Anda di halaman 1dari 26

PENUKAR KALOR

(HEAT EXCHANGER TYPE SHELL AND TUBE)

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Percobaan Double pipe heat exchanger ini bertujuan untuk mengetahui
unjuk kerja penukar kalor jenis pipa ganda (double pipe HE) dengan menghitung
koefisein perpindahan panas, factor kekotoran, efektivitas dan perbandingan untuk
aliran searah (co-current) dan berlawanan arah (counter current).

II. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat yang digunakan

• Seperangkat alat Heat Exchanger Type Double Pipe

• Cooler

• Pompa
2.2 Bahan yang digunakan
• Air panas
• Air dingin

III. DASAR TEORI


Heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang sangat penting dalam
proses industri. Prinsip kerja heat exchanger adalah perpindahan panas dari fluida
panas menuju fluida dingin. Heat exchanger dapat digunakan untuk memanaskan
dan mendinginkan fluida. Sebelum fluida masuk ke reaktor, biasanya fluida
dimasukan terlebih dahulu kedalam alat penukar kalor agar suhu fluida sesuai
dengan spesifikasi jenis reaktor yang digunakan. Di dunia industri, heat exchanger
merupakan unit alat yang berperan dalam berbagai unit operasi, misalnya dalam
industry obat-obatan farmasi, industry perminyakan, industry makanan-minuman
dan lain-lain.
Percobaan dalam skala kecil (skala laboratorium) ini dimaksudkan agar
praktikan lebih memahami tentang kecepatan transfer panas, keefektifan, jenis dan
berbagai macam hal yang menyangkut heat exchanger agar ilmu pengetahuan ini
dapat diterapkan pada skala yang lebih besar, yaitu skala industri.
Dalam industri proses kimia masalah perpindahan energi atau panas adalah
hal yang sangat banyak dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa panas dapat
berlangsung lewat tiga cara, dimana mekanisme perpindahan panas itu sendiri
berlainan adanya. Adapun perpindahan itu dapat dilaksanakan dengan:
1. Secara molekular, yang disebut dengan konduksi
2. Secara aliran yang disebut dengan perpindahan konveksi.
3. Secara gelombang elektromagnetik, yang disebut dengan radiasi.

Pada heat exchanger menyangkut konduksi dan konveksi (Sitompul, 1993).


Heat exchanger yang digunakan oleh teknisi kimia tidak dapat dikarakterisasi
dengan satu rancangan saja, perlu bermacam-macam peralatan yang mendukung.
Bagaimanapun satu karakteristik heat exchanger adalah menukar kalor dari fase
panas ke fase dingin dengan dua fase yang dipisahkan oleh solid boundary (Foust,
1980).
Beberapa jenis heat exchanger :
a. Concentric Tube Heat Exchanger (Double Pipe)
Double pipe heat exchanger atau consentric tube heat exchanger yang
ditunjukkan pada gambar 1 di mana suatu aliran fluida dalam pipa seperti pada
gambar1 mengalir dari titik A ke titik B, dengan space berbentuk U yang mengalir
di dalam pipa. Cairan yang mengalir dapat berupa aliran cocurrent atau
countercurrent. Alat pemanas ini dapat dibuat dari pipa yang panjang dan
dihubungkan satu sama lain hingga membentuk U. Double pipe heat exchanger
merupakan alat yang cocok dikondisikan untuk aliran dengan laju aliran yang kecil
(Geankoplis, 1983).

