Analisis feses ditemukan leukosit (+), eritrosit (+),
tak tampak kista oval dengan empat inti.
Terapi farmakologis yang paling tepat adalah?
a. Metronidazole
b. Cotrimoxazole
c. Cefixime
d. Tetrasiklin
e. Amoxicillin
SHIGELLOSIS
Anamnesis
• Sakit perut terutama sebelah kiri dan buang air besar encer secara terus
menerus bercampur lendir dan darah
• Muntah-muntah
• Sakit kepala
• Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan oleh S.
dysentriae dengan gejalanya timbul mendadak dan berat, dan dapat
meninggal bila tidak cepat ditolong.

Faktor Risiko
• Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang
SHIGELLOSIS
Pemeriksaan Fisik Tatalaksana
• Febris Disentri Basiler
Siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari
• Nyeri perut pada penekanan di bagian selama 3 hari
sebelah kiri
Azithromisin diberikan 1 gram dosis tunggal
• Tenesmus Sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari.
Komplikasi *Pemberian Siprofloksasin merupakan kontraindikasi
• Haemolytic uremic syndrome (HUS) terhadap anak-anak dan wanita hamil.
• Hiponatremia berat
• Hipoglikemia berat
• Komplikasi intestinal seperti toksik
megakolon, prolaps rektal, peritonitis
dan perforasi
71 B. Cotrimoxazole
a. Metronidazole
b. Cotrimoxazole
c. Cefixime
d. Tetrasiklin
e. Amoxicillin
72
An.Z berusia usia 7 tahun datang dengan keluhan diare berlendir dan bercampur darah
sejak 2 hari yang lalu. Keluhan muntah disangkal. Menurut ibunya terdapat benjolan
seperti daging yang keluar dari duburnya. Anak ini suka bermain di tanah lapang
sekolahnya dan jarang mencuci tangan. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sadar, TD:
120/80 mmHg, RR: 20 kali/menit, N: 80 kali/menit, S: 36.7 C. konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, mata cekung (-), JVP dalam batas normal, ronkhi -/-, wheezing -/-, BJ S1 S2 murni
reguler, abdomen nyeri tekan (-), turgor kulit kembali cepat, dan CRT < 2 detik.
Diagnosis kasus di atas adalah?
a. Ascariasis
b. Trikuriasis
c. Trikinelosis
d. Necatoriasis
e. Schistosomiasis
72
An.Z berusia usia 7 tahun datang dengan keluhan diare berlendir dan bercampur darah
sejak 2 hari yang lalu. Keluhan muntah disangkal. Menurut ibunya terdapat benjolan
seperti daging yang keluar dari duburnya. Anak ini suka bermain di tanah lapang
sekolahnya dan jarang mencuci tangan. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sadar, TD:
120/80 mmHg, RR: 20 kali/menit, N: 80 kali/menit, S: 36.7 C. konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, mata cekung (-), JVP dalam batas normal, ronkhi -/-, wheezing -/-, BJ S1 S2 murni
reguler, abdomen nyeri tekan (-), turgor kulit kembali cepat, dan CRT < 2 detik.
Diagnosis kasus di atas adalah?
a. Ascariasis
b. Trikuriasis
c. Trikinelosis
d. Necatoriasis
e. Schistosomiasis
TRIKURIASIS
Kebanyakan kasus tanpa gejala, kadang kolik abdomen dan perut
kembung
Pada infeksi berat : diare berdarah, anemia dan prolapsus rekti
Feses: mikroskopok ditemukan trichuris trichiura
Tatalaksana: Mebendazol 2x100 mg p.o 3 hari berturutturut.
TRIKURIASIS
72 B. Trikuriasis
a. Ascariasis
b. Trikuriasis
c. Trikinelosis
d. Necatoriasis
e. Schistosomiasis
73
An.H berusia 6 tahun saat bermain bersama temannya tiba-tiba bibir dan ujung jari
membiru. Sejak kecil os sering mengalami keluhan serupa terutama ketika
beraktivitas berat. Pasien dibawa ke IGD dengan kondisi sesak, kesadaran
somnolen, nadi 110x/m, RR 32x/m, suhu 36.9C, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, bibir sianosis, leher tidak ada kelainan, pemeriksaan jantung ditemukan
murmur (+) dan sianosis pada seluruh ekstremitas.
Apakah yang dapat ditemukan pada pemeriksaan rontgen thoraks pasien?
a. Vaskularisasi paru bertambah
b. Vaskularisasi paru berkurang
c. Atrium kiri dan ventrikel kiri membesar
d. Atrium kanan dan ventrikel kiri membesar
e. Atrium kanan dan ventrikel kanan membesar
73
An.H berusia 6 tahun saat bermain bersama temannya tiba-tiba bibir dan ujung jari
membiru. Sejak kecil os sering mengalami keluhan serupa terutama ketika
beraktivitas berat. Pasien dibawa ke IGD dengan kondisi sesak, kesadaran
somnolen, nadi 110x/m, RR 32x/m, suhu 36.9C, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, bibir sianosis, leher tidak ada kelainan, pemeriksaan jantung ditemukan
murmur (+) dan sianosis pada seluruh ekstremitas.
Apakah yang dapat ditemukan pada pemeriksaan rontgen thoraks pasien?
a. Vaskularisasi paru bertambah
b. Vaskularisasi paru berkurang
c. Atrium kiri dan ventrikel kiri membesar
d. Atrium kanan dan ventrikel kiri membesar
e. Atrium kanan dan ventrikel kanan membesar
TETRALOGI OF FALLOT
TOF adalah suatu penyakit jantung bawaan sianotis yang ditandai
dengan terjadinya 4 kelainan:
1. Overriding aorta
2. Stenosis pulmonal
3. Ventrikel septal defek
4. Hipertrofi ventrikel kanan
Etiologi
o Bawaan
o Riwayat infeksi TORCH pada ibu
TETRALOGI OF FALLOT
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
o Keluhan utama: anak biru disertai sesak o Kesadaran: CM/somnolen, gelisah
o Serangan sianotik mulai timbul usia 2 – 12 o Kesan sakit: sakit sedang, berat dan
bulan tampak sesak
o Keluhan dirasakan berulang o TTV: takikardi, takipnea
o Keluhan dirasakan semakin anak aktif, o Kepala: mata conjunctiva hiperemis,
maka semakin berat hidung PCH +, bibir sianosis
o Keluhan dirasakan hilang timbul setelah o Thorax: retraksi, jantung murmur (sistolik
anak bermain (berhubungan dengan soufflé)
aktivitas) o Extremitas: clubbing fingers, sianosis
o Keluhan berkurang jika anak berjongkok
TETRALOGI OF FALLOT
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium: eritrosit tinggi, Hb tinggi
• Foto thorax
o Hipertrofi ventrikel kanan: apex membulat diatas diafragma
o VSD R-L: Pembesaran RVH-VL
o Overriding aorta: arcus aorta di sebelah kanan
o Stenosis pulmonal: bronkovaskuler berkurang
o *) boot-shaped: hipertrofi ventrikel kanan, VSD, overriding aorta
• Echocardiografi
• Angiokardiografi
73 E. Atrium kanan dan ventrikel kanan
membesar
a. Vaskularisasi paru bertambah
b. Vaskularisasi paru berkurang
c. Atrium kiri dan ventrikel kiri membesar
d. Atrium kanan dan ventrikel kiri membesar
e. Atrium kanan dan ventrikel kanan membesar
74
By.F berusia 3 bulan dibawa ke RS dengan keluhan sesak napas disertai bunyi ngik-
ngik. Sesak disertai batuk dan demam sejak 3 hari yg lalu. Keluhan serupa
sebelumnya tidak pernah dirasakan oleh os. Pemeriksaan tanda vital nadi 120x/m,
RR 30x/m, suhu 37.9C, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, leher tidak ada
kelainan, pemeriksaan paru ditemukan suara tambahan bronkovesikuler dan
wheezing, dan ekstremitas dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan penunjang yang diharapkan pada kasus ini adalah?
a. Ditemukan gambaran wine bottle sign pada foto cervical
b. Ditemukan gambaran honeycomb appearence pada foto thorax
c. Ditemukan gambaran air trapping pada foto thorax
d. Ditemukan gambaran thumb sign pada foto cervical
e. Ditemukan gambaran air fluid level pada foto thorax
74
By.F berusia 3 bulan dibawa ke RS dengan keluhan sesak napas disertai bunyi
ngik-ngik. Sesak disertai batuk dan demam sejak 3 hari yg lalu. Keluhan
serupa sebelumnya tidak pernah dirasakan oleh os. Pemeriksaan tanda vital
nadi 120x/m, RR 30x/m, suhu 37.9C, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
leher tidak ada kelainan, pemeriksaan paru ditemukan suara tambahan
bronkovesikuler dan wheezing, dan ekstremitas dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan penunjang yang diharapkan pada kasus ini adalah?
a. Ditemukan gambaran wine bottle sign pada foto cervical
b. Ditemukan gambaran honeycomb appearence pada foto thorax
c. Ditemukan gambaran air trapping pada foto thorax
d. Ditemukan gambaran thumb sign pada foto cervical
e. Ditemukan gambaran air fluid level pada foto thorax
BRONKHIOLITIS
Bronkiolitis adalah infeksi saluran respiratorik bawah yang disebabkan virus,
yang biasanya lebih berat pada bayi muda dan terjadi pada balita berusia < 2
tahun ditandai dengan obstruksi saluran pernapasan dan wheezing.
Penyebab paling sering adalah Respiratory syncytial virus.
Manifestasi Klinis
• Demam disertai gejala ispa
• wheezing
• ekspirasi memanjang/expiratory effort
• hiperinflasi dinding dada, dengan hipersonor pada perkusi
• tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
• crackles atau ronki pada auskultasi dada
BRONKHIOLITIS
Pemeriksaan penunjang:
foto thoraks PA : gambaran air trapping hiperinflasi disertai gambaran konsolidasi
Tatalaksana
• Antibiotik: Apabila terdapat napas cepat saja, pasien dapat rawat jalan dan
diberikan kotrimoksazol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari, atau amoksisilin (25
mg/ kgBB/kali), 2 kali sehari, selama 3 hari.
• Apabila terdapat tanda distress pernapasan tanpa sianosis tetapi anak masih bisa
minum, rawat anak di rumah sakit dan beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/
kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72
jam pertama.
• Oksigen
• Obat-obatan simptomatik ( demam : paracetamol)
74 C. Ditemukan gambaran air trapping
pada foto thorax
a. Ditemukan gambaran wine bottle sign pada foto cervical
b. Ditemukan gambaran honeycomb appearence pada foto thorax
c. Ditemukan gambaran air trapping pada foto thorax
d. Ditemukan gambaran thumb sign pada foto cervical
e. Ditemukan gambaran air fluid level pada foto thorax
75
An.M berusia 3 bulan, dibawa ke RS dengan keluhan batuk ngik-ngik, batuk
disertai sesak napas dan demam sejak 3 hari yg lalu. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan nadi 110x/mnt, RR 23x/mnt, suhu 36,7C, Konjungtiva anemis -/-,
sklera ikterik-/-, JVP dalam batas normal, ronkhi -/-, wheezing +/+, suara
tambahan bronkovaskuler, BJ S1 S2 murni reguler, nyeri tekan abdomen (-),
ekstremitas dalam batas normal.
Penyebab yang paling sering pada kasus ini adalah?
a. Haemophillus influenza
b. Streptococcus pneumonia
c. Respiratory Syncytial Virus
d. Rotavirus
e. Reaksi alergi
75
An.M berusia 3 bulan, dibawa ke RS dengan keluhan batuk ngik-ngik, batuk
disertai sesak napas dan demam sejak 3 hari yg lalu. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan nadi 110x/mnt, RR 23x/mnt, suhu 36,7C, Konjungtiva anemis -/-,
sklera ikterik-/-, JVP dalam batas normal, ronkhi -/-, wheezing +/+, suara
tambahan bronkovaskuler, BJ S1 S2 murni reguler, nyeri tekan abdomen (-),
ekstremitas dalam batas normal.
Penyebab yang paling sering pada kasus ini adalah?
a. Haemophillus influenza
b. Streptococcus pneumonia
c. Respiratory Syncytial Virus
d. Rotavirus
e. Reaksi alergi
BRONKHIOLITIS
Bronkiolitis adalah infeksi saluran respiratorik bawah yang disebabkan virus,
yang biasanya lebih berat pada bayi muda dan terjadi pada balita berusia < 2
tahun ditandai dengan obstruksi saluran pernapasan dan wheezing.
Penyebab paling sering adalah Respiratory syncytial virus.
Manifestasi Klinis
• Demam disertai gejala ispa
• wheezing
• ekspirasi memanjang/expiratory effort
• hiperinflasi dinding dada, dengan hipersonor pada perkusi
• tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
• crackles atau ronki pada auskultasi dada
BRONKHIOLITIS
Pemeriksaan penunjang:
foto thoraks PA : gambaran air trapping hiperinflasi disertai gambaran konsolidasi
Tatalaksana
• Antibiotik: Apabila terdapat napas cepat saja, pasien dapat rawat jalan dan
diberikan kotrimoksazol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari, atau amoksisilin (25
mg/ kgBB/kali), 2 kali sehari, selama 3 hari.
• Apabila terdapat tanda distress pernapasan tanpa sianosis tetapi anak masih bisa
minum, rawat anak di rumah sakit dan beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/
kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72
jam pertama.
• Oksigen
• Obat-obatan simptomatik ( demam : paracetamol)
75 C. Respiratory Syncytial Virus
a. Haemophillus influenza
b. Streptococcus pneumonia
c. Respiratory Syncytial Virus
d. Rotavirus
e. Reaksi alergi
76
An.M berusia 4 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut
bawah disertai dengan muntah muntah hijau. Anak sudah 1 hari tidak bisa
flatus. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri perut bawah dan pada
pemeriksaan foto didapatkan bagian yg kolaps dengan udara tak sampai ke
distal serta ditemukan gambaran target sel.
Apakah diagnosa yg mungkin pada anak tersebut?
a. Hernia inguinalis
b. Paten ductus arteriosus
c. Invaginasi
d. Apendisitis
e. Hirsprung disease
76
An.M berusia 4 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut
bawah disertai dengan muntah muntah hijau. Anak sudah 1 hari tidak bisa
flatus. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri perut bawah dan pada
pemeriksaan foto didapatkan bagian yg kolaps dengan udara tak sampai ke
distal serta ditemukan gambaran target sel.
Apakah diagnosa yg mungkin pada anak tersebut?
a. Hernia inguinalis
b. Paten ductus arteriosus
c. Invaginasi
d. Apendisitis
e. Hirsprung disease
• Trias:
• Nyeri Kolic
• Muntah
• BAB seperti jelly (Red current Jelly Stool)
• Menangis
• Ekstremitas Fleksi
• Abdomen seperti sosis (Sausage-Shaped Abdominal
Mass)
76 C. Invaginasi
a. Hernia inguinalis
b. Paten ductus arteriosus
c. Invaginasi
d. Apendisitis
e. Hirsprung disease
77
By.U berusia 1 bulan di keluhkan ibunya karena sulit BAB. Setiap kali BAB
harus dibantu dengan obat pencahar. Keluhan disertai perut kembung. Os
sudah berobat ke dotkter umum namun tidak ada perubahan. Pemeriksaan
tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik tampak perut distended,
bising usus meningkat. Pemeriksaan colok dubur terlihat feses menyemprot.
Apa gambaran radiologi yang mungkin ditemukan?
a. Double bubble apperance
b. Single buble appearance
c. Saw tooth appearance
d. Cofee bean sign
e. Step ladder appearance
77
By.U berusia 1 bulan di keluhkan ibunya karena sulit BAB. Setiap kali BAB
harus dibantu dengan obat pencahar. Keluhan disertai perut kembung. Os
sudah berobat ke dotkter umum namun tidak ada perubahan. Pemeriksaan
tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik tampak perut distended,
bising usus meningkat. Pemeriksaan colok dubur terlihat feses menyemprot.
Apa gambaran radiologi yang mungkin ditemukan?
a. Double bubble apperance
b. Single buble appearance
c. Saw tooth appearance
d. Cofee bean sign
e. Step ladder appearance
Aganglionik kolon
sehingga tidak ada
peristaltik usus
• Tidak BAB
• Mekonium tidak keluar selama 48 jam lebih
• Massa a/r Abdomen
• Rectal Toucher: Menyemprot & Berbau
77 C. Saw tooth appearance
a. Double bubble apperance
b. Single buble appearance
c. Saw tooth appearance
d. Cofee bean sign
e. Step ladder appearance
78
An.Q berusia 6 tahun datang dibawa orang tuanya dengan keluhan
pandangan sering kosong dan bengong sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan
tersebut dapat berulang hingga 10x sehari selama beberapa detik, timbulnya
mendadak kemudian normal kembali. Riwayat trauma disangkal. Dari
pemeriksaan fisik, didapatkan nadi 92x/menit, RR 19x/menit, suhu 37 C.
Pemeriksaan neurologis dalam batas normal. Diagnosis pada pasien ini
adalah...
a. Epilepsi parsial sederhana
b. Epilepsi umum absans
c. Epilepsi parsial kompleks
d. Kejang demam sederhana
e. Epilepsi umum tonik
78
An.Q berusia 6 tahun datang dibawa orang tuanya dengan keluhan
pandangan sering kosong dan bengong sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan
tersebut dapat berulang hingga 10x sehari selama beberapa detik, timbulnya
mendadak kemudian normal kembali. Riwayat trauma disangkal. Dari
pemeriksaan fisik, didapatkan nadi 92x/menit, RR 19x/menit, suhu 37 C.
Pemeriksaan neurologis dalam batas normal. Diagnosis pada pasien ini
adalah...
a. Epilepsi parsial sederhana
b. Epilepsi umum absans
c. Epilepsi parsial kompleks
d. Kejang demam sederhana
e. Epilepsi umum tonik
KLASIFIKASI EPILEPSI

Bangkitan Bangkitan
parsial/fokal umum
Parsial
Lena
sederhana

Parsial
Mioklonik
kompleks

Parsial Umum
Tonik-klonik
Sekunder

Atonik/astatik
SIMPLE PARTIAL SEIZURES
COMPLEX PARTIAL SEIZURES
ABSENCE
TONIC CLONIC
PENATALAKSANAAN AWAL
78 B. Epilepsi umum absans
a. Epilepsi parsial sederhana
b. Epilepsi umum absans
c. Epilepsi parsial kompleks
d. Kejang demam sederhana
e. Epilepsi umum tonik
79
Bayi H usia 5 hari datang ke IGD dengan keluhan kuning. Keluhan kuning
tampak sejak kemarin dari kepala hingga perut bayi. Keluhan disertai bayi
tampak lemas dan sering muntah. Menurut ibu pasien, bila menangis
suaranya seperti meninggi dan tidak seperti sebelumnya. Riwayat dilahirkan
secara norma di bidanl. ASI ibu lancar dan dirasa cukup.golongan darah ibu
tidak diketahui. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan reflex hisap
buruk. Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah?
a. Breast feeding jaundice
b. Breastmilk jaundice
c. Kern icterus
d. Ikterus fisiologi
e. Bilirubin ensefalopati
79
Bayi H usia 5 hari datang ke IGD dengan keluhan kuning. Keluhan kuning
tampak sejak kemarin dari kepala hingga perut bayi. Keluhan disertai bayi
tampak lemas dan sering muntah. Menurut ibu pasien, bila menangis
suaranya seperti meninggi dan tidak seperti sebelumnya. Riwayat dilahirkan
secara norma di bidanl. ASI ibu lancar dan dirasa cukup.golongan darah ibu
tidak diketahui. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan reflex hisap
buruk. Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah?
a. Breast feeding jaundice
b. Breastmilk jaundice
c. Kern icterus
d. Ikterus fisiologi
e. Bilirubin ensefalopati
Bilirubin Encefalopati
• Manifestasi yang timbul akibat efek toksik bilirubin pada SSP
(basal ganglia dan nuclei batang otak) → akut
• Gejala:
• Fase awal:
• Letargis, hipotonik, reflex hisap buruk
• Fase intermediate:
• moderate stupor, hipertoni, irritable, kejang
• Fase lanjut:
• demam, high pitched cry, hipotoni, koma
79 E. Bilirubin ensefalopati
a. Breast feeding jaundice
b. Breastmilk jaundice
c. Kern icterus
d. Ikterus fisiologi
e. Bilirubin ensefalopati
80
Bayi H usia 5 hari datang ke IGD dengan keluhan kuning. Keluhan kuning
tampak sejak kemarin dari kepala hingga perut bayi. Keluhan disertai bayi
tampak lemas dan sering muntah. Menurut ibu pasien, bila menangis
suaranya seperti meninggi dan tidak seperti sebelumnya. Riwayat dilahirkan
secara norma di bidanl. ASI ibu lancar dan dirasa cukup. Golongan darah ibu
tidak diketahui. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan reflex hisap
buruk. Kremer berapakah pada kasus di atas?
a. Kremer 1
b. Kremer 2
c. Kremer 3
d. Kremer 4
e. Kremer 5
80
Bayi H usia 5 hari datang ke IGD dengan keluhan kuning. Keluhan kuning
tampak sejak kemarin dari kepala hingga perut bayi. Keluhan disertai bayi
tampak lemas dan sering muntah. Menurut ibu pasien, bila menangis
suaranya seperti meninggi dan tidak seperti sebelumnya. Riwayat dilahirkan
secara norma di bidanl. ASI ibu lancar dan dirasa cukup. Golongan darah ibu
tidak diketahui. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan reflex hisap
buruk. Kremer berapakah pada kasus di atas?
a. Kremer 1
b. Kremer 2
c. Kremer 3
d. Kremer 4
e. Kremer 5
Diagnosis
Klinis: ikterometer kramer
Bilirubin total
Kremer
mg/dL mmol/L
1 5–7 100
2 8 – 10 150
3 11 – 13 200
4 14 – 17 250
5 >17 >250
80 C. Kremer 3
a. Kremer 1
b. Kremer 2
c. Kremer 3
d. Kremer 4
e. Kremer 5
81
Bayi H usia 5 hari datang ke IGD dengan keluhan kuning. Keluhan kuning
tampak sejak kemarin dari kepala hingga perut bayi. Keluhan disertai bayi
tampak lemas dan sering muntah. Menurut ibu pasien, bila menangis
suaranya seperti meninggi dan tidak seperti sebelumnya. Riwayat dilahirkan
secara norma di bidanl. ASI ibu lancar dan dirasa cukup. Golongan darah ibu
tidak diketahui. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan reflex hisap
buruk. Salah satu pencegehan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi
hiperbilirubinemia pada bayi adalah?
a. Rutin meminum vitamin C selama kehamilan
b. Memeriksa golongan darah serta rhesus ibu saat hamil
c. Rutin meminum susu untuk ibu hamil selama kehamilan
d. Memberikan ASI pada bayi minimal 7x/hari
e. Rutin memeriksa kadar bilirubin saat hamil
81
Bayi H usia 5 hari datang ke IGD dengan keluhan kuning. Keluhan kuning
tampak sejak kemarin dari kepala hingga perut bayi. Keluhan disertai bayi
tampak lemas dan sering muntah. Menurut ibu pasien, bila menangis
suaranya seperti meninggi dan tidak seperti sebelumnya. Riwayat dilahirkan
secara norma di bidanl. ASI ibu lancar dan dirasa cukup. Golongan darah ibu
tidak diketahui. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan reflex hisap
buruk. Salah satu pencegehan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi
hiperbilirubinemia pada bayi adalah?
a. Rutin meminum vitamin C selama kehamilan
b. Memeriksa golongan darah serta rhesus ibu saat hamil
c. Rutin meminum susu untuk ibu hamil selama kehamilan
d. Memberikan ASI pada bayi minimal 7x/hari
e. Rutin memeriksa kadar bilirubin saat hamil
Pencegahan
• Pencegahan primer
• Anjuran pemberian ASI 8 – 12x/hari
• Tidak memberikan cairan tambahan rutin pada bayi yang mendapat ASI dan tidak mengalami
dehidrasi
• Pencegahan sekunder
• Golongan darah: semua wanita hamil periksa goldar dan rhesus
• Penilaian klinis: penilaian klinis icterus tiap 8 – 12 jam

