Anda di halaman 1dari 15

JURNALGambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp.

Sebagai Vektor Penyakit


PENA MEDIKA, ISSN : 2086-843X
Filariasis Wuchereria Bancrofti
Vol. 6, No. 1, Juni 2016 : 19 - 33

GAMBARAN PERILAKU MENGGIGIT NYAMUK Culex sp. SEBAGAI


VEKTOR PENYAKIT FILARIASIS Wuchereria bancrofti

Dyah Mahendrasari Sukendra1, Muhammad Atiq Shidqon2


1,2
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang
Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Jawa Tengah-Indonesia Telp. (024)
8058007 E-mail: fik-unnes-smg@telkom.net
Korespondensi : dyahmahendra@yahoo.com

ABSTRAK
Latar Belakang. Culex sp. merupakan vektor utama Filariasis. Pemahaman bionomik
vektor diperlukan untuk penentuan rencana pengendalian vektor. Bionomik perilaku
menggigit vektor Culex sp. pada transmisi Filariasis perlu dipahami. Pemahaman
perilaku menggigit Culex sp. bermanfaat untuk memutus transmisi penularan Filariasis.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perilaku menggigit nyamuk Culex sp.
sebagai vektor Filariasis. Metode. Penelitian ini menggunakan desain descriptive
research dengan rancangan studi observasional. Teknik pengambilan sampel secara
accidental sampling. Subjek penelitian ini adalah semua nyamuk Culex sp. di Kelurahan
Banyurip Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan. Penelitian dilakukan di
dalam dan di luar ruangan. Hasil penelitian didapat 170 nyamuk Culex tertangkap saat
menggigit umpan manusia dan hewan (kambing). Nyamuk Culex sp. menggigit mangsa
pada rentang waktu pukul 19.00 – 04.00 WIB dengan suhu 27oC – 30oC, kelembaban
udara 99% - 100%, dan pencahayaan 60 – 65 lux serta kecepatan angin 3 – 5 km/jam.
Kata kunci : Bionomi vektor, Feeding behavior, Culex sp., Filariasis, Wuchereria
bancrofti

ABSTRACT
Background. Culex sp. is a main vector of Filariasis.The understanding of bionomy of
vector is a main tools to make a vector control program. One of bionomy vector is
feeding behavior. Knowing of feeding behavior on Culex sp. is useful to stop Filariasis
transmition. The aim of this research is describing the feeding behavior of Culex sp.
Method. This research using descriptive design with an observational study. Samples
was taken using accidental sampling methode. Result. All of Culex sp on Banyurip
sub-district South Pekalongan district of Pekalongan city are as a subject of this
research. Research held on indoor and outdoor. A 170 Culex sp. was caught when
feeding on human and animal (goats). The feeding span of Culex sp. average at 7 pm - 4
am on 27oC - 30oC, 99% - 100% of humidity, 60-65 lux, and 3-5 km/h

Keywords : Bionomic, Feeding behavior, Culex sp., Wuchereria bancrofti,


Filariasis

PENDAHULUAN
Penyakit Filariasis menginfeksi negara. Tersebar di berbagai wilayah
lebih dari 1,3 miliar penduduk di 72 yaitu 65% di Asia Tenggara, 30% di

19
Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit
Filariasis Wuchereria Bancrofti

Afrika dan 5% di daerah tropis lain Aedes dan Armigeres. Spesies-spesies


(WHO, 2009). Indonesia tergolong nyamuk tersebut mengambil peran
daerah rawan kasus Filariasis. Jumlah sebagai vektor utama dan vektor
kasus klinis Filariasis di Indonesia potensial penyakit Filariasis (Setiawan,
berdasarkan data kumulatif sampai 2008). Vektor utama Filariasis di Kota
tahun 2013 ditemukan sejumlah 12.714 Pekalongan adalah spesies nyamuk
kasus. Jumlah kasus Filariais Culex. Penangkapan nyamuk pada
mengalami peningkatan sejak tahun tahun 2008 tertangkap sebanyak 19.306
2012, yaitu 11.902 kasus (Kemenkes nyamuk, terdiri dari 4 genus. Jumlah
RI, 2014). Provinsi Jawa Tengah adalah nyamuk yang tertangkap didominasi
salah satu provinsi di Indonesia dengan oleh Culex sp.19.229 nyamuk,
kasus Filariasis cukup tinggi. Terdapat Anopheles 51 nyamuk, Aedes 24
412 penderita selama tahun 2013, angka nyamuk dan Mansonia 2 nyamuk
ini secara kumulatif tidak jauh berbeda (Ramadhani, 2008). Sebanyak 175
dari tahun 2012 yaitu 565 penderita nyamuk tertangkap di wilayah
(Dinkes Jateng, 2013). Kecamatan Pekalongan Selatan.
Kota Pekalongan sebagai daerah Dominasi nyamuk tertangkap adalah
endemis Filariasis. Total sebaran kasus spesies Culex quinquefasciatus
klinis dan kronis pada tahun 2004-2014 sebanyak 101 nyamuk (57,7%) dan
berjumlah 386 kasus berdasarkan data Aedes aegepty 80 nyamuk. Kota
Filariasis di Kota Pekalongan, dengan Pekalongan sebagai daerah endemis
rincian 90,41% untuk kasus klinis dan Filariasis masih sangat potensial
9,59% untuk kasus kronis Filariasis. sebagai daerah penularan dan
Jumlah kumulatif kasus penyakit penyebaran Filariasis di masyarakat.
Filariasis di wilayah kerja Puskesmas Hal ini didukung hasil pembedahan Cx.
Pekalongan Selatan Kota Pekalongan quinquifasciatus ditemukan microfilaria
sendiri sampai tahun 2014 adalah rate sebesar 6,67% (Windiastuti, 2013).
sebanyak 42 kasus (Dinkes Kota Lingkungan secara langsung
Pekalongan, 2014). maupun tidak langsung sangat
Hingga kini di Indonesia sudah berpengaruh terhadap distribusi kasus
diketahui ada 23 spesies nyamuk dari Filariasis dan mata rantai penularan.
genus Mansonia, Anopheles, Culex, Kelangsungan hidup hospes, hospes

