Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERALIHAN POLITIK DARI ORDE LAMA KE ORDE BARU


Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Guru : Marianti Afrina S.pd

Oleh :

1. Arminah

2. Dwi Meilana Maulidina

3. Rahimah

4. Ridho Saputra

5. Zallaluddin Ar-rumi

KELOMPOK 1
XII MIA 1
MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 MARABAHAN
2022

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tiada henti-hentinya kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan kemudahan dan kelancaran. Berkat kelancaran yang dianugerahkan-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peralihan Politik dari Orde Lama ke
Orde Baru” dengan baik dan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah Indonesia. Makalah
ini dibuat berdasarkan informasi yang kami dapat dari berbagai literatur buku dan internet.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang peralihan politik pada masa
orde lama ke orde baru bagi pembaca dan juga bagi penulis.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Afrina selaku guru Mata Pelajaran Sejarah Indonesia yang telah memberikan tugas
terhadap kami. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pihak-pihak yang turut
membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
dengan ikhlas dan dengan hati lapang dada akan menerima saran maupun ktitik yang
membangun demi perbaikan makalah ini di masa mendatang. Kami mengharapkan semoga
makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Barambai, 11 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah...............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3. Tujuan............................................................................................................................2
1.4. Metode...........................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1. ORDE LAMA (1945– 1966 ).......................................................................................3
2.1.1 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia....................................................................3
2.1.2. Gerakan 30 September 1965..................................................................................5
2.1.3. Dampak G 30S/PKI................................................................................................6
2.1.4. Proses Peralihan Kekuasaan Politik dari Orde Lama ke Orde Baru................7
2.1.5. Proses Peralihan Kekuasaan Politik Setelah Peristiwa G 30S/PKI...................8
2.2. ORDE BARU.................................................................................................................9
2.2.1. Lahirnya Orde Baru...............................................................................................9
BAB III....................................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................12
3.2 Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
LAMPIRAN............................................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Orde lama adalah sebutan bagi orde pemerintahan sebelum orde baru--merujuk
kepada masa pemerintahan Soekarno yang brerlangsung dari tahun 1945 hingga 1966 yang
dianggap tidak melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen yang
ditandai dengan diterapkannya Demokrasi Terpimpin di bawah kepemimpinan Soekarno.
Presiden Soekarno sebagai tokoh sentral orde lama yaitu sebagai Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan.

Orde baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde baru menggantikan orde lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde
baru hadir dengan semangat koreksi total1 atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno
pada masa Orde Lama.Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.

Orde baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya
dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer. Soeharto
merestrukturisasi2 politik dan ekonomi dengan dwi sarana, sehingga bisa tercapainya
stabilitas politik pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopangnya
daya Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto dapat
menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.

Peralihan politik dari era Orde Lama ke Orde Baru merupakan sebuah transisi yang
besar bagi bangsa Indonesia. Peralihan politik dari tangan Presiden Soekarno kepada Jendral
Soeharto dilatarbelakangi banyak hal dan intrik 3yang mengiringi. Ada banyak kejadian-
kejadian yang mendorong jatuhnya kekuasaan pada saat itu. Ada juga beberapa tokoh yang
berperan di dalam transisi peralihan politik dari Orde Lama ke Orde Baru.Salah satu tokoh
pionir yang terkenal adalah Soe Hok Gie, seorang tokoh muda yang berani menentang
kekuasaan dari Presiden Soekarno lewat tulisan-tulisannya dengan pedas mengkritisi
pemerintah pada masa itu.

Maka dari itu penyusun mengambil judul makalah ini yaitu “Perlalihan Politik dari
Orde Lama Ke Orde Baru”. Judul ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk
dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia
sejarah.

