Anda di halaman 1dari 7

Wakaf tanah milik dan kesejahteraan umat

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Agraria

Dosen Pengampu:

Disusun oleh:

Cantika Putri Mawada 2021030210

Ericha Aprilianti 2021030197

Heri Wahyud i 2021030070

Hero Agung Sastra Dinata 2021030390

Icha Meliani 2021030071

M.Samsal Fallah 2021030382

FAKULTAS SYARI’AH

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1443 H/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan kemuliaan hanyalah milik Rabb semata, atas segala rahmat dan ni’mat-Nya
yang telah dikaruniakan kepada segenap hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga selamanya
tercurah atas junjungan alam yang menajadi penuntun umatnya ke jalan shirotol mustaqim.

Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, alhamdulillah kami dapat menyusun dan
menyelesaikan sebuah Makalah tentang “Wakaf Tanah Milik” dengan wasilah tugas disertai
bimbingan dan dorongan dari dosen mata kuliah Hukum Agraria.Disamping itu, kami sadari
sepenuhnya bahwa kajian makalah yang kami sajikan ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kami selalu berharap atas kritik dan sarannya yang membangun, guna peningkatan di
masa yang akan datang.

Akhirnya kami berharap, semoga sekecil apapun untaian kata yang kami sajikan sebagai
rangkaian ilmu dalam makalah ini senantiasa menjadi bongkahan-bongkahan ilmu yang
senantiasa bermafaat dunia dan akhirat. Amin

Bandar lampung, 27 november 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Wakaf Tanah Milik

Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang PeraturanDasar Pokok-Pokok
Agraria, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Undang-Undang Pokok Agraria (yang
selanjutnya disingkat UUPA) menetapkan bahwaatas dasar hak menguasai negara ditentukan
adanya macam-macam hak atas tanah permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat
diberikan kepada dan dipunyaioleh orangorang baik sendiri maupun bersama-sama dengan
orang lain serta badan-badan hukum. Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) UUPA,
negaramempunyai wewenang untuk menentukan bermacam-macam hak atas permukaan
bumi atau hak atas tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh perseorangan atau
badan hukum.Salah satu hak atas tanah yang disebut dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA
adalahHak Milik. Hak Milik menurut Pasal 20 ayat (1) UUPA adalah hak turun
temurun,terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan
mengingatketentuan Pasal 6 UUPA. Hak Milik hanya dapat dimiliki oleh

2. Rumusan Masalah

Peran wakaf dalam Mewujudkan Kesehjateraan Umat

Wakaf Tanah
BAB II

PEMBAHASAN

1.1.PERAN WAKAF DaALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN UMAT

Zakat dan wakaf merupakan nilai instrumental system ekonomi Islam. Kedua
instrumen ini merupakan sarana yang sangat erat hubungannya dengan kepemilikan.
Disamping
itu, kepemilikan selain menjadi dasar sistem ekonomi Islam, ia juga menyangkut
hubungan manusia dengan benda atau
harta kekayaan yang dimilikinya, yaitu mulai dari bagaimana cara memperolehnya,
fungsi hak kepemilikan, dan cara memanfaatkannya. Wakaf merupakan sarana utama
dalam pendistribusian asset/ kekayaan umat dan bersifat publik. Melalui wakaf
diharapkan sumber-sumber ekonomi tidak hanya terkonsentrasi pada orang-orang kaya
saja, tapi juga memungkinkan terdistribusi kepada sebagian kalangan yang sangat
membutuhkannya. Dalam Islam wakaf merupakan doktrin agama, sedangkan dalam
perekonomian, perwakafan merupakan sarana yang signifikan dalam mewujudkan
kesejahteraan. Dengan demikian, kehidupan ekonomi dalam Islam merupakan bagian
penting dari