20
Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit
Filariasis Wuchereria Bancrofti

reservoir, dan vektor Filariasis perilaku masyarakat yang sering ke luar


ditunjang oleh faktor lingkungan. rumah pada malam hari hanya sekedar
Faktor lingkungan meliputi lingkungan untuk mengobrol (Radrova, 2013;
fisik, lingkungan biologik, dan sosial Windiastuti, 2013).
budaya berhubungan dengan bionomik Kontak dengan vektor infeksius
vektor. Pengetahuan bionomik vektor kemungkinan dapat terjadi saat siang
penting diperlukan untuk menunjang hari. Faktor lingkungan misal
pengetahuan epidemiologi dan pencahayaan ataupun temperatur,
penentuan rencana pengendalian vektor. berpengaruh pada kecepatan nyamuk
Kesesuaian antara vektor tujuan dengan berkembang biak dan laju transmisi
metode pengendalian yang dilaksanakan penularan. Varian temperatur signifikan
dapat menghasilkan progam memberikan efek pada kecepatan
pengendalian vektor yang maksimal. nyamuk betina bertelur, sehingga koloni
Bionomik nyamuk pada perilaku nyamuk menjadi meningkat (Radrova,
menggigit (feeding behavior) nyamuk 2013; Ciota dkk, 2015). Oleh karena itu
Culex sp perlu dipahami sebagai acuan perlu dilakukan pengamatan sepanjang
perencanaan pengendalian transmisi hari untuk mengetahui perilaku
penularan Filariasis (Karwiti, 2011; menggigit nyamuk Culex. Penelitian ini
Radrova dkk, 2013; Ciota dkk, 2015 ). dilakukan di Kelurahan Banyurip
Nyamuk Culex sp suka menghisap Kecamatan Pekalongan Selatan Kota
darah manusia dan hewan, terutama saat Pekalongan. Penelitian ini dilakukan
pada malam hari. Lokasi keberadaan secara langsung untuk mengetahui
kandang hewan ternak tidak jauh dari bagaimana perilaku menghisap darah
tempat tinggal warga. Keberadaan (feeding behavior) nyamuk Culex sp.
kandang sangat berpengaruh terhadap sebagai vektor Filariasis Wuchereria
distribusi Filariasis. Berdasarkan bancrofti di Kelurahan Banyurip
keterangan yang didapat dari Dinas Kecamatan Pekalongan Selatan Kota
Kesehatan Kota Pekalongan penularan Pekalongan pada tahun 2015. Perilaku
dan persebaran kasus Filariasis di Kota menghisap darah Culex sp. Selanjutnya
Pekalongan tahun 2012 – 2014 terjadi dapat dipakai sebagai acuan progam
karena faktor pekerjaan masyarakat pengendalian vektor Filariasis.
seperti pedagang dan buruh pabrik,

21
Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit
Filariasis Wuchereria Bancrofti