1.2. Rumusan Masalah

1
Suatu reaksi dan koreksi prinsipil terhadap praktik-praktik penyelewengan yang telah terjadi pada waktu-
waktu orde lama/sikap dan tekad mental serta iktikad baik yang mendalam untuk mengabdi pada rakyat.
2
Menata kembali.
3
Tipu daya

1
Berdasarkan latar belakang masalah yang berjudul “Peralihan Politik dari Orde Lama
ke Orde Baru” maka penyusun merumuskan masalah yang akan dibahas adalah sebagai
berikut.

1. Apa permasalahan yang memicu terjadinya orde lama dan orde baru?

2. Proses apa saja yang terdapat pada proses peralihan politik dari orde lama ke orde baru?
1.3. Tujuan

Makalah ini dibuat untuk mendalami pembelajaran materi sejarah tentang proses
peralihan politik dari orde lama ke orde baru.

1.4. Metode

A. Diskusi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. ORDE LAMA (1945– 1966 )

2.1.1 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

a. Demokrasi Liberal (1950 – 1959)

Dalam proses pengakuan kedaulatan dan pembentukan kelengkapan negara,


ditetapkan pula sistem demokrasi yang dipakai yaitu sistem demokrasi liberal. Dalam sistem
demokrasi ini presiden hanya bertindak sebagai kepala negara. Presiden hanya berhak
mengatur formatur pembentukan kabinet. Oleh karena itu, tanggung jawab pemerintah ada
pada kabinet. Presiden tidak boleh bertindak sewenang-wenang. Adapun kepala
pemerintahan dipegang oleh perdana menteri.

Dalam sistem demokrasi ini, partai-partai besar seperti Masyumi, PNI, dan PKI
mempunyai partisipasi yang besar dalam pemerintahan. Dibentuklah kabinet-kabinet yang
bertanggung jawab kepada parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat ) yang merupakan kekuatan-
kekuatan partai besar berdasarkan UUDS 1950.Kabinet yang pertama kali terbentuk pada
tanggal 6 september 1950 adalah kabinet Natsir. Sebagai formatur ditunjuk Mohammad
Natsir sebagai ketua Masyumi yang menjadi partai politik terbesar saat itu.

Pada masa Demokrasi Liberal ini juga berhasil menyelenggarakan pemilu I yang
dilakukan pada 29 september 1955 dengan agenda pemilihan 272 anggota DPR yang dilantik
pada 20 Maret 1956. Pemilu pertama tersebut juga telah berhasil badan konstituante (sidang
pembuat UUD). Selanjutnya badan konstituante memiliki tugas untuk merumuskan UUD
baru. Dalam badan konstituante sendiri, terdiri berbagai macam partai, dengan dominasi
partai-partai besar seperti NU, PKI, Masyumi, dan PNI. Dari nama lembaga tersebut dapatlah
diketahui bahwa lembaga tersebut bertugas untuk menyusun konstitusi. Konstituante
melaksanakan tugasnya di tengah konflik berkepanjangan yang muncul di antara pejabat
militer, pergolakan daerah melawan pusat dan kondisi ekonomi tak menentu.

b. Demokrasi Terpemimpin (1959-1965)

a. Latar Belakang Munculnya Demokrasi Terpimpin

1) Kegagalan Badan Konstituante dalam menyusun Undang-Undang Dasar Baru.


Kegagalan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat dalam anggota badan
konstitante sehingga tidak dapat menghasilkan kesepakatan bersama.

3
2) Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang bertujuan untuk
menyelamatkan Negara dalam kondisi genting. Isi Dekrit Presiden yaitu,

a) Pembubaran Badan Konstituante.

b) Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950.

c) Pembentukan MPRS dan DPAS.

3) Munculnya gerakan gerakan separatis

Gerakan separatis adalah suatu gerakan yang ingin mengambil alih kekuasaan secara
paksa. Gerakan-gerakan separatisme yang muncul pada masa Demokrasi Liberal
menyebabkan ketidakstabilan politik dalam negeri, sehingga selain mengacaukan keamanan
juga dapat menyebabkan disintegrasi bangsa atau perpecahan.