Gambar 1. Aliran Double Pipe Heat Exchanger


Gambar 2. Hairpin Heat Exchanger
(source : Kern, “Process Heat Transfer”, 1983)

Exchanger ini menyediakan true counter current flow dan cocok untuk
extreme temperature crossing, tekanan tinggi dan rendah untuk kebutuhan surface
area yang moderat (range surface area: 1 – 6000 ft2). Hairpin heat exchanger
tersedia dalam :

• Single tube (double pipe) atau berbagai tabung dalam suatu


hairpin shell(multitube),

• Bare tubes, finned tube, U-Tubes,

• Straight tubes,

• Fixed tube sheets

Double pipe heat exchanger sangatlah berguna karena ini bisa digunakan
dan dipasang pada pipe-fitting dari bagian standar dan menghasilkan luas
permukaan panas yang besar.Ukuran standar dari tees dan return head diberikan
pada tabel 1.
Tabel 1. Double Pipe Exchanger fittings
Outer Pipe, IPS Inner Pipe, IPS
3 1¼
2½ 1¼
3 2
4 3
(source : Kern, “Process Heat Transfer”, 1983)

Double pipe exchangers biasanya dipasang dalam 12-, 15- atau 20-ft
Panjang efektif, panjang efektif dapat membuat jarak dalam each leg over di mana
terjadi perpindahan panas dan mengeluarkan inner pipe yang menonjol melewati
the exchanger section.(Kern, 1983).
Susunan dari concentric tube ditunjukan pada gambar di bawah ini. Aliran
dalam type heat exchanger dapat bersifat cocurrent atau counter current dimana
aliran fluida panas ada pada inner pipe dan fluida dingin pada annulus pipe.

Gambar 3. Double pipe heat exchanger aliran cocurrent dan counter current

Pada susunan cocurrent maka fluida di dalam tube sebelah dalam (inner
tubes) maupun yang di luar tube (dalam annulus), artinya satu lintasan tanpa
cabang. Sedangkan pada aliran countercurrent, di dalam tube sebelah dalam dan
fluida di dalam annulus masing-masing mempunyai cabang seperti terlihat pada
gambar 4 dan gambar 5.

Gambar 4. Double-pipe heat exchangers in series

Gambar 5. Double-pipe heat exchangers in series–parallel


Keuntungan dan kerugian penggunaan double pipe heat exchanger:

a) Keuntungan

1. Penggunaan longitudinal tinned tubes akan mengakibatkan suatu heat


exchanger untuk shell sides fluids yang mempunyai suatu low heat transfer
coefficient.

2. Counter current flow mengakibatkan penurunan kebutuhan surface area


permukaan untuk service yang mempunyai suatu temperature cross.

3. Potensi kebutuhan untuk ekspansi joint adalah dihapuskan dalam kaitan


dengankonstruksi pipa -U.

4. Konstruksi sederhana dalam penggantian tabung dan pembersihan.

b) Kerugian

1. Bagian hairpin adalah desain khusus yang mana secara normal tidak
dibangununtuk industry standar dimana pun selain ASME code.

2. Bagian multiple hairpin tidaklah selisih secara ekonomis bersaing dengan


singleshell dan tube heat exchanger.

3. Desain penutup memerlukan gasket khusus.

b. Shell And Tube Heat Exchanger


Shell and tube heat exchanger biasanya digunakan dalam kondisi tekanan
relatif tinggi, yang terdiri dari sebuah selongsong yang di dalamnya disusun suatu
annulus dengan rangkaian tertentu (untuk mendapatkan luas permukaan yang
optimal). Fluida mengalir di selongsong maupun di annulus sehingga terjadi
perpindahan panas antara fluida dengan dinding annulus misalnya triangular pitch
dan square pitch (Anonim1, 2009).

Gambar 6. Shell and Tube, (a) Square pitch dan (b) Triangular pitch
Keuntungan square pitch adalah bagian dalam tube-nya mudah
dibersihkan dan pressure drop-nya rendah ketika mengalir di dalamnya (fluida)

Gambar 7. shell and tube heat exchanger

Keuntungan dari shell and tube:


1. Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang
besar denganbentuk atau volume yang kecil.

2. Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk


operasibertekanan.

3. Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well-astablished).

4. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih jenis
materialyang digunakan sesuai dengan temperatur dan tekanan operasi.