1.2.WAKAF TANAH MILIK

Pasal 4 ayat (1) UUPA, negara mempunyai wewenang untuk menentukan bermacam-
macam hak atas permukaan bumi atau hak atas tanah, yang dapat diberikan kepada dan
dipunyai oleh perseoranganatau badan hukum.Hak atas tanah dapat dimiliki atau dikuasai
olehperseorangan Warga Negara Indonesia, orang asingyang berkedudukan di Indonesia,
Lembaga Negara,Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian,Pemerintah Propinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota,Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha MilikDaerah, Badan
Otorita, badan hukum yang didirikanmenurut hukum Indonesia dan berkedudukan diBadan
hukum asing yang mempunyaiperwakilan di Indonesia, perwakilan negara asing,perwakilan
badan internasional, badan keagamaan,dan badan sosial.Hak atas tanah yang disebutkan
dalam Pasal 4ayat (1) UUPA dijabarkan macamnya dalam Pasal 16ayat (1) UUPA dan Pasal
53 UUPA. Macam-macamhak atas tanah dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA adalah:Hak Milik;
Hak Guna Usaha; Hak Guna Bangunan;Hak Pakai; Hak Sewa untuk Bangunan; Hak
MembukaTanah; Hak Memungut Hasil Hutan.Macam-macam hak atas tanah yang
bersifatsementara disebutkan dalam Pasal 53 ayat (1)UUPA, yaitu: Hak Gadai; Hak Usaha
Bagi Hasil;Hak Menumpang; Hak Sewa Tanah Pertanian.Berdasarkan penggunaan dan atau
pemanfaatantanahnya, hak atas tanah dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:Pertama, Hak atas tanah
untuk keperluan mendirikanbangunan. Yang dimaksud dengan bangunan disinidapat berupa
rumah tempat tinggal atau hunian, rumahtoko (ruko), rumah kantor (rukan), rumah
susun/apartemen/condominium, kantor, hotel, pasar/plaza/mall, pabrik, gudang, rumah
sakit/pusat kesehatan masyarakat, gedung olahraga, gedung pertemuan,gedung pendidikan,
gedung peribadatan, gedung pantiasuhan, terminal, pelabuhan, bandar udara. Kedua,Hak atas
tanah untuk keperluan bukan mendirikanbangunan. Yang dimaksud bukan bangunan
adalahhak atas tanah untuk kepentingan pertanian, perikanan,peternakan, dan
perkebunan.Berdasarkan sifat kepentingannya, hak atastanah dapat dipergunakan
untuk:Pertama, Kepentingan yang bersifat politis.Yang termasuk kepentingan politis antara
lain:kantor pemerintah, pemerintah daerah, lembaganegara, perwakilan negara asing,
perwakilan badaninternasional, fasilitas Tentara Nasional Indonesiadan Kepolisian, Lembaga
Pemasyarakatan dan rumahtahanan.Kedua, Kepentingan yang bersifat ekonomis.Yang
termasuk kepentingan ekonomis, antara lainpengembangan pertanian, perikanan,
peternakan,perkebunan, kehutanan, pertambangan, hotel, pasar/plaza/mall, pabrik, gudang,
rumah toko (ruko), rumahkantor (rukan), pertokoan/perdagangan, restauran.Ketiga,
Kepentingan yang bersifat sosialkeagamaan. Yang termasuk dalam kepentingansosial
keagamaan, antara lain rumah tempat tinggal,rumah susun/apartemen/condominium,
gedungpendidikan, gedung peribadatan, panti asuhan,pemakaman/kuburan.Berdasarkan asal
tanahnya, hak atas tanah dibagimenjadi 2 (dua) macam, yaitu:Pertama, Hak atas tanah yang
bersifat primer.Hak atas tanah yang bersifat primer adalah hak atastanah yang berasal dari
tanah negara, yaitu Hak Milik,Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan atas tanahnegara, dan
Hak Pakai atas tanah negara.Kedua, Hak atas tanah yang bersifat sekunder.Hak atas tanah
yang bersifat sekunder adalah hak atas tanah yang berasal dari tanah pihak lain, yaitu Hak
guna Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan, Hak guna Bangunan atas tanah Hak Milik, Hak
Pakai atas tanah Hak Pengelolaan, Hak Pakai atas tanahHak Milik, Hak Sewa Untuk
Bangunan, Hak Gadai,Hak Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang, dan HakSewa Tanah
Pertanian.Berdasarkan masa penguasaan tanahnya, hak atastanah dibagi menjadi 3 (tiga)
macam, yaitu: Pertama,Hak atas tanah yang tidak dibatasi oleh jangka waktutertentu atau
berlaku selamanya. Hak atas tanah iniadalah Hak Milik. Kedua, Hak atas tanah yang
Berjangka waktu tertentu Hak atas tanah ini adalahHak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
Hak Pakaiyang bersifat privat, dan Hak Sewa untuk Bangunan.Ketiga, Hak atas tanah yang
berlaku selama tanahnyadipergunakan untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya.Hak atas
tanah ini adalah Hak Pakai yang dipunyaioleh lembaga negara, departemen, lembaga
pemerintahnon departemen, pemerintah propinsi, pemerintahKabupaten/Kota, badan
keagamaan, badan sosial,perwakilan negara asing, dan perwakilan badaninternasional.Salah
satu hak atas tanah yang disebut dalamPasal 16 ayat (1) UUPA adalah Hak Milik. Hak
Milikmenurut Pasal 20 ayat (1) UUPA adalah hak turuntemurun, terkuat, dan terpenuh yang
dapat dipunyaiorang atas tanah dengan mengingat ketentuan Pasal6 UUPA. Hak Milik hanya
dapat dimiliki oleh WargaNegara Indonesia, bank pemerintah, badan keagamaandan badan
sosial. Orang berkewarganegaraan asing tidakdapat memiliki tanah Hak Milik di Indonesia.
Pemilikantanah Hak Milik oleh orang berkewarganegaraan asingberakibat batal demi hukum
dan tanahnya menjadihapus serta tanahnya kembali menjadi tanah yangdikuasai langsung
oleh Negara.
BAB III
PENUTUP