4) Sering berganti-ganti kabinet

Kehidupan politik pada masa Demokrasi Liberal juga ditandai dengan jatuh
bangunnya kabinet sehingga menimbulkan munculnya ketidakpercayaan rakyat terhadap
pemerintah sebab banyak program kerja dari masing-masing kabinet tidak dapat
direalisasikan dengan baik.

b. Sistem Politik Demokrasi Terpimpin

Kekacauan terus menerus dalam kesatuan negara Republik Indonesia yang


disebabkan oleh begitu banyaknya pertentangan terjadi dalam sistem kenegaraan ketika
diberlakukannya sistem demokrasi liberal. Pergantian dan berbagai respon dari daerah dalam
kurun waktu tersebut memaksa untuk dilakukannya revisi terhadap sistem pemerintahan.
Ir.Soekarno selaku presiden memperkenalkan konsep kepemimpinan baru yang dinamakan
demokrasi terpimpin. Tonggak bersejarah diberlakukannya sistem demokrasi terpimpin
adalah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Peristiwa tersebut mengubah tatanan kenegaraan yang telah terbentuk sebelumya.


Satu hal pokok yang membedakan antara sistem Demokrasi Liberal dan Demokrasi
Terpimpin adalah kekuasaan Presiden. Dalam Demokrasi Liberal, parlemen memiliki
kewenangan yang terbesar terhadap pemerintahan dan pengambilan keputusan negara.
Sebaliknya, dalam sistem Demokrasi Terpimpin presiden memiliki kekuasaan hampir seluruh
bidang pemerintahan..

Jatuhnya kabinet-kabinet yang terbentuk pada masa demokrasi parlementer membawa


dampak yang buruk bagi perkembangan politik di Indonesia. Perbedaan kepentingan yang
dipengaruhi oleh partai politik dalam parlemen merupakan penyebab jatuhnya kabinet-
kabinet. Dengan demikian, situasi Indonesia semakin lama semakin tidak kondusif. Melihat
keadaan yang demikian, Presiden Soekarno mengambil sikap tegas untuk mengubah sistem

4
pemerintahannya. Sistem pemerintahan yang dianggap sesuai oleh Presiden Soekarno adalah
presidensial.4

Untuk memantapkan dan merealisasikan ide tentang demokrasi terpimpin, Presiden


Soekarno terus melakukan langkah-langkah yang strategis dan cukup berani. Sebagai contoh
adalah saat presiden mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959. Kebijakan ini
membawa dampak yang besar bagi kehidupan politik di Indonesia. Perubahan yang terjadi
adalah sistem pemerintahan yang mengakui presiden seumur hidup yaitu Presiden Soekarno.
Dari kejadian inilah, inkonsitusional Demokrasi terpimpin memiliki ciri-ciri,

- Dominasi presiden.

- Tidak berfungsinya lembaga tertinggi dan lembaga tertinggi Negara.

- Makin berkembangnya paham komunisme.

- Makin besarnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik.

c. Kehidupan Ekonomi pada Masa Demokrasi Terpimpin

Pada masa Demokrasi Terpimpin, kondisi Indonesia semakin buruk, terutama sektor
ekonomi. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal yaitu,

1) Terjadinya penyelewengan ekonomi karena miskinnya pengetahuan ekonomi.

2) Semua permasalahan ekonomi diselesaikan dengan kebijakan politis.

3) Organisasi pemerintahan yang buruk sehingga menimbulkan koordinasi yang tidak


baik antar lembaga Negara. Akibatnya, kebijakan yang dibuat banyak berhenti di tengah jalan
dan tidak selesai.

Dari uraian di atas, kondisi ekonomi dan politik pada masa Demokrasi Terpimpin
terlihat semakin tidak stabil. Hal itu disebabkan oleh adanya tindakan-tindakan presiden yang
bertentangan dengan UUD 1945. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Demokrasi
Terpimpin yang diharapkan dapat melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen tidak terwujud, justru sebaliknya banyak dijumpai tindakan-tindakan
inkonstitusional.