5. Mudah membersihkannya.

6. Prosedur perencanaannya sudah mapan (well-astablished).

7. Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil.

8. Pengoperasiannya tidak berbelit-belit, sangat mudah dimengerti


(diketahui olehpara operator yang berlatar belakang pendidikan rendah).

9. Konstruksinya dapat dipisah-pisah satu sama lain, tidak merupakan satu


kesatuanyang utuh, sehingga pengangkutannya relatif gampang

Kerugian penggunaan shell and tube heat exchanger adalah semakin


besar jumlah lewatan maka semakin banyak panas yang diserap tetapi semakin
sulit perawatannya.
c. Plate Type Heat Exchanger
Plate type heat exchanger terdiri dari bahan konduktif tinggi seperti
stainless steel atau tembaga. Plate dibuat dengandesign khusus dimana tekstur
permukaan plate saling berpotongan satu sama lain dan membentuk ruang sempit
antara dua plate yang berdekatan. Jika menggabungkan plate-plate menjadi seperti
berlapis-lapis, susunanplate-plate tersebut tertekan dan bersama-sama membentuk
saluran alir untuk fluida. Area total untuk perpindahan panas tergantung pada
jumlah plate yang dipasang bersama-sama seperti gambar dibawah:

Gambar 8. Plate type heat exchanger dengan aliran countercurrent

d. Jacketed Vessel With Coil and Stirrer


Unit ini terdiri dari bejana berselubung dengan coil dan pengaduk, tangki
air panas, instrumen untuk pengukuran flowrate dan temperatur. Fluida dingin
dalam vesseldipanaskan dengan mengaliri selubung atau koil dengan fluida panas.
Pengaduk dan baffle disediakan untuk proses pencampuran isi vessel. Volume isi
tangki dapat divariasikan dengan pengaturan tinggi pipa overflow. Temperatur
diukur pada inlet dan outlet fluida panas, vessel inlet dan isi vessel.

Gambar 9. Skema Dari Jacketed Vessel With Coil And Stirrer

Hal-hal yang mempengaruhi rancangan suatu heat exchanger, yaitu:


a. Panas Konduksi Melalui Dinding Plat
Transfer panas di antara dua fluida melalui sebuah dinding pemisah secara
umum dapat ditulis:
Gambar 10. Konduksi Panas Melalui Dinding

b. Transfer Panas Konveksi


Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan benda yang bersuhu
tinggi kefluida yang bersuhu rendah (Gambar 2.10) bisa dihitung dengan
persamaan berikut:

Gambar 11. Konveksi dari Permukaan ke Fluida

Kecepatan transfer panas konveksi bisa ditulis sebagai berikut:

c. Koefisien Transfer Panas Overall, U (Dinding Plat Datar)


Kecepatan transfer panas antara dua fluida melalui dinding pemisah
yang datar,dapat dihitung dengan persamaan:
d. Fouling Factor (Faktor Pengotor)
Koefisien transfer panas overall heat exchanger sering berkurang akibat
adanya timbunan kotoran pada permukaan transfer panas yang disebabkan oleh
scale, karat, dan sebagainya. Pada umumnya pabrik heat exchanger tidak bisa
menetapkan kecepatan penimbunan kotoran sehingga memperbesar tahanan heat
exchanger. Fouling factor dapat didefinisikan sebagai berikut:

Tabel 2. Fouling factors (coefficients), typical


values

(source : Coulson, “Chemical Engineering”, vol 6, page : 640)


e. Transfer Panas antara Dua Fluida Melalui Sebuah Dinding

Gambar 12. Transfer Panas dari Fluida a ke b


Jika Ta> Tb , panas akan mengalir dari fluida a ke permukaan dinding
sebelah kiri dengan cara konveksi. Di dalam dinding, panas mengalir secara
konduksi dari permukaan sebelah kiri ke permukaan sebelah kanan.
Heat transfer rate konveksi dari fluida a bersuhu Ta ke permukaan dinding sebelah
kiri Tb.

