Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HUKUM INTERNASIONAL

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Pengantar Hukum Indonesia
Dosen Pembimbing: DR. Gladi Dendape S.H.,M.H

Oleh
Jassica Friske Kumontoy

KELAS KARYAWAN B1.21


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
MANADO

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia dengan Judul
“Hukum Internasional”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, support, kritik dan saran
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Manado, 8 November 2021

2
DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………….4
1.2 Tujuan …………………………………………………………......................5
BAB II PERMASALAHAN
2.1 Identifikasi Masalah …………………………………………………………..6
2.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………………6
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Hukum Internasional ……………………………….......................7
3.2 Bentuk Hukum Internasional …………………………………………………8
3.3 Asas-asas Hukum Internasional ………………………………………………9
3.4 Subjek Hukum Internasional ………………………………………………...10
3.5 Sumber Hukum Internasional ……………………………………………….10
3.6 Masyarakat dan Hukum Internasional ………………………………………12
3.7 Sejarah dan Perkembangannya ……………………………………………...13
3.8 Ciri-Ciri Masyarakat Internasional ………………………………………….16
3.9 Tokoh Hukum Internasional ………………………………………………...17
3.10 Sebab-Sebab Sengketa Internasional ………………………………………18
3.11 Penyelesaian Sengketa Internasional ………………………………………18
3.12 Peranan Mahkamah Internasional Terhadap Pelanggaran HAM …………..19
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….20
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..21

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas
berskala internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan
sebagai perilaku dan hubungan antar negara namun dalam perkembangan
pola hubungan internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian
meluas sehingga hukum internasional juga mengurusi struktur dan
perilaku organisasi internasional dan, pada batas tertentu, perusahaan
multinasional dan individu.
Hukum bangsa-bangsa dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan
dan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu.
Hukum antar bangsa atau hukum antar negara menunjukkan pada kompleks
kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat bangsa-
bangsa atau negara. Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan
atau pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)
tertentu : (1) Hukum Internasional regional : Hukum Internasional yang
berlaku/terbatas daerah lingkungan berlakunya, seperti Hukum Internasional
Amerika / Amerika Latin, seperti konsep landasan kontinen (Continental Shelf)
dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation of the living
resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di Benua Amerika sehingga
menjadi hukum Internasional Umum. (2) Hukum Internasional Khusus : Hukum
Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus berlaku bagi negara-negara
tertentu seperti Konvensi Eropa mengenai HAM sebagai cerminan keadaan,
kebutuhan, taraf perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari
bagian masyarakat yang berlainan. Berbeda dengan regional yang tumbuh melalui
proses hukum kebiasaan.

4
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalam
arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain
sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat
internasional yang sederajat.

1.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia
2. Agar lebih mengetahui dan memahami apa itu Hukum Internasional dan
segala sesuatu mengenai Hukum internasional

5
BAB II
PERMASALAHAN

2.1. Identifikasi Masalah


Dalam mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia mahasiswa mempelajari
banyak tentang hukum-hukum yang berlaku di dunia namun bagaimana
mahasiswa mempelajari tentang Hukum Internasional secara lebih luas.

2.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu Hukum Internasional, bagaimana bentuk dan asas hukum
Internasional?
2. Apa saja subjek dan sumber Hukum Internasional?
3. Apa itu masyarakat internasional, ciri-cirinya dan sejarah
perkembangannya?
4. Bagaimana sebab dan penyelesaian sengketa internasional dan bagaimana
peranan Mahkamah Internasional terhadap pelanggaran HAM ?

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Hukum Internasional

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas


berskala internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan
sebagai perilaku dan hubungan antarnegara namun dalam perkembangan pola
hubungan internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas
sehingga hukum internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi
internasional dan pada batas tertentu, perusahaan multinasional dan individu.

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa, hukum antarbangsa


atau hukum antarnegara. Hukum bangsa-bangsa dipergunakan untuk
menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan
antara raja-raja zaman dahulu. Hukum antarbangsa atau hukum antarnegara
menunjukkan pada kompleks kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara
anggota masyarakat bangsa-bangsa atau negara.

Prof Dr. Mochtar Kusumaatmaja mengatakan bahwa Hukum Internasional


adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas-batas negara antara negara dengan negara, negara
dengan subjek hukum internasional lainnya.
Hukum internasional terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Hukum Perdata Internasional, adalah hukum internasional yang mengatur


hubungan hukum antara warga negara di suatu negara dengan warga
negara dari negara lain (hukum antar bangsa)

7
2. Hukum Publik Internasional, adalah hukum internasional yang mengatur
negara yang satu dengan lainnya dalam hubungan internasional (Hukum
Antarnegara)

Perbedaan dan persamaan

Hukum Internasional publik berbeda dengan Hukum Perdata Internasional.