2.1.2. Gerakan 30 September 1965

Peristiwa G 30 S versi Pemerintah Orde Baru yakni peristiwa G 30 S merupakan


suatu tindakan makar yang dilakukan oleh PKI terhadap pemerintah Indonesia yang sah.
Tindakan kudeta 5tersebut dilakukan untuk merebut kekuasaan dari Ir.Soekarno selaku
Penguasa Tertinggi.

4
Sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah
dengan kekuasaan legislatif.
5
Perebutan kekuasaan( pemerintahan)dengan paksa)

5
Peristiwa G 30S/PKI lebih dikenal dengan sebutan pemberontakan yang dilakukan
PKI dengan melakukan kudeta yang ditandai dengan adanya penculikan dan pembantaian
terhadap para Jenderal Angkatan Darat yang dianggap sebagai penghalang untuk
menyebarkan pengaruh paham komunis. Gerakan 30 September oleh PKI menjadi
malapetaka bagi pemerintahan presidensil pimpinan Presiden Soekarno. Peristiwa ini
merupakan tragedi berdarah nasional. PKI untuk kedua kalinya melakukan pemberontakan di
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gerakan ini memakan korban jiwa yang sangat
besar, di antaranya adalah jenderal-jenderal yang menjabat pada pemerintahan presidensial.
Tujuan gerakan ini adalah menggulingkan kekuasaan Presiden Soekarno dan mengganti
Pancasila sebagai dasar Negara menjadi paham komunisme.

Gerakan PKI ini menjadi isu politik untuk menolak laporan pertanggungjawaban
Presiden Soekarno di hadapan MPRS yang pada waktu itu diketuai oleh A.H. Nasution.
Dengan ditolaknya laporan pertanggungjawaban Presiden Soekarno ini, maka berakhirlah
pemerintahan presidensial dan Indonesia kembali ke pemerintahan yang berasaskan Pancasila
dan UUD 1945.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya peristiwa G 30S/PKI yaitu,

1) PKI merupakan partai terbesar di Indonesia

Rencana gerakan PKI pada tanggal 30 September 1965 diawali pada tahun 1950
dipelopori D.N. Aidit bersama kawan-kawannya Sudirman dan Nyono. Dalam merealisasikan
usaha tersebut, mereka membentuk front nasional6 yang bekerja sama dengan kekuatan
borjuis7. Hal ini dilakukan karena kaum buruh dan tani miskin masih lemah mendukung PKI.
Taktik ini ternyata berhasil. Dari tahun ke tahun, jumlah anggota PKI berkembang pesat.
Tercatat pada tahun 1965 yang terdaftar menjadi anggota partai adalha 3,5 juta, jika dihitung
dari organisasi yang berafiliasi dengan PKI jumlahnya meliputi 20 juta. PKI merupakan
partai komunis terbesar di luar negara-negara komunis.

2) Politik luar negeri Indonesia yang lebih condong pada Blok Timur

Pada masa Demokrasi Terpimpin, politik luar negeri Indonesia benrtentangan dengan
politik bebas aktif dengan menggunakan politik NEFO, sehingga memberikan kesempatan
yang besar bagi komunis tersebut, PKI juga mendapat dukungan internasional yang diperoleh
dari negara Uni Soviet dan Cina sehingga semakin mempermudah dalam melakukan kudeta.

3) Konsep Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis) yang digunakan untuk menyatukan
seluruh aspek kehidupan di Indonesia telah memberi peluang kepada PKI untuk memperluas
dan mengembangkan pengaruhnya, sehingga PKI dapat memperkuat kedudukannya di
Indonesia. Dengan kedudukan dan pengaruh yang sangat besar, maka PKI memiliki kekuaran
yang sangat besar untuk mengadakan aksi kudeta.