Transfer panas konduksi dari permukaan dinding sebelah kiri ke sebelah kanan.

Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan dinding sebelah kanan ke


fluida b.

Penjumlahannya adalah:
f. Log Mean Temperature Difference (LMTD)
Sebelum menentukan luas permukaan panas alat penukar kalor, maka
ditentukan dulu nilai dari ΔT . ΔT dihitung berdasarkan temperatur dari fluida yang
masuk dan keluar. Selisih temperatur rata-rata logaritmik (Tlm) (logaritmic mean
overall temperature difference-LMTD) depat dihitung dengan formula berikut :

Untuk aliran counter current ;

0 Atotal
Area

Atotal
Gambar13.
LMTD untuk
aliran counter
current

Untuk aliran cocurrent;

Gambar14. LMTD untuk aliran concurrent


g. Keefektifan
Keefektifan heat exchanger adalah ratio/ perbandingan transfer panas
aktualdengan transfer panas maksimum yang mungkin terjadi.
Keefektifan heat exchanger (ε)

Karena itu, jika kita mengetahui keefektifan heat exchanger, kita


bisa menentukankecepatan transfer panas:
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menghidupkan alat penukar kalor, kemudian melanjutkan dengan
menghidupkan pompa dan cooler.

2. Memanaskan fluida air dengan menggunakan heater 50˚C.

3. Mengatur salah satu laju alir dari fluida panas / dingin konstan.

4. Mencatat temperatur yang terlihat pada display.

5. Setelah selesai mematikan pamanas tangki difluida panas.

6. Mematikan aliran fluida dingin pada cooler setelah 2 menit dahulu


dari fluida panas.

7. Mematikan peralatan penukar kalor.


V. DATA PENGAMATAN

Tabel 1. Aliran Co-Currrent


Fluida Panas Fluida Dingin
No Laju alir (L/min)
T masuk (˚C) T keluar (˚C) T masuk (˚C) T keluar (˚C)

1 4 2 48,4 46,5 22,4 31,5

2 4 4 48,4 44,8 20,3 26,2

3 2 4 47,9 42,4 22,0 26,4

Tabel 2. Aliran Counter Current


Fluida Panas Fluida Dingin
No Laju alir (L/min)
T masuk (˚C) T keluar (˚C) T masuk (˚C) T keluar (˚C)

1 4 2 48,4 45,7 18,4 26,3

2 4 4 48,5 44,7 20,6 25,3

3 2 4 48,3 42,5 21,5 25,2


Tabel 3. Data Hasil Perhitungan

Laju Co - Cureent
No
Alir Fluida Panas Fluida Dingin

LMTD Q mh Qh LMTD Q Mc Qc

1. 4 2 20 8,47 529,156 1809,713 20 4,238 264,57 4333,787


6 8
2. 4 4 23 8,47 529,156 3428,930 23 8,476 529,15 5619,636
6 6
3. 2 4 20,7 4,23 264,578 2619,322 20,7 8,476 529,15 4190,915
8 6

Laju Counter Cureent


No
Alir Fluida Panas Fluida Dingin

LMTD Q mh Qh LMTD Q Mc Qc

1. 4 2 24,5 8,47 529,156 2571,698 24,5 4,238 264,57 3763,303


6 8
2. 4 4 23,7 8,47 529,156 3619,427 23,7 8,476 529,15 4476,659
6 6
3. 2 4 22 4,23 264,578 2762,194 22 8,476 529,15 3524,178
8 6
VI. DATA PERHITUNGAN

A. Co-Current
Percobaan 1
Diketahui:
T1 = 48,4 oC
T2 = 46,5 oC
t1 = 22,4 oC
t2 = 31,5 oC
Ditanya : LMTD
LMTD = ∆𝒕𝟐 − ∆𝒕𝟏
ln⁡(∆𝑡2/∆𝑡1)
=
(𝑇1 − 𝑡1) − (𝑇2 − 𝑡2)
𝑙𝑛(𝑇1 − 𝑡1/𝑇2 − 𝑡2)