Bayi keluar Harus dilihat


RS saat umur
<24 jam 72 jam
24-48 jam 96 jam
48-72 jam 120 jam
81 B. Memeriksa golongan darah serta
rhesus ibu saat hamil
a. Rutin meminum vitamin C selama kehamilan
b. Memeriksa golongan darah serta rhesus ibu saat hamil
c. Rutin meminum susu untuk ibu hamil selama kehamilan
d. Memberikan ASI pada bayi minimal 7x/hari
e. Rutin memeriksa kadar bilirubin saat hamil
82.
Tn. Kosinyo, pria berusia 70 tahun datang ke IGD dengan keluhan sulit BAK
sejak 5 bulan yang lalu, keluhan disertai dengan keluar darah pada saat BAK.
Saat ini pasien mengeluh tidak bisa BAK sama sekali dan nyeri pada perut
bagian bawah, tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan DRE
didapatkan ukuran prostat 3 buku jari, pole atas tidak teraba, berbenjol-benjol
dan konsistensi keras. Apakah biomarker yang tepat untuk pasien adalah?
a. PSA
b. Ca-19-9
c. Ca 125
d. BRCA
e. AFP
82.
Tn. Kosinyo, pria berusia 70 tahun datang ke IGD dengan keluhan sulit BAK
sejak 5 bulan yang lalu, keluhan disertai dengan keluar darah pada saat BAK.
Saat ini pasien mengeluh tidak bisa BAK sama sekali dan nyeri pada perut
bagian bawah, tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan DRE
didapatkan ukuran prostat 3 buku jari, pole atas tidak teraba, berbenjol-benjol
dan konsistensi keras. Apakah biomarker yang tepat untuk pasien adalah?
a. PSA
b. Ca-19-9
c. Ca 125
d. BRCA
e. AFP
Tumor Marker
1. PSA 2. Ca 15-3
• Kanker prostat • Kanker Payudara
• Nilai normal di serum < 4ng/mL • Jaringan dianalisis: Darah
• Berdasarkan usia, 3. CA19-9
• 40-49 tahun = 0-2,5ng/mL
• Jenis kanker: Kanker pankreas,
• 50-59 tahun = 0-3,5ng/mL kanker kandung empedu, kanker
• 60-69 tahun = 0-4,5ng/mL saluran empedu, dan kanker
• 70-79 tahun = 0-6,5ng/mL lambung
• Jaringan dianalisis: Darah
Tumor Marker
4. CA-125 6. Antigen Carcinoembryonic
(CEA)
• Jenis kanker: Kanker ovarium • Jenis kanker: Kanker kolorektal dan
• Jaringan dianalisis: Darah beberapa kanker lainnya
• Jaringan dianalisis: Darah
5. Kalsitonin
• Jenis kanker: Kanker tiroid 7. CD20
meduler
• Jenis kanker: Limfoma Non-Hodgkin
• Jaringan dianalisis: Darah • Jaringan dianalisis: Darah
82. A. PSA
a. PSA
b. Ca-19-9
c. Ca 125
d. BRCA
e. AFP
83.
Tn. X 24 tahun dibawa oleh polisi dengan penurunan kesadaran setelah
tertabrak truk di jalan. GCS 345, TD 9070,Nadi100x/menit, RR 18x/menit.
Dilakukan pemeriksaan CT- scan kepala ditemukan gambaran bikonveks.
Apakah penyebab gambaran tersebut?
a. Ruptur bridging vein
b. Ruptur arteri cerebri anterior
c. Ruptur arteri basilar
d. Ruptur arteri meningea media
e. Ruptur arteri cerebri posterior
83.
Tn. X 24 tahun dibawa oleh polisi dengan penurunan kesadaran setelah
tertabrak truk di jalan. GCS 345, TD 90/70, Nadi100x/menit, RR 18x/menit.
Dilakukan pemeriksaan CT- scan kepala ditemukan gambaran bikonveks.
Apakah penyebab gambaran tersebut?
a. Ruptur bridging vein
b. Ruptur arteri cerebri anterior
c. Ruptur arteri basilar
d. Ruptur arteri meningea media
e. Ruptur arteri cerebri posterior
Epidural Hematoma (EDH)
Anamnesis : Nyeri Kepala, Pemeriksaan Penunjang : CT-Scan Kepala
Non-Kontras : Bayangan Hiperdens bentuk
Muntah Proyektil, Kejang, Rangsang
BIKOVEKS/LENTIKULER
Meningen (-), Hipertensi

LUCID INTERVAL : Fase klinis pada Etiologi : Ruptur A. Meningeal Media


pasien EDH awalnya tidak sadar
(syncope) -> sadar -> syncope kembali

Pemeriksaan Fisik : Hemiparese


Kontralateral, Dilatasi Pupil (Midriasis)
Ipsilateral
83. D. Ruptur arteri meningea media
a. Ruptur bridging vein
b. Ruptur arteri cerebri anterior
c. Ruptur arteri basilar
d. Ruptur arteri meningea media
e. Ruptur arteri cerebri posterior
84.
Ny. Mikasa, wanita 18 tahun datang ke dokter dengan keluahan nyeri perut di
daerah pusar yang kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Dokter
melakukan pemeriksaan dengan meminta pasien berbaring lalu mengangkat 1
kakinya lalu lututnya ditekan. Apakah Pemeriksaan yang dilakukan oleh
dokter?
a. Psoas sign
b. Rovsing sign
c. Obturator sign
d. Blumberg sign
e. Murphy sign
84.
Ny. Mikasa, wanita 18 tahun datang ke dokter dengan keluahan nyeri perut di
daerah pusar yang kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Dokter
melakukan pemeriksaan dengan meminta pasien berbaring lalu mengangkat 1
kakinya lalu lututnya ditekan. Apakah Pemeriksaan yang dilakukan oleh
dokter?
a. Psoas sign
b. Rovsing sign
c. Obturator sign
d. Blumberg sign
e. Murphy sign
Tanda-Tanda Appendicitis
•Blumberg sign : nyeri lepas. Palpasi kuadran kanan bawah kemudian dilepas tiba–
tiba
• Rovsing’s sign : (+) palpasi pada kuadran kiri bawah, timbul nyeri pada sisi kanan
•Psoas : pasien dibaringkan ke sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi panggul kanan.
(+) nyeri kanan bawah
•Obturator: fleksi panggul & dilakukan rotasi internal panggul. (+) nyeri
hypogastrium / vagina
•Dunphy sign : nyeri testis kanan bawah saat batuk
•Ten horn sign : nyeri timbul saat traksi lembut pada korda spermatica kanan
•Kocher sign : nyeri awal pada epigastrium kemudian berpindah ke kanan bawah
PSOAS SIGN & OBTURATOR SIGN
84. C. Obturator sign
a. Psoas sign
b. Rovsing sign
c. Obturator sign
d. Blumberg sign
e. Murphy sign
85.
Tn. Eren, Laki-laki usia 25 tahun jatuh dari genteng rumah dibawa ke IGD
dengan kesadaran menurun. Pada pemeriksaan didapatkan GCS 225 TD 80/40
Nadi 120x/m teraba cepat dan lemah, RR 33x/m. Akral dingin dan pucat.
Didapatkan luka terbuka pada femur dan terdapat penonjolan tulang. Apakah
terapi cairan yang digunakan?
a. Dextrose 5%
b. Plasma Exchange
c. HES 6%
d. RL
e. WBC
85.
Tn. Eren, Laki-laki usia 25 tahun jatuh dari genteng rumah dibawa ke IGD
dengan kesadaran menurun. Pada pemeriksaan didapatkan GCS 225 TD 80/40
Nadi 120x/m teraba cepat dan lemah, RR 33x/m. Akral dingin dan pucat.
Didapatkan luka terbuka pada femur dan terdapat penonjolan tulang. Apakah
terapi cairan yang digunakan?
a. Dextrose 5%
b. Plasma Exchange
c. HES 6%
d. RL
e. WBC
Shock

• a. Pasang 2 Akses IV jarum minimal 16G


• b. Cairan Kristaloid (RL) pastikan HANGAT (39o
Celcius)
Resusitasi • c. Bolus Cepat 1-2 Liter (Dewasa) dan 20ml/kgBB
Cairan (Anak)
• d. Ambil darah untuk Cross Match Gol Dar,
Hematologi Lengkap dan pemeriksaan lab
lainnya
Respon Resusitasi Cairan
RESPON CEPAT RESPON SEMENTARA MINIMAL / TIDAK BERESPON
TV Kembali NORMAL Perbaikan SEMENTARA, ↓TD TETAP ABNORMAL
Rekuren & ↑ HR
PERKIRAAN Minimal Sedang & Masih Berlangsung (20- Parah (> 40%)
KEHILANGAN DARAH (10-20%) 40%)
KEBUTUHAN RENDAH RENDAH -> SEDANG SEDANG -> PINDAH KE TRANSFUSI
KRISTALOID
KEBUTUHAN DARAH RENDAH SEDANG -> TINGGI SEGERA!
PERSIAPAN DARAH GOL & CROSSMATCH GOL DAR- SPESIFIK TRANSFUSI DARAH DARURAT
INTERVENSI OPERASI MUNGKIN KEMUNGKINAN BESAR SANGAT MUNGKIN
KEHADIRAN AHLI YA YA YA
BEDAH
85. D. RL
a. Dextrose 5%
b. Plasma Exchange
c. HES 6%
d. RL
e. WBC
86.
Tn. Sanji, pria usia 30 tahun datang dengan keluhan benjolan di lipat paha.
Benjolan dirasakan dapat keluar masuk. Keluhan mual muntah disangkal. TTV
dalam batas normal. PF didapatkan lokasi benjolan di bawah ligamentum
inguinale. Apakah diagnosis pasien diatas?
a. Hernia irreponible
b. Hernia femoralis
c. Hernia inguinalis medial
d. Hernia strangulata
e. Hernia inkarserata
86.
Tn. Sanji, pria usia 30 tahun datang dengan keluhan benjolan di lipat paha.
Benjolan dirasakan dapat keluar masuk. Keluhan mual muntah disangkal. TTV
dalam batas normal. PF didapatkan lokasi benjolan di bawah ligamentum
inguinale. Apakah diagnosis pasien diatas?
a. Hernia irreponible
b. Hernia femoralis
c. Hernia inguinalis medial
d. Hernia strangulata
e. Hernia inkarserata
Hernia
Penonjolan isi rongga melalui Defek/Bagian Lemah dari dinding rongga
bersangkutan

Predileksi

• 75% : a/r Inguinalis, Femoralis, 10% Hernia Insisional, 10% Hernia Ventralis, 3% Hernia
Umbilikalis, 3% Hernia lainnya

Sifat Hernia :

• Reponible, Irreponible, Akreta (Perlekatan Karena Fibrosis), Inkarserata (Gangguan Pasase co:
nyeri) , Strangulata (Gangguan pasase & vaskularisasi
Hernia
Hernia Femoralis : Organ yang masuk melalui anulus femoralis -> kanalis femoralis -> fosa
ovalis di lipat paha

Hernia Umbilikalis : Penonjolan isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikalis.
Paling sering berisi omentum.

Hernia Paraumbilikalis : Penonjolan organ melalui suatu celah di garis tengah di tepi kanal
umbilicus.

d.Hernia Epigastrika (Hernia Linea Alba) : Penonjolan organ melalui defek linea alba
antara umbilicus dan prosesus xiphoideus. Isi hernia terdiri dari jaringan lemak dengan
preperitoneal dengan/tanpa kantong peritoneum
Hernia
86. B. Hernia femoralis
a. Hernia irreponible
b. Hernia femoralis
c. Hernia inguinalis medial
d. Hernia strangulata
e. Hernia inkarserata
87.
Ny. ND, Berusia 30 Tahun dibawa ke UGD RS Dengan keluhan sesak napas.
Pada Pemeriksaan fisik didapatkan dada tidak simetris, dada kiri lebih
cembung dari pada dada kanan, dada kiri tertinggal, dan bunyi napas
meredup. Oleh Dokter dilakukan penusukan dengan jarum pada sela iga.
Keadaan Pasien kemudian membaik. Apakah tujuan tindakan tersebut?
a. Meningkatkan Tekanan intrapleura
b. Menurunkan Tekanan intraalveolar
c. Meningkatkan Tekanan intralveolar
d. Menurunkan Tekanan intratorakal
e. Menurunkan Tekanan intrapleura
87.
Ny. ND, Berusia 30 Tahun dibawa ke UGD RS Dengan keluhan sesak napas.
Pada Pemeriksaan fisik didapatkan dada tidak simetris, dada kiri lebih
cembung dari pada dada kanan, dada kiri tertinggal, dan bunyi napas
meredup. Oleh Dokter dilakukan penusukan dengan jarum pada sela iga.
Keadaan Pasien kemudian membaik. Apakah tujuan tindakan tersebut?
a. Meningkatkan Tekanan intrapleura
b. Menurunkan Tekanan intraalveolar
c. Meningkatkan Tekanan intralveolar
d. Menurunkan Tekanan intratorakal
e. Menurunkan Tekanan intrapleura
Tension Pneumothorax
Pneumotoraks yang progresif dan cepat.
Membahayakan jiwa penderitadalam waktu singkat.
• Mekanisme ventile. Penekanan mediastinum hebat sehingga
penurunan cardiac output

Manifestasi Klinis:
• Keluhan sesak nafas yang progresif dan berat.
• Tanda2 hipoksia: sianosis, takipneu, hunger of air.
• Trias: hipotensi, jvp meningkat, hipersonor.
• Pemeriksaan cepat: inspeksi, perkusi dan aukultasi.
Tension Pneumothorax
Tension Pneumothorax

Tata laksana

• ABC’s with c-spine


• Needle Decompression: untuk menurunkan tekanan intrapleura
• Pada sela iga II/III garis midclavikula
• Insersi iv cath 14 G/ lebih pada tepi atas costa III/IV
• Pemasangan selang WSD
87. e. Menurunkan Tekanan intrapleura
a. Meningkatkan Tekanan intrapleura
b. Menurunkan Tekanan intraalveolar
c. Meningkatkan Tekanan intralveolar
d. Menurunkan Tekanan intratorakal
e. Menurunkan Tekanan intrapleura
88.
Ny. Nami, wanita 20 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada
jari telunjuk tangan kanan, keluhan nyeri disertai dengan adanya nanah
disekitar kuku. TTV dalam batas normal. Pemeriksaan fisik didapatkan hangat,
eritema dan edema pada jari telunjuk tangan kanan serta terdapat kumpulan
pus dibawah lipatan kulit. Apakah diagnosis yang tepat untuk pasien?
a. Paronikia
b. Onycholysis
c. Onychomycosis
d. Dermatitis kontak iritan
e. Onychodistrophy
88.
Ny. Nami, wanita 20 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada
jari telunjuk tangan kanan, keluhan nyeri disertai dengan adanya nanah
disekitar kuku. TTV dalam batas normal. Pemeriksaan fisik didapatkan hangat,
eritema dan edema pada jari telunjuk tangan kanan serta terdapat kumpulan
pus dibawah lipatan kulit. Apakah diagnosis yang tepat untuk pasien?
a. Paronikia
b. Onycholysis
c. Onychomycosis
d. Dermatitis kontak iritan
e. Onychodistrophy
PARONIKIA
• Merupakan infeksi jaringan lunak disekitar kuku jari yang diawali
sebagai selulitis yang dapat menjadi abses.
• Klasifikasi
- Paronikia akut : nyeri dan purulent, sering sisebabkan oleh
staphylococci
- Paronikia kronis : disebabkan infeksi jamur
• Manifestasi klinis : daerah yang terkena jadi eritema, edema, pus
berkumpul dibawah lipatak kulit lateral, dan bisa disertai fluktuasi
sebagai tanda abses
PARONIKIA
88. A Paronikia
a. Paronikia
b. Onycholysis
c. Onychomycosis
d. Dermatitis kontak iritan
e. Onychodistrophy
89.
Tn. Yoyo, pria berusia 30 Tahun dibawa ke IGD Karena mengalami luka bakar.
Luka Bakar berupa kulit melepuh dan kemerahan dijumpai pada seluruh
lengan kanan, seluruh wajah, dan seluruh toraks. Berapa Persenkah luas luka
bakar pada pasien tersebut?
a. 18%
b. 22,5%
c. 27%
d. 31,5%
e. 36%
89.
Tn. Yoyo, Pria berusia 30 Tahun dibawa ke IGD Karena mengalami luka bakar.
Luka Bakar berupa kulit melepuh dan kemerahan dijumpai pada seluruh
lengan kanan, seluruh wajah, dan seluruh toraks. Berapa Persenkah luas luka
bakar pada pasien tersebut?
a. 18%
b. 22,5%
c. 27%
d. 31,5%
e. 36%
Luka Bakar
Penatalaksanaan
• Didinginkan menggunakan air
dalam
• suhu 10-250C selama 30 menit
setelah terkena luka bakar.
• Bersihkan luka dari jaringan mati
lalu ditutup dengan dressing.
• Lakukan Irigasi pada luka bakar
kimia
89. D. 31,5
a. 18%
b. 22,5%
c. 27%
d. 31,5%
e. 36%
90.
Tn. Edi, laki-laki diantar setelah mengalami kecelakaan. Kesadaran pasien
sopor. TD 80/60 mmHgNadi 108 x/menitSuhu 36,5 C. Gurgling (+). Tidak ada
perdarahan aktif. Apakah tatalaksana awal pada pasien?
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
d. Disability
e. Exposure
90.
Tn. Edi, laki-laki diantar setelah mengalami kecelakaan. Kesadaran pasien
sopor. TD 80/60 mmHg Nadi 108 x/menitSuhu 36,5 C. Gurgling (+). Tidak ada
perdarahan aktif. Apakah tatalaksana awal pada pasien?
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
d. Disability
e. Exposure
Shock
AIRWAY & CERVICAL SPINE • Pastikan jalan nafas tidak ada hambatan. Jika perlu alat bantu nafas seperti OPA
(Oropharyngeal Airway) dan NPA (Nasopharyngeal Airway) atau yang Definitif.
PROTECTION Pastikan Cervical/Leher aman sebelum terbukti tidak patah (Röntgen)!

• Pastikan Oksigenasi cukup. Jaga SpO2 minimal 94%. Periksa adakah jejas pada paru
BREATHING & OXYGENATION dan jantung atau tidak. Jika ada tangani segera sesuai kasus!

CIRCULATION & • HENTIKAN PERDARAHAN & GANTI CAIRAN! (Jika Lesi Eksternal lakukan Balut
Tekan/Pasang Torniquet, Fraktur pelvis pasang PELVIC BINDER, Lesi Internal lakukan
HAEMORRHAGIC CONTROL : CITO operasi)

PRINSIP ATLS! : ABCDE (Airway, Breathing, Circulation,


Disability, Exposure)
Shock
DISABILITY & • a. Nilai Kesadaran (GCS)
NEUROLOGICAL • b. Periksa Refleks Cahaya (PUPIL DIRECT & INDIRECT)
• c. Nilai Fungsi Saraf (SENSORIS & MOTORIS)
EXAMINATION :

EXPOSURE & • a. Lepas semua pakaian pasien & Selimuti pasien (CEGAH
HIPOTERMIA)
COMPLETE • b. Periksa dari ujung kepala hingga kaki dan periksa bagian
belakang
EXAMINATION : • (HEAD TO TOE EXAMINATION & LOG ROLLING)
90. A airway
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
d. Disability
e. Exposure
91.
Ny. Nora, perempuan berusia 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan BAB
bercampur darah. Terjadi penurunan BB dalam 10 bulan terakhir. Pada
pemeriksaan rectal touché didapatkan mukosa berbenjol-benjol, teraba keras,
batas tidak jelas, handscoen terdapat darah. Pada pemeriksaan foto polos
abdomen didapatkan filling defect. Apakah pemeriksaan penunjang yang
tepat untuk diagnosis pasien?
a. Ca 125
b. Ca 19-9
c. PSA
d. CEA
e. Ca 15-3
91.
Ny. Nora, perempuan berusia 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan BAB
bercampur darah. Terjadi penurunan BB dalam 10 bulan terakhir. Pada
pemeriksaan rectal touché didapatkan mukosa berbenjol-benjol, teraba keras,
batas tidak jelas, handscoen terdapat darah. Pada pemeriksaan foto polos
abdomen didapatkan filling defect. Apakah pemeriksaan penunjang yang
tepat untuk diagnosis pasien?
a. Ca 125
b. Ca 19-9
c. PSA
d. CEA
e. Ca 15-3
Tumor Marker
1. PSA 2. Ca 15-3
• Kanker prostat • Kanker Payudara
• Nilai normal di serum < 4ng/mL • Jaringan dianalisis: Darah
• Berdasarkan usia, 3. CA19-9
• 40-49 tahun = 0-2,5ng/mL
• Jenis kanker: Kanker pankreas,
• 50-59 tahun = 0-3,5ng/mL kanker kandung empedu, kanker
• 60-69 tahun = 0-4,5ng/mL saluran empedu, dan kanker
• 70-79 tahun = 0-6,5ng/mL lambung
• Jaringan dianalisis: Darah
Tumor Marker
4. CA-125 6. Antigen Carcinoembryonic
(CEA)
• Jenis kanker: Kanker ovarium • Jenis kanker: Kanker kolorektal dan
• Jaringan dianalisis: Darah beberapa kanker lainnya
• Jaringan dianalisis: Darah
5. Kalsitonin
• Jenis kanker: Kanker tiroid 7. CD20
meduler
• Jenis kanker: Limfoma Non-Hodgkin
• Jaringan dianalisis: Darah • Jaringan dianalisis: Darah
91. D. CEA
a. Ca 125
b. Ca 19-9
c. PSA
d. CEA
e. Ca 15-3
92.
Tn G laki-laki usia 20 tahun datang dengan keluhan mata kiri tampak tidak
simetris. Bagian hitam dari mata kiri tidak sama dengan mata kanan. Kelopak
mata kiri tertutup sebagian serta tidak pernah berkeringat pada wajah
sebelah kiri. Riwayat trauma disangkal. Pemeriksaan tanda vital dalam batas
normal. Pemeriksaan fisik didapatkan pupil anisokor 5mm dan 3 mm, ptosis
(+) palpebral sinistra. Riwayat ayah juga sering mengalami keluhan serupa.
Diagnosis yang tepat pada pasien adalah?
a. Bell’s palsy
b. Neuralgia trigeminal
c. Cluster headache
d. Sindroma horner
e. Temporal arteritis
92.
Tn G laki-laki usia 20 tahun datang dengan keluhan mata kiri tampak tidak
simetris. Bagian hitam dari mata kiri tidak sama dengan mata kanan. Kelopak
mata kiri tertutup sebagian serta tidak pernah berkeringat pada wajah
sebelah kiri. Riwayat trauma disangkal. Pemeriksaan tanda vital dalam batas
normal. Pemeriksaan fisik didapatkan pupil anisokor 5mm dan 3 mm, ptosis
(+) palpebral sinistra. Riwayat ayah juga sering mengalami keluhan serupa.
Diagnosis yang tepat pada pasien adalah?
a. Bell’s palsy
b. Neuralgia trigeminal
c. Cluster headache
d. Sindroma horner
e. Temporal arteritis
Sindroma Horner
Oculo-sympathetic paresis/Bernard’s syndrome/ Bernard’s Horner
Syndrome/ Horner Ptosis