METODE
Penelitian ini merupakan jenis peneliti selama pelaksanaan penelitian.
penelitian deskriptif dengan Teknik pengambilan sampel
menggunakan rancangan studi menggunakan Accidental sampling.
observasional. Suatu survei untuk Pengambilan sampel dilakukan dengan
mendeskripsikan karakteristik tertentu mengambil subjek penelitian yang
dari suatu vektor penyakit. Melakukan kebetulan tersedia atau ada di lokasi dan
survei pada habitat nyamuk Culex sp, memenuhi kriteria dan konteks
serta dilakukan pengukuran parameter penelitian.
habitat, pengamatan karakteristik, dan Prosedur pelaksanaan penelitian
observasi nyamuk yang hinggap pada yaitu melalukan penangkapan nyamuk
tempat juga benda saat sedang yang dijumpai selama masa penelitian.
beristirahat. Survey dilakukan untuk Nyamuk yang sedang menghisap darah
mengetahui perilaku makan (feeding ditangkap menggunakan aspirator dan
behavior) Culex sp. dimasukan pada tempat koleksi nyamuk
Fokus penelitian tentang yang telah disediakan serta diberi label.
perilaku menghisap darah (feeding Pada lembar obsevasi dicatat lokasi,
behavior) nCulex sp. Observasi waktu, suhu, kelembaban udara,
dilakukan pada tempat yang digunakan pencahayaan, curah hujan, kecepatan
nyamuk Culex untuk menghisap darah, angin, dan ketinggian lokasi saat
yaitu di dalam ruangan dan di luar nyamuk ditangkap.
rungan. Melakukan pencatatan suhu, Nyamuk yang telah ditangkap
kelembapan, pencahayaan, dan kemudian diidentifikasi menggunakan
kecepatan angin. mikroskop. Jika nyamuk tertangkap
Subjek penelitian adalah semua adalah positif spesies Culex, maka
nyamuk Culex sp. yang ada di digolongkan lebih lanjut menurut
Kelurahan Banyurip Kecamatan karakteristik tempat ditemukan nyamuk.
Pekalongan Selatan Kota Pekalongan. Penggolongan Culex sp. menurut
Besar sampel minimal tidak dibatasi. tempatnya disesuaikan dengan checklis
Sampel penelitian adalah semua yang telah ada. Langkah-langkah
nyamuk Culex sp. yang didapatkan tersebut dilakukan secara berulang

22
Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit
Filariasis Wuchereria Bancrofti

sebanyak 6 kali sesuai dengan jumlah pembedahan dan diamati menggunakan


RW. mikroskop. Pembedahan dilakukan
Karakteristik umpan, waktu, dan untuk menemukan positif mikrofilaria
tempat penangkapan nyamuk pada di dalam nyamuk Culex
penelitian telah ditentukan. sp.Pembedahan dilakukan di
Menggunakan umpan manusia dan laboratorium pemerintah di Kota
hewan, waktu pelaksanaan pada saat Pekalongan.
siang dan malam hari, dan tempat di Semua data yang diperoleh dianalisis
dalam ruangan serta luar ruangan. univariat. Data waktu, suhu,
Pemaparan umpan, waktu, dan tempat kelembaban udara, pencahayaan,
sebagai berikut : 1. Satu orang warga kecepatan angin, Culex sp. positif
sebagai umpan pada malam hari di mikrofilaria, dan identifikasi spesies
dalam ruangan; 2. Satu orang warga disajikan dalam bentuk tabel, grafik,
pada malam hari di luar ruangan; 3. atau paragraf.
Satu kambing) pada malam hari di Hasil observasi penelitian menunjukkan
dalam ruangan; 4. Satu kambing pada total 428 nyamuk dewasa yang
malam hari di luar ruangan; 5. Satu ditangkap dengan umpan maupun non-
orang warga pada siang hari di dalam umpan. Sebanyak 170 nyamuk Culex
ruangan; 6. Satu orang warga pada sp. tertangkap saat menggigit umpan
siang hari di luar ruangan; 7. Satu yang tersedia. Culex sp. menghisap
kambing pada siang hari di dalam darah umpan manusia dan hewan pada
ruangan; 8. Satu kambing pada siang waktu sore sampai malam hari, dengan
hari di luar ruangan lokasi di dalam maupun di luar ruangan.
Nyamuk Culex sp. yang Secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.
tertangkap kemudian dilakukan
Tabel 1. Distribusi Umpan, Waktu dan Lokasi Penangkapan Nyamuk Culex sp. yang
Sedang Menghisap Darah Umpan (Manusia/Hewan)
No Lokasi Jumlah (Nyamuk)
1 Manusia pada malam hari di dalam ruangan 46
2 Manusia pada malam hari di luar ruangan 40
3 Hewan pada malam hari di dalam ruangan 44
4 Hewan pada malam hari di luar ruangan 40
5 Manusia pada siang hari di dalam ruangan -
6 Manusia pada siang hari di luar ruangan -
7 Hewan pada siang hari di dalam ruangan -
8 Hewan pada siang hari di luar ruangan -

23
Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit
Filariasis Wuchereria Bancrofti

Jumlah 170

Nyamuk Culex suka menghisap manusia khususnya pada malam hari.