(48,4 − 22,4) − (46,5 − 31,5)


=
𝑙𝑛(48,4 − 22,4/46,5 − 31,5)

= 20

Percobaan 2
Diketahui:
T1 = 48,4 oC
T2 = 44,8 oC
t1 = 20,3 oC
t2 = 26,2 oC
Ditanya : LMTD
LMTD = ∆𝒕𝟐 − ∆𝒕𝟏
ln⁡(∆𝑡2/∆𝑡1)
=
(𝑇1 − 𝑟1) − (𝑇2 − 𝑡2)
𝑙𝑛(𝑇1 − 𝑡1/𝑇2 − 𝑡2)

(48,4 − 20,3) − (44,8 − 26,2)


=
𝑙𝑛(48,4 − 20,3/44,8 − 26,2)

= 23

Percobaan 3
Diketahui:
T1 = 47,9 oC
T2 = 42,4 oC
t1 = 22,0 oC
t2 = 26,4 oC
Ditanya : LMTD
LMTD = ∆𝒕𝟐 − ∆𝒕𝟏
ln⁡(∆𝑡2/∆𝑡1)
=
(𝑇1 − 𝑇2) − (𝑇2 − 𝑇1)
𝑙𝑛(𝑇1 − 𝑡1/𝑇2 − 𝑡2)

(47,9 − 22,0) − (42,4 − 26,4)


=
𝑙𝑛(47,9 − 22,0/42,4 − 26,4)

= 20,7

Neraca panas Aliran Co-Current


Percobaan 1
-Fluida Panas

Q = 4⁡𝐿 0,0353174⁡𝑓𝑡3 60⁡𝑚𝑖𝑛


𝑥⁡ ⁡𝑥⁡
min 1𝐿 1⁡ℎ𝑟

= 8,476 ft3/hr
9
T masuk = 48,4˚C x 5
+ 32 = 119,12 ˚F
9
T keluar = 46,5˚C x 5
+ 32 = 115,7 ˚F

- Laju Alir Massa Fluida Panas (mh)


ρ Air = 62,43 lb/ ft3
ΔT = 3,42 ˚F
Cp Air = 1 btu/lb ˚F
𝑚
ρ=
v⁡
m=ρxv
m = 62,43 lb/ ft3 x 8,476 ft3/hr
m = 529,156 lb/hr

- Neraca Panas
Qh = m x Cp x ΔT
= 529,156 lb/hr x 1 btu/lb ˚F x 3,42 ˚F
= 1809,713 Btu/hr
-Fluida Dingin

Q = 2⁡𝐿 0,0353174⁡𝑓𝑡3 60⁡𝑚𝑖𝑛


𝑥⁡ ⁡𝑥⁡
min 1𝐿 1⁡ℎ𝑟

= 4,238 ft3/hr
9
T masuk = 22,4˚C x 5
+ 32 = 72,32 ˚F
9
T keluar = 31,5˚C x + 32 = 88,7 ˚F
5

- Laju Alir Massa Fluida Panas (mh)


ρ Air = 62,43 lb/ ft3
ΔT = 16,38 ˚F
Cp Air = 1 btu/lb ˚F
𝑚
ρ=
v⁡
m=ρxv
m = 62,43 lb/ ft3 x 4,238 ft3/hr
m = 264,578 lb/hr

- Neraca Panas
Qh = m x Cp x ΔT
= 264,578 lb/hr x 1 btu/lb ˚F x 16,38 ˚F
= 4333,787 Btu/hr

Percobaan 2
-Fluida Panas

Q = 4⁡𝐿 0,0353174⁡𝑓𝑡3 60⁡𝑚𝑖𝑛


𝑥⁡ ⁡𝑥⁡
min 1𝐿 1⁡ℎ𝑟

= 8,476 ft3/hr
9
T masuk = 48,5˚C x 5
+ 32 = 119,12 ˚F
9
T keluar = 44,8˚C x 5
+ 32 = 112,64 ˚F