ETIOLOGI
• Jika terdapat lesi pada jaras simpatis yang mensarafi kepala, mata,
dan leher
• Lesi primer neuron, stroke batang otak, trauma pleksus brachialis,
iskemia arteri karotis, neoplasma kranial
Sindroma Horner
TRIAS Horner
1. Ptosis
2. Miosis
3. Anhidrosis
92. D Sindroma horner
a. Bell’s palsy
b. Neuralgia trigeminal
c. Cluster headache
d. Sindroma horner
e. Temporal arteritis
93.
Ny H usia 66 tahun dayang dengan keluhan hilangnya kemampuan indra
pengecapan. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik
didapatkan rasa garam dan gula dikenali dengan baik, sedangkan rasa asam
dan pahit tidak dapat dirasakan oleh pasien. Dimanakah letak saraf kranialis
yang terkena?
a. N. V
b. N. VI
c. N. VII
d. N. IX
e. N. XII
93.
Ny H usia 66 tahun dayang dengan keluhan hilangnya kemampuan indra
pengecapan. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik
didapatkan rasa garam dan gula dikenali dengan baik, sedangkan rasa asam
dan pahit tidak dapat dirasakan oleh pasien. Dimanakah letak saraf kranialis
yang terkena?
a. N. V
b. N. VI
c. N. VII
d. N. IX
e. N. XII
SARAF KRANIAL
93. D N. IX
a. N. V
b. N. VI
c. N. VII
d. N. IX
e. N. XII
94.
Ny T usia 50 tahun datang dengan keluhan tangan dan kaki terasa kesemutan
dan tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki kanannya. Pasien juga
mengeluhkan pandangan kabur yang hilang timbul, disertai dengan kesulitan
menahan kencing. Pasien mengatakan keluhan ini terasa hilang timbul, dan
ini merupakan serangan yang keempat kalinya. Pemeriksaan tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan lab Hb 11g/dL, Leukosit 9.600 sel/mm3
trombosit 250.000 sel/mm3 sputum BTA (-). Diagnosis yang tepat pada
pasien adalah?
a. Polineuropati
b. Defisiensi Vit B12
c. Sarcoidosis
d. Multipel sklerosis
e. Spondilitis TB
94.
Ny T usia 50 tahun datang dengan keluhan tangan dan kaki terasa kesemutan
dan tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki kanannya. Pasien juga
mengeluhkan pandangan kabur yang hilang timbul, disertai dengan kesulitan
menahan kencing. Pasien mengatakan keluhan ini terasa hilang timbul, dan
ini merupakan serangan yang keempat kalinya. Pemeriksaan tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan lab Hb 11g/dL, Leukosit 9.600 sel/mm3
trombosit 250.000 sel/mm3 sputum BTA (-). Diagnosis yang tepat pada
pasien adalah?
a. Polineuropati
b. Defisiensi Vit B12
c. Sarcoidosis
d. Multipel sklerosis
e. Spondilitis TB
MULTIPEL SKLEROSIS
Penyakit demielinisasi pada sistem saraf pusat yang
diakibatkan oleh proses autoimun.
Manifestasi Klinis
Anamnesis
• Pola gejala MS yang tersering
adalah pola remisi eksaserbasi.
Pada pola ini gejala klinis akan
muncul dan memberat pada fase
eksaserbasi dan setelah kurun
waktu tertentu gejala tersebut
akan membaik (remisi).
Pemeriksaan Fisik
• Pada pemeriksaan fisik dan neurologis
ditemukan:
• Penurunan ketajaman penglihatan dan
nyeri pergerakan mata
• Gangguan sensorik atau kelemahan
• Gangguan keseimbangan
• Lhermitte sign positif
Tatalaksana
• Terapi Relaps : Metilpredinisolon IV 500-1000 mg selama 3-5 hari
• Alternatif terapi: Metilprednisolon oral 500-1000 mg selama 3-5 hari.
Pemberian dapat dosis tunggal atau dosis terbagi
• Terapi Jangka Panjang Clinically Isolated Syndrome (CIS): Interferon β
94. D Multipel sklerosis
a. Polineuropati
b. Defisiensi Vit B12
c. Sarcoidosis
d. Multipel sklerosis
e. Spondilitis TB
95.
Tn IS usia 65 tahun datang dengan keluhan mengalami gangguan berbicara
secara mendadak. Pasien dapat memahami, mengikuti dan menjalani
instruksi yang diberikan. Namun pasien tidak bisa mengekspresikan dalam
bentuk kata atau kalimat. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal.
Berdasarkan keluhan pasien dimanakah letak kelainan yang terjadi?
a. Lobus parietal
b. Lobus frontal
c. Lobus oksipital
d. Lobus temporal
e. Cerebellum
95.
Tn IS usia 65 tahun datang dengan keluhan mengalami gangguan berbicara
secara mendadak. Pasien dapat memahami, mengikuti dan menjalani
instruksi yang diberikan. Namun pasien tidak bisa mengekspresikan dalam
bentuk kata atau kalimat. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal.
Berdasarkan keluhan pasien dimanakah letak kelainan yang terjadi?
a. Lobus parietal
b. Lobus frontal
c. Lobus oksipital
d. Lobus temporal
e. Cerebellum
95. B Lobus frontal
a. Lobus parietal
b. Lobus frontal
c. Lobus oksipital
d. Lobus temporal
e. Cerebellum
96.
Ny K usia 25 tahun datang dengan keluhan nyeri wajah sebelah kanan
sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan nyeri terutama muncul pada saat
pasien menyikat gigi atau minum minuman dingin. Pemeriksaan tanda
vital TD 110/80mmHg nadi 84x/m RR 20x/m suhu 36,70C. Keluhan
penyerta yang dapat mengikuti diagnosis pasien adalah?
a. Anhidrosis
b. Alodinia
c. Hemiparesi
d. Hemiplegia
e. Anopsia
96.
Ny K usia 25 tahun datang dengan keluhan nyeri wajah sebelah kanan
sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan nyeri terutama muncul pada saat
pasien menyikat gigi atau minum minuman dingin. Pemeriksaan tanda
vital TD 110/80mmHg nadi 84x/m RR 20x/m suhu 36,70C. Keluhan
penyerta yang dapat mengikuti diagnosis pasien adalah?
a. Anhidrosis
b. Alodinia
c. Hemiparesi
d. Hemiplegia
e. Anopsia
NEURALGIA TRIGEMINAL
Rasa nyeri tajam di daerah persarafan n. Trigeminus
(N. V), dapat merupakan suatu kondisi idiopatik
aaupun simtomatik
Manifestasi Klinis

Nyeri dirasakan sepanjang inervasi satu atau lebih


cabang N. V

Awitan nyeri yang tiba-tiba, berat, tajam seperti


ditikam, panas atau kesetrum dan superfisial.

Alodinia (rangsangan antara lain: menggosok gigi,


makan , mengunyah, mencukur, atau mencuci
wajah dan tiupan angin, bicara)
Tatalaksana
• Karbamazepine 200-1200 mg/hari
• Oxkarbazepine 600-3000 mg/hari
• Gabapentine 300-3600 mg/hari
• Phenitoin 100-200 mg / hari
• Phenobarbital 50-100 mg / hari
• Clobazam 10 mg / hari
• Topiramate 100 – 400 mg / hari
• Pregabaline 50-75 mg / hari
• Mecobalamine 500 – 1000 mcg/hari

Non Farmakologik:
• Rehabilitasi medik
Tatalaksana
• Minimal invasif: (Atas indikasi)
• Ganglion Gasserian Radiofrekuensi Ablasi

• Konsul bedah saraf : bila terapi farmaka adekuat gagal dan ditemukan
lesi sinkenesis atau penekanan N. trigeminus
• Terapi kausal : pada neuralgia trigeminal simtomatik
96. B Alodinia
a. Anhidrosis
b. Alodinia
c. Hemiparesi
d. Hemiplegia
e. Anopsia
97.
Nn D usia 23 tahun dibawa keluarga ke IGD dengan penurunan kesadaran
sejak 1 hari yang lalu. Satu minggu yang lalu pasien mengeluh nyeri kepala
dan demam. Riwayat keluar cairan dari telinga kanan sejak 6 bulan yang lalu.
Pemeriksaan fisik kesadaran somnolen TD 130/90mmHg nadi 90x/m RR
20x/m suhu 38,70C. Pemeriksaan neurologis didapatkan kaku kuduk dan
hemiparesis kanan. Tatalaksana yang tepat untuk pasien adalah?
a. Ampisilin
b. Doksisiklin
c. Tetrasiklin
d. Ceftriaxone
e. Levofloxacin
97.
Nn D usia 23 tahun dibawa keluarga ke IGD dengan penurunan kesadaran
sejak 1 hari yang lalu. Satu minggu yang lalu pasien mengeluh nyeri kepala
dan demam. Riwayat keluar cairan dari telinga kanan sejak 6 bulan yang lalu.
Pemeriksaan fisik kesadaran somnolen TD 130/90mmHg nadi 90x/m RR
20x/m suhu 38,70C. Pemeriksaan neurologis didapatkan kaku kuduk dan
hemiparesis kanan. Tatalaksana yang tepat untuk pasien adalah?
a. Ampisilin
b. Doksisiklin
c. Tetrasiklin
d. Ceftriaxone
e. Levofloxacin
ABSES OTAK
Penumpukan materi piogenik yang terlokalisir di
dalam/di antara parenkim otak
Manifestasi Klinis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
• Demam, Kesadaran menurun
• Nyeri kepala, Demam
Kejang
• Perubahan kesadaran, Defisit neurologis fokal
• Kejang
• Defisit neurologis fokal Faktor Risiko
• Otitis media
• Sinusitis
• Endokarditis
• Pneumonia
• Selulitis.
Pemeriksaan Penunjang
• CT Scan kepala dengan kontras
• Massa hipodens dengan cincin pada
tepinya
Tatalaksana
• Terapi empirik:
• Ceftriaxone 2 g/12 jam iv atauCefotaxime 2 g/8 jam iv)
+Metronidazole 500 mg/8 jam IV
• Dexamethason/manitol sesuai indikasi
• Operasi bila tindakan konservatif gagal atau abses berdiameter >2,5 cm
97. D Ceftriaxone
a. Ampisilin
b. Doksisiklin
c. Tetrasiklin
d. Ceftriaxone
e. Levofloxacin
98.
Ny U usia 60 tahun dibawa keluarga ke IGD dengan keluhan kelemahan anggota
gerak bawah setelah terjatuh dengan posisi terduduk. Pasien juga mengeluh
gangguan BAK dan BAB. Pemeriksaan tanda vital TD 120/70mmHg nadi 88x/m RR
20x/m suhu afebris. Pemeriksaan neurologis didapatkan kelemahan pada kedua
tungkai, saddle anestesi (+), kekuatan motorik ekstremitas bawah 3333/3333,
terdapat penurunan sensasi nyeri dan suhu setinggi dermatom lumbal. Diagnosis
yang tepat pada pasien adalah?
a. Sindrom conus medularis
b. Sindrom cauda equine
c. HNP lumbal
d. Myelopati
e. Anterior cord syndrome
98.
Ny U usia 60 tahun dibawa keluarga ke IGD dengan keluhan kelemahan anggota
gerak bawah setelah terjatuh dengan posisi terduduk. Pasien juga mengeluh
gangguan BAK dan BAB. Pemeriksaan tanda vital TD 120/70mmHg nadi 88x/m RR
20x/m suhu afebris. Pemeriksaan neurologis didapatkan kelemahan pada kedua
tungkai, saddle anestesi (+), kekuatan motorik ekstremitas bawah 3333/3333,
terdapat penurunan sensasi nyeri dan suhu setinggi dermatom lumbal. Diagnosis
yang tepat pada pasien adalah?
a. Sindrom conus medularis
b. Sindrom cauda equine
c. HNP lumbal
d. Myelopati
e. Anterior cord syndrome
Conus Medularis Syndrome
• Kompresi konus medularis terjadi akibat fraktur-dislokasi di L1 (Th12-
L2)
• Biasanya tidak dijumpai gangguan motorik yang menetap, tetapi
terdapat gangguan sensorik pada segmen sakralis yang terutama
mengenai daerah sadel, perineum dan bokong.
• Gangguan motoric dan sensorik terjadi bilateral dan simetris.
• Pada pemeriksaan reflex fisiologis didapatkan hiperrefleks dan spastik
karena kerusakan terjadi Upper Motor Neuron (UMN)
• Di samping itu djumpai juga gangguan otonom yang berupa retensio
urine serta pada pria terdapat impotensi.
CMS VS CES
Perbedaan Gejala pada CMS dan CES
Gejala CMS CES
Nyeri punggung Ya Ya
bawah, menjalar
ke ekstremitas
bawah

Penurunan Biasanya Sering


motorik pada simetris asimetris
ekstremitas
bawah
Penurunan Biasanya Sering
sensoris simetris Asimetris
Refleks Fisiologis Hiperrefleksia Arefleksia

Gangguan Ya Ya
bladder dan
sfingter anis
98. A Sindrom conus medularis
a. Sindrom conus medularis
b. Sindrom cauda equine
c. HNP lumbal
d. Myelopati
e. Anterior cord syndrome
99.
Tn V 32 tahun dibawa keluarga ke IGD karena dirawat digigit anjing liar 3
minggu yang lalu. Menurut keluarga pasien pernah mengeluh nyeri dan
panas pada luka bekas gigitan anjing serta mengeluh daerah sekitar luka
kebas. Saat ini pasien tampak cemas terutama jika mendengar suara air
mengalir di kamar mandi disertai dengan produksi air liur yang tampak
berlebihan. Termasuk pada stadium apakah keluhan pasien?
a. Stadium prodromal
b. Stadium sensoris
c. Stadium eksitasi
d. Stadium paralisis
e. Stadium koma
99.
Tn V 32 tahun dibawa keluarga ke IGD karena dirawat digigit anjing liar 3
minggu yang lalu. Menurut keluarga pasien pernah mengeluh nyeri dan
panas pada luka bekas gigitan anjing serta mengeluh daerah sekitar luka
kebas. Saat ini pasien tampak cemas terutama jika mendengar suara air
mengalir di kamar mandi disertai dengan produksi air liur yang tampak
berlebihan. Termasuk pada stadium apakah keluhan pasien?
a. Stadium prodromal
b. Stadium sensoris
c. Stadium eksitasi
d. Stadium paralisis
e. Stadium koma
RABIES
Kriteria Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan riwayat gigitan (+) dan hewan yang menggigit
mati dalam 1 minggu.

Gejala fase awal tidak khas: gejala flu, malaise, anoreksia, kadang ditemukan
parestesia pada daerah gigitan.

Gejala lanjutan: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang persisten,


nyeri pada faring terkadang seperti rasa tercekik (inspiratoris spasme),
hipersalivasi, kejang, hidrofobia dan aerofobia
Manifestasi Stadium

Stadium prodromal : gejala non spesifik (1-4 hari)

Stadium sensoris: panas, nyeri bekas luka, cemas dan stimulus berlebih

Stadium neurologi akut (2-7 hari)


• Stadium eksitasi: tonus otot dan aktivitas simpatis meningkat (hyperhidrosis, hipersalivasi,
hiperlakrimasi), fobia, hiperaktif, halusinasi
• Stadium paralitik: paralisis ekstremitas yang tergigit, kaku kuduk

Stadium koma: disfungsi batang otak


MANIFESTASI KLINIS
99. C Stadium eksitasi
a. Stadium prodromal
b. Stadium sensoris
c. Stadium eksitasi
d. Stadium paralisis
e. Stadium koma
100.
Tn O usia 67 tahun datang dengan keluhan kelemahan badan sebelah kiri
disertai dengan pusing berputar sejak 5 jam yang lalu. Keluhan juga disertai
dengan tampak kehilangan keseimbangan dan pandangan double pada mata
kanan. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan dibetes mellitus yang tidak
terkontrol. Pemeriksaan tanda vital TD 160/100mmHg nadi 92x/m RR 20x/m
suhu afebris. Pemeriksaan neurologis didapatkan motoric 5555/3333,
romberg test (+). Lokasi patologis yang terkena pada kasus pasien adalah?
a. Arteri serebri media
b. Arteri serebri anterior
c. Arteri lacunaris
d. Arteri vertebrobasilar
e. Arteri serebri posterior
100.
Tn O usia 67 tahun datang dengan keluhan kelemahan badan sebelah kiri
disertai dengan pusing berputar sejak 5 jam yang lalu. Keluhan juga disertai
dengan tampak kehilangan keseimbangan dan pandangan double pada mata
kanan. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan dibetes mellitus yang tidak
terkontrol. Pemeriksaan tanda vital TD 160/100mmHg nadi 92x/m RR 20x/m
suhu afebris. Pemeriksaan neurologis didapatkan motoric 5555/3333,
romberg test (+). Lokasi patologis yang terkena pada kasus pasien adalah?
a. Arteri serebri media
b. Arteri serebri anterior
c. Arteri lacunaris
d. Arteri vertebrobasilar
e. Arteri serebri posterior
STROKE
Manifestasi Klinis
Lokasi Stroke

Sistem Karotis Sistem Vertebrobasilar

• Hemiparese/paresthesia • Hemiparese alternans


• Disartria/afasia • Tetraparese
• Monocular blindness • Vertigo dan muntah
• Ataxia
• Disfagia, distonia
Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis
100. D Arteri vertebrobasilar
a. Arteri serebri media
b. Arteri serebri anterior
c. Arteri lacunaris
d. Arteri vertebrobasilar
e. Arteri serebri posterior
101.
An. Susi, berusia 5 tahun datang ke poliklinik dibawa oleh orang tuanya
karena sering menyendiri di sudut ruangan sambil menulis. Menurut
orang tua pasien, pasien jarang berinteraksi dengan orang lain, ketika
dipanggil pasien sering tidak menoleh, pembicaraan pasien juga tidak
dimengerti, namun pasien mempunyai satu keahlian yaitu pasien jago
bermain piano, bahkan pasien dapat membuat instrumen piano
tersendiri. Apa diagnosis yang tepat untuk pasien?
a. Sindrom Asperger
b. Sindrom Savant
c. Gangguan pemusatan perhatian dan perilaku
d. High functioning autism
e. Sindrom Rett
101.
An. Susi, berusia 5 tahun datang ke poliklinik dibawa oleh orang tuanya
karena sering menyendiri di sudut ruangan sambil menulis. Menurut
orang tua pasien, pasien jarang berinteraksi dengan orang lain, ketika
dipanggil pasien sering tidak menoleh, pembicaraan pasien juga tidak
dimengerti, namun pasien mempunyai satu keahlian yaitu pasien jago
bermain piano, bahkan pasien dapat membuat instrumen piano
tersendiri. Apa diagnosis yang tepat untuk pasien?
a. Sindrom Asperger
b. Sindrom Savant
c. Gangguan pemusatan perhatian dan perilaku
d. High functioning autism
e. Sindrom Rett
SAVANT SYNDROME
o Savant syndrome mengacu pada seseorang dengan kemampuan
yang luar biasa pada satu topik tertentu, jauh diatas rata-rata orang
normal. Topik tersebut adalah seni, perhitungan, music dan
visuspasial.
o Hampir sebagian orang dengan kemampuan savant syndrome juga
memiliki kondisi lain, yang paling sering adalah autism
101. B. Sindrom savant
a. Sindrom Asperger
b. Sindrom Savant
c. Gangguan pemusatan perhatian dan perilaku
d. High functioning autism
e. Sindrom Rett
102.
Tn. Nam DS, pria berusia 30 tahun datang ke IGD RS dibawa oleh istrinya
dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 2 jam yang lalu. Menurut istri
pasien, pasien sempat berobat ke dokter karena mengamuk pada istrinya
karena yakin istrinya berselingkuh. Pasien kemudian diberikan obat yang
tidak diketahui namanya oleh dokter dan sudah dikonsumsi selama 2
minggu. Pada PF didapatkan kesadaran somnolen, TD 80/palasi,
Nadi140x/menit, suhu 39,2°C. Ditemukan rigiditas diseluruh tubuh pasien
dan diaforesis. Apa tatalaksana yang tepat untuk pasien?
a. Haloperidol
b. Bromokriptin
c. Metilfenidat
d. Donepezil
e. Paracetamol
102.
Tn. Nam DS, pria berusia 30 tahun datang ke IGD RS dibawa oleh istrinya
dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 2 jam yang lalu. Menurut istri
pasien, pasien sempat berobat ke dokter karena mengamuk pada istrinya
karena yakin istrinya berselingkuh. Pasien kemudian diberikan obat yang
tidak diketahui namanya oleh dokter dan sudah dikonsumsi selama 2
minggu. Pada PF didapatkan kesadaran somnolen, TD 80/palasi, Nadi
140x/menit, suhu 39,2°C. Ditemukan rigiditas diseluruh tubuh pasien dan
diaforesis. Apa tatalaksana yang tepat untuk pasien?
a. Haloperidol
b. Bromokriptin
c. Metilfenidat
d. Donepezil
e. Paracetamol
Efek Samping Antipsikotik
Neuroleptic Malignant Syndrome (NMS)
• Hipertermia
• Rigiditas otot yang sangat berat
• Sistem otonom yang tak labil (hipertemia, takikardia, tekanan darah
meningkat, takipnea dan diaphoresis,
• Penurunan kesadaran
Daftar Obat yang dipakai mengatasi Efek Samping
Anti Psikotik

Nama Generik Dosis (mg/hari) Target efek samping ekstrapiramidal

Triheksilfenidil 1-15 Akatisia,distonia,parkinsonism


Amantadin 100-300 Akatisia, parkinsonisme
Propranolol 30-90 Akatisia
Lorazepam 1-6 Akatisia
Difenhidramin 25-50 Akatisia,distonia,parkinsonism
Sulfas Atropin 0.5-0.75 Distonia akut
Dantrolen 0.8-2.5 Sindroma Neuroleptik Malignansi
Bromokriptin 20-30 Sindroma Neuroleptik Malignansi
102. B. Bromokriptin
a. Haloperidol
b. Bromokriptin
c. Metilfenidat
d. Donepezil
e. Paracetamol
103.
An. XX, berusia 13 tahun dibawa oleh orang tuanya karena mengalami
gangguan tidur, menurut orang tuanya pasien sering berjalan saat
dirinya tertidur. Pagi hari bila ditanya pasien tidak mengingat hal
tersebut dan mengatakan bahwa tidurnya lelap semalam. Menurut
orang tua pasien, pernah pasien tertidur di teras rumah dan saat
terbangun pasien kaget namun tidak tahu mengapa berada di teras.
Apa gangguan yang terjadi pada pasien?
a. Narkolepsi
b. Somnabulisme
c. Nightmare
d. Pavor nocturnal
e. Night terror
103.
An. XX, berusia 13 tahun dibawa oleh orang tuanya karena mengalami
gangguan tidur, menurut orang tuanya pasien sering berjalan saat
dirinya tertidur. Pagi hari bila ditanya pasien tidak mengingat hal
tersebut dan mengatakan bahwa tidurnya lelap semalam. Menurut
orang tua pasien, pernah pasien tertidur di teras rumah dan saat
terbangun pasien kaget namun tidak tahu mengapa berada di teras.
Apa gangguan yang terjadi pada pasien?
a. Narkolepsi
b. Somnabulisme
c. Nightmare
d. Pavor nocturnal
e. Night terror
Klasifikasi

