Anda di halaman 1dari 5

RESUME MATERI KELOMPOK 4

MENJELASKAN HUBUNGAN PANCASILA DAN AGAMA

Oleh:
KELOMPOK 1

1. Denny Adrian (2111011043)


2. Sukma Abimayu Pangestu (2110....)
3. Elvira Novita (21...)
4. Febi Khairina (21......)

Kelas : 14
Dosen Pembimbing :
Dr. M. Nur. MS

UNIVERSITAS ANDALAS

Menjelaskan Hubungan Pancasila dan Agama


1. Sila ke-1 Pancasila

Hubungan Pancasila dan Agama dalam Negara Kesatuan Rupublik Indonesia dengan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, menegaskan bahwa negara Indonesia bukan negara yang berdasarkan suatu agama tertentu, dan
bukan pula negara yang memisahkan agama dan negara. Negara yang berketuhanan Yang Maha Esa
menempatkan agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai jiwa bagi keutuhan Negara
Kesatuan Rupublik Indonesia. Hubungan agama dan Pancasila adalah hubungan yang saling membutuhkan
dimana agama memberikan peningkatan moral bangsa, negara dengan Pancasilanya menjamin kehidupan
beragama dapat berlangsung dengan aman, tentram dan damai. Pancasila dengan hukum-hukum positifnya
pada dasarnya sudah sesuai dengan ajaran agama Islam, melalui membangun masyarakat madani, lewat
jalur kultural di harapkan pada suatu saat hukum positif yang bernafaskan Islam dapat diterima oleh
masyarakatIslam dan masyarakat di luar Islam.

“Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” [Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945] serta penempatan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila pertama
dalam Pancasila mempunyai beberapa makna, yaitu:

Pertama, Pancasila lahir dalam suasana kebatinan untuk melawan kolonialisme dan imperialisme, sehingga
diperlukan persatuan dan persaudaraan di antara komponen bangsa. Sila pertama dalam Pancasila
”Ketuhanan Yang Maha Esa” menjadi faktor penting untuk mempererat persatuan dan persaudaraan, karena
sejarah bangsa Indonesia penuh dengan penghormatan terhadap nilai-nilai ”Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Kerelaan tokoh-tokoh Islam untuk menghapus kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” setelah “Ketuhanan Yang Maha Esa” pada saat pengesahan UUD, 18 Agustus 1945,
tidak lepas dari cita-cita bahwa Pancasilaharus mampu menjaga dan memelihara persatuan dan persaudaraan
antarsemua komponen bangsa. Ini berarti, tokoh - tokoh Islam yang mengambil alih fathers bangsa
Indonesia telah menjadikan persatuan dan persaudaraan di antara komponen bangsa sebagai tujuan utama
yang harus berada di atas kepentingan primordial lainnya.

Kedua, Seminar Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta berkesimpulan (Arianto,1998) bahwa sila
”Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah pertama atau causa prima dan sila ”Kerakyatan yangvdipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” adalah kekuasaan rakyat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara untuk melaksanakan amanat negara dari rakyat, negara bagi rakyat, dan negara
oleh rakyat. Ini berarti, ”Ketuhanan Yang Maha Esa” harus menjadi andasan dalam melaksanakan
pengelolaan negara dari rakyat, negara bagi rakyat, dan negara oleh rakyat.

Ketiga, Seminar Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta juga berkesimpulan bahwa sila ”Ketuhanan
Yang Maha Esa” harus dibaca sebagai satu kesatuan dengan sila-sila lain dalam Pancasila secara utuh. Hal
ini dipertegas dalam kesimpulan nomor 8 dari seminar tadi bahwa: Pancasila adalah

(1) Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia
(berkebangsaan) yang berkerakyatan dan yang berkeadilan sosial;

(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber- Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia
(berkebangsaan),yang berkerakyatan dan yang berkeadilan sosial;

(3) Persatuan Indonesia (kebangsaan) yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab, berkerakyatan dan berkeadilan sosial;

(4) Kerakyatan, yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia (berkebangsaan) dan berkeadilan sosial;

(5) Keadilan sosial, yang ber- Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang bepersatuan Indonesia (berkebangsaan) dan berkerakyatan. Ini berarti bahwa sila-sila lain dalam
Pancasila harusbermuatan Ketuhanan Yang Maha Esa dan sebaliknya Ketuhanan Yang Maha Esa harus
mampu mengejewantah dalam soal kebangsaan (persatuan), keadilan, kemanusiaan, dan kerakyatan.