darah manusia pada malam hari di Waktu yang biasa digunakan oleh Culex
dalam ruangan (dalam rumah warga) sp menghisap darah adalah beberapa
dan mulai terbenamnya matahari sampai jam sesudah terbenamnya matahari
dini hari. Spesies nyamuk Culex sp. hingga sebelum matahari terbit.
disebut nocturnal atau memiliki Culex adalah spesies nyamuk
kebiasaan menggigit manusia utamanya yang mempunyai sifat antropofilik,
pada malam hari. Pada pukul 01.00- karena suka melakukan aktivitas
02.00 merupakan puncak dari aktivitas menghisap darah di malam hari di luar
menggigit nyamuk Culex sp. rumah. Sebanyak 40 Culex sp.
(Tiawsirisup dan Nithiuthai, 2006). tertangkap di luar ruangan. Satu dari 40
Culex sp. adalah spesies nyamuk yang nyamuk yang tertangkap di luar
mempunyai sifat antropofilik, karena ruangan, teridentifikasi positif
suka melakukan aktivitas menghisap mikrofilaria yaitu ditemukan di
darah di malam hari di dalam rumah abdomen (Thenmozhi dan Pandian,
(Thenmozhi dan Pandian, 2009, 2009; Radrova, 2013).
Spitzen, 2013, Radrova, 2013). Nyamuk Culex sp. suka
Sebanyak 46 nyamuk Culex sp. berhasil menggigit hewan pada malam hari di
ditangkap pada lokasi-lokasi, umpan, dalam ruangan. Menghisap darah di
dan waktu yang telah ditentukan. kandang hewan ternak, misal di
Terdapat 2 dari 46 Culex sp. kandang kambing, sapi, dan kerbau.
teridentifikasi positif mikrofilaria yang Culex sp. menghisap darah hewan di
ditemukan di toraks. dalam kandang pada waktu mulai dari
Nyamuk Culex sp. juga terbenamnya matahari sampai dini hari.
menghisap darah manusia pada malam Culex sp. tergolong nocturnal atau
hari di luar ruangan, seperti di memiliki kebiasaan menghisap darah
pekarangan dan halaman rumah warga. hewan pada pada malam hari. Pukul
Culex sp. menghisap darah pada waktu 01.00-02.00 merupakan puncak
terbenamnya matahari sampai dini hari. aktivitas menghisap Culex sp.
Culex sp. senang menghisap darah

24
Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit
Filariasis Wuchereria Bancrofti

(Tiawsirisup dan Nithiuthai, 2006; ruangan saat malam hari. Satu dari 40
Radrova, 2013). Culex sp. terdapat nyamuk yang
Culex sp. adalah spesies nyamuk teridentifikasi positif mikrofilaria dan
yang mempunyai sifat zoofilik, karena ditemukan di abdomen. Berdasarkan
suka melakukan aktivitas menghisap analisis DNA pada pemeriksaan
darah di malam hari di dalam ruangan nyamuk betina yang kenyang darah,
(Thenmozhi dan Pandian, 2009; diketahui bahwa preferensi makan Cx.
Thomson, 2016). Sejumlah 44 Culex sp. Pipiens predominan host pada
berhasil ditangkap di dalam kandang kelompok burung (93,7%), kemudian
pada waktu malam hari, dengan mamalia (4,2%) termasuk manusia, dan
menggunakan umpan hewan. Satu dari ampibi (2,1%). Pemilihan atau
44 Culex sp. teridentifikasi positif pereferensi host untuk mendapatkan
mikrofilaria pada probosis. pakan akan berpengaruh pada mode
Nyamuk Culex sp. juga suka transmisi penularan penyakit terutama
menggigit hewan pada malam hari di jika nyamuk postifi mikrofilaria
luar ruangan, seperti di pekarangan dan ditemukan di tubuhnya (Radrova dkk,
peternakan yang terbuka. Culex sp. 2013; Spitzen, 2013)
menghisap darah mulai dari Nyamuk Culex sp. menghisap
terbenamnya matahari sampai dini hari. darah umpan manusia dan hewan pada
Culex sp. senang menghisap darah waktu malam hari, dengan lokasi di
hewan khususnya pada malam hari. dalam maupun di luar ruangan. Waktu
Waktu yang biasa digunakan nyamuk menghisap darah Culex sp. yaitu pukul
Culex sp. untuk menghisap darah adalah 19.00 – 04.00 WIB. Culex sp. paling
beberapa jam sesudah terbenamnya banyak menghisap darah pada pukul
matahari hingga sebelum matahari 24.00 – 01.00 WIB, yaitu sebanyak 42
terbit. nyamuk. Rentang waktu paling sedikit
Culex sp. adalah spesies nyamuk nyamuk Culex yang sedang menghisap
yang zoofilik, karena suka melakukan darah adalah pukul 19.00 – 20.00 WIB,
aktivitas menghisap darah di malam yaitu sejumlah 5 nyamuk. Pada waktu
hari di luar ruangan (Thenmozhi dan pagi sampai siang hari, Culex sp.
Pandian, 2009). Sebanyak 40 Culex sp. melakukan aktivitas istirahat dan
berhasil ditangkap pada lokasi luar mencerna darah yang telah dihisap. Saat