DYSSOMNIA PARASOMNIA

Insomnia Somnabulisme

Hipersomnia Night Terror

Ggn Jadwal Tidur-Jaga Nightmares

Narcolepsy
Klasifikasi

Somnabulisme : Berjalan sambil tidur, biasa dapat kembali ke tempat


tidur lagi dan tidak memiliki ingatan apapun tentang kejadian tersebut

Night Terror : Pasien terbangun mendadak dari tidur sambil berteriak


ketakutan, namun tidak ingat mimpinya, setelahnya dapat kembali
tertidur

Nightmare : Pasien terbangun mendadak dari tidur dan mengingat


serta dapat menceritakan kembali mimpi buruknya, setelah dapat
kembali tidur
103. B. Somnabulisme
a. Narkolepsi
b. Somnabulisme
c. Nightmare
d. Pavor nocturnal
e. Night terror
104.
Tn. Zidane, pria usia 40 tahun datang ke klinik dibawa oleh istrinya
karena sulit tidur sudah 2 minggu. Menurut istrinya pasien sering
gelisah, mondar mandir, tidak mau mandi dan tidak mau makan. Pasien
sering bicara melantur. Isi pembicaraan pasien berbelit dan tidak
sampai ke tujuan pembicaraan. Hasil pemeriksaan fisik dalam batas
normal. Apa jenis gangguan tersebut?
a. Sirkumstansial
b. Logorea
c. Flight of idea
d. Asosiasi bunyi
e. Tangensial
104.
Tn. Zidane, pria usia 40 tahun datang ke klinik dibawa oleh istrinya
karena sulit tidur sudah 2 minggu. Menurut istrinya pasien sering
gelisah, mondar mandir, tidak mau mandi dan tidak mau makan. Pasien
sering bicara melantur. Isi pembicaraan pasien berbelit dan tidak
sampai ke tujuan pembicaraan. Hasil pemeriksaan fisik dalam batas
normal. Apa jenis gangguan tersebut?
a. Sirkumstansial
b. Logorea
c. Flight of idea
d. Asosiasi bunyi
e. Tangensial
Proses Pikir
• Bentuk Pikir
- Derealistik : tidak sesuai kenyataan dan tidak mungkin
- Dereistik : tidak sesuai kenyataan tapi masih mungkin
- Pikiran kongkrit : pikiran terbatas pada 1 dimensi arti
• Isi Pikir
- Ideas of reference : merasa orang lain membicarakan dia
- Waham : Keyakinan palsu tanpa stimulus
- Obsesi : Ide atau gagasan berulang yang persisten
- Fobia : ketakutan yang tidak rasional thd objek
Proses Pikir
- Anosognosis : menolak kenyataan bahwa pasien menderita suatu
penyakit
• Progres piker
- Neologisme : membentuk kata atau istilah baru
- Word salad : bentuk berat dari neologisme
- Asosiasi longgar : kalimat-kalimat tak berhubungan
- Inkoherensi : bentuk berat dari asosiasi longgar
- Sirkumstansial : berbicara dari pokok tapi masih bisa kembali
- Tangential : berbicara keluar dari pokok dan tidak kembali
104. E. Tangensial
a. Sirkumstansial
b. Logorea
c. Flight of idea
d. Asosiasi bunyi
e. Tangensial
105.
Tn. Han JP, pria berusia 75 tahun dibawa oleh anaknya karena akhir
akhir ini pasien sering lupa nama orang, bahkan nama cucu dan
anaknya pun terkadang lupa. Menurut anak pasien, pasien pernah
meletakan sepatu di dalam kulkas dan kerap lupa menyimpan barang
barang pribadinya. Pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi dan
DM. Apa diagnosis pasien?
a. Demensia alzheimer
b. Demensia lewy bodies
c. Demensia frontotemporal
d. Demensia vaskular
e. Demensia tak terinci
105.
Tn. Han JP, pria berusia 75 tahun dibawa oleh anaknya karena akhir
akhir ini pasien sering lupa nama orang, bahkan nama cucu dan
anaknya pun terkadang lupa. Menurut anak pasien, pasien pernah
meletakan sepatu di dalam kulkas dan kerap lupa menyimpan barang
barang pribadinya. Pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi dan
DM. Apa diagnosis pasien?
a. Demensia alzheimer
b. Demensia lewy bodies
c. Demensia frontotemporal
d. Demensia vaskular
e. Demensia tak terinci
Definisi Demensia
Merupakan sindrom akibat penyakit otak, bersifat kronik progresif,
ditandai dengan kemunduran fungsi kognitif multipel, yaitu fungsi
memori, aphasia, apraksia, agnosia, dan fungsi eksekutif.
Kesadaran pada umumnya tidak terganggu. Adakalanya disertai
gangguan psikologik dan perilaku
Demensia
A. Demensia pada Penyakit Alzheimer
B. Demensia Vaskular
C. Demensia pada Penyakit Pick
D. Demensia pada Penyakit Creutfeld-Jacob
E. Demensia pada penyakit Huntington
F. Demensia pada Penyakit Parkinson
G. Demensia pada Penyakit HIV/AIDS

Demensia tipe Alzheimer prevalensinya paling besar (50-60%), disusul Demensia Vaskular (20-30%).
DEMENSIA VASKULAR

Gangguan memori yang disertai dengan bukti penyakit serebro vascular, biasanya
terdapat riwayat hipertensi tidak terkontro dan stroke

Demensia tipe Alzheimer prevalensinya paling besar (50-60%), disusul Demensia Vaskular (20-30%).
105. D. Demensia Vaskular
a. Demensia alzheimer
b. Demensia lewy bodies
c. Demensia frontotemporal
d. Demensia vaskular
e. Demensia tak terinci
106.
Ny. P, 24 tahun datang diantar adiknya karena sering sedih, keluhan
muncul sejak suaminya meninggal akibat sakit 3 bulan yang lalu. Pasien
tidak bertenaga dan tidak semangat menjalani hidup. Pemeriksaan fisik
dalam batas normal. Apa diagnosis yang tepat untuk pasien?
a. Depresi berat dengan gejala psikotik
b. Distimia
c. Gangguan penyesuaian
d. Gangguan stress pasca trauma
e. Gangguan cemas menyeluruh
106.
Ny. P, 24 tahun datang diantar adiknya karena sering sedih, keluhan
muncul sejak suaminya meninggal akibat sakit 3 bulan yang lalu. Pasien
tidak bertenaga dan tidak semangat menjalani hidup. Pemeriksaan fisik
dalam batas normal. Apa diagnosis yang tepat untuk pasien?
a. Depresi berat dengan gejala psikotik
b. Distimia
c. Gangguan penyesuaian
d. Gangguan stress pasca trauma
e. Gangguan cemas menyeluruh
Manifestasi Klinis Gangguan Penyesuaian
• Respon emosional terhadap peristiwa stres.
• Stressor melibatkan masalah keuangan, penyakit medis, atau masalah
hubungan.
• Gejala harus dimulai dalam waktu 3 bulan dari stressor.
• Hal ini dapat: akut (kurang 6 bulan) atau kronis (lebih dari 6 bulan)
Penatalaksanaan
Psikoterapi
• Psikoterapi tetap merupakan pengobatan pilihan untuk gangguan
penyesuaian. Terapi kelompok dapat sangat bermanfat bagi pasien
yang memiliki stress. Psikoterapi individu menawarkan kesempatan
bagi pasien untuk mengeksplorasi makna stressor nya sehingga
trauma sebelumnya dapat bekerja melalui.
106. C. Gangguan penyesuaian
a. Depresi berat dengan gejala psikotik
b. Distimia
c. Gangguan penyesuaian
d. Gangguan stress pasca trauma
e. Gangguan cemas menyeluruh
107.
Ny. S, 32 tahun dibawa ke IGD karena mengamuk karena tidak boleh keluar
rumah oleh keluarganya. Pasien saat ini menggunakan pakaian musim dingin
dan berdandan sangat menor padahal cuaca sedang sangat panas, pasien
juga berteriak-teriak tidak berhenti. Pasien percaya bahwa dirinya adalah
istri dari Brad pitt sehingga sering mengambur-hamburkan uangnya. Gejala
ini sudah terjadi sejak 2 bulan yang lalu. Sebelumnya tidak pernah ada
keluhan seperti ini. Apakah diagnosis yang tepat?
a. Skizofrenia residual
b. Distimia
c. Gangguan afektif bipolar tipe manik
d. Skizoafektif tipe manik
e. Skizofrenia herbefrenik.
107.
Ny. S, 32 tahun dibawa ke IGD karena mengamuk karena tidak boleh keluar
rumah oleh keluarganya. Pasien saat ini menggunakan pakaian musim dingin
dan berdandan sangat menor padahal cuaca sedang sangat panas, pasien
juga berteriak-teriak tidak berhenti. Pasien percaya bahwa dirinya adalah
istri dari Brad pitt sehingga sering mengambur-hamburkan uangnya. Gejala
ini sudah terjadi sejak 2 bulan yang lalu. Sebelumnya tidak pernah ada
keluhan seperti ini. Apakah diagnosis yang tepat?
a. Skizofrenia residual
b. Distimia
c. Gangguan afektif bipolar tipe manik
d. Skizoafektif tipe manik
e. Skizofrenia herbefrenik.
Definisi
Skizoafektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan dua
gambaran yang berulang yaitu :
❑ Gambaran gangguan skizofrenia (memenuhi kriteria A skizofrenia)
dan
❑ Episod mood baik depresi mayor maupun bipolar.
Tipe Tiga
Manik Subtipe

Tipe Tipe
Depresi Campuran
Pedoman Diagnosis ( ICD 10 & PPDGJ 3 )

Adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada


saat yang bersamaan.
Skizoafektif Tipe Manik
• Suasana perasaan harus meningkat secara menonjol atau ada
peningkatan suasana perasaan yang tak begitu mencolok dikombinasi
dengan iritabilitas atau kegelisahan yang meningkat.
• Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih
baik lagi dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan
untuk skizofrenia).
Skizoafektif Tipe Depresif
o Harus ada depresi yang menonjol, disertai oleh sedikitnya dua
gejala depresif yang khas atau kelainan perilaku seperti yang
terdapat dalam kriteria episode depresif;
o Dalam episode yang sama, sedikitnya harus ada satu atau lebih
dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk
pedoman diagnostik skizofrenia).
Skizoafektif Tipe Campuran
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia ada secara bersama-
sama dengan gejala-gejala gangguan afektif bipolar tipe campuran.
107. D Skizoafektif tipe manik
a. Skizofrenia residual
b. Distimia
c. Gangguan afektif bipolar tipe manik
d. Skizoafektif tipe manik
e. Skizofrenia herbefrenik.
108.
An. R, berusia 9 tahun dibawa oleh ibunya ke dokter. Ibunya mengatakan
bahwa pasien sering tidak bisa diam di kelas dan mengganggu teman yang
lain belajar, ibu pasien juga mengatakan bila belajar pasien sulit untuk
berkonsentrasi dan tidak mampu mengerjakan PR nya hingga selesai.
Apakah tatalaksana farmakologi yang tepat adalah?
a. Risperidone
b. Metilfenidat
c. Fluoxetin
d. Sertralin
e. Haloperidol
108.
An. R, berusia 9 tahun dibawa oleh ibunya ke dokter. Ibunya mengatakan
bahwa pasien sering tidak bisa diam di kelas dan mengganggu teman yang
lain belajar, ibu pasien juga mengatakan bila belajar pasien sulit untuk
berkonsentrasi dan tidak mampu mengerjakan PR nya hingga selesai.
Apakah tatalaksana farmakologi yang tepat adalah?
a. Risperidone
b. Metilfenidat
c. Fluoxetin
d. Sertralin
e. Haloperidol
Definisi ADHD
suatu kondisi yang ditandai dengan adanya gejala berkurangnya
perhatian dan atau aktivitas/impulsivitas yang berlebihan. Kedua
ciri ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata
ada pada lebih dari satu situasi (misalnya di rumah dan di dalam
kelas atau di klinik).
Kriteria Diagnosis
• Berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan
• Berkurangnya perhatian
• Hiperaktivitas
• Gambaran penyerta
• Gangguan belajar
• Gangguan tingkah laku
Penatalaksanaan
Obat lini pertama:
• Obat golongan psikostimulan, yaitu: Metilfenidat Hidroklorida
.Dosis: dosis terapi : 0,3-0,7mg/KgBB/hari. Diberikan satu kali
sehari di pagi hari sesuai dengan kebutuhan dan indikasi klinis,
serta memperhatikan efek samping.
• Obat golongan non-stimulan, yaitu: Atomoxetine Dosis yang dapat
digunakan: 10 – 80 mg satu sampai dengan dua kali sehari.
Sediaan obat yang saat ini terdapat di Indonesia adalah tablet 10
mg.
108. B. Metilfenidat
a. Risperidone
b. Metilfenidat
c. Fluoxetin
d. Sertralin
e. Haloperidol
109.
Tn. X, seorang pria masuk UGD karena mengamuk di komplek rumahnya.
Pasien merupakan pasien RSJ dan sudah lama tidak kontrol, pasien di
diagnosis mengalami skizofrenia sudah 2 tahun yang lalu oleh dokter.
Apakah neurotransmitter yang berperan?
a. GABA
b. Norepinephrine
c. Dopamine
d. Serotonine
e. Adrenalin
109.
Tn. X, seorang pria masuk UGD karena mengamuk di komplek rumahnya.
Pasien merupakan pasien RSJ dan sudah lama tidak kontrol, pasien di
diagnosis mengalami skizofrenia sudah 2 tahun yang lalu oleh dokter.
Apakah neurotransmitter yang berperan?
a. GABA
b. Norepinephrine
c. Dopamine
d. Serotonine
e. Adrenalin
Peran neurotransmitter pada Skzofrenia
•Penderita skizofrenia dapat mengalami halusinasi baik halusinasi
dengar yang berkomentar secara terus menerus terhadap diri
penderita, halusinasi visual berupa visualisasi sosok manusia atau
sosok lain yang sebenarnya tidak ada,ataupun halusinasi
penciuman.
•Penderita skizofrenia akan terlihat ketakutan, kesal, gaduh gelisah,
agresif, dan terganggu aktivitas sehari-hari karena halusinasi ini.
Yang mengatur emosi manusia adalah sistem limbik
•Aktivitas dopamine yang berlebih pada jalur iniakan menyebabkan
gejala-gejala positif pada skizofrenia.
109. C. Dopamine
a. GABA
b. Norepinephrine
c. Dopamine
d. Serotonine
e. Adrenalin
110
Tn. W usia 58 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan pandangan kabur
perlahan sejak 3 bulan terakhir, penglihatan seperti melihat dalam
terowongan, mata merah (-), nyeri mata (-), nyeri kepala (-). Dari hasil
pemeriksaan didapatkan visus ODS 4/60, tidak maju dengan pinhole.
Segmen anterior tenang. hasil funduskopi seperti gambar dibawah:

Kelainan yang terjadi pada papil pasien adalah ?


a. Papil edema
b. Papil atrofi
c. Papil cupping
d. Papil neuropati
e. Papil enlargement
110
Tn. W usia 58 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan pandangan kabur
perlahan sejak 3 bulan terakhir, penglihatan seperti melihat dalam
terowongan, mata merah (-), nyeri mata (-), nyeri kepala (-). Dari hasil
pemeriksaan didapatkan visus ODS 4/60, tidak maju dengan pinhole.
Segmen anterior tenang. hasil funduskopi seperti gambar dibawah:

Kelainan yang terjadi pada papil pasien adalah ?


a. Papil edema
b. Papil atrofi
c. Papil cupping
d. Papil neuropati
e. Papil enlargement
Glaucoma
Neuropati optik:
• TIO tinggi >21
• Hilang serabut saraf optik
• Perubahan diskus optikus
• Perubahan lapang pandang
Klasifikasi
1. Glaukoma akut :
• Glaukoma primer: timbul dengan sendirinya (bakat bawaan
glaucoma)
• Glaukoma sekunder: timbul sebagai penyulit penyakit mata lain
ataupun sistemik
2. Glaukoma kronis :
• Glaukoma kronis primer
• Glaukoma kronis sekunder
Anamnesis
• Fase awal: tidak menimbulkan keluhan, diketahui secara kebetulan
bila melakukan pengukuran TIO
• Mata terasa pegal
• Pusing
• Rasa tidak nyaman atau mata cepat lelah
• Mungkin ada riwayat penyakit mata, trauma, atau pemakaian obat
kortikosteroid
• Kehilangan lapang pandang perifer secara bertahap pada kedua
mata
• Fase lanjut: penyempitan lapang pandang yang bermakna hingga
menimbulkan gangguan, seperti menabrak-nabrak saat berjalan.
Anamnesis
FAKTOR RISIKO
• Usia 40 tahun atau lebih
• Ada anggota keluarga menderita glaukoma
• Penderita miopia, penyakit kardiovaskular, DM, migrain
• Riwayat pemakaian obat steroid secara rutin
• Riwayat trauma pada mata
Pemeriksaan Fisik
• Visus normal atau menurun
• Lapang pandang menyempit pada tes konfrontasi
• TIO meningkat
• Funduskopi: papil cupping, rasio cup/disc meningkat
(rasio cup/disc normal: 0.3)
Terapi
• Pengobatan umumnya medikamentosa dengan
obat-obat glaukoma, contohnya Timolol 0.5%, 2 x
1 tetes/hari.
• Jenis obat lain dapat diberikan bila dengan 1
macam obat TIO belum terkontrol
110. C. Papil cupping
a. Papil edema
b. Papil atrofi
c. Papil cupping
d. Papil neuropati
e. Papil enlargement
111
Tn. Q usia 50 tahun datang dengan keluhan mata kiri kabur mendadak sejak
3 jam yang lalu. Dari hasil pemeriksaan didapatkan visus 1/∞, injeksi
konjungtiva (-). Dari pemeriksaan funduskopi didapatkan vitreus jernih
dengan retina pucat, cherry spot (+). Pasien memiliki riwayat hipertensi dan
dislipidemia namun tidak rutin minum obat. Diagnosis yang tepat untuk
kasus ini adalah?
a. Retinopati hipertensi
b. Ablasio retina
c. Oklusi arteri retina sentral
d. Oklusi vena retina sentral
e. Papil atrofi
111
Tn. Q usia 50 tahun datang dengan keluhan mata kiri kabur mendadak sejak
3 jam yang lalu. Dari hasil pemeriksaan didapatkan visus 1/∞, injeksi
konjungtiva (-). Dari pemeriksaan funduskopi didapatkan vitreus jernih
dengan retina pucat, cherry spot (+). Pasien memiliki riwayat hipertensi dan
dislipidemia namun tidak rutin minum obat. Diagnosis yang tepat untuk
kasus ini adalah?
a. Retinopati hipertensi
b. Ablasio retina
c. Oklusi arteri retina sentral
d. Oklusi vena retina sentral
e. Papil atrofi
Oklusi Arteri
Central Retinal Artery Branch Retinal Artery Occlusion
Occlusion (CRAO) (BRAO)
• Anamnesis : Unilateral, tdk • Anamnesis: Unilateral, tdk
nyeri, ↓visus mendadak, riw nyeri, ↓sebagian lapang
amaurosis fugax pandang, riw amaurosis fugax
• Pemfis khas: Opasitas • Pemfis khas: Opasitas
superfisial pd polus posterior superfisial pd distribusi
retina, cherry-red spot di cabang arteri yg defek, edema
sentral makula, cattle- local
trucking, ground-glass retina • Etiologi: Atherosclerotic-
• Etiologi: Atherosclerotic- related thrombus, emboli,
related thrombus, emboli, angiospasme, peningkatan
angiospasme, peningkatan TIO
TIO
Funduskopi Oklusi Arteri
Oklusi Arteri dan Vena Retina
111. C. Oklusi arteri retina sentral
a. Retinopati hipertensi
b. Ablasio retina
c. Oklusi arteri retina sentral
d. Oklusi vena retina sentral
e. Papil atrofi
112
An. Fikri, usia 7 tahun dibawa ke puskesmas oleh ibunya dengan keluhan sering
menabrak benda terutama saat sore menjelang malam hari. Dari anamnesis
didapatkan pasien sulit makan sejak kecil dan memiliki alergi susu sapi. Keluhan sudah
dirasakan sejak 1 bulan SMRS. Hasil pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus ODS
6/6, konjungtiva tampak kering dan terdapat bercak putih seperti sabun pada sisi
temporal sklera. Kornea tampak kering (+). Staging yang tepat pada kasus ini adalah?
a. XIA
b. XIB
c. X2
d. X3A
e. XN
112
An. Fikri, usia 7 tahun dibawa ke puskesmas oleh ibunya dengan keluhan sering
menabrak benda terutama saat sore menjelang malam hari. Dari anamnesis
didapatkan pasien sulit makan sejak kecil dan memiliki alergi susu sapi. Keluhan sudah
dirasakan sejak 1 bulan SMRS. Hasil pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus ODS
6/6, konjungtiva tampak kering dan terdapat bercak putih seperti sabun pada sisi
temporal sklera. Kornea tampak kering (+). Staging yang tepat pada kasus ini adalah?
a. XIA
b. XIB
c. X2
d. X3A
e. XN
Xerofthalmia
• Kekurangan vitamin A
• Insidensi: 6 bulan – 4 tahun
Anamnesis
• Mata kering
• Kelilipan
• Nyeri mata
• Buta senja
• Penglihatan menurun
Derajat
XN Night blindness
a. X1A Conjunctival xerosis
b. X1B Bitot’s spots
c. X2 Corneal xerosis
d. X3A Corneal ulceration/keratomalacia affecting less than one-third corneal
surface
e. X3B Corneal ulceration/keratomalacia affecting more than one-third
corneal surface.
f. XS Corneal scar due to xerophthalmia
g. XF Xerophthalmic fundus.
Terapi
a. Pada defisiensi vitamin A, diberikan vitamin A dosis
tinggi.
i. < 6 bulan 50.000 IU ½ kapsul biru
ii. 6-11 bulan 100.000 IU 1 kapsul biru
iii. >12 bulan 200.000 IU 1 kapsul
b. Lubrikasi kornea.
c. Pencegahan terhadap infeksi sekunder dengan tetes
mata antibiotik
112. C. X2
a. XIA
b. XIB
c. X2
d. X3A
e. XN
113
Nn. Alamanda, 21 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan mata kanan
terasa nyeri. Pasien mengaku nyeri timbul setelah terkena kok bulu tangkis
saat bermain badminton. Pasien mengaku mual dan muntah. Hasil
pemeriksaan oftalmologi: VOD 1/60, VOS 6/6 OD: segmen anterior nampak
edem palpebra, injeksi perikornea (+), edema kornea, nampak kemerahan
penuh pada COA kanan. OS: dalam batas normal. TIO OD: 42 mmHg, TIO OS:
17 mmHg. Apakah tatalaksana awal yang harus dilakukan saat ini?
a. Bedrest + Asetazolamid
b. Bedrest saja
c. Asetazolamid + Antikoagulan
d. Parasintesis saat ini juga
e. Antibiotik dan steroid topikal
113
Nn. Alamanda, 21 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan mata kanan
terasa nyeri. Pasien mengaku nyeri timbul setelah terkena kok bulu tangkis
saat bermain badminton. Pasien mengaku mual dan muntah. Hasil
pemeriksaan oftalmologi: VOD 1/60, VOS 6/6 OD: segmen anterior nampak
edem palpebra, injeksi perikornea (+), edema kornea, nampak kemerahan
penuh pada COA kanan. OS: dalam batas normal. TIO OD: 42 mmHg, TIO OS:
17 mmHg. Apakah tatalaksana awal yang harus dilakukan saat ini?
a. Bedrest + Asetazolamid
b. Bedrest saja
c. Asetazolamid + Antikoagulan
d. Parasintesis saat ini juga
e. Antibiotik dan steroid topikal
Hifema
• Akumulasi darah pada bilik mata depan
• E/: trauma atau spontan
Anamnesis
a. Nyeri pada mata
b. Penglihatan terganggu (bila menutupi aksis visual)
c. Fotofobia/silau
d. Faktor risiko: Hifema spontan disebabkan oleh
neovaskularisasi iris (seperti pada pasien diabetes dan
oklusi vena retina, koagulopati, dan pemakaian
antikoagulan)
Pemeriksaan Fisik