Keempat, “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” juga harus dimaknai bahwa negara melarang
ajaran atau paham yang secara terang-terangan menolak Ketuhanan Yang Maha Esa, seperti komunisme dan
atheisme. Karena itu, Ketetapan MPRS No. XXV Tahun 1966 tentang Larangan Setiap Kegiatan untuk
Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme Leninisme masih tetap relevan
dan kontekstual. Pasal 29 ayat 2 UUD bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing …” bermakna bahwa negara hanya menjamin kemerdekaan untuk
beragama. Sebaliknya, negara tidak menjamin kebebasan untuk tidak beragama (atheis). Kata “tidak
menjamin” ini sudah sangat dekat dengan pengertian “tidak membolehkan”, terutama jika atheisme itu
hanya tidak dianut secara personal, melainkan juga didakwahkan kepada orang lain.

Prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat dapat menjamin peran serta masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan, sehingga setiap peraturan perundang-undangan yang diterapkan dan ditegakkan benar-benar
mencerminkan perasaan keadilan masyarakat dan rakyat pun cenderung paham akan korelasi hukum yang
ada (Marzuki,2014).

2. Kepercayaan Animisme

Animisme adalah salah satu sistem kepercayaan primitif yang telah ada sejak zaman prasejarah. Kata
animisme berasal dari bahasa Latin anima yang artinya nyawa, jiwa, atau roh. Animisme adalah
kepercayaan bahwa semua yang bergerak dianggap hidup dan memiliki roh yang berwatak baik ataupun
buruk. Penganut kepercayaan animisme percaya bahwa setiap benda atau kawasan di muka bumi
mempunyai roh yang harus dihormati agar tidak mengganggu manusia.

Terdapat dua keyakinan pokok yang terkandung dalam teori animisme, yaitu:

-Keyakinan adanya jiwa pada setiap makhluk hidup yang dapat terus berada, sekalipun makhluk tersebut
sudah mati atau tubuhnya dibinasakan.
-Keyakinan adanya banyak roh yang berpangkat-pangkat, dengan para dewa sebagai puncaknya.

3. Agama Hindu

Agama Hindu adalah agama terbesar ketiga di Indonesia. Pada saat ini, sekitar 1,7% dari penduduk
Indonesia menganut agama Hindu, atau mencakup sekitar empat juta orang dari total jumlah penduduk
Indonesia yang mencapai 250 juta orang. Saat ini mayoritas penduduk beragama Hindu di Indonesia tinggal
di pulau Bali yang terkenal karena kebudayaan Hindunya.

Masuknya Agama Hindu ke Indonesia diperkirakan sekitar awal abad ke-IV. Ini ditandai dengan berdirinya
kerajaraan Kutai dan Tarumanegara yang bercorak Hindu. Kehadiran Agama Hindu ke Indonesia menandai
berakhirnya zaman prasejarah di Indonesia.

Agama Hindu datang di wilayah barat nusantara melalui sebuah jalur perdagangan yang dimulai dari Cina
sampai ke India pada abad pertama setelah Masehi, para pemimpin lokal menganggap agama baru ini
sebagai sebuah aset untuk kekuasaan mereka sehingga mereka mulai merepresentasikan diri mereka sebagai
dewa-dewi Hindu, dan dengan cara itu meningkatkan status mereka. Kepercayaan-kepercayaan animisme
yang ada sebelumnya diduga jadi bercampur dengan agama Hindu, dan menghasilkan agama Hindu jenis
perpaduan baru yang mengandung ciri-ciri unik, dan karena itu membuatnya berbeda dengan agama Hindu
di India.