2.1.3. Dampak G 30S/PKI

6
Sebuah organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita proklamasi dan UUD 1945.
7
Kelas sosial yang terdiri dari golongan kelas menengah ke atas dan mendapatkan kekuatan ekonomi.

6
Adapun dampak dari peristiwa G 30S/PKI adalah :

- Demostrasi menentang PKI

Penyelesaian aspek politik terhadap para pelaku G 30 S 1965/PKI akan diputuskan


dalam sidang Kabinet Dwikora tanggal 6 Oktober 1965 dan belum terlihat adanya tanda-
tanda akan dilaksanakan. Berbagai aksi digelar untuk menuntut pemeritah agar segera
menyelesaikan masalah tersebut dengan seadil-adilnya. Aksi dipelopori oleh kesatuan aksi
pemuda-pemuda dan pelajar-pelajar Indonesia seperti KAPPI,KAMI dan KAPI. Mucul pula
kasi yang dilakukan oleh KABI,KAWI yang membulatkan tekad dalam Front Pancasila.

- Mayjen Soeharto menjadi Pangad

Sementara itu untuk mengisi kekosongan pimpinan AD, pada tanggal 14 oktober 1965
Panglima Kostrad/Pangkopkamtib Mayjen Soeharto diangkat menjadi Menteri/Panglima AD.
Bersamakan itu diadakan tindakan-tindakan pembersihan terhadap unsur-unsur PKI dan
ormasnya.

- Keadaan ekonomi yang buruk

Sementara itu kedaan ekonomi semakin memburuk. Pada saat itu politik sebagai
panglima, akibatnya masalah lain terabaikan. Akibatnya di daerah muncul berbagai gejolak
sosial yang pada puncaknya menimbulkan pemberontakan.

- Tri Tuntutan Rakyat

Pada tanggal 12 januari 1966 berbagai kesatuan aksi yang tergabung dalam Front
Pancasila tersebut berkumpul di halaman gedung DPR-GR untuk mengajukan Tritura yang
isinya :

a. Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya.

b. Pembersihan kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI.

c. Penurunan harga barang-barang.

Aksi Tritura berlangsung selama 60 hari sampai dikeluarkannya surat perintah 11


Maret 1966.

- Kabinet seratus menteri

[ CITATION Her19 \l 1033 ]Pada tanggal 21 februari 1966 presiden Soekarno


mengumumkan perubahan kabinet (reshuffle). Kabinet baru ini diberi nama kabinet Dwikora
yang disempurnakan.

2.1.4. Proses Peralihan Kekuasaan Politik dari Orde Lama ke Orde Baru

- Tanggal 16 Oktober 1966 Mayjen Soeharto telah dilantik menjadi Menteri Panglima
Angkatan Darat dan dinaikkan pangkatnya menjadi Letnan Jenderal. Pada awalnya untuk
menghormati presiden AD tetap mendukungnya. Namun presiden enggan mengutuk G 30 S.
7
AD mulai mengurangi dukungannya dan lebih muali tertarik bekerja sam dengan KAMI dan
KAPPI.

- Keberanian KAMI dan KAPPI terutama karena merasa mendapat perlindungan dari AD.
Kesempatan ini digunakan oleh Mayjen Soeharto uintuk menawarkan jasa baik demi
pulihnya kemacetan roda pemerintahan dapat diakhiri. Untuk itu ia mengutus tiga Jenderal
yaitu M.Yusuf, Amir Macmud dan Basuki Rahmat oleh Soeharto untuk menemui presiden
guna menyampaikan tawaran itu pada tanggal 11 Maret 1966. Sebagai hasilnya lahirlah surat
perintah 11 Maret 1966 (Supersemar).

- Pada tanggal 7 februari 1967, jenderal Soeharto menerima surat rahasia dari Presiden
melalui perantara Hardi S.H. Pada surat tersebut dilampiri sebuah konsep surat penugasan
mengenai pimpinan pemerintahan sehari-hari kepada pemegang Supersemar.