• Visus umumnya
turun
• Tampak darah di
bilik mata depan
Terapi
• Pembatasan aktivitas fisik: berbaring semi fowler
• Pelindung mata (protective shield)
• Analgesik yang tidak mengandung NSAID (Non-Steroidal
Anti Inflammatory Drug)
• Siklopegik (midriasis): mengurangi sakit dan risiko
sinekia posterior
• Peningkatan TIO: Acetazolamid 500 mg PO
• Rujuk
113. A. Bedrest + Asetazolamid
a. Bedrest + Asetazolamid
b. Bedrest saja
c. Asetazolamid + Antikoagulan
d. Parasintesis saat ini juga
e. Antibiotik dan steroid topikal
114
Tn. J, 35 tahun datang ke tempat praktek anda dengan keluhan mata terasa
berat dan nyeri. Keluhan sudah dirasakan sejak 1 minggu SMRS dan terus
memberat. Riwayat trauma disangkal. Pada pemeriksaan mata didapatkan
tampak kemerahan dan bengkak pada sisi temporal mata sebelah kanan.
Didapati bentuk S terbalik pada palpebra dekstra. Pemeriksaan segmen mata
anterior dan posterior dalam batas normal. Apa diagnosis dan penyebab
terseringnya?
a. Dakriosistitis – S. aureus
b. Dakrioadenitis – S. aureus
c. Hordeolum – S. epidermidis
d. Dakriosistitis – Mumps Virus
e. Dakrioadenitis – Mumps Virus
114
Tn. J, 35 tahun datang ke tempat praktek anda dengan keluhan mata terasa
berat dan nyeri. Keluhan sudah dirasakan sejak 1 minggu SMRS dan terus
memberat. Riwayat trauma disangkal. Pada pemeriksaan mata didapatkan
tampak kemerahan dan bengkak pada sisi temporal mata sebelah kanan.
Didapati bentuk S terbalik pada palpebra dekstra. Pemeriksaan segmen mata
anterior dan posterior dalam batas normal. Apa diagnosis dan penyebab
terseringnya?
a. Dakriosistitis – S. aureus
b. Dakrioadenitis – S. aureus
c. Hordeolum – S. epidermidis
d. Dakriosistitis – Mumps Virus
e. Dakrioadenitis – Mumps Virus
Dakrioadenitis
• Peradangan kelenjar
lakrimal.
Etiologi
• Kondisi ini paling sering terjadi pada anak akibat
komplikasi dari parotitis e.c Mumps Virus
• Selain itu bisa juga diakibatkan Eipsten-Barr virus,
campak, atau influenza

• Pada dewasa sering terjadi akibat infeksi bakteri


Anamnesis
• Sakit di daerah glandula lakrimal (temporal atas
rongga orbita)
• Nyeri bila mata digerakan
Pemeriksaan Fisik
• Kelopak mata bengkak
• Kemosis konjungtiva
• Secret mata
• Pembesaran kelenjar preaurikel
• Kelopak mata dibalik:
pembengkakan warna merah di
bawah kelopak mata atas
temporal
Terapi
• Kompres hangat
• Antibiotic sistemik
• Bila abses → insisi
114. E. Dakrioadenitis – Mumps Virus
a. Dakriosistitis – S. aureus
b. Dakrioadenitis – S. aureus
c. Hordeolum – S. epidermidis
d. Dakriosistitis – Mumps Virus
e. Dakrioadenitis – Mumps Virus
115
An. M, usia 8 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan mata merah sejak
seminggu yang lalu. Anak sering mengucek mata karena terasa gatal dan
seperti ada yang mengganjal. Terdapat riwayat gatal dan asma pada ayah
pasien. Pemeriksaan oftalmologis ditemukan cobble stone pada konjungtiva
tarsal pasien. VODS 6/6. Pemeriksaan segmen mata dalam normal. Apa
tatalaksana untuk meringankan keluhan pasien?
a. Acyclovir 3% salep mata
b. Chloramphenicol 0,5% tetes mata
c. Sodium hyaluronate 0,1% tetes mata
d. Sodium cromolyn 4% tetes mata
e. Gentamycin 3% salep mata
115
An. M, usia 8 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan mata merah sejak
seminggu yang lalu. Anak sering mengucek mata karena terasa gatal dan
seperti ada yang mengganjal. Terdapat riwayat gatal dan asma pada ayah
pasien. Pemeriksaan oftalmologis ditemukan cobble stone pada konjungtiva
tarsal pasien. VODS 6/6. Pemeriksaan segmen mata dalam normal. Apa
tatalaksana untuk meringankan keluhan pasien?
a. Acyclovir 3% salep mata
b. Chloramphenicol 0,5% tetes mata
c. Sodium hyaluronate 0,1% tetes mata
d. Sodium cromolyn 4% tetes mata
e. Gentamycin 3% salep mata
Konjungtivitis
• Radang konjungtiva
• Etiologi
• mikroorganisme (virus, bakteri, jamur)
• Iritasi
• reaksi alergi
Anamnesis
• Mata merah terasa mengganjal, gatal dan berair,
kadang disertai sekret
• Tidak disertai penurunan tajam penglihatan
• Faktor risiko:
• Daya tahan tubuh yang menurun
• Adanya riwayat atopi
• Penggunaan kontak lens dengan perawatan yang tidak baik
• Higiene personal yang buruk
Pemeriksaan Fisik
• Visus normal
• Injeksi konjungtival
• Edema kelopak, kemosis
• Eksudasi
• Serosa → infeksi virus dan iritasi
• Mukoid → alergi
• Mukopurulen → infeksi bakteri ringan dan klamidia
• Purulen → infeksi gonoccocal
• Konjungtiva tarsal dapat ditemukan folikel, papil atau papil
raksasa, flikten, membrane, atau pseudomembran
Konjungtivitis e.c alergi
Vernal Flikten Atopi
Hipersensitivitas tipe I. Hipersensitivitas tipe IV. Reaksi alergi terhadap
Berhubungan dengan Alergi terhadap bakteri polen.
musim. atau antigen tertentu. Disertai demam.
Papil besar dengan Kumpulan pembuluh
permukaan rata. darah mengelilingi
(cobble stone) suatu tonjolan bulat
Hipertrofi papil. dengan warna kuning
Degenerasi epitel kelabu
kornea (trantas dot).
Konjungtivitis Vernal
Reaksi Hipersensitivitas Tipe 1
Rekuren bilateral
Terdapat 2 tipe:
• Palpebral –papil besar di jonjungtiva
tarsalis, cobblestone +sekret mukoid
• Limbal (Horner Trantas Dots di limbus
Tatalaksana:
• Mengindari alergen
• Mast cell stabilizer (sodium cromolyn 4%)
• Steroid topikal
• Anti histamin topikal
115. D. Sodium cromolyn 4% tetes mata
a. Acyclovir 3% salep mata
b. Chloramphenicol 0,5% tetes mata
c. Sodium hyaluronate 0,1% tetes mata
d. Sodium cromolyn 4% tetes mata
e. Gentamycin 3% salep mata
116
An. V usia 8 bulan datang dengan pandangan kabur dan sering
menabrak benda di rumah saat senja. Pada pemeriksaan kedua mata
ditemukan lapisan konjungtiva bulbi kering, kecokelatan, terdapat
bercak busa putih, kornea jernih. Anak tampak kurang gizi. Apakah
diagnosis dan pemberian tatalaksana lanjutan pada pasien?
a. Xeroftalmia 1A, pemberian vitamin A100.000 unit
b. Xeroftalmia IB, pemberian vitamin A 100.000 unit
c. Xeroftamia 1B, pemberian vitamin A 50.000 unit
d. Xeroftalmia IA, pemberian vitamin A 50.000 unit
e. Xeroftalmia 2, pemberian vitamin A 100.000 unit
116
An. V usia 8 bulan datang dengan pandangan kabur dan sering
menabrak benda di rumah saat senja. Pada pemeriksaan kedua mata
ditemukan lapisan konjungtiva bulbi kering, kecokelatan, terdapat
bercak busa putih, kornea jernih. Anak tampak kurang gizi. Apakah
diagnosis dan pemberian tatalaksana lanjutan pada pasien?
a. Xeroftalmia 1A, pemberian vitamin A100.000 unit
b. Xeroftalmia IB, pemberian vitamin A 100.000 unit
c. Xeroftamia 1B, pemberian vitamin A 50.000 unit
d. Xeroftalmia IA, pemberian vitamin A 50.000 unit
e. Xeroftalmia 2, pemberian vitamin A 100.000 unit
Xerofthalmia
• Kekurangan vitamin A
• Insidensi: 6 bulan – 4 tahun
Anamnesis
• Mata kering
• Kelilipan
• Nyeri mata
• Buta senja
• Penglihatan menurun
Derajat
XN Night blindness
a. X1A Conjunctival xerosis
b. X1B Bitot’s spots
c. X2 Corneal xerosis
d. X3A Corneal ulceration/keratomalacia affecting less than one-third corneal
surface
e. X3B Corneal ulceration/keratomalacia affecting more than one-third
corneal surface.
f. XS Corneal scar due to xerophthalmia
g. XF Xerophthalmic fundus.
Terapi
a. Pada defisiensi vitamin A, diberikan vitamin A dosis
tinggi.
i. < 6 bulan 50.000 IU ½ kapsul biru
ii. 6-11 bulan 100.000 IU 1 kapsul biru
iii. >12 bulan 200.000 IU 1 kapsul
b. Lubrikasi kornea.
c. Pencegahan terhadap infeksi sekunder dengan tetes
mata antibiotik
116. B. Xeroftalmia IB, pemberian vitamin A
100.000 unit
a. Xeroftalmia 1A, pemberian vitamin A100.000 unit
b. Xeroftalmia IB, pemberian vitamin A 100.000 unit
c. Xeroftamia 1B, pemberian vitamin A 50.000 unit
d. Xeroftalmia IA, pemberian vitamin A 50.000 unit
e. Xeroftalmia 2, pemberian vitamin A 100.000 unit
117
Nn. H usia 26 thn datang dengan keluhan penglihatan kedua mata
kabur. Kabur di rasakan penglihatannya seperti tertutup tirai. Riwayat
menggunakan kacamata selama 6 tahun, dengan lensa sferis OD S-
12,00, OS S- 14,00. Kelainan yang terjadi pada pasien ini adalah?
a. Ablatio retina regmatogenosa
b. Ablatio retina non-regmatogenosa
c. Ablatio retina traksi
d. Ablatio retina eksudat
e. Retinoblastoma
117
Nn. H usia 26 thn datang dengan keluhan penglihatan kedua mata
kabur. Kabur di rasakan penglihatannya seperti tertutup tirai. Riwayat
menggunakan kacamata selama 6 tahun, dengan lensa sferis OD S-
12,00, OS S- 14,00. Kelainan yang terjadi pada pasien ini adalah?
a. Ablatio retina regmatogenosa
b. Ablatio retina non-regmatogenosa
c. Ablatio retina traksi
d. Ablatio retina eksudat
e. Retinoblastoma
Ablatio Retina
Terpisahnya lapisan neurosensoris dari lapisan epitel pigmen
retina.
Klasifikasi
ablasio retina primer
ablasio retina sekunder (Ablasio retina ablasio retina tersier (Ablasio retina
(Ablasio retina traksional) eksudatif)
rhegmatogen)
• Robekan pada retina • tarikan retina • timbunan cairan di celah potensial
• adanya suatu robekan atau lubang di • adanya jaringan parut antara retina • adanya cairan/eksudat dibawah retina
retina sehingga vitrous humour masuk dan choroid. Biasanya bisa terjadi di yang bisa diakibatkan infeksi tanpa
ke sela2 antara retina dan choroid (isi pasien diabetes yang terjadi retinopati adanya lubang atau robekan di retina.
pembuluh darah untuk nutrisi retina). akibat terbentuknya neovaskularisasi • Pada pasien hipertensi terjadi
• Gejala: Floater, fotopsia, defek lapang yang abnormal dan menjadi vasokonstriksi retina akan kekurangan
pandang tepi lalu menjadi sentral. peradangan asupan sehingga menibmbulkan
tobacco dust appereance pada • Gejala: Penurunan visus dan lapang terbentuknya sel2 radang sehingga
vitreous. pandang, tampak adanya vitreoretinal terbentuk eksudat.
• FR: laki-laki, myopia, afakia, bands • Gejala: Penurunan visus atau lapang
degenerasi retina, trauma, • Etiologi: Post trauma, diabetic pandang tanpa floater dan fotopsia,
penggunaan antibiotic golongan retinopati proliferative, retinopathy of area yg detached berubah sesuai
fluorokuinolon prematurity, sickle cell Retinopathy posisi (shifting fluid)
• Etiologi: Penyakit sistemik (hipertensi,
poliarteritis nodosa), Penyakit mata
(koroiditis, neoplasia)
117. C. Ablatio retina traksi
a. Ablatio retina regmatogenosa
b. Ablatio retina non-regmatogenosa
c. Ablatio retina traksi
d. Ablatio retina eksudat
e. Retinoblastoma
118
Tn. Y usia 50 tahun dengan keluhan tidak bisa melihat pada sisi kiri
lapang pandangnya pada masing-masing mata. Kedua mata tidak
merah dan tidak nyeri. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya. Pada
pemeriksaan didapatkan hemianosia homonimus. Kemungkinan letak
lesi yang terjadi pada?
a. Nervus optikus dekstra
b. Nervus optikus sinistra
c. Kiasma optikus
d. Traktus optikus dekstra
e. Traktus optikus sinistra
118
Tn. Y usia 50 tahun dengan keluhan tidak bisa melihat pada sisi kiri
lapang pandangnya pada masing-masing mata. Kedua mata tidak
merah dan tidak nyeri. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya. Pada
pemeriksaan didapatkan hemianosia homonimus. Kemungkinan letak
lesi yang terjadi pada?
a. Nervus optikus dekstra
b. Nervus optikus sinistra
c. Kiasma optikus
d. Traktus optikus dekstra
e. Traktus optikus sinistra
Persarafan Mata
118. D. Traktus optikus dekstra
a. Nervus optikus dekstra
b. Nervus optikus sinistra
c. Kiasma optikus
d. Traktus optikus dekstra
e. Traktus optikus sinistra
119.
Nn E usia 25 tahun datang ke klinik THT dengan keluhan hidung kanan terasa
penuh. Pasien mengaku merasa seperti ada massa pada lubang hidung kanan.
Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik didapatkan massa
bertangkai dengan permukaan licin tanpa disertai nyeri tekan. Kemudian dokter
memberikan tampon vasokontriktor namun massa tidak mengecil. Diagnosis yang
tepat pada kasus adalah?
a. Polip nasi
b. Hipertrofi konka
c. Ca nasofaring
d. Deviasi septum
e. Corpus alienum
119.
Nn E usia 25 tahun datang ke klinik THT dengan keluhan hidung kanan terasa
penuh. Pasien mengaku merasa seperti ada massa pada lubang hidung kanan.
Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik didapatkan massa
bertangkai dengan permukaan licin tanpa disertai nyeri tekan. Kemudian dokter
memberikan tampon vasokontriktor namun massa tidak mengecil. Diagnosis yang
tepat pada kasus adalah?
a. Polip nasi
b. Hipertrofi konka
c. Ca nasofaring
d. Deviasi septum
e. Corpus alienum
Polip Nasi
Jaringan keputihan berisi cairan yang berada di
kavitas nasl, yang disebabkan oleh peradangan
mukosa.

Polip nasi tidak terjadi pada anak-anak kec pada


cystic fibrosis

Masa lunak mengandung banyak cairan di


rongga hidung, putih keabuan akibat inflamasi
mukos
Polip Nasi

Etiologi

• Inflamasi kronik, disfungsi otonom, predisposisi genetic


• Polip nasi berasal dari kompleks osteomeatal di meatus media dan sinus etmoid

Gejala Klinis

• Hidung tersumbat, rhinorra, hiposmia atau anosmia


• Bersin, nyeri hidung, dan sakit kepala di frontal
• Bila disertai infeksi sekunder terjadi PND dan secret purulent
• Gejala sekunder : bernapas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan
tidur
Polip Nasi

Pemeriksaan Fisik

• Rhinoskopi anterior: massa pucat dari meatus media mudah


digerakkan dan bisa menyebabkan pelebaran hidung karena
polip yang massif

Pemeriksaan Penunjang

• Nasoendoskopi, radiologi (foto polos sinus paranasal, CT Scan)


• Biopsi
Polip Nasi
Grading Polip Nasi

0: no polyps
1: small polyps in the middle meatus/edema
2: blocked midlle meatus
3: polyps extending beyond the middle meatus, without complete obstruction
4: massive nasal polyps
Tatalaksana
Kortikosteroid

Polipektomi
119. A Polip nasi
a. Polip nasi
b. Hipertrofi konka
c. Ca nasofaring
d. Deviasi septum
e. Corpus alienum
120.
An V laki-laki usia 13 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas dengan
keluhan sering mengorok saat tidur dan sering tiba-tiba terbangun saat
tidur. Pasien menjadi sering mengantuk saat di sekolah. Pemeriksaan
tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik ditemukan tonsil T1-
T1. Mallampati score 3 Diagnosis yang tepat pada pasien adalah?
a. Obstructive sleep apneu
b. Nightmare
c. Sumbatan jalan napas atas
d. Tonsilofaringitis
e. Abses peritonsilar
120.
An V laki-laki usia 13 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas dengan
keluhan sering mengorok saat tidur dan sering tiba-tiba terbangun saat
tidur. Pasien menjadi sering mengantuk saat di sekolah. Pemeriksaan
tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik ditemukan tonsil T1-
T1. Mallampati score 3 Diagnosis yang tepat pada pasien adalah?
a. Obstructive sleep apneu
b. Nightmare
c. Sumbatan jalan napas atas
d. Tonsilofaringitis
e. Abses peritonsilar
Obstructive Sleep Apneu Syndrome (OSAS)
Suatu obstruksi jalan napas atas transien yang disebabkan oleh gangguan air flow intermitten dan
pernapasan pada usaha napas yang normal

Apnea-hypoapnea index >5 episode/ jam tidur, pada episode ini oxyhemoglobin desaturase hingga <90%

Etiologi

• Pada anak-anak disebabkan oleh adenotonsillar hipertrofi

Faktor risiko

• Alkohol, sedative, rhinitis alergi, ISPA, obesitas


Etiologi
Gejala Klinis

Snoring/ Bernapas lewat Hiponasal speech


Episode apnea,
mengorok, mulut kronik, (rhinolalia clausa),

Interupsi tidur
Disfagia dnegan episode Nightmare Hipersomnolen
terbangun

Failure to thrive
(pada anak
Performa
mengganggu
sekolah/bekerja Eneuresis Obesitas
hormon
jadi buruk
pertumbuhan
selama tidur REM)
Mallampati Score
Pemeriksaan Fisik
• Hidung: deviasi septum, hipertrofi konka, rhinitis alergi, polip/tumor
• Rongga mulut: macroglosia, retroganathia, micrognathia
• Orofaring: pembesaran tonsil, hipertrofi tonsil lingual
• Laringofaring: dinding lateral faring collaps, omega shaped epiglotitis,
tumor
• Laring: vocal cord palsy
• Neck: full & thick neck
• Children: tonsil dan hipertrofi adenoid, kista nasofaring, encephalocele,
atresia choane, deviasi nasal septum
• General : obesitas, akondroplasia, marfan syndrome
Pemeriksaan Penunjang
Polsomnography merupakan gold standar, indikasi untuk anak-anak yang
OSA bukan karna hipertrofi adenotonsilar

Sleep sonography: tape recording dari pola tidur malam di rumah pasien
untuk mendeteksi bukti OSA
Tatalaksana
Farmakologi
• Terapi latihan bernapas
• Saline/steroid nasal drop
• Antihistamin
• Antibiotik

Operatif
• Adenotonsilektomi
120. A Obstructive sleep apneu
a. Obstructive sleep apneu
b. Nightmare
c. Sumbatan jalan napas atas
d. Tonsilofaringitis
e. Abses peritonsilar
121.
Ny OP usia 27 tahun datang dengan keluhan telinga kanan keluar cairan sejak
1 tahun yang lalu. Tiga bulan ini pasien juga mengeluh pusing berputar dan
tidak merasakan rasa manis/asin. Pemeriksaan tanda vital dalam batas
normal. Pemeriksaan otoskopi didapatkan membrane timpani perforasi pada
bagian atik. Pemeriksaan garpu tala didapatkan tuli konduktif. Diagnosis
yang tepat pada pasien adalah?
a. OMSK tipe aman
b. OMSK tipe bahaya
c. OMA
d. Otitis eksterna difusa
e. Otitis eksterna maligna
121.
Ny OP usia 27 tahun datang dengan keluhan telinga kanan keluar cairan sejak
1 tahun yang lalu. Tiga bulan ini pasien juga mengeluh pusing berputar dan
tidak merasakan rasa manis/asin. Pemeriksaan tanda vital dalam batas
normal. Pemeriksaan otoskopi didapatkan membrane timpani perforasi pada
bagian atik. Pemeriksaan garpu tala didapatkan tuli konduktif. Diagnosis
yang tepat pada pasien adalah?
a. OMSK tipe aman
b. OMSK tipe bahaya
c. OMA
d. Otitis eksterna difusa
e. Otitis eksterna maligna
OTITIS MEDIA
SUPURATIF KRONIK
(OMSK)
Definisi
• Peradangan kronik telinga tengah dengan perforasi membran
timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari 2
bulan, baik terus menerus maupun hilang timbul.
• Tipe OMSK:
• OMSK tipe aman (tanpa kolesteatoma)
• OMSK tipe bahaya (dengan kolesteatoma)
Anamnesis
Keluar cairan dari liang telinga terus menerus atau hilang
timbul lebih dari 2 bulan

Riwayat pernah keluar cairan dari liang telinga


sebelumnya

Cairan dapat berwarna kuning / kuning-kehijauan /


bercampur darah / jernih / berbau

Gangguan pendengaran
Pemeriksaan Fisik
OMSK TIPE AMAN OMSK TIPE BAHAYA

• Perforasi pada sentral atau pars tensa • Perforasi atik, marginal, atau sental
berbentuk ginjal atau bundar besar (total)
• Sekret biasanya mukoid dan tidak terlalu • Sekret sangat berbau, berwarna kuning
berbau abu-abu, purulen, dan dapat terlihat
• Granulasi tdk biasa di dapat kepingan berwarna putih mengkilat
• Polip jika ada → pucat, edema • Granulasi biasa didapat
• Tuli konduktif ringan sedang • Polip jika ada → hiperemi, lunak
• Radiografi mastoid normal • Tuli konduktif atau campuran
• Koleastoma sangat jarang • Radiografi mastoid tidak ada sel udara
• Kolesteatoma sering
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium: kultur ressitensi
2. Tes garputala
3. Audiometri nada murni
4. Foto stenver, schuller, lateral, ct scan, mri
Komplikasi
INTRATEMPORAL EKSTRATEMPORAL
INTRAKRANIAL EKSTRAKRANIAL
TELINGA TENGAH • Abses ekstradura • Abses retroaurikular
• Paresis n. fasialis • Abses subdura • Abses bezolds
• Kerusakan tulang • Abses otak • Abses zigomatikus
pendengaran • Meningitis
• Perforasi MT • Tromboflebitis sinus
lateralis
RONGGA MASTOID • Hidrosefalus otikus
Petrositis
Mastoiditis koalesen