- Laju Alir Massa Fluida Panas (mh)


ρ Air = 62,43 lb/ ft3
ΔT = 6,48 ˚F
Cp Air = 1 btu/lb ˚F
𝑚
ρ=
v⁡
m=ρxv
m = 62,43 lb/ ft3 x 8,476 ft3/hr
m = 529,156 lb/hr

- Neraca Panas
Qh = m x Cp x ΔT
= 529,156 lb/hr x 1 btu/lb ˚F x 6,48 ˚F
= 3428,930 Btu/hr

-Fluida Dingin

Q = 4⁡𝐿 0,0353174⁡𝑓𝑡3 60⁡𝑚𝑖𝑛


𝑥⁡ ⁡𝑥⁡
min 1𝐿 1⁡ℎ𝑟

= 8,476 ft3/hr
9
T masuk = 20,3˚C x 5
+ 32 = 68,54 ˚F
9
T keluar = 26,2˚C x + 32 = 79,16 ˚F
5

- Laju Alir Massa Fluida Panas (mh)


ρ Air = 62,43 lb/ ft3
ΔT = 10,62 ˚F
Cp Air = 1 btu/lb ˚F
𝑚
ρ=
v⁡
m=ρxv
m = 62,43 lb/ ft3 x 8,476 ft3/hr
m = 529,156 lb/hr

- Neraca Panas
Qh = m x Cp x ΔT
= 529,156 lb/hr x 1 btu/lb ˚F x 10,62 ˚F
= 5619,636 Btu/hr

Percobaan 3
-Fluida Panas
Q = 2⁡𝐿 0,0353174⁡𝑓𝑡3 60⁡𝑚𝑖𝑛
𝑥⁡ ⁡𝑥⁡
min 1𝐿 1⁡ℎ𝑟
= 4,238 ft3/hr
9
T masuk = 47,9˚C x 5
+ 32 = 118,22 ˚F
9
T keluar = 42,4˚C x 5
+ 32 = 108,32˚F

- Laju Alir Massa Fluida Panas (mh)


ρ Air = 62,43 lb/ ft3
ΔT = 9,9 ˚F
Cp Air = 1 btu/lb ˚F
𝑚
ρ=
v⁡
m=ρxv
m = 62,43 lb/ ft3 x 4,238 ft3/hr
m = 264,578 lb/hr

- Neraca Panas
Qh = m x Cp x ΔT
= 264,578 lb/hr x 1 btu/lb ˚F x 9,9 ˚F
= 2619,322 Btu/hr

-Fluida Dingin

Q = 4⁡𝐿 0,0353174⁡𝑓𝑡3 60⁡𝑚𝑖𝑛


𝑥⁡ ⁡𝑥⁡
min 1𝐿 1⁡ℎ𝑟

= 8,476 ft3/hr
9
T masuk = 22,0˚C x 5
+ 32 = 71,6 ˚F
9
T keluar = 26,4˚C x + 32 = 79,52 ˚F
5

- Laju Alir Massa Fluida Panas (mh)


ρ Air = 62,43 lb/ ft3
ΔT = 7,92 ˚F
Cp Air = 1 btu/lb ˚F
𝑚
ρ=
v⁡
m=ρxv
m = 62,43 lb/ ft3 x 8,476 ft3/hr
m = 529,156 lb/hr

- Neraca Panas
Qh = m x Cp x ΔT
= 529,156 lb/hr x 1 btu/lb ˚F x 7,92 ˚F
= 4190,915 Btu/hr