- Pada 8 Februari 1967 oleh Jenderal Soeharto konsep tersebut dibicarakan bersama empat
panglima angkatan bersenjata.

- Disaat belum tercapainya kesepakatan antara pemimpin ABRI, masalah pelengkap


Nawaksara dan semakin bertambah gawatnya konflik, pada tanggal 9 Februari 1967 DPR-GR
mengajukan resolusi dan memorandum kepada MPRS agar sidang Istimewa dilaksanakan.

- Tanggal 10 Februari 1967 Jend. Soeharto menghadap kepada presiden Soekarno untuk
membicarakan masalah negara.

- Pada tanggal 11 Februari 1967 Jend.Soharto mengajukan konsep yang bisa digunakan
untuk mempermudah penyelesaian konflik. Konsep ini berisi tentang pernyataan presiden
berhalangan atau presiden menyerahkan kekuasaan pemerintah kepada pemegang
Supersemar 10 sesuai dengan ketetapan MPRS No.XV/MPRS/1966, presiden kemudian
meminta waktu untuk mempelajarinya.

- Pada tanggal 12 Februari 1967, Jend.Soeharto kemudian bertemu kembali dengan


presiden, presiden tidak dapat menerima konsep tersebut karena tidak menyetujui pernyataan
yang isinya berhalangan.

- Pada tanggal 13 Februari 1967, para panglima berkumpul kembali untuk membicarakan
konsep yang telah telah disusun sebelum diajukan kepada presiden.

- Pada tanggal 20 Februari 1967 ditandatangani konsep ini oleh presiden setelah diadakan
sedikit perubahan yakni pada pasal 3 ditambah dengan kata-kata menjaga dan menegakkan
revolusi.

- Pada tanggal 23 Februari 1967, pukul 19.30 bertempat di Istana Negara presiden
/Mendataris MPRS/ Panglima tertinggi ABRI dengan resmi telah menyerahkan kekuasaan
pemerintah kepada pengemban Supersemar yaitu Jend.Soeharto.

- Pada bulan Maret 1967, MPRS mengadakan sidang istimewa dalam rangka mengukuhkan
pengunduran diri Presiden Soekarno sekaligus mengangkat Jenderal Soeharto sebagai pejabat
presiden RI.

8
2.1.5. Proses Peralihan Kekuasaan Politik Setelah Peristiwa G 30S/PKI

Setelah Supersemar diumumkan, perjalanan politik di Indonesia mengalami masa


transisi. Kepemimpinan Soekarno telah kehilangan supremasinya8. MPRS kemudian meminta
Presiden Soekarno untuk mempertanggungjawabkan hasil pemerintahannya, terutama
berkaitan dengan G 30S/PKI. Memasuki masa-masa terakhir transisi, pemerintah Indonesia
menghadapi masalah nasional yaitu,

1) Berusaha memperkuat pelaksanaan sistem konstitusional, menegakkan hukum, dan


menumbuhkan kehidupan demokrasi yang sehat sebagai syarat untuk mewujudkan stabilisasi
politik.

2) Melaksanakan pembangunan lima tahun yang pertama sebagai usaha untuk mengisi
kemerdekaan.

3) Tetap waspada dan sekaligus memberantas sisa-sisa kekuatan laten PKI.

Dalam Sidang Umum MPRS tahun 1966. Presiden Soekarno memberikan


pertanggungjawaban pemerintahannya, khususnya mengenai masalah yang menyangkut
peristiwa G 30S/PKI. Pertanggungjawaban Presiden Soekarno yang ditolak oleh MPRS
tersebut diikuti oleh keadaan masyarakat yang semakin tidak menentu. Soeharto sebagai
pengemban Supersemar melakukan Sidang Istimewa MPRS. Kemudian pada tanggal 7
sampai 12 Maret 1967 berhasil diadakan Sidang Istimewa MPRS.

Dalam sidang tersebut, dapat dihasilkan dua keputusan yaitu,

1) MPRS menolak pertanggungjawaban Presiden Soekarno.