TELINGA DALAM
• Labirinitis
• Tuli sensorineural
121. B OMSK tipe bahaya
a. OMSK tipe aman
b. OMSK tipe bahaya
c. OMA
d. Otitis eksterna difusa
e. Otitis eksterna maligna
122.
By W usia 8 bulan dibawa ibunya dengan keluhan telinga kanan sakit sejak 3
hari yang lalu. Keluhan serupa pernah dialami 3 bulan yang lalu. Pemeriksaan
tanda vital nadi 104x/m RR 20x/m suhu 380C. Pemeriksaan fisik didapatkan
tampak lubang kecil di depan telinga kanan disertai dengan edema,
hiperemis dan fluktuatif. Diagnosis yang tepat pada pasien adalah?
a. OE sirkumpkripta
b. OE maligna
c. Abses preaurikula
d. Abses aurikula
e. OMA
122.
By W usia 8 bulan dibawa ibunya dengan keluhan telinga kanan sakit sejak 3
hari yang lalu. Keluhan serupa pernah dialami 3 bulan yang lalu. Pemeriksaan
tanda vital nadi 104x/m RR 20x/m suhu 380C. Pemeriksaan fisik didapatkan
tampak lubang kecil di depan telinga kanan disertai dengan edema,
hiperemis dan fluktuatif. Diagnosis yang tepat pada pasien adalah?
a. OE sirkumpkripta
b. OE maligna
c. Abses preaurikula
d. Abses aurikula
e. OMA
Abses Preaurikular

Sinus preaurikular yang merupakan penyakit telinga luar


kongenital sering mengalami infeksi oleh bakteri staphylococcus
aureus menyebabkan terbentuknya abses preaurikular
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

• Keluar cairan dari


• Tampak lubang
telinga
kecil di depan
• Nyeri telinga telinga
Pemeriksaan
Anamnesis • Bengkak telinga Fisik • Edema
• Gatal telinga
• Hiperemis
• Sakit kepala dan
demam • Palpasi fluktuatif
Tatalaksana

Insisi drainase abses

Eksisi dari sinus pre aurikula


122. D Abses preaurikula
a. OE sirkumpkripta
b. OE maligna
c. Abses preaurikula
d. Abses aurikula
e. OMA
123.
Tn K usia 30 tahun datang dengan keluhan bersin-bersin sejak 1 minggu yang
lalu, terutama saat pagi hari dan disertai secret encer. Saat udara dingin
muncul urtikaria pada seluruh tubuh. Pemeriksaan tanda vital dalam batas
normal. Pemeriksaan rhinoskopi didapatkan konka inferior livide dan edema
secret serosa. Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis kasus pasien
adalah?
a. Pemeriksaan CT scan sinus
b. Rontgen sinus paranasal
c. Sitologi hidung
d. Pemeriksaan IgE-RAST
e. Pemeriksaan darah perifer
123.
Tn K usia 30 tahun datang dengan keluhan bersin-bersin sejak 1 minggu yang
lalu, terutama saat pagi hari dan disertai secret encer. Saat udara dingin
muncul urtikaria pada seluruh tubuh. Pemeriksaan tanda vital dalam batas
normal. Pemeriksaan rhinoskopi didapatkan konka inferior livide dan edema
secret serosa. Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis kasus pasien
adalah?
a. Pemeriksaan CT scan sinus
b. Rontgen sinus paranasal
c. Sitologi hidung
d. Pemeriksaan IgE-RAST
e. Pemeriksaan darah perifer
RINITIS ALERGI
Definisi
• penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah
tersensitisasi oleh alergen yang sama
Anamnesis
Trias: Faktor risiko
• Keluarnya ingus encer dari • Adanya riwayat atopi.
hidung (rinorea) • Lingkungan dengan kelembaban
• Bersin yang tinggi
• Hidung tersumbat dan rasa • Terpaparnya debu tungau
gatal pada hidung
• Mata gatal dan banyak air mata.
Klasifikasi

SERANGAN DERAJAT

• Intermittent: <4 • Ringan: tdk ganggu


hari/minggu, <4minggu aktivitas
• Persisten: >4 • Sedang berat:
hari/minggu, >4minggu mengganggu aktivitas
Pemeriksaan Fisik
1. Wajah:
a. Allergic shiners: dark circles di sekitar mata
b. Nasal crease: lipatan horizontal yang
melalui setengah bagian bawah hidung
(akibat kebiasaan menggosok hidung keatas
dengan tangan)
c. facies adenoid: Mulut sering terbuka
dengan lengkung langit-langit yang tinggi,
gangguan pertumbuhan gigi-geligi
d. allergic salute: gerakan pasien menggosok
hidung dengan tangannya karena gatal
Pemeriksaan Fisik
3. Faring: dinding posterior faring tampak granuler dan edema
(cobblestone appearance), dinding lateral faring menebal.
4. Lidah: geographic tongue
5. Rinoskopi anterior:
a. Mukosa edema, basah, pucat atau kebiruan (livide), sekret encer,
tipis dan banyak
b. Rinitis alergi kronis: deviasi atau perforasi septum.
c. Pembesaran konka
Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung eosinofil dalam darah tepi dan sekret hidung
2. Pemeriksaan Ig E total serum
3. Bila diperlukan, dilakukan:
• Uji kulit atau Prick Test → menentukan alergen penyebab
Non Farmakologi
1. Menghindari alergen spesifik
2. Pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani
Farmakologi
❑Topikal
• Dekongestan hidung topikal (semprot hidung) → bila sangat tersumbat:
oxymetazolin atau xylometazolin, dipakai < 2 minggu (hindari rinitis
medikamentosa)
• Kortikosteroid topikal: beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason,
mometason furoat dan triamsinolon (bila gejala sumbatan hidung tidak dapat
diatasi dengan obat lain)
• Antikolinergik topikal: ipratropium bromida (mengatasi rinorea)
❑Oral sistemik
• Antihistamin
• Anti histamin generasi 1: difenhidramin, klorfeniramin, siproheptadin
• Anti histamin generasi 2: loratadin, cetirizine
• Dekongestan oral: pseudoefedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin.
123. D Pemeriksaan IgE-RAST
a. Pemeriksaan CT scan sinus
b. Rontgen sinus paranasal
c. Sitologi hidung
d. Pemeriksaan IgE-RAST
e. Pemeriksaan darah perifer
124.
Tn RG usia 52 tahun datang dengan keluhan penurunan pendengaran sejak 1
tahun yang lalu. Pasien mengaku memerlukan speaker apabila hendak
berkomunikasi. Riwayat bekerja di pertambangan sebagai penanggung jawab
bor, setiap hari nya pasien bekerja selam 8 jam/hari tanpa menggunakan alat
pelindung telinga. Terapi yang tepat pada pasien adalah?
a. Menggunakan ear plug
b. Menyarankan pasien pindah kerja
c. Menggunakan helm
d. Timpanoplasti
e. Menggunakan alat bantu dengar
124.
Tn RG usia 52 tahun datang dengan keluhan penurunan pendengaran sejak 1
tahun yang lalu. Pasien mengaku memerlukan speaker apabila hendak
berkomunikasi. Riwayat bekerja di pertambangan sebagai penanggung jawab
bor, setiap hari nya pasien bekerja selam 8 jam/hari tanpa menggunakan alat
pelindung telinga. Terapi yang tepat pada pasien adalah?
a. Menggunakan ear plug
b. Menyarankan pasien pindah kerja
c. Menggunakan helm
d. Timpanoplasti
e. Menggunakan alat bantu dengar
Noise Induced Hearing Loss

Gangguan pendengaran akibat bising (hiperakusis)

Termasuk tuli sensorineural koklea yang umumnya


mengenai kedua telinga

Daerah yang mengalami kerusakan adalah sel-sel


rambut (stereosilia) yang mengalami degenerasi
sesuai intensitas dan lama paparan bising
Noise Induced Hearing Loss
Faktor Risiko

• Intensitas bising tinggi


• Frekuensi tinggi
• Lama paparan bising
• Obat-obat yang bersifat ototoksis

Gejala

• Penurunan pendengaran
• Tinitus
Noise Induced Hearing Loss
Pemeriksaan Audiometri
Terdapat takik (notch) pada frekuensi tinggi
Tatalaksana

Pindah kerja ke lingkungan yang tidak bising

Alat pelindung telinga

Jika sudah irrevesibel : alat bantu dengan


124. E Menggunakan alat bantu dengar
a. Menggunakan ear plug
b. Menyarankan pasien pindah kerja
c. Menggunakan helm
d. Timpanoplasti
e. Menggunakan alat bantu dengar
125.
An BJ laki-laki usia 10 tahun datang dibawa oleh orangtuanya dengan
keluhan nyeri pada tenggorokan sejak 5 hari yang lalu. Pemeriksaan
tanda vital nadi 92x/m RR 20x/m suhu 37,90C. Pemeriksaan fisik
didapatkan tonsil T2-T2 disertai pseudomembran putih dan bull neck.
Tatalaksana yang tepat pada pasien adalah?
a. Antidifteri serum
b. Antidifteri serum+ kotrimoksazole
c. Antidifteri serum+ eritromisin
d. Penicillin G
e. Eritromisin
125.
An BJ laki-laki usia 10 tahun datang dibawa oleh orangtuanya dengan
keluhan nyeri pada tenggorokan sejak 5 hari yang lalu. Pemeriksaan
tanda vital nadi 92x/m RR 20x/m suhu 37,90C. Pemeriksaan fisik
didapatkan tonsil T2-T2 disertai pseudomembran putih dan bull neck.
Tatalaksana yang tepat pada pasien adalah?
a. Antidifteri serum
b. Antidifteri serum+ kotrimoksazole
c. Antidifteri serum+ eritromisin
d. Penicillin G
e. Eritromisin
TONSILITIS
Definisi
• peradangan tonsil palatina
yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer.
• Cincin Waldeyer terdiri atas
susunan jaringan limfoid
yang terdapat di dalam
rongga mulut yaitu:
• tonsil faringeal (adenoid)
• tonsil palatina
• tonsil lingual
• tonsil tuba Eustachius
Anamnesis
1. Rasa kering di tenggorokan
2. Nyeri tenggorok, terutama saat menelan → dapat referred pain ke telinga
3. Demam
4. Sakit kepala, badan lesu, dan nafsu makan berkurang.
5. Plummy voice / hot potato voice
7. Mulut berbau (halitosis)
8. Ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat (ptialismus)
9. Tonsilitis kronik → ada yg mengganjal di tenggorok
10. Pada Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa) gejala yang timbul
adalah demam tinggi (39˚C), nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit tenggorokan,
badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi.
Pemeriksaan Fisik
TONSILITIS AKUT TONSILITIS KRONIK

• Tonsil hipertrofik dengan ukuran ≥ T2. • Tonsil membesar dengan permukaan yang
• Hiperemis dan terdapat detritus di dalam tidak rata, kriptus melebar dan berisi
kripti yang memenuhi permukaan tonsil detritus
• Palatum mole, arkus anterior dan posterior • Pembesaran kelenjar limfe submandibula
tampak udem dan hiperemis. dan tonsil yang mengalami perlengketan.
• Kelenjar limfe leher dapat membesar dan • Etiologi: S. pyogenes, bakteri anaerob dan
disertai nyeri tekan adenovirus
• Etiologi: streptococcus beta hemolitikus
grup A, s. pyogenes, EBV, hemofilus
influenzae
Pemeriksaan Fisik
Tonsilitis difteri
Tonsil membengkak ditutupi
bercak putih kotor yang
makin lama makin meluas →
pseudomembran yang
melekat erat pada dasar tonsil
sehingga bila diangkat akan
mudah berdarah.
Terapi Tonsilitis Difteri
Anti Difteri Serum diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur, dengan
dosis 20.000-100.000 unit tergantung umur dan jenis kelamin

Antibiotik: eritromisin 25-50 mg/kgBB/hari

Antipiretik untuk simptomatis

Pasien harus diisolasi → Perawatan harus istirahat di tempat tidur selama 2-


3 minggu
125. C Antidifteri serum+ eritromisin
a. Antidifteri serum
b. Antidifteri serum+ kotrimoksazole
c. Antidifteri serum+ eritromisin
d. Penicillin G
e. Eritromisin
126.
An HG perempuan usia 7 tahun datang dengan keluhan bengkak pada leher
kanan sejak 1 minggu yang lalu, membesar, nyeri dan disertai dengan
demam. Riwayat keluar cairan kental dan berbau di telinga kanan 2 minggu
yang lalu. Pemeriksaan tanda vital nadi 96x/m RR 20x/m suhu 37.80C.
Pemeriksaan fisik didapatkan retroaurikular bengkak menjalar sepanjang
otot sternomastioideus, kemerahan dan nyeri. Pemeriksaan telinga kanan
ditemukan cairan mucoid dan perforasi membrane timpani sentral.
Diagnosis yang tepat pada pasien adalah?
a. Abses submandibular
b. Abses parafaring
c. Abses Ludovici
d. Abses bezold
e. Abses retrofaring
126.
An HG perempuan usia 7 tahun datang dengan keluhan bengkak pada leher
kanan sejak 1 minggu yang lalu, membesar, nyeri dan disertai dengan
demam. Riwayat keluar cairan kental dan berbau di telinga kanan 2 minggu
yang lalu. Pemeriksaan tanda vital nadi 96x/m RR 20x/m suhu 37.80C.
Pemeriksaan fisik didapatkan retroaurikular bengkak menjalar sepanjang
otot sternomastioideus, kemerahan dan nyeri. Pemeriksaan telinga kanan
ditemukan cairan mucoid dan perforasi membrane timpani sentral.
Diagnosis yang tepat pada pasien adalah?
a. Abses submandibular
b. Abses parafaring
c. Abses Ludovici
d. Abses bezold
e. Abses retrofaring
ABSES BEZOLD
Definisi
Abses bezold merupakan penyebaran abses mastoid ke daerah leher
akibat komplikasi yang sangat jarang dari otitis media atau
mastoiditis.
Manifestasi klinis
• Pembengkakan daerah belakang
telinga sampai leher
• Demam
• Otalgia
• Otore
• Sukar menggerakan leher
• Paralisis fasialis
• Hipoakusia
Pemeriksaan Penunjang
• CT scan: kumpulan pus, batas abses, keterlibatan
mastoid
Penatalaksanaan
Drainase abses

Antibiotic spectrum luas

Eradikasi sumber infeksi di telinga tengah atau mastoid


126. D Abses bezold
a. Abses submandibular
b. Abses parafaring
c. Abses Ludovici
d. Abses bezold
e. Abses retrofaring
127
An. A, 3 tahun dikeluhkan sering pilek. Didapatkan krusta kuning yang mudah lepas
di sekitar hidung dan bibir. Penyebab tersering dari kasus di atas adalah?
a. Streptococus beta hemolitikus
b. Staphylococcus Aureus
c. Streptococcus epidermitis
d. Proteus mirabilis
e. Candida sp
127
An. A, 3 tahun dikeluhkan sering pilek. Didapatkan krusta kuning yang mudah lepas
di sekitar hidung dan bibir. Penyebab tersering dari kasus di atas adalah?
a. Streptococus beta hemolitikus
b. Staphylococcus Aureus
c. Streptococcus epidermitis
d. Proteus mirabilis
e. Candida sp
INFEKSI BAKTERI
Infeksi Bakteri
Non
Spesifik
Spesifik

Superficial Corynebacterium

Profunda Mycobacterium
Pioderma Superfisial

Impetigo

Folikulitis

Furunkel

Karbunkel

Ektima
Bentuk Pioderma Berdasarkan Etiologi
Staphylococcus aureus Streptocoocus sp.
Impetigo bulosa Phlegon
Impetigo neonatarum Impetigo Krustosa
SSSS Ektima
Folikulitis Selulitis
Furunkel karbuknkel Erisepelas
Paronikia Scarlet Fever
Multipel abses kelanjar
Apokrin
Hidradenitis supurativa
Impetigo Krustosa
Gambaran Klinis
Anamnesis
▪ Sering pada anak
▪ Pencetus : garukan atau trauma
Predileksi : sekitar mulut dan lubang hidung

Klinis
Makula eritem → vesikel berisi cairan bening/pustule →
pecah → krusta berwarna kuning madu → krusta diangkat
→ erosi kulit yang lembab dan kemerahan.
Komplikasi
Glomerulonefritis
Rematik fever
127. a. Streptococus beta hemolitikus

a. Streptococus beta hemolitikus


b. Staphylococcus Aureus
c. Streptococcus epidermitis
d. Proteus mirabilis
e. Candida sp
128
Ny, B, 30 tahun, datang ke praktek pribadi dokter dengan keluhan
tungkai kanan terkena duri 3 hari yang lalu. Pasien demam. Terdapat
lesi kemerahan dengan batas tegas menjalar hingga ke paha dalam dan
edema. Terdapat peninggian dari tepi lesi. Diagnosis yang tepat?
a. Erysipelas
b. Impetigo
c. Selulitis
d. Abses
e. Ektima
128
Ny, B, 30 tahun, datang ke praktek pribadi dokter dengan keluhan
tungkai kanan terkena duri 3 hari yang lalu. Pasien demam. Terdapat
lesi kemerahan dengan batas tegas menjalar hingga ke paha dalam dan
edema. Terdapat peninggian dari tepi lesi. Diagnosis yang tepat?
a. Erysipelas
b. Impetigo
c. Selulitis
d. Abses
e. Ektima
Pioderma Profunda

Erisipelas

Selulitis

Flegmon

AMKK
Erisepalas
Infeksi bakteri akut mengenai lapisan epidermis dan dermis
meluas ke limfatik kutaneus superfisial.
Erisepalas
Anamnesis
❑Gejala konstitusi: demam, malaise
❑Didahului trauma atau faringitis
❑Lesi terasa gatal, terbakar, nyeri, bengkak
Predileksi: tungkai bawah

Klinis :
Kulit merah cerah, batas tegas, pinggir meninggi
Tanda radang akut
Leukositosis
Komplikasi : elefantiasis, glomerulonefritis
Erisepalas

• Istirahat tungkai: elevasikan


• Antibiotik sistemik
Penatalaksanaan • Analgetik antipiretik
• Kompres terbuka dengan antiseptik
128. a. Erysipelas

a. Erysipelas
b. Impetigo
c. Selulitis
d. Abses
e. Ektima
129
Nn. C, 21 tahun datang ke poli kulit dengan keluhan kuku tangannya
terasa gatal sejak 7 hari yang lalu. Pada pemeriksaan status lokalis
didapatkan kuku yang rapuh, dan terdapat sisa jaringan. Pada
pemeriksaan KOH tampak adanya hifa panjang bersepta. Apakah terapi
yang tepat untuk kasus diatas?
a. Terapi oral, griseofulvin 2 x 500 mg 2 minggu
b. Terapi denyut, Itrakonazole 2 x200 mg diberikan 2 tahap
c. Ketokonazole 1 x 100 mg 2 minggu
d. Terapi topical, mikonazole cream sampai lesi hilang
e. Fluconazole 150 mg single dose
129
Nn. C, 21 tahun datang ke poli kulit dengan keluhan kuku tangannya
terasa gatal sejak 7 hari yang lalu. Pada pemeriksaan status lokalis
didapatkan kuku yang rapuh, dan terdapat sisa jaringan. Pada
pemeriksaan KOH tampak adanya hifa panjang bersepta. Apakah terapi
yang tepat untuk kasus diatas?
a. Terapi oral, griseofulvin 2 x 500 mg 2 minggu
b. Terapi denyut, Itrakonazole 2 x200 mg diberikan 2 tahap
c. Ketokonazole 1 x 100 mg 2 minggu
d. Terapi topical, mikonazole cream sampai lesi hilang
e. Fluconazole 150 mg single dose
Dermatofitosis

Non Dermatofitosis
Etiologi

Epidermohyton
Trycophyton sp. Mycosporum sp.
sp.
Tinea Unguium
• Onikomikosis
• Infeksi Pada Kuku
Bentuk Klinis
1. Onikomikosis Subungual Proksimal (OSP)
Dari Proksimal Ke Distal
2. Onikomikosis Subungual Distal Lateral
(OSDL)
Dari Bagian Distal Atau Lateral Ke Arah Proksimal
3. Onikomikosis Superfisial (OS)
Garis Transversal Putih Keruh Batas Tegas
4. Onikomikosis Endoniks (OE)
Pada Permukaan Kuku Dan Lapisan Dalam
5. Onikomikosis Distrofik Totalis (ODT)
Akibat Lanjut OSD/OSDL, OSP, OS, OE
Penatalaksanaan

Sistemik
• Terbinafin 1x250 mg/hari selama 6 minggu
untuk kuku tangan dan 12-16 minggu untuk Topikal
kuku kaki
• Itrakonazol dosis denyut (2x200 mg/hari Siklopiroksolamin 8% Cat Kuku 4-8
selama 1 minggu, istirahat 3 minggu) Minggu
sebanyak 2 denyut untuk kuku tangan dan 3-
4 denyut untuk kuku kaki
129. B. Terapi denyut, Itrakonazole 2 x200
mg diberikan 2 tahap
a. Terapi oral, griseofulvin 2 x 500 mg 2 minggu
b. Terapi denyut, Itrakonazole 2 x200 mg diberikan 2 tahap
c. Ketokonazole 1 x 100 mg 2 minggu
d. Terapi topical, mikonazole cream sampai lesi hilang
e. Fluconazole 150 mg single dose
130
Ny. D, 62 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan gatal dan bercak
merah di kedua lipat payudara sejak 2 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan obesitas, di kedua inframamae tampak lesi eritematosa,
maserasi, berukuran plakat dengan papulopustula miliar di sekitarnya.
Apakah pemeriksaan penunjang yang paling tepat dilakukan?
a. Biopsi
b. Tes tzank
c. Pewarnaan giemsa
d. Pemeriksaan KOH
e. Pemeriksaan lampu wood
130
Ny. D, 62 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan gatal dan bercak
merah di kedua lipat payudara sejak 2 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan obesitas, di kedua inframamae tampak lesi eritematosa,
maserasi, berukuran plakat dengan papulopustula miliar di sekitarnya.
Apakah pemeriksaan penunjang yang paling tepat dilakukan?
a. Biopsi
b. Tes tzank
c. Pewarnaan giemsa
d. Pemeriksaan KOH
e. Pemeriksaan lampu wood
Kandidiosis
Infeksi jamur disebabkan oleh Candida albicans
Bentuk Klinis
Anamnesis
❑ Predisposisi: iklim lembab panas,
iritasi, imunokompromais
❑ Gatal dan panas
❑ Semakin gatal bila berkeringat
Klinis
Plak eritem dengan lesi satelit
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20%:


tampak budding yeast cells, pseudohifa, sel ragi,
blastospora

Sabaroud dextrous agar: yeast like colony


Terapi
❑ Mikonazol 2% krim atau bedak
❑ Klotrimazol 1% krim atau bedak atau larutan
130. d. Pemeriksaan KOH
a. Biopsi
b. Tes tzank : varicella & herpes
c. Pewarnaan giemsa : Pyoderma
d. Pemeriksaan KOH
e. Pemeriksaan lampu wood : Tinea & PV
131
Tn. E, 40 tahun datang ke klinik anda dengan keluhan gatal pada kepala.
Terdapat kebotakan terarea. Terdapat sisa rambut putus, rambut
kusam,dan ada skuama halus tipis. Kemungkinan penyebab pada
kasus di atas adalah?
a. Tricophyton schonlei
b. M. furfur
c. Tricophyton violaseum
d. Tricophyton rubrum
e. M. Canis
131
Tn. E, 40 tahun datang ke klinik anda dengan keluhan gatal pada kepala.
Terdapat kebotakan terarea. Terdapat sisa rambut putus, rambut
kusam,dan ada skuama halus tipis. Kemungkinan penyebab pada
kasus di atas adalah?
a. Tricophyton schonlei
b. M. furfur
c. Tricophyton violaseum
d. Tricophyton rubrum
e. M. Canis
Tinea Kapitis
Gray patch Blackdot ring Kerion Favus
ringworm worm
• Bercak abu • Bercak dengan titik- • reaksi hipersensitifitas • Infeksi berat dan kronis
• berskuama titik hitam terhadap infeksi • Skutula (krusta
• Gatal • Wood’s light: - • Masa lunak, basah, mangkuk jika diangkat
• Wood’light: + Kuning • Rambut patah tepat rambut patah disertai dasar cekung, merah,
kehijauan pada muara folikel pus basah, dan mousy
• Rambut patah rambut • Gatal, demam, nyeri odor)
beberapa mm (masih • e/: Trycophyton • e/: Mycosporum • e/: Trycophyton
ada sisa rambut) • Jamur bersifat endotrik • Wood’s light: - • Wood’s light: +
• e/: Mycosporum
• Jamur bersifat ektotrik
Tinea Kapitis
Penatalaksanaan
Topikal 3x/minggu
• Sampo ketokonazol 2%
• Selenium sulfid 2,5%