B. Counter -Current
Percobaan 1
Diketahui:
T1 = 48,4 oC
T2 = 45,7 oC
t1 = 18,4 oC
t2 = 26,3 oC
Ditanya : LMTD
LMTD = ∆𝒕𝟐 − ∆𝒕𝟏
ln⁡(∆𝑡2/∆𝑡1)
=
(𝑇1 − 𝑡1) − (𝑇2 − 𝑡2)
𝑙𝑛(𝑇1 − 𝑡1/𝑇2 − 𝑡2)

(48,4 − 18,4) − (45,7 − 26,3)


=
𝑙𝑛(48,4 − 18,4/45,7 − 26,3)

= 24,5

Percobaan 2
Diketahui:
T1 = 48,5 oC
T2 = 44,7 oC
t1 = 20,6 oC
t2 = 25,3 oC
Ditanya : LMTD
LMTD = ∆𝒕𝟐 − ∆𝒕𝟏
ln⁡(∆𝑡2/∆𝑡1)
=
(𝑇1 − 𝑡1) − (𝑇2 − 𝑡2)
𝑙𝑛(𝑇1 − 𝑡1/𝑇2 − 𝑡2)

(48,5 − 20,6) − (44,7 − 25,3)


=
𝑙𝑛(48,4 − 20,6/44,7 − 25,3)

= 23,7
Percobaan 3
Diketahui:
T1 = 48,3 oC
T2 = 42,5 oC
t1 = 21,5 oC
t2 = 25,2 oC
Ditanya : LMTD
LMTD = ∆𝒕𝟐 − ∆𝒕𝟏
ln⁡(∆𝑡2/∆𝑡1)
=
(𝑇1 − 𝑡1) − (𝑇2 − 𝑡2)
𝑙𝑛(𝑇1 − 𝑡1/𝑇2 − 𝑡2)

(48,3 − 21,5) − (42,5 − 25,2)


=
𝑙𝑛(48,3 − 21,5/42,5 − 25,2)

= 22

Neraca Panas Aliran Counter Current

Percobaan 1
-Fluida Panas

Q = 4⁡𝐿 0,0353174⁡𝑓𝑡3 60⁡𝑚𝑖𝑛


𝑥⁡ ⁡𝑥⁡
min 1𝐿 1⁡ℎ𝑟

= 8,476 ft3/hr
9
T masuk = 48,4˚C x 5
+ 32 = 119,12 ˚F
9
T keluar = 45,7˚C x + 32 = 114,26 ˚F
5

- Laju Alir Massa Fluida Panas (mh)


ρ Air = 62,43 lb/ ft3
ΔT = 4,86 ˚F
Cp Air = 1 btu/lb ˚F
𝑚
ρ=
v⁡
m=ρxv
m = 62,43 lb/ ft3 x 8,476 ft3/hr
m = 529,156 lb/hr
- Neraca Panas
Qh = m x Cp x ΔT
= 529,156 lb/hr x 1 btu/lb ˚F x 4,86 ˚F
= 2571,698 Btu/hr

-Fluida Dingin

Q = 2⁡𝐿 0,0353174⁡𝑓𝑡3 60⁡𝑚𝑖𝑛


𝑥⁡ ⁡𝑥⁡
min 1𝐿 1⁡ℎ𝑟

= 4,238 ft3/hr
9
T masuk = 18,4˚C x 5
+ 32 = 65,2 ˚F
9
T keluar = 26,3˚C x + 32 = 79,34 ˚F
5

- Laju Alir Massa Fluida Panas (mh)


ρ Air = 62,43 lb/ ft3
ΔT = 14,22 ˚F
Cp Air = 1 btu/lb ˚F
𝑚
ρ=
v⁡
m=ρxv
m = 62,43 lb/ ft3 x 4,238 ft3/hr
m = 264,578 lb/hr

- Neraca Panas
Qh = m x Cp x ΔT
= 264,578 lb/hr x 1 btu/lb ˚F x 14,22 ˚F
= 3762,303 Btu/hr