2) Penyerahan kekuasaan pemerintah kepada Soeharto sebagai pengemban Supersemar


berdasarkan Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 yang berisi mencabut mandat dari
Presiden Soekarno, mencekal aktivitas politik Soekarno sampai pelaksanaan pemilu, dan
mengangkat Jenderal Soeharto sebagai pejabat presiden.

Dengan ketetapan itu, masa pemerintahan Orde Lama telah berakhir dan digantikan
dengan pemerintahan Soeharto yang ingin menegakkan dan memurnikan pelaksanaan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, yang lebih dikenal dengan istilah
Orde Baru, sehingga dapat dikatakan bahwa Supersemar yang menandai dan menjadi tonggak
munculnya Orde Baru.

2.2. ORDE BARU

2.2.1. Lahirnya Orde Baru

Akibat adanya pemberontakan Gerakan 30 September timbullah reaksi dari berbagai


Parpol,Ormas,Mahasiswa dan kalangan pelajar. Pada tanggal 8 Oktober 1965 partai politik
seperti IPTKI, NU, Partai Kristen Indonesia, dan organisasi massa lainnya melakukan apel
kebulatan tekad untuk mengamankan Pancasila dan menuntut pembubaran PKI serta
8
Kekuasaan tertinggi

9
ormasormasnya. Pada tanggal 23 Oktober 1965 parpol yang anti komunis membentuk Front
Pancasila dan diikuti oleh pembentukan KAMI ( Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia ),
KAPI ( Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia ), dan lain-lain. Pada tanggal 10 Januari 1966 KAMI
mencetuskan TRITURA ( Tiga Tuntutan Rakyat ) “Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya,
Bersihkan kabinet dari unsur PKI,dan turunkan harga-harga”.

Tonggak lahirnya Orde Baru disimbolkan dalam bentuk Supersemar. Dengan


dikeluarkannya Supersemar ini maka kekuasaan Presiden Soekarno hampir hilang. Sementara
itu, Soeharto yang diplot sebagai pemegang amanat Supersemar semakin kuat posisinya di
mata rakyat. Padahal Supersemar sampai sekarang belum jelas keontetikannya. Akan tetapi
Supersemar sudah menjadi sumber hukum yang kuat untuk melahirkan pemerintahan Orde
baru yang ditandai dengan.

1) Pembubaran PKI

Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 1966.


Pembubaran dilakukan oleh Jenderal Soeharto dengan mengeluarkan keputusan No.
1/3/1966. Pembubaran PKI juga diperkuat dengan Supersemar yang diterima Soeharto dari
Presiden Soekarno. Di samping itu pembubaran PKI juga didukung oleh masyarakat
Indonesia.

2) Membersihkan Kabinet dari Unsur PKI

Melalui pengumuman Presiden No. 5 tanggal 18 Maret 1966 yang tertanda Jenderal
Soeharto atas nama presiden dilakukan penangkapan beberapa menteri Kabinet Dwikora
yang dianggap tersangkut dengan PKI. Di antara para menteri yang tertangkap terdapat pula
Menteri Luar Negeri Dr. Subandrio dan kemudian diadili di Mahkamah Luar Biasa.

3) Penataan Lembaga-Lembaga Pemerintahan

Dalam melaksanakan penataan pemerintah Indonesia, pemerintah menunjuk MPRS


sebagai lembaga tertinggi negara. Dengan penunjukan ini, maka MPRS mengeluarkan
pernyataan untuk kembali ke Pancasila dan UUD 1945 sebagai pandangan bangsa Indonesia.
Kemudian MPRS melakukan sidingnya yang ke-4 yakni dari tanggal 20 Juni-5 Juli 1966.
Sidang ini dipimpin oleh Jenderal A.H. Nasution, dan menghasilkan ketetapan-ketetapan
penting yang di antaranya adalah sebagai berikut.

a) Tap. No. IX/MPRS/1966 tentang Supersemar.

b) Tap. No. XII/MPRS/1966 tentang kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia


bebas aktif.

c) Tap. No. XIII/MPRS/1966 tentang pemberian wewenang kepada Soeharto untuk


membentuk Kabinet Ampera.

d) Tap. No. XVIII/MPRS/1966 tentang pencabutan Tap. No. III/MPRS/1963 tentang


pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.