25
Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit
Filariasis Wuchereria Bancrofti

merasa lapar dan membutuhkan nutrisi, sp. terjadi pada tengah malam sampai
Culex sp. mengulangi aktivitas dini hari yaitu pukul 24.00-02.00 WIB.
menghisap darah. Jumlah Culex sp. tertangkap sedang
Berdasarkan Tabel 1. diketahui menghisap darah umpan manusia dan
bahwa nyamuk Culex sp. paling banyak hewan, dengan lokasi di dalam maupun
ditangkap saat menghisap umpan di luar ruangan adalah 82 nyamuk.
manusia pada malam hari yaitu Jumlah 82 Culex sp. yang tertangkap
sebanyak 46 nyamuk. Karakteristik ini, adalah dua kali lipat dari jumlah
umpan, waktu, dan lokasi paling sedikit nyamuk tertangkap yang sedang
Culex tertangkap (saat sedang menghisap sebelum atau sesudah kurun
menghisap darah) adalah pada umpan waktu 24.00-02.00. Suhu udara saat
manusia dan hewan (kambing) pada penangkapan nyamuk adalah 27oC –
malam hari di luar ruangan yaitu 30oC. Kelembaban udara pada lokasi-
sejumlah 40 nyamuk. lokasi penempatan umpan adalah antara
Sejumlah 170 Culex sp. yang 99% - 100% dengan pencahayaan 60 –
sedang menghisap darah berhasil 65 lux. Culex sp. berhasil ditangkap
ditangkap pada saat malam hari, pada pada saat kecepatan angin mencapai 3 –
rentang waktu pukul 19.00 – 04.00 5 km/jam.
WIB. Puncak aktivitas menggigit Culex

Tabel 2. Distribusi Waktu Penangkapan Nyamuk Culex yang Sedang Menghisap Darah
Umpan (Manusia/Hewan)
No Rentang Waktu Jumlah (Nyamuk)
1 19.00 – 20.00 5
2 20.00 – 21.00 6
3 21.00 – 22.00 8
4 22.00 – 23.00 10
5 23.00 – 24.00 15
6 24.00 – 01.00 42
7 01.00 – 02.00 40
8 02.00 – 03.00 25
9 03.00 – 04.00 19
10 04.00 – 16.00 -
No Rentang Waktu Jumlah (Nyamuk)
11 16.00 – 17.00 -
12 17.00 – 18.00 -
13 18.00 – 19.00 -
Jumlah 170

26
Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit
Filariasis Wuchereria Bancrofti

Berdasarkan Tabel 2. dapat Rentang waktu paling sedikit ditangkap


diketahui bahwa nyamuk Culex sp. nyamuk Culex sp. yang sedang
paling banyak ditangkap saat menghisap darah adalah pada pukul
menghisap darah pada pukul 24.00 – 19.00 – 20.00 WIB yaitu sejumlah 5
01.00 WIB yaitu sebanyak 42 nyamuk. nyamuk.

Gambar 1. Grafik Distribusi Suhu Saat Penangkapan Culex sp. yang Sedang
Menghisap Darah Umpan (Manusia/Hewan)

Berdasarkan Gambar 1. dapat menghisap darah yaitu sejumlah 16


diketahui bahwa nyamuk Culex sp. nyamuk. Suhu tertinggi pada saat
paling banyak ditangkap saat penangkapan nyamuk Culex sp. yang
menghisap darah pada suhu mencapai sedang menghisap darah adalah 30oC.
27oC yaitu sebanyak 85 nyamuk. Pada Sedangkan suhu terendah saat
suhu 30oC paling sedikit ditangkap penangkapan adalah 27 oC.
nyamuk Culex sp. yang sedang
Tabel 3. Distribusi Kelembaban Udara Saat Penangkapan Nyamuk Culex sp. yang
Sedang Menghisap Darah Umpan (Manusia/Hewan)
No Kelembabab udara Jumlah (Nyamuk)
1 99 % 104
2 100 % 66
Jumlah 170

Berdasarkan Tabel 3. dapat menghisap darah pada kelembaban


diketahui bahwa nyamuk Culex sp. udara mencapai 99 % yaitu sebanyak
paling banyak ditangkap saat 104 Culex sp. tertangkap. Kondisi

27
Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit
Filariasis Wuchereria Bancrofti

kelembaban udara paling sedikit direspon secara negatif oleh nyamuk.