Sistemik
• Griseofulvin → 2 dosis dalam 6-8 minggu
• Ultramicrosize: 15mg/kg/hari
• Microsize: 20-25 mg/kg/hari
• Itrakonazol
• 5 mg/kg/hari 2-4 mg
• 5 mg/kg/hari 1 mg. dosis denyut 3 bulan
• Terbinafin
• 3-6 mg/kg/hari 2-4 mg utk Trycophyton, 4-8 mg utk Mycosporum

Kerion
• Prednison 3x5 mg/hari 2 mg
131. E. M. Canis
a. Tricophyton schonlei
b. M. furfur
c. Tricophyton violaseum
d. Tricophyton rubrum
e. M. Canis
132
Tn. F, 25 tahun datang ke puskemas dengan keluhan gatal gatal pada
badannya sejak minggu yang lalu. Pasien merupakan seorang
pengembara, dan sering menggunakan baju yang tebal. Pada
pemeriksaan dermatologi tampak banyak bekas garukan pada
tubuhnya. Apakah etiologi yang tepat pada kasus diatas?
a. Phthirus pubis
b. Pediculus animalis
c. Pediculus humanus var. corporis
d. Pediculus humanus var. capitis
e. Sarcoptes scabiei
132
Tn. F, 25 tahun datang ke puskemas dengan keluhan gatal gatal pada
badannya sejak minggu yang lalu. Pasien merupakan seorang
pengembara, dan sering menggunakan baju yang tebal. Pada
pemeriksaan dermatologi tampak banyak bekas garukan pada
tubuhnya. Apakah etiologi yang tepat pada kasus diatas?
a. Phthirus pubis
b. Pediculus animalis
c. Pediculus humanus var. corporis
d. Pediculus humanus var. capitis
e. Sarcoptes scabiei
Skabies

Infeksi Pedikulosis
Parasit

Creeping
eruption
PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS KORPORIS PEDIKULOSIS PUBIS
Pediculus humanus var. Kapitisis Pediculus humanus corporis. Phtrirus Pubis.
Gatal, Kelainan kulit karena garukan : Gatal disertai bentol dan bekas Gatal daerah pubis dan sekitarnya,
erosi, ekskoriasi garukan. Kadang disertai infeksi meluas hingga abdomen. bercak abu-
Ditemukan parasit atau telur pada sekunder dan pembesaran KGB abu atau kebiruan (makula serule/ blue
kepala regional. sky spot).
ditemukan telur kutu / kutu pada serat Ditemukan black dot (bercak hitam
pakaian pada celana dalam berwarna putih)
1. Malathion 0,5 % atau 1 % 1. Gameksan 1% 1. Rambut genital dicukur, pakaian
2. Gameksan 1% 2. Benzil benzoat 25% dalam dicuci dengan air panas atau
3. Benzil benzoat 25% disetrika, mitra seksual harus
4. Permetrin 1% diperiksa dan jika perlu diobati
2. Krim gameksan 1%
3. emulsi benzil benzoate 25%
132. c. Pediculus humanus var. corporis
a. Phthirus pubis
b. Pediculus animalis
c. Pediculus humanus var. corporis
d. Pediculus humanus var. capitis
e. Sarcoptes scabiei
133
Tn. G, 45 tahun datang dengan keluhan gatal gatal pada punggung kaki
kanan. Awalnya gatal dan ruam kemerahan muncul pada area telapak kaki,
namun pasien perhatikan gatal dan ruam berpindah ke punggung kaki.
Keluhan dialami sudah sejak 1 minggu terakhir. Gatal memberat pada malam
hari. Pasien bekerja sebagai tukang kebun. Pada pemeriksaan fisik tampak
papul multiple dasar eritematosa berbentuk linear dan berkelok kelok serta
kulit tampak meninggi (timbul). Apakah tatalaksana yang tepat untuk
pasien pada kasus di atas?
a. Metronidazole
b. Ketokonazole
c. Albendazole
d. Dietilkarbamazine
e. Itrakonazole
133
Tn. G, 45 tahun datang dengan keluhan gatal gatal pada punggung kaki
kanan. Awalnya gatal dan ruam kemerahan muncul pada area telapak kaki,
namun pasien perhatikan gatal dan ruam berpindah ke punggung kaki.
Keluhan dialami sudah sejak 1 minggu terakhir. Gatal memberat pada malam
hari. Pasien bekerja sebagai tukang kebun. Pada pemeriksaan fisik tampak
papul multiple dasar eritematosa berbentuk linear dan berkelok kelok serta
kulit tampak meninggi (timbul). Apakah tatalaksana yang tepat untuk
pasien pada kasus di atas?
a. Metronidazole
b. Ketokonazole
c. Albendazole
d. Dietilkarbamazine
e. Itrakonazole
Cutaneous Larva Migran
• peradangan berbentuk linear/berkelok-kelok/menimbul dan
progresif disebabkan oleh invasi larva cacing tambang hewan
yang berasal dari anjing dan kucing.
Manifestasi Klinis

GK khas :
Papul menjalar seperti adanya kelainan
Papul, lesi benang berkelok-kelok, seperti benang
Gatal dan panas berkelok/linier, polisiklik,serpiginosa, yang lurus atau
(saat larva menimbul, berkelok-kelok,
masuk ke kulit) d=2-3 mm, menimbul,membentuk menimbul, dan
kemerahan terowongan mencapai terdapat papul
panjang beberapa atau vesikel
sentimeter diatasnya.
Cutaneous Larva Migran

• Sol Tiabendazol oles 3x sehari selama 3-7 hari (dapat


Topical diberikan pada anak <2th dengan bb min 15 kg).

• Tiabendazol 50mg/kgbb/d 2x/d, selama 2 hari (max 3gr/d)


• Albendazole 400mg 1x/d. selama 3 hari
Sistemik • Ivermektin 200 mikrogram/kg DT. (KI: anak dibawah 5 tahun
atau BB kurang 15 kg)

Terapi • Cryotherapy dengan CO2 snow (dry ice)


lain
133. c. PAlbendazole
a. Metronidazole
b. Ketokonazole
c. Albendazole
d. Dietilkarbamazine
e. Itrakonazole
134
Ny. H, 27 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri dan gatal
pada punggung kaki kanan. Pasien memiliki riwayat berkunjung ke
pantai. Dari pemeriksaan fisik didapatkan lesi berkelok kelok dan
dikeluhkan bertambah panjang setiap hari. Apa kemungkinan
mikroorganisme penyebabnya?
a. Loa loa
b. Ancylostoma duodenale
c. Ancylostoma brazilienses
d. Dracunculus medicinales
e. Strongyloides stercoralis
134
Ny. H, 27 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri dan gatal
pada punggung kaki kanan. Pasien memiliki riwayat berkunjung ke
pantai. Dari pemeriksaan fisik didapatkan lesi berkelok kelok dan
dikeluhkan bertambah panjang setiap hari. Apa kemungkinan
mikroorganisme penyebabnya?
a. Loa loa
b. Ancylostoma duodenale
c. Ancylostoma brazilienses
d. Dracunculus medicinales
e. Strongyloides stercoralis
134. C. Ancylostoma brazilienses
a. Loa loa
b. Ancylostoma duodenale
c. Ancylostoma brazilienses
d. Dracunculus medicinales
e. Strongyloides stercoralis
135
Tn. I, 60 tahun, mengeluh telah lama gatal gatal di kaki, gatal gatal
dikaki dirasa semakin memberat terutama setelah dia berhenti dari
pekerjaannya. Pemeriksaan fisik didapatkan macula hiperpigmentasi,
dan likenifikasi di region dorsal pedis dextra dan sinistra. Diagnosis?
a. Neurodermatitis
b. Atopic dermatitis
c. Dermatitis kontak iritan
d. Psoriasis vulgaris
e. Liken planus
135
Tn. I, 60 tahun, mengeluh telah lama gatal gatal di kaki, gatal gatal
dikaki dirasa semakin memberat terutama setelah dia berhenti dari
pekerjaannya. Pemeriksaan fisik didapatkan macula hiperpigmentasi,
dan likenifikasi di region dorsal pedis dextra dan sinistra. Diagnosis?
a. Neurodermatitis
b. Atopic dermatitis
c. Dermatitis kontak iritan
d. Psoriasis vulgaris
e. Liken planus
Neurodermatitis/Liken Simpleks Kronik (LSK)

Anamnesis
Faktor pencetus
❑Faktor eksterna: Lingkungan, Gigitan Serangga
❑Faktor Interna: Dermatitis Atopil, Psikologis (stres, cemas)

Predileksi
Scalp, tengkuk, pergelangan kaki anterior, lengan bagian
ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial,
lutut, tungkai bawah lateral, punggung kaki
Klinis
Hiperpigmentasi, likenifikasi, batas tegas
Khas: likenifikasi (akibat gosokan dan garukan yang berulang-
ulang dalam waktu yang cukup lama)
Penatalaksanaan
PENATALAKSANAAN
Steroid topical Sistemik
(Low potent): antihistamin
Untuk jangka pendek & kulit tipis
(vulva, wajah, axila)
(Intermediate):
Pada radang akut
(High potent):
Untuk kulit tebal, maks selama
3 minggu
135. A Neurodermatitis
a. Neurodermatitis
b. Atopic dermatitis
c. Dermatitis kontak iritan
d. Psoriasis vulgaris
e. Liken planus
136
Tn. J, 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada lengan
menjalar ke bahu kanan. Pasien sudah pernah terkena cacar air. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya vesikel berkelompok dengan
dasar eritema, unilateral, sesuai dermatome. Dimanakah letak dorman
kelainan pada kasus diatas?
a. Ganglia basalis
b. Radiks posterior medulla spinalis
c. Radiks anterior medulla spinalis
d. Stratum korneum
e. Stratum spinosum
136
Tn. J, 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada lengan
menjalar ke bahu kanan. Pasien sudah pernah terkena cacar air. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya vesikel berkelompok dengan
dasar eritema, unilateral, sesuai dermatome. Dimanakah letak dorman
kelainan pada kasus diatas?
a. Ganglia basalis
b. Radiks posterior medulla spinalis
c. Radiks anterior medulla spinalis
d. Stratum korneum
e. Stratum spinosum
Herpes Zoster
Reaktivasi virus varisela zoster yang persisten pada ganglia sensoris
dalam bentuk laten setelah infeksi primer varisela
Manifestasi Klinis
Anamnesis
• Dewasa
• Nyeri radikular dan gatal sebelum erupsi
• Demam, pusing, malese
Predileksi: unilateral sesuai dermatom
Klinis :
Makula eritem tampak diatasnya papula dan vesikel
yang segmental sepanjang saraf sensoris → krusta
Pemeriksaan Penunjang :
❑ Tzank smear: apus kerokan dasar vesikel
❑ Pewarnaan giemsa: multinucleated giant cell
Komplikasi

Neuralgia Pasca Herpetik: Herpes Zoster Oftalmikus:

• nyeri persisten meskipun lesi • ptosis paralitik, keratitis, skleritis,


kulit telah sembuh uveitis, korioretinitis, neuritis
optik
Penatalaksaan
Topikal
• Stadium vesikel: Bedak salisil 2% atau bedak kocok kalamin
• Stadium erosiv: kompres terbuka

Sistemik
1. Analgetik antipiretik
2. Antipruritus
3. Antivirall
❑ asiklovir 5x800mg/hari 7 hari
❑ Valasiklovir 3x1000 mg/hari 7 hari
❑ Famsiklovir 3x500 mg/hari 7 hari
4. Steroid : prednison 3x20 mg/hari tapp off
136. B. Radiks posterior medulla spinalis
a. Ganglia basalis
b. Radiks posterior medulla spinalis
c. Radiks anterior medulla spinalis
d. Stratum korneum
e. Stratum spinosum
137
An. K, 7 tahun datang diantar ibunya ke klinik dengan keluhan gatal
pada perut dan punggung. Dari pemeriksaan didapatkan efloresensi
vesikel umbilikated dengan tepi hiperemis. Apa kemungkinan
penyebab pada kasus di atas?
a. HSV
b. VZV
c. Poxvirus
d. HPV
e. MUMPS
137
An. K, 7 tahun datang diantar ibunya ke klinik dengan keluhan gatal
pada perut dan punggung. Dari pemeriksaan didapatkan efloresensi
vesikel umbilikated dengan tepi hiperemis. Apa kemungkinan
penyebab pada kasus di atas?
a. HSV
b. VZV
c. Poxvirus
d. HPV
e. MUMPS
Molukskum kontagiosum
penyakit yang disebabkan oleh virus poks, yang menginfeksi sel
epidermal
Manifestasi Klinis
Predileksi
• Anak: muka, conjungtiva, mukosa bibir,
mulut, tangan, perut
• Dewasa: genital, pubis, perianal
Klinis
Papula pada permukaannya terdapat lekukan
(umbilikasi) berisi masa yang mengandung bahan
moluskum → Jika dipijat akan tampak keluar masa
berwarna putih eperti nasi
Penatalaksanaan
❑Kuretase
❑Elektrokauterisasi
❑Bedah
137. C. Poxvirus
a. HSV
b. VZV
c. Poxvirus
d. HPV
e. MUMPS
138
Ny. L, 27 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan keputihan yang
berbau amis, berwarna putih keabuan. Pada pemeriksaan didapatkan
clue cell +, fishy odor +, KOH -. Apakah diagnosis yang tepat pada
pasien diatas?
a. Gonorhea
b. Trichomonisasis
c. Candidiasis vulvovaginalis
d. Ulkus mole
e. Bakterial vaginosis
138
Ny. L, 27 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan keputihan yang
berbau amis, berwarna putih keabuan. Pada pemeriksaan didapatkan
clue cell +, fishy odor +, KOH -. Apakah diagnosis yang tepat pada
pasien diatas?
a. Gonorhea
b. Trichomonisasis
c. Candidiasis vulvovaginalis
d. Ulkus mole
e. Bakterial vaginosis
FLUOR ALBUS

119. Encer,, bau, Encer, berbusa, Putih kental spt Kehijauan,


putih keabuan bau, kekuningan susu basi kental

Disertai • Gatal
Faktor risiko: • Faktor risiko: pil Faktor risiko:
dyspareunia,
IUD, KB, DM, pakaian promiskuitas
dysuria
ketat

• Whiff test (+) • Strawberry cervix • Dinding vagina penuh • Nyeri adnexa
• pH >4,5 • pH >5,0 sekret puti5 • N. gonorrheae:
• wet mount : • Wet mount: protozoa • pH <4,5 Diplococcus
clue cells (+) motil berflagel • KOH: pseudohifa (+), Gram (-)
budding yeast

BACTERIAL CANDIDIASIS
TRICHOMONIASIS VULVOVAGINA GONORE
VAGINOSIS
Diagnosis
Diagnosis Leukore
Leukore Patologis
Patologis
Diagnosis Tanda Gejala Pemfis Khas Pem Lab
Kandidiasis Vaginitis Gatal pada vulva, vulva Duh tubuh vagina, putih 1. Gram dan KOH 10 %
(Candida albicans, lecet, dapat timbul fisura seperti susu, bergumpal, →blastospora atau
Candida sp) serta dapat terjadi tidak berbau pseudohifa
dispareunia 2. Kultur jamur dengan
media Saboraud
3. pH < 4,5
Vaginosis bakterial Duh tubuh vagina Duh putih atau abu-abu 1. Clue cells
(Gardenella Vaginalis) berbau amis dengan 2. Tes amin/Whiff test
(+)
3. pH >4,5.
Trichomoniasis Duh tubuh Vagina Duh kuning kehijauan, 1. Gambaran
(Trichomonas Vaginalis) berbau tidak enak berbusa strawberry cervix
2. Ditemukan Flagella,
motil
3. pH > 4,5
Terapi Leukore Patologis
138. E. Bakterial vaginosis
a. Gonorhea
b. Trichomonisasis
c. Candidiasis vulvovaginalis
d. Ulkus mole
e. Bakterial vaginosis
139
Tn. M, 38 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan timbul luka pada
kemaluan. Sebelumnya pasien ada berhubungan dengan PSK sebanyak
3 kali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya lesi soliter pada glands
penis, tidak nyeri, indurasi +, luka bersih, tepi rata. Penyebab yang
paling tepat pada pasien diatas adalah?
a. H. Ducreyi
b. Treponema pallidum
c. Poxvirus
d. Trikomonas
e. N. Gonorhea
139
Tn. M, 38 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan timbul luka pada
kemaluan. Sebelumnya pasien ada berhubungan dengan PSK sebanyak
3 kali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya lesi soliter pada glands
penis, tidak nyeri, indurasi +, luka bersih, tepi rata. Penyebab yang
paling tepat pada pasien diatas adalah?
a. H. Ducreyi
b. Treponema pallidum
c. Poxvirus
d. Trikomonas
e. N. Gonorhea
Ulkus Durum/Sifilis
Penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Treponema
pallidum; sangat kronik dan bersifat sistemik.
Sinonim: lues venerea atau lues, raja singa
Kriteria Diagnostik
• Ulkus tunggal, tepi teratur, dasar bersih, terdapat
Stadium I indurasi, tidak nyeri; terdapat pembesaran kelenjar
getah bening regional.

• terdapat lesi kulit yang polimorfi, tidak gatal dan lesi di


Stadium II mukosa, disertai pembesaran kelenjar getah bening
generalisata

• tidak didapatkan lesi di genital atau kulit, hanya


Stadium II laten ditemukan tes serologi sifilis (TSS) yang reaktif

• didapatkan gumma, yaitu infiltrat sirkumskrip kronis


Stadium III yang cenderung mengalami perlunakan dan bersifat
destruktif. Dapat mengenai kulit, mukosa, dan tulang.
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Penunjang
• Dark field microscopy → gerakan
traponema
• VDRL (+) → skrining (sensitive)
• TPHA (+) → diagnostic (spesifik)
139. B. Treponema pallidum
a. H. Ducreyi
b. Treponema pallidum
c. Poxvirus
d. Trikomonas
e. N. Gonorhea
140
Tn. N, 32 tahun datang dengan luka yang nyeri pada kelaminnya. Dari
Pemeriksaan fisik didapatkan erosi, ulkus dengan dasar kotor. Terapi
yang tepat pada kasus di atas adalah?
a. Penisilin 2.400.000 IU
b. Doksisiklin 2x100 mg
c. Cefixime 400 mg
d. Ofloksasin 2x200 mg
e. Ciprofloksasin 2x500 mg
140
Tn. N, 32 tahun datang dengan luka yang nyeri pada kelaminnya. Dari
Pemeriksaan fisik didapatkan erosi, ulkus dengan dasar kotor. Terapi
yang tepat pada kasus di atas adalah?
a. Penisilin 2.400.000 IU
b. Doksisiklin 2x100 mg
c. Cefixime 400 mg
d. Ofloksasin 2x200 mg
e. Ciprofloksasin 2x500 mg
ULKUS MOLE
Ulkus Mole
Penyakit ulkus genital yang disebabkan oleh Haemophyllus ducreyi.
Penyakit ulkus genital yang disebabkan oleh Haemophyllus ducreyi.
ULKUS MOLE
Ulkus Mole
Penyakit ulkus genital yang disebabkan oleh Haemophyllus ducreyi.

Anamnesis: Pemeriksaan klinis:


• Luka pada kelamin yang nyeri dan • Ulkus multipel, perabaan lunak dan
terdapat riwayat kontak seksual sangat nyeri, tepi tidak teratur,
sebelumnya dinding bergaung, dasar kotor
• Lesi pada laki-laki biasanya terbatas
pada frenulum, sulkus koronarius,
preputium
• Sedangkan lesi pada perempuan
sebagian besar pada vagina atau
introitus vagina.
Pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang
Penunjang

Sediaan apus dari dasar ulkus dan


diwarnai dengan pewarnaan Gram atau
Unna Pappenheim, ditemukan
coccobacillus negatif Gram yang berderet
seperti rantai (School of fish)
140. E. Ciprofloksasin 2x500 mg
a. Penisilin 2.400.000 IU
b. Doksisiklin 2x100 mg
c. Cefixime 400 mg
d. Ofloksasin 2x200 mg
e. Ciprofloksasin 2x500 mg
141
An. O, 7 tahun diantar ibunya ke Puskesmas dengan keluhan muncul
bintil pada tangan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bintil berwarna
abu-abu permukaan verukos di regio manus. Terapi pada kasus ini
adalah?
a. Acyclovir
b. Cryotherapy
c. Tingtura Podofilin
d. Doxycycline
e. Benzatin penisilin
141
An. O, 7 tahun diantar ibunya ke Puskesmas dengan keluhan muncul
bintil pada tangan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bintil berwarna
abu-abu permukaan verukos di regio manus. Terapi pada kasus ini
adalah?
a. Acyclovir
b. Cryotherapy
c. Tingtura Podofilin
d. Doxycycline
e. Benzatin penisilin
Veruka Vulgaris
Hiperplasia epidermis bersifat jinak
Disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu

Sinonim: kutil atau common wart

Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab


Manifestasi Klinis
Anamnesis • Kutil pada kulit dan mukosa

• Papul berwarna kulit sampai


Klinis keabuan dengan permukaan
verukosa

• jari, punggung tangan maupun


Predileksi: kaki
Penatalaksanaan

Menjaga kebersihan kulit

Pengobatan topikal bahan kaustik:


• larutan AgNO3 25%, asam trikloroasetat 50% ATAU asam salisilat
20% - 40%.