10
e) Tap. No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI dan ormas-ormasnya serta
larangan untuk menyebarkan ajaran komunis-marxisme-leninisme.

Dengan dikukuhkannya Supersemar dalam ketetapan MPRS, maka Presiden Soekarno


tidak dapat mencabutnya, melainkan justru sebaliknya dituntut untuk mendukungnya.

Setelah terbentuk pemerintahan Orde Baru ada beberapa langkah kebijakan yang
dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang dialami oleh Bangsa Indonesia.
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah Orde Baru lebih mementingkan perbaikan
kehidupan di berbagai bidang untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera. Di samping itu,
terjadi pula perubahan sistem politik dari terpimpin menuju sistem politik Pancasila yaitu
sistem politik yang mendasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Selanjutnya pemerintah Orde
Baru juga memajukan industrialisasi dan perekonomian

Setelah mengambil kebijakan strategis di bidang perekonomian kemudian melakukan


kebijakan di bidang politik, sosial, hukum, dan lain sebagainya sampai kehidupan masyarakat
Indonesia berjalan lancar. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan Orde Baru selalu
berpusat pada pemerintah pusat di Jakarta. Daerah-daerah tidak diberi kesempatan untuk ikut
dalam melakukan kebijakan. Dengan hal tersebut, kebijakan pemerintahan Orde Baru
bercirikan sentralisasi9. Kebijakan ini membungkam masyarakat Indonesia sehingga tidak
dapat melakukan kritik terhadap pemerintah Indonesia.

9
Pengaturan kewenangan dari pemerintah daerah kepada pemerintah pusat .

11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai
dengan makalah “Peralihan Politik dari Orde Lama ke Orde Baru” penulis menyimpulkan
bahwa (1965–1966) adalah masa Transisi ke Orde Baru, masa di mana pergolakan politik terjadi
di Indonesia di pertengahan 1960-an, digulingkannya presiden pertama
Indonesia, Soekarno setelah 21 tahun menjabat. Periode ini adalah salah satu periode paling
penuh gejolak dalam sejarah modern Indonesia.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

Demikianlah makalah yang kami buat semoga bermanfaat bagi orang yang
membacanya dan menambah wawasan bagi orang yang menulis makalah ini. Dan penulis
mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat yang tidak jelas,
mengerti, dan lugas mohon jangan dimasukan ke dalam hati.

Dan kami juga sangat mengharapkan yang membaca makalah ini akan bertambah
motivasinya dan mengapai cita-cita yang diinginkan.

Sekian penutup dari kami semoga berkenan di hati dan kami ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Baduka, l Wayan. (2000). Sejarah Nasional dan Umum. Jakarta: Erlangga.

Lukman, Asep dan Yanyan Hardiana. (1997). Sejarah Nasional dan Umum Indonesia II.
Jakarta:

Depdikbud.

Notosusanto, Nugroho. 1992. Sejarah Nasional II. Jakarta:Depdikbud.

Poesponegoro, Marwati Djoned dan Nugroho Notosusanto. 1992. Sejarah Nasional II.
Jakarta:

Depdikbud.

Puar, Yusuf Abdullah. 1985. Masuknya Islam ke Indonesia. Jakarta: CV Indrajaya.

Tharniend R., Nico. 2000. Sejarah II. Jakarta: Yudhistira.


http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1966-1998)
http://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Lama

http://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru

http://sokhi95.blogspot.com/2013/04/makalah-mengenai-orde-lama-orde-baru.html

13
LAMPIRAN

14
15

Anda mungkin juga menyukai