ditangkap nyamuk Culex sp. yang Nyamuk akan menurunkan produksi
sedang menghisap darah adalah pada telur, peletakan telur, dan perubahan
kelembaban udara 100 % yaitu peletakan telur. Kelembapan 60-80 %
sejumlah 66 nyamuk. Kelembaban berpengaruh pada nyamuk betina,
udara tertinggi pada saat penangkapan (Costa dkk, 2010; Makara, 2015).
nyamuk Culex sp. yang sedang Variasi dan kenaikan range
menghisap darah adalah 100 %. kelembapan berpengaruh kuat pada
Sedangkan kelembaban udara terendah reaksi biologis nyamuk. Cx fatigans
saat penangkapan adalah 99 %. menunjukkan reaksi korelasi positif
Suhu dan kelembapan pada perubahan kelembapan. Pada
lingkungan berpengaruh pada kelembapan lebih dari 95%, nyamuk
fekunditas, fertilitas, dan kemampuan bereaksi pada kemampuan nyamuk
nyamuk bertahan hidup. Temperatur betina saat mencari pakan yaitu
yang tinggi sangat berpengaruh pada menghisap darah, berpengaruh pada
kelembapan udara dan secara langsung pematangan ovary, menurunkan jumah
mempengaruhi biologis nyamuk. kemunculan nyamuk betina muda, dan
Kemampuan nyamuk menghasilkan pelemahan kondisi nyamuk betina saat
telur dan meletakkan telur nyamuk kondisi lapar ( Thomson, 2009; Makara,
dipengaruhi pula oleh kelembapan 2015).
udara. Kenaikan temperatur udara

Gambar 2. Grafik Distribusi pencahayaan Saat Penangkapan Nyamuk Culex sp. yang Sedang
Menghisap Darah Umpan (Manusia/Hewan)

28
Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit
Filariasis Wuchereria Bancrofti

Berdasarkan Gambar 2. dapat saat penangkapan nyamuk adalah 60


diketahui bahwa nyamuk Culex sp. lux.
paling banyak ditangkap saat Pencahayaan suatu wilayah
menghisap darah pada pencahayaan berkaitan pula dengan suhu maupun
mencapai 64 lux yaitu sebanyak 34 kelembapan. Intensitas cahaya serta
nyamuk. Kondisi pencahayaan paling durasi cahaya berpengaruh pada
sedikit ditangkap nyamuk Culex sp. aktivitas biologis nyamuk. Kemunculan
yang sedang menghisap darah adalah nyamuk betina berhubungan erat
pada pencahayaan 61 lux yaitu sejumlah dengan reaksi terhadap variasi dan efek
24 nyamuk. Pencahayaan tertinggi pada temperatur. Deterrminan awal dari
saat penangkapan nyamuk Culex sp. perilaku mencari tempat peristirahatan
yang sedang menghisap darah adalah 65 pada Culex sp. Dipengaruhi oleh reaksi
lux. Sedangkan pencahayaan terendah biologis nyamuk terhadap nyamuk
(Thomson, 2009; Ciota dkk. 2014).

Tabel 4. Distribusi Kecepatan Angin Saat Penangkapan Nyamuk Culex sp. yang
Sedang Menghisap darah Umpan (Manusia/Hewan)
No Kecepatan angin Jumlah (Culex sp.)
1 3 km/jam 56
2 4 km/jam 69
3 5 km/jam 45
Jumlah 170

Berdasarkan Tabel 4. dapat menghisap darah adalah 5 km/jam.


diketahui bahwa nyamuk Culex sp. Sedangkan kecepatan angin terendah
paling banyak ditangkap saat saat penagkapan Culex sp. adalah 3
menghisap darah pada kecepatan angin km/jam.
mencapai 4 km/jam yaitu sebanyak 69 Arah angin maupun kecepan
nyamuk. Kondisi kecepatan angin angin mempengaruhi tingkah laku
paling sedikit ditangkap nyamuk Culex nyamuk mencari pakan dan menghisap
sp. yang sedang menghisap darah darah. Nyamuk beina menggunakan bau
adalah pada kecepatan angin 5 km/jam dan panas sebagai acuan mencari lokasi
yaitu sejumlah 45 nyamuk. Kecepatan host/pakan darah. Perilaku terbang
angin tertinggi pada saat penangkapan nyamuk dan respon modulasi
nyamuk Culex sp. yang sedang anemotaktik dipengaruhi oleh arah

29
Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit
Filariasis Wuchereria Bancrofti