Percobaan 2
-Fluida Panas
Q = 4⁡𝐿 0,0353174⁡𝑓𝑡3 60⁡𝑚𝑖𝑛
𝑥⁡ ⁡𝑥⁡
min 1𝐿 1⁡ℎ𝑟

= 8,476 ft3/hr
9
T masuk = 48,5˚C x 5
+ 32 = 119,3 ˚F
9
T keluar = 44,7˚C x 5
+ 32 = 112,46 ˚F
- Laju Alir Massa Fluida Panas (mh)
ρ Air = 62,43 lb/ ft3
ΔT = 6,84 ˚F
Cp Air = 1 btu/lb ˚F
𝑚
ρ=
v⁡
m=ρxv
m = 62,43 lb/ ft3 x 8,476 ft3/hr
m = 529,156 lb/hr

- Neraca Panas
Qh = m x Cp x ΔT
= 529,156 lb/hr x 1 btu/lb ˚F x 6,84 ˚F
= 3619,427 Btu/hr

-Fluida Dingin

Q = 4⁡𝐿 0,0353174⁡𝑓𝑡3 60⁡𝑚𝑖𝑛


𝑥⁡ ⁡𝑥⁡
min 1𝐿 1⁡ℎ𝑟

= 8,476 ft3/hr
9
T masuk = 20 6˚C x 5
+ 32 = 69,08 ˚F
9
T keluar = 25,3˚C x + 32 = 77,54 ˚F
5

- Laju Alir Massa Fluida Panas (mh)


ρ Air = 62,43 lb/ ft3
ΔT = 8,46 ˚F
Cp Air = 1 btu/lb ˚F
𝑚
ρ=
v⁡
m=ρxv
m = 62,43 lb/ ft3 x 4,238 ft3/hr
m = 529,156 lb/hr

- Neraca Panas
Qh = m x Cp x ΔT
= 529,156 lb/hr x 1 btu/lb ˚F x 8,46 ˚F
= 4476,659 Btu/hr

Percobaan 3
-Fluida Panas
Q = 2⁡𝐿 0,0353174⁡𝑓𝑡3 60⁡𝑚𝑖𝑛
𝑥⁡ ⁡𝑥⁡
min 1𝐿 1⁡ℎ𝑟

= 4,238 ft3/hr
9
T masuk = 48,3˚C x 5
+ 32 = 118,94˚F
9
T keluar = 42,5˚C x + 32 = 108 5˚F
5

- Laju Alir Massa Fluida Panas (mh)


ρ Air = 62,43 lb/ ft3
ΔT = 10,44 ˚F
Cp Air = 1 btu/lb ˚F
𝑚
ρ=
v⁡
m=ρxv
m = 62,43 lb/ ft3 x 4,238 ft3/hr
m = 264,578 lb/hr

- Neraca Panas
Qh = m x Cp x ΔT
= 264,578 lb/hr x 1 btu/lb ˚F x 10,44 ˚F
= 2762,194 Btu/hr

-Fluida Dingin

Q = 4⁡𝐿 0,0353174⁡𝑓𝑡3 60⁡𝑚𝑖𝑛


𝑥⁡ ⁡𝑥⁡
min 1𝐿 1⁡ℎ𝑟

= 8,476 ft3/hr
9
T masuk = 21,5˚C x 5
+ 32 = 70,7 ˚F
9
T keluar = 25,2˚C x 5
+ 32 = 77,36 ˚F

- Laju Alir Massa Fluida Panas (mh)


ρ Air = 62,43 lb/ ft3
ΔT = 6,66˚F
Cp Air = 1 btu/lb ˚F
𝑚
ρ=
v⁡
m=ρxv
m = 62,43 lb/ ft3 x 8 476 ft3/hr
m = 529,156 lb/hr

- Neraca Panas
Qh = m x Cp x ΔT
= 529,156 lb/hr x 1 btu/lb ˚F x 6,66 ˚F
= 3524,178 Btu/hr

Anda mungkin juga menyukai