Tindakan:
• bedah beku, bedah laser, bedah pisai, photodynamic therapy
141. B. Cryotherapy
a. Acyclovir
b. Cryotherapy
c. Tingtura Podofilin
d. Doxycycline
e. Benzatin penisilin
142
Seorang anak perempuan usia 4 tahun, ditemukan tidak bernyawa di dalam mobil
yang parkir di tempat parkir umum dekat perumahan. Dari pemeriksaan ditemukan
terdapat lebam mayat berwarna cherry red dan tidak ditemukan adanya jejas lain di
permukaan tubuh. Pemeriksaan laboratorium forensik ditemukan titer alkali dilusi
(+). Penyebab kematian yang mungkin adalah?
a. Keracunan karbon
b. Keracunan CO2
c. Keracunan CO
d. Keracunan asam karbonat
e. Keracunan deoksihemoglobin
142
Seorang anak perempuan usia 4 tahun, ditemukan tidak bernyawa di dalam mobil
yang parkir di tempat parkir umum dekat perumahan. Dari pemeriksaan ditemukan
terdapat lebam mayat berwarna cherry red dan tidak ditemukan adanya jejas lain di
permukaan tubuh. Pemeriksaan laboratorium forensik ditemukan titer alkali dilusi
(+). Penyebab kematian yang mungkin adalah?
a. Keracunan karbon
b. Keracunan CO2
c. Keracunan CO
d. Keracunan asam karbonat
e. Keracunan deoksihemoglobin
Inhalation Of Suffocating Gases
Keracunan CO
• Pada jenazah, dapat ditemukan warna lebam mayat yang berupa Cherry Red pada kulit, otot, darah
dan organ-organ interna.
• Pada keracunan CO2, darah berwarna merah gelap.

Keracunan CN (SIANIDA)
• Pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang merupakan tanda patognomonik untuk
keracunan CN, dengan cara menekan dada mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan hidung.
• Selain itu didapatkan sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, dan lebam jenazah
berwarna merah terang, karena darah kaya akan oksi hemoglobin (karena jaringan dicegah dari
penggunaan oksigen)
• Pada korban yang menelan garam alkali sianida, dapat ditemukan kelainan pada mukosa lambung
berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan karena terbentuk hematin alkali dan pada perabaan
mukosa licin seperti sabun.
142. C. Keracunan CO
a. Keracunan karbon
b. Keracunan CO2
c. Keracunan CO
d. Keracunan asam karbonat
e. Keracunan deoksihemoglobin
143
Seorang laki-laki usia 18 tahun, ditemukan meninggal di bawah pohon
dekat lapangan setelah terjadi hujan deras. Pada pemeriksaan luar
ditemukan bercak warna kebiruan seperti cabang pohon di sekitar area
leher dan punggung. Apakah nama tanda tersebut?
a. Arborescent mark
b. Arbor vitae
c. Livor vitae
d. Algor mortis
e. Livor mortis
143
Seorang laki-laki usia 18 tahun, ditemukan meninggal di bawah pohon
dekat lapangan setelah terjadi hujan deras. Pada pemeriksaan luar
ditemukan bercak warna kebiruan seperti cabang pohon di sekitar area
leher dan punggung. Apakah nama tanda tersebut?
a. Arborescent mark
b. Arbor vitae
c. Livor vitae
d. Algor mortis
e. Livor mortis
Luka Petir
Kecelakaan akibat sambaran petir. Petir
termasuk arus searah (DC) dengan tegangan
20 juta volt dan kuat arus 20 ribu ampere.

Keadaan yang berpotensi besar terkena petir


• Berada di tanah lapang.
• Berada dibawah pohon yang tinggi.
• Kehujanan dan memakai perhiasan yang terbuat dari
logam.
Efek Listrik Akibat Sambaran Petir
Current mark Efek ini termasuk salah satu tanda utama luka listrik
/ electrik (electrical burn)
mark /
electrik burn.

Aborescent Tanda ini berupa gambaran seperti pohon gundul


markings. tanpa daun akibat terjadinya vasodilatasi vena pada
kulit korban sebagai reaksi dari persentuhan antara
kulit dengan petir (lightning / eliksem). Tanda ini akan
hilang sendiri setelah beberapa jam.
Magnetisasi. Logam yang terkena sambaran petir (lightning /
eliksem) akan berubah menjadi magnet. Efek ini
termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical burn).
143. A. Arborescent mark
a. Arborescent mark
b. Arbor vitae
c. Livor vitae
d. Algor mortis
e. Livor mortis
144
Pasien laki-laki datang ke IGD RS dengan keluhan demam dan keluar nanah dari
bekas luka operasi. Dua minggu sebelumnya pasien menjalani prosedur operasi
appendektomi di RS tersebut. Ketika dilakukan pemeriksaan ditemukan infeksi
daerah operasi dan dicurigai terdapat kassa yang tertinggal dalam rongga
peritoneum. Kejadian ini termasuk ke dalam…
a. Malfeasance
b. Misfeasance
c. Nonfeasance
d. Unforeseen accident
e. Unfeaseable
144
Pasien laki-laki datang ke IGD RS dengan keluhan demam dan keluar nanah dari
bekas luka operasi. Dua minggu sebelumnya pasien menjalani prosedur operasi
appendektomi di RS tersebut. Ketika dilakukan pemeriksaan ditemukan infeksi
daerah operasi dan dicurigai terdapat kassa yang tertinggal dalam rongga
peritoneum. Kejadian ini termasuk ke dalam…
a. Malfeasance
b. Misfeasance
c. Nonfeasance
d. Unforeseen accident
e. Unfeaseable
MALPRAKTIK /
KELALAIAN MEDIS
Malpraktik

Malpraktek pada prinsipnya merujuk pada suatu praktek profesi yang buruk karena tidak sesuai
standar profesi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dapat berupa pelanggaran terhadap standar kompetensi, standar perilaku, dan standar
pelayanan.

Tidak semua kerugian yang timbul dalam pelayanan kedokteran dapat dikategorikan malpraktek,
karena ada kerugian yang terjadi meski dokter telah melakukan tindakan sesuai standar.
Professional Misconduct

• Kesengajaan pelanggaran etik, disiplin, hukum pidana atau perdata

Kelalaian

• Malfeasance : Tindakan tidak tepat/ melanggar hukum


(commission)
• Misfeacance: Tindakan tepat tapi pelaksanaan tidak tepat
• Nonfeasance: Tidak melakukan tindakan seharusnya (ommision)
Pelanggaran Etika
Ketika dokter melanggar Sanksi Profesi berupa:
KODEKI, diadukan ke Peringatan, Dididik
Majelis Kehormatan Etik ulang, bahkan
Kedokteran (MKEK) IDI. dikeluarkan dari IDI
KODEKI
Kewajiban terhadap teman Kewajiban terhadap diri
Kewajiban umum Kewajiban terhadap pasien
sejawat sendiri

• Mengamalkan sumpah • Bersikap tulus, ikhlas dan • Memperlakukan teman • Memelihara kesehatan
kedokteran menggunakan segala ilmu sejawat sebagaimana ingin • Mengikuti perkembangan
• Melaksanakan standar keterampilan untuk pasien diperlakukan ilmu pengetahuan dan
profesi • Memberikan kesempatan • Tidak boleh mengambil alih teknologi kedokteran
• Tidak dipengaruhi pihak lain pada pasien agar bisa pasien dari teman sejawat
• Hindari memuji diri berhubungan dengan kecuali ada persetujuan atau
keluarga dan beribadah berdasarkan prosedur
• Hati-hati dalam
mengumumkan dan • Merahasiakan tentang pasien
menerapkan penemuan baru • Melakukan pertolongan
• Memberi surat keterangan darurat, kecuali yakin ada
yang telah diperiksa sendiri orang lain yang bersedia dan
mampu
• Memperhatikan kepentingan
masyarakat
• Bekerjasama dengan pejabat
Pelanggaran Disiplin

Melanggar UU Praktik
Kedokteran dapat
Sanksi: moral, psikologis,
diadukan ke Majelis
teguran, pencabutan STR
Kehormatan Disiplin Ilmu
Kedokteran (MKDIK) IDI.

Contoh:
- Praktik tanpa SIP dan STR
- Menyediakan dokter pengganti tidak sesuai kompetensi
- Praktik tidak sesuai dengan SKDI (kompetensi, rujukan)
Malpraktik Hukum

Kriminal/Pidana Perdata
Euthanasia
Gugatan pasien ke pengadilan,
contoh:
Membuka rahasia jabatan

Membuat surat keterangan palsu Pasien merasa dirugikan


secara materil karena terapi
Aborsi tanpa indikasi medis dokter
HUKUM PERDATA
VS HUKUM PIDANA
Hukum Perdata Vs Hukum Pidana
Hukum Pidana Hukum Perdata
Publik Privat
Kepentingan Umum Kepentingan Individu
Dipertahankan oleh Negara Dipertahankan oleh perorangan

Dituntut oleh jaksa Dituntut oleh penggugat


Tidak ada usaha perdamaian Ada usaha perdamaian

Sanksi berupa kurungan penjara Sanksi berupa ganti rugi


Cara pembuktian kelalaian

• Duty (kewajiban)
• Kesesuaian indikasi medis
• Melakukan/tidak informed consent
• Derelection of duty
• Kesesuaian dengan SOP
• Direct cause
• Hubungan sebab akibat
• Tindakah dokter yang menyebabkan cedera langsung pada pasien
• Damage
• Efek/cedera yang jelas ada.
• Administratif
• Menjalankan praktik tanpa Surat Ijin Praktek (SIP)
• Memalsukan SIP dapat diadukan ke Depkes.
144. B. Misfeasance
a. Malfeasance
b. Misfeasance
c. Nonfeasance
d. Unforeseen accident
e. Unfeaseable
145
Ny. W, usia 50 tahun datang ke RS tempat suaminya kontrol penyakit stroke
ringan yang dialami 3 bulan lalu. Istri pasien meminta rekam medis pasien
terhadap dokter yang menangani suaminya untuk mengajukan permohonan
WFH ke kantor. RS menolak memberikan rekam medis dan hanya
memberikan resume penyakit. Siapa yang berhak memiliki rekam medis?
a. Dokter
b. Pasien
c. Pasien dan keluarga
d. Pasien dan rumah sakit
e. Rumah sakit
REKAM MEDIS
Rekam Medis

Pasal 47 ayat (1)


• “Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana
pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis
merupakan milik pasien”
Kepemilikan Rekam Medis
Pasal 10
Permenkes No.269
Permenkes No.
tahun 2008
749a

Menyatakan bahwa berkas rekam


Isi Rekam Medis adalah milik medis itu merupakan milik sarana
pasien, sedangkan berkas Rekam pelayanan kesehatan, yang harus
Medis (secara fisik) adalah milik disimpan sekurang-kurangnya
Rumah Sakit atau institusi untuk jangka waktu 5 tahun
kesehatan. terhitung sejak tanggal terakhir
pasien berobat.
Rekam Medis

Aplikasi: Karena isi Rekam Medis merupakan milik pasien, maka pada
prinsipnya tidak pada tempatnya jika dokter atau petugas medis menolak
memberitahu tentang isi Rekam Medis kepada pasiennya, kacuali pada
keadaan-keadaan tertentu yang memaksa dokter untuk bertindak sebaliknya.

Sebaliknya, karena berkas Rekam Medis merupakan milik institusi, maka


tidak pada tempatnya pula jika pasien meminjam Rekam Medis tersebut
secara paksa, apalagi jika institusi pelayanan kesehatan tersebut menolaknya
Rahasia Medis

Sesuai dengan UU Rumah Sakit pasal 38


• Yang dimaksud dengan “rahasia kedokteran” adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan hal yang ditemukan oleh dokter dan
dokter gigi dalam rangka pengobatan dan dicatat dalam rekam
medis yang dimiliki pasien dan bersifat rahasia.
Pengecualian Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran
PerMenKes RI No.269/MENKES/PER/III/2008 BAB IV Pasal 10

• untuk kepentingan kesehatan pasien.


Informasi tentang • memenuhi permintaan aparatur penegak hukum
identitas, dalam rangka penegakan hukum atas perintah
diagnosis, riwayat pengadilan.
penyakit, riwayat
• Permintaan dan atau persetujuan pasien sendiri.
pemeriksaan, dan
riwayat • Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan
pengobatan dapat perundang-undangan
dibuka dalam hal : • untuk kepentingan penelitian, pendidikan atau audit
medis sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien
Pembukaan Rahasia Medis

PERMENKES NO.36 TAHUN 2012 PASAL 5:

• Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk


kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan
aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
145. E. Rumah sakit
a. Dokter
b. Pasien
c. Pasien dan keluarga
d. Pasien dan rumah sakit
e. Rumah sakit
146
Seorang mahasiswa perempuan ditemukan tidak bernyawa di kamar kosnya.
Pada pemeriksaan ditemukan luka lecet seperti bulan sabit di sekitar mulut,
hidung, dan pipi. Wajah korban tampak gelap, mata merah, dari mulut keluar
busa dan kebiruan pada bibir dan ujung-ujung jari. Pola perlukaan pada
korban sesuai dengan pola luka pada…
a. Choking
b. Smothering
c. Gagging
d. Strangulation
e. Manual strangulation
146
Seorang mahasiswa perempuan ditemukan tidak bernyawa di kamar kosnya.
Pada pemeriksaan ditemukan luka lecet seperti bulan sabit di sekitar mulut,
hidung, dan pipi. Wajah korban tampak gelap, mata merah, dari mulut keluar
busa dan kebiruan pada bibir dan ujung-ujung jari. Pola perlukaan pada
korban sesuai dengan pola luka pada…
a. Choking
b. Smothering
c. Gagging
d. Strangulation
e. Manual strangulation
ASFIKSIA
Definisi
Asfiksia atau mati lemas adalah
suatu keadaan berupa
berkurangnya kadar oksigen (O2)
dan berlebihnya kadar karbon
dioksida (CO2) secara bersamaan
dalam darah dan jaringan tubuh
akibat gangguan pertukaran antara
oksigen (udara) dalam alveoli paru-
paru dengan karbon dioksida
dalam darah kapiler paru-paru
Pemeriksaan Luar Post Mortem

Luka dan ujung-ujung ekstremitas Tardieu’s spot pada konjungtiva


Busa halus keluar dari hidung dan
sianotik (warna biru keunguan) bulbi dan palpebra. Tardieu’s spot
mulut. Busa halus ini disebabkan
yang disebabkan tubuh mayat merupakan bintik-bintik
adanya fenomena kocokan pada
lebih membutuhkan HbCO2 perdarahan (petekie) akibat
pernapasan kuat.
daripada HbO2. pelebaran kapiler darah setempat.
Pemeriksaan Dalam Post Mortem
Organ dalam tubuh lebih gelap & lebih berat dan ejakulasi pada mayat laki-
laki akibat kongesti / bendungan alat tubuh & sianotik.

Darah termasuk dalam jantung berwarna gelap dan lebih cair.

Tardieu’s spot pada pielum ginjal, pleura, perikard, galea apponeurotika,


laring, kelenjar timus dan kelenjar tiroid.

Busa halus di saluran pernapasan.

Edema paru
Tardieu spot pada
perikard
Kelainan lain yang berhubungan dengan kekerasan seperti fraktur laring,
fraktur tulang lidah dan resapan darah pada luka.
Asfiksia Mekanik
Pembekapan (smothering) Penutupan lubang
• Luka lecet geser atau lecet tekan (misalnya jejas kuku jari
tangan) pada hidung, pipi, bibir ungu.
saluran pernafasan
Penyumbatan/ penyumpalan (gagging , bagian atas:
choking)
• Asfiksia mekanik yang terjadi akibat tertutupnya rongga
mulut oleh benda asing, misalnya sapu tangan, tissue,
makanan, dan sebagainya.
• Memar atau lecet pada bagian tubuh akibat perkelahian
dengan pelaku dapat ditemukan.
• Luka memar atau robek di rongga mulut dapat
ditemukan.
• Lengan atau tungkai kadang ditemukan dalam keadaan
terikat.
Asfiksia Mekanik
Penekanan dinding saluran pernafasan:
Penjeratan (strangulation)

• Alat penjeratan berupa tali, kawat, dll. berjalan mendatar,


luka lecet umumnya melingkari leher secara keseluruhan.

Pencekikan (manual strangulation)

• Dilakukan dengan tangan dan tangan tidak perlu


melingkari leher korban. Luka lecet ukuran kecil-kecil
berbentuk bulan sabit pada leher, patahnya tulang lidah
disertai resapan darah, kongesti pada kepala leher.

Gantung (hanging)

• Patahnya ruas tulang leher (hangman fracture), lingkaran


tali penggantung tubuh melingkar tidak mendatar ke arah
kranial.
146. B. Smothering
a. Choking
b. Smothering
c. Gagging
d. Strangulation
e. Manual strangulation
147.
Dr. Ri, seorang dokter di puskesmas A sedang merancang program
penyediaan tempat pembuangan limbah untuk masyarakat sekitar.
Dokter ini telah menentukan beberapa pihak yang akan diajak untuk
bekerja sama. Hal ini didasarkan dari segi cost and benefit, efektivitas
dan efisiensi yang akan dikeluarkan. Apakah five doctor yang dilakukan
oleh dokter tersebut?
a. Care provider
b. Communicator
c. Decision maker
d. Community leader
e. Manager
147.
Dr. Ri, seorang dokter di puskesmas A sedang merancang program
penyediaan tempat pembuangan limbah untuk masyarakat sekitar.
Dokter ini telah menentukan beberapa pihak yang akan diajak untuk
bekerja sama. Hal ini didasarkan dari segi cost and benefit, efektivitas
dan efisiensi yang akan dikeluarkan. Apakah five doctor yang dilakukan
oleh dokter tersebut?
a. Care provider
b. Communicator
c. Decision maker
d. Community leader
e. Manager
Five Star Doctor
CARE PROVIDER
• Penanganan fisik, mental, social secara Promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative
• Memberikan standar pelayanan terbaik

DECISION MAKER
• Mempertimbangkan keuntungan & resiko
• Mempertimbangkan penunjang yang efektif
• Mempertimbangkan cost efektif

COMMUNICATOR
• Promosi kesehatan pada individu dan Komunitas

COMMUNITY LEADER
• Menggerakan Masyarakat

MANAGER
• Bekerja sama dengan individu, organisasi, komunitas, bidan medis & non medis
147. C Decision maker
a. Care provider
b. Communicator
c. Decision maker
d. Community leader
e. Manager
148.
Dr. Alex, seorang dokter puskesmas mendapatkan pasien ibu hamil
yang mengalami anemia berat. Dokter tersebut berinisiatif untuk
merujuk pasien ke Rumah Sakit untuk transfusi, namun sebelum
dirujuk dokter ini melakukan informed consent dan menanyakan
apakah ada kepercayaan pasien atau keluarga untuk tidak menerima
transfusi darah. Apakah prinsip kedokteran keluarga pada dokter ini
adalah?
a. Kolaboratif
b. Komprehensif
c. Holistik
d. Berkesinambungan
e. Koordinatif
148.
Dr. Alex, seorang dokter puskesmas mendapatkan pasien ibu hamil
yang mengalami anemia berat. Dokter tersebut berinisiatif untuk
merujuk pasien ke Rumah Sakit untuk transfusi, namun sebelum
dirujuk dokter ini melakukan informed consent dan menanyakan
apakah ada kepercayaan pasien atau keluarga untuk tidak menerima
transfusi darah. Apakah prinsip kedokteran keluarga pada dokter ini
adalah?
a. Kolaboratif
b. Komprehensif
c. Holistik
d. Berkesinambungan
e. Koordinatif
Prinsip Pelayanan Kedokteran
Keluarga
Holistik

Komprehensif

Berkesinambungan/continyu

Koordinatif

Kolaboratif
Holistik
Mencakup seluruh tubuh jasmani dan rohani
pasien (whole body system), nutrisi

Tidak hanya organ oriented

Patient and Family oriented

Memandang manusia sebagai mahluk


biopsikososial pada ekosistemnya.
148. C Holistik
a. Kolaboratif
b. Komprehensif
c. Holistik
d. Berkesinambungan
e. Koordinatif
149.
Pada Puskesmas Y terdapat kejadian difteri yang meningkat 2x dari
periode sebelumnya, kemudian puskesmas daerah tersebut
menetapkan sebagai KLB. Apakah yang harus dilakukan selanjutnya
oleh pihak puskesmas?
a. Mengidentifikasi penyebab
b. Melakukan analisis epidemiologi
c. Menegakkan diagnosis
d. Melapor dengan form W1 dalam 1x24 jam
e. Menghubungi tim cepat KLB
149.
Pada Puskesmas Y terdapat kejadian difteri yang meningkat 2x dari
periode sebelumnya, kemudian puskesmas daerah tersebut
menetapkan sebagai KLB. Apakah yang harus dilakukan selanjutnya
oleh pihak puskesmas?
a. Mengidentifikasi penyebab
b. Melakukan analisis epidemiologi
c. Menegakkan diagnosis
d. Melapor dengan form W1 dalam 1x24 jam
e. Menghubungi tim cepat KLB
Alur Pelaporan KLB
Masyarakat

Puskesmas

Dinkes Kabupaten

Dinkes Provinsi

Kementrian kesehatan
Laporan W1 (Laporan Wabah)
Isi Laporan: Tempat KLB, Jumlah P/M, Gejala/tanda-
tanda.

Dalam jangka waktu 24 jam setelah mengetahui


kepastian (hasil pengecekan lapangan) adanya
tersangka KLB.
Selain melalui pos, penyampaian isi laporan dapat
dilakukan dengan sarana komunikasi cepat lainnya,
sesuai situasi dan kondisi yang ada.

Pembuat laporan: Kepala Puskesmas.


149. D. Melapor dengan form W1 dalam 1x24
jam
a. Mengidentifikasi penyebab
b. Melakukan analisis epidemiologi
c. Menegakkan diagnosis
d. Melapor dengan form W1 dalam 1x24 jam
e. Menghubungi tim cepat KLB
150.
Dr. Udin, ingin meneliti tentang penyakit Duchenne muscular
dystrophy. Karena kasusnya jarang peneliti meminta sampel pertama
untuk memperkenalkannya kepada pasien Duchenne muscular
dystrophy yang lain dan begitu seterusnya. Apa metode yang
digunakan oleh dokter?
a. Simple random sampling
b. Stratified random sampling
c. Purposive sampling
d. Quota sampling
e. Snowball sampling
150.
Dr. Udin, ingin meneliti tentang penyakit Duchenne muscular
dystrophy. Karena kasusnya jarang peneliti meminta sampel pertama
untuk memperkenalkannya kepada pasien Duchenne muscular
dystrophy yang lain dan begitu seterusnya. Apa metode yang
digunakan oleh dokter?
a. Simple random sampling
b. Stratified random sampling
c. Purposive sampling
d. Quota sampling
e. Snowball sampling
Teknik Sampling
Convinience sampling

Non Probablity Quota sampling


Sampling Snowball sampling
Purposive sampling
Simple random sampling
Probablity Systematic sampling
Sampling Stratified sampling
Cluster stratified
Non Probability Sampling
Purposive • sampel yang dipilih secara khusus
Sampling berdasarkan tujuan penelitiannya.

• Dari sampel yang prevalensinya sedikit ,peneliti


Snowball mencari informasi sampel lain dari yang dijadikan
Sampling sampel sebelumnya, sehingga makin lama jumlah
sampelnya makin banyak

• anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan


Quota Sampling jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri tertentu

Convenience • mengambil sampel sesuka peneliti (kapanpun


sampling dan siapapun yang dijumpai peneliti).
150. E. Snowball sampling

a. Simple random sampling


b. Stratified random sampling
c. Purposive sampling
d. Quota sampling
e. Snowball sampling

Anda mungkin juga menyukai