4. Agama Budha

Agama Buddha pertama kali masuk ke Nusantara (sekarang Indonesia) sekitar pada abad ke-5 Masehi jika
dilihat dari penginggalan prasasti-prasasti yang ada. Diduga pertama kali dibawa oleh pengelana dari China
bernama Fa Hsien.[1] Kerajaan Buddha pertama kali yang berkembang di Nusantara adalah Kerajaan
Sriwijaya yang berdiri pada abad ke-7 sampai ke tahun 1377. Daerah di Indonesia yang banyak menganut
agama budha berada di, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan lainnya.

5. Agama Kristen

Agama Kristen pertama kali datang ke Indonesia abad ke -7 melewati gereja Assiria (Gereja Timur) yakni
berdiri di dua tempat yakni, Pancur (Sekarang dari Deli Serdang dan Barus (Sekarang wilayah dari :
Tapanuli Tengah) di Sumatra (645 SM).

Wilayah- wilayah tradisionla Kristen di Indonesia terkonsentrasi di Tanah Batak, Nias, Mentawai,
Kalmantan, Minahasa, Sulawesi Tengah, Tanah Toraja, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Maluku, dan
Papua.

6. Agama Islam

Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim
sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia
yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Fakta bahwa
banyaknya ungkapan dan kata-kata Persia dalam hikayat-hikayat Melayu, Aceh, dan bahkan juga Jawa.
Temuan Marco Polo juga menyatakan sebagai dampak interaksi orang-orang Perlak di Sumatra Utara,
mereka telah mengenal Islam.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian
Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 272,23 juta jiwa pada Juni 2021. Dari jumlah tersebut,
sebanyak 236,53 juta jiwa (86,88%) beragama Islam. Artinya mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim.

7. Agama Lain-lain

Beberapa agama dan kepercayaan lainnya yang ada di Indonesia, yaitu: Sikh, Jainisme, Yahudi, Baha'i,
Taoisme serta kepercayaan tradisional Tionghoa, dan yang gerakan agama baru, seumpama Teosofi.

8. Hubungan Pancasila dan Agama

Agama dan Pancasila memiliki kesamaan fungsi, yaitu sebagai nilai dan alat untuk mencapai kesejahteraan
lahir batin masyarakat. Agama berperan sebagai perekat sosial dan pembina ruhani, sedangkan Pancasila
berperan sebagai pedoman (ideologi) bernegara. Agama adalah rumah besar yang menyajikan tata kelola
mental, spiritual dan seluruh sendi kehidupan manusia, sedangkan Pancasila adalah rumah besar ragam
agama anak bangsa, menyajikan tata kelola negara supaya terarah pada sasaran.

Antara agama dan Pancasila telah terjadi saling dukung dan saling menguatkan. Pancasila mengakui agama
dan juga agama mengapresiasi nilai-nilai Pancasila. Pancasila memberi ruang yang luas bagi agama. Nilai
ketuhanan yang terkandung dalam Pancasila adalah inti ajaran agama. Sementara itu agama menilai positif
pada isi Pancasila karena tidak bertentangan dengan doktrin agama.

Hubungan Pancasila dan Agama dalam Negara Kesatuan Rupublik Indonesia dengan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, menegaskan bahwa negara Indonesia bukan negara yang berdasarkan suatu agama tertentu, dan
bukan pula negara yang memisahkan agama dan negara. Negara yang berketuhanan Yang Maha Esa
menempatkan agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai jiwa bagi keutuhan Negara
Kesatuan Rupublik Indonesia. Metode penulisan yang penulis gunakan dalam artikel ilmiah ini adalah
metode library research. Hubungan agama dan Pancasila adalah hubungan yang saling membutuhkan
dimana agama memberikan peningkatan moral bangsa, negara dengan Pancasilanya menjamin kehidupan
beragama dapat berlangsung dengan aman, tentram dan damai.
Pancasila dengan hukum-hukum positifnya pada dasarnya sudah sesuai dengan ajaran
agama Islam, melalui membangun masyarakat madani, lewat jalur kultural di harapkan pada suatu
saat hukum positif yang bernafaskan Islam dapat diterima oleh masyarakatIslam dan masyarakat
di luar Islam.

Anda mungkin juga menyukai