ataupun kecepatan angin. Ketika hanya bau ataupun panas serta kecepatan
redapat satu sumber panas lokasi host, angin saat terbang mencari pakan
maka nyamuk akan terbang secara lurus (Thomson, 2009; Spitzen dkk, 2013,
dan langsung menuju lokasi host/pakan Jaimes, 2016)
darah. Keberadaan bau badan manusia Hasil identifikasi menunjukkan
dan terbawa oleh angin, maka perilaku bahwa dari 324 nyamuk Culex sp.
terbang nyamuk memperlihatkan pola dewasa berhasil ditangkap di berbagai
yang tidak teratur dan berlangsung lebih lokasi di wilayah penelitian. Sebanyak 5
lama. Kecepatan terbang nyamuk Culex sp. dinyatakan positif terdapat
menjadi lebih cepat yaitu berkisar 27,2 mikrofilaria pada tubuh nyamuk yang
cm/detik apabila terdapat stimulus bau sedang menghisap darah. Jenis
dan panas. Nyamuk dapat mengetahui mikrofilaria yang ditemukan pada tubuh
kondisi lingkungan ketika terbang saat Culex sp. adalah spesies Wuchereria
proses mencari pakan menuju bancrofti. Letak mikrofilaria pada tubuh
host/pakan darah. Nyamuk dapat nyamuk Culex sp. terdapat di probosis,
terbang secara vertikal maupun abdomen, dan toraks. Secara rinci dapat
horisontal tergantung dari rangsangan dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Identifikasi Jenis dan Letak Mikrofilaria Pada Nyamuk Culex sp.
No Label (Spesies) Spesies Mikrofilaria Lokasi
1 A1.1 (Culex) Wuchereria bancrofti Probosis
2 A1.2 (Culex) Wuchereria bancrofti Toraks
3 A1.3 (Culex) Wuchereria bancrofti Toraks
4 A3.1 (Culex) Wuchereria bancrofti Abdomen
5 A5.1 (Culex) Wuchereria bancrofti Abdomen
6 A5.2 (Culex) Wuchereria bancrofti Toraks
7 A9.1 (Culex) Wuchereria bancrofti Abdomen
8 B1.1 (Culex) Wuchereria bancrofti Toraks
9 B1.2 (Culex) Wuchereria bancrofti Toraks
10 B2.1 (Culex) Wuchereria bancrofti Abdomen
11 B3.1 (Culex) Wuchereria bancrofti Probosis
12 B4.1 (Culex) Wuchereria bancrofti Abdomen

Mikrofilaria dalam tubuh nyamuk Culex suatu wilayah. Culex sp. positif
sp. dapat dipergunakan untuk Wuchereria bancrofti merupakan vektor
menentukan status potensial vektorial utama penular flimfatik filariasis pada
transmisi nyamuk penular Filariasis di manusia. Berdasarkan jumlah nyamuk

30
Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit
Filariasis Wuchereria Bancrofti

yang positif ditemukan mikrofilaria ruangan, menghisap darah manusia


dibanding jumlah total nyamuk yang pada malam hari di luar ruangan,
tertangkap, diketahui bahwa infection menghisap darah hewan pada malam
rate di wilayah penelitian sebesar 3,7%, hari di dalam ruangan, dan menghisap
hal ini menunjukkan potensial vektorial darah hewan pada malam hari di luar
Culex sp. untuk menularkan Filariasis ruangan. Nyamuk Culex sp. menghisap
masih dalam kategori risiko rendah- darah umpan pada rentang waktu pukul
sedang. Suhu optimum untuk 19.00 – 04.00 WIB dalam suhu 27oC –
pertumbuhan mikrofilaria adalah 30oC dengan kelembaban udara 99% -
kisaran 26,90 C dan dengan kelembapan 100%, pencahayaan 60 – 65 lux, dan
90%. Temperatur yang tinggi dapat kecepatan angin 3 – 5 km/jam.
berpengarruh pada penurunan aktivitas Disarankan melakukan
mikrofilaria saat nyamuk sedang pengelolaan lingkungan dan pembinaan
menghisap darah host, sehingga perilaku yang mempengaruhi bionomik
mikrofilaria masih tertinggal di nyamuk Culex sp. khususnya feeding
glandula saliva vektor (Manyi dkk, behavior. Perilaku memakai repelen
2014; Makara, 2015). atau anti nyamuk pada malam hari,
memasang kelambu berinsektisida,
SIMPULAN DAN SARAN tidak pergi keluar rumah pada malam
Perilaku menghisap darah hari tanpa pengamanan dari gigitan
(feeding behavior) Culex sp. sebagai nyamuk, letak kandang ternak
vektor penyakit Filariasis Wuchereria sebaiknya dijauhkan dari rumah, dan
bancrofti adalah menghisap darah memakai pendingin udara di dalam
manusia pada malam hari di dalam ruangan.

DAFTAR PUSTAKA
Ciota A.T., Matacchiero A,C., R., 2010. Impact of small
Kiloatrick A.M., Kramer L.D., variations in temperature and
2014. The Effect of Temperature humidity on the reproductive
on Life History Traits of Culex activity and survival of Aedes
Mosquitoes. J.Med. Entomol aegypti (Diptera, Culicidae).
2014. Jan:51(1):55-62 MEDICAL AND
VETERINARY
Costa E.A.P. d A; Santos E.M. d M; ENTOMOLOGY . Rev. Bras.
Correia J.V; Albuquerque C. M.