2.1. Kesimpulan

Pengelolaan wakaf tanah milik ini harus diperluas pemanfaatannya. Pemanfaatan wakaf yang
lebih dominan untuk pembangunan sekolah dan tempat ibadah, harus didorong juga agar
menyentuh pada pembangunan sektor usaha yang produktif agar benefit yang dihasilkan
menjadi lebih besar.
Hasil dari usaha dan pemberdayaan umat secara produktif dapat digunakan untuk
pengembangan pendidikan, sarana kesehatan, dakwah, kegiatan sosial, serta untuk
memperkuat perekonomian dan kesejahteraan umat. Pengelolaan wakaf yang ditujukan untuk
memperkuat perekonomian umat dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai alternatif
program yang pendanaannya bersumber dari wakaf. Pencapaian tujuan penggunaan wakaf
memerlukan manajemen pengelolaan yang profesional sehingga perlu ditangani oleh sumber
daya manusia yang handal. Untuk optimalisasi pengelolaan wakaf, posisi nadhir sangat
signifikan karena terkait langsung dengan keberhasilan pengelolaan wakaf. Pengelola wakaf
DAFTAR PUSTAKA

https://money.kompas.com/read/2021/01/30/092530926/apa-itu-tanah-wakaf-dan-kenapa-
dilarang-diperjualbelikan?page=all

http://www.pta-banten.go.id/artikel-pengadilan/844-memaksimalkan-potensi-tanah-wakaf-
yang-berasal-dari-tanah-ulayat-dengan-mendirikan-rumah-susun-ridho-afrianedi-s-h-i-lc-m-h

https://www.republika.co.id/berita/qqx1gn483/menelantarkan-tanah-wakaf-apa-hukumnya

Anda mungkin juga menyukai