31
Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit
Filariasis Wuchereria Bancrofti

entomol. vol.54 no.3 São Pharmacy and Biological


Paulo 2010 Sciences (IOSR-JPBS) e-ISSN:
2278-3008, p-ISSN:2319-7676.
Dinkes Kota Pekalongan, 2014. Profil Volume 10, Issue 6 Ver. II (Nov
Kesehatan Kota Pekalongan. -Dec. 2015), PP 01-10
Kota Pekalongan: tidak www.iosrjournals.org DOI:
dipublikasikan 10.9790/3008-10620110

Dinkes Jateng, 2013. Profil Kesehatan Manyi, M.M, Imandeh G.N., Azua E.T.,
Provinsi Jawa Tengah 2012. 2014. Vectorial Potential of
Jakarta: Kementrian Kesehatan Anopheles and Culex spesiec in
Republik Indonesia. the transmission of bancroftian
filariasis in the localities of
Jaimes N.C.A, Parker J.E.A., Abe M., makurdi, north central nigeria.
Mashauri F., Martine J., Towers Journal of Entomology and
C.E., McCall P.J, Towers D.P.. Zoology Studies. 2(5).171-177.
2016. A novel video-tracking
system to quantify the behaviour Radrova J, Seblova V, Votypka J. 2013.
of nocturnal mosquitoes Feeding Behavior and Spatial
attacking human hosts in the Distribution of Culex
field. Journal of The Royal Mosquitoes (Diptera: Culicidae)
Society Interface, Published 13 in Wetland Areas of the Czech
April 2016.DOI: Republic. Journal of Medical
10.1098/rsif.2015.0974 Entomology. 2013
Entomological Society of
Karwiti, W., 2011. Lingkungan dan America.
Perilaku Penduduk Sebagai
Faktor Risiko Kejadian Setiawan, B., 2008. Faktor Risiko
Filariasis Brugia malayi di Yang Berhubungan Dengan
Wilayah Kerja Puskesmas Kejadian Filariasis Malayi Di
Sukajadi Kecamatan Talang Wilayah Kerja Puskesmas
Kelapa Kabupaten Banyuasin Cempaka Mulia Kabupaten
Propinsi Sumatera Selatan. Tesis Kotawaringin Timur Propinsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Kalimantan Tengah. Jurnal
Universitas Gajah Mada, Jurusan Epidemiologi dan
Yogyakarta. Penyakit Tropik FKM
Universitas Ahmad Dahlan,
Kemenkes RI, 2014. Profil Kesehatan Yogyakarta. Halaman 2-4.
Indonesia 2013. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Spitzen J, Spoor C.W, Grieco F, Braak
Indonesia. C, Beeuwkes J, Brugge S>P.,
Kranenbarg S, Noldus L.P.J.J.,
Makara M. W. K., Philip M, Ngumbi, Leeuwen J.L., Takken W., 2013.
Lee D.K., 2015. Effects of A 3D Analysis of Flight
Temperature on the Growth and Behavior of Anopheles gambiae
Development of Culex pipiens sensu stricto Malaria Mosquitoes
Complex Mosquitoes (Diptera: in Response to Human Odor and
Culicidae). IOSR Journal of Heat. Oplos.

32
Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit
Filariasis Wuchereria Bancrofti

http://dx.doi.org/10.1371/journal Dept. of Entomology, London


.pone.0062995 School of Hygiene & Tropical
Medicine. Copyright ©
Thenmozhi V. dan Pandian R.S, 2009. Cambridge University Press
Host Feeding Pattern of Wild 1938
Caught Mosquitos In Reserve Wibowo, S.A., 2010. Pengaruh
Forest, Rural Village and Urban Pencucian Kain Payung yang
Town In Nathan Taluk, Tamil Dicelup Insektisida
Nadu. Current Biotica Volume Permetherine Terhadap Daya
2, Issue 4 Bunuh Nyamuk Culex sp.
Skripsi Fakultas Kesehatan
Tiawsirisup, S. dan Nithiuthai, S., 2006, Masyarakat Universitas
Vector Competence of Aedes Muhamadiyyah Semarang,
aegypti (L.) And Culex Semarang.
quinquefasciatus (Say) for
Dirofilaria imitis (Leidy), Windiastuti, I.A., 2013. Hubungan
http://www.tm.mahidol.ac.th/ Kondisi Lingkungan Rumah,
diakses pada 13 Maret 2015 Sosial Ekonomi, dan perilaku
Masyarakat dengan Kejadian
Thomson R.C.M., 2009. The Reactions Filariasis di Kecamatan
of Mosquitoes to Temperature Pekalongan Selatan Kota
and Humidity. Bulletin of Pekalongan. Jurnal Kesehatan
Entomological Research. Lingkungan Indonesia Vol. 12
Volume 29 / Issue 02 / July No. 1 Universitas Diponegoro.
1938, pp 125-140. DOI:
http://dx.doi.org/10.1017/S0007 WHO, 2009. World Health Statistics
485300026158 (About DOI), 2009. World Health
Published online: 10 July 2009. Organization.

33

Anda mungkin juga menyukai