Hukum Perdata Internasional ialah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara atau hukum yang
mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-
masing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berlainan. Sedangkan Hukum
Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional)
yang bukan bersifat perdata.

Persamaannya adalah bahwa keduanya mengatur hubungan atau persoalan


yang melintasi batas negara(internasional). Perbedaannya adalah sifat hukum atau
persoalan yang diaturnya (obyeknya).

3.2. Bentuk Hukum Internasional

Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau pola


perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region) tertentu :

Hukum Internasional Regional


Hukum Internasional yang berlaku/terbatas daerah lingkungan berlakunya,
seperti Hukum Internasional Amerika / Amerika Latin, seperti konsep
landasan kontinen (Continental Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan
hayati laut (conservation of the living resources of the sea) yang mula-
mula tumbuh di Benua Amerika sehingga menjadi hukum Internasional
Umum.

8
Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus berlaku bagi
negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa mengenai HAM sebagai
cerminan keadaan, kebutuhan, taraf perkembangan dan tingkat integritas
yang berbeda-beda dari bagian masyarakat yang berlainan. Berbeda
dengan regional yang tumbuh melalui proses hukum kebiasaan.

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas yang


mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara:

1. negara dengan negara


2. negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subyek
hukum bukan negara satu sama lain.

3.3. Asas-Asas Hukum Internasional


Asas-asas yang berlaku dalam hukum internasional, adalah :

1. Asas Teritorial, Menurut asas ini, negara melaksanakan hukum bagi


semua orang dan semua barang yang berada dalam wilayahnya.
2. Asas Kebangsaan, menurut asas ini setap warganegara dimanapun dia
berada, tetap mendapat perlakuan hukum dari nearanya. asas ini memiliki
kekuatan ekstrateritorial, artinya hukum negara tetap berlaku bagi seorang
warganegara walaupun ia berada di negara lain.
3. Asas Kepentingan Umum, menurut asas ini negara dapat menyesuaikan
diri dengan dengan semua keadaan dan peristiwa yang bersangkut paut
dengan kepentingan umum. Jadi, hukum tidak terikat pada batas-batas
wilayah suatu negara.

3.4 Subjek Hukum Internasional


Subjek hukum Internasional terdiri dari :

9
1. Negara
2. Individu
3. Tahta Suci / vatican
4. Palang Merah Internasional
5. Organisasi Internasional

Sebagian Ahli mengatakan bahwa pemberontak pun termasuk bagian dari subjek
hukum internasional.

3.5. Sumber Hukum Internasional


Sumber hukum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Sumber hukum materil, yaitu segala sesuatu yang membahas dasar


berlakunya hukum suatu negara.
2. Sumber hukum formal, yaitu sumber darimana kita mendapatkan atau
menemukan ketentuan-ketentuan hukum internasional.

Menurut pasal 38 Piagam mahkamah Internasional, sumber hukum formal terdiri


dari :

 Perjanjian Internasional, (traktat/Treaty)


 Kebiasaan-kebiasaan internasional yang terbukti dalam praktek umum dan
diterima sebagai hukum
 Asas-asas umum hukum yang diakui oleh negara-negara beradab
 Yurisprudency, yaitu keputusan hakim hukum internasional yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap
 Doktrin, yaitu pendapat para ahli hukum internasional.

3.6. Masyarakat dan Hukum Internasional

10
 Adanya masyarakat-masyarakat Internasional sebagai landasan sosiologis
hukum internasional.

1. Adanya suatu masyarakat Internasional. Adanya masyarakat internasional


ditunjukkan adanya hubungan yang terdapat antara anggota masyarakat
internasional, karena adanya kebutuhan yang disebabkan antara lain oleh
pembagian kekayaan dan perkembangan industri yang tidak merata di
dunia seperti adanya perniagaan atau pula hubungan di lapangan
kebudayaan, ilmu pengetahuan, keagamaan, sosial dan olah raga
mengakibatkan timbulnya kepentingan untuk memelihara dan mengatur
hubungan bersama merupakan suatu kepentingan bersama. Untuk
menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan Internasional inilah
dibutuhkan hukum dunia menjamin unsur kepastian yang diperlukan
dalam setiap hubungan yang teratur.

Masyarakat Internasional pada hakekatnya adalah hubungan


kehidupan antar manusia dan merupakan suatu kompleks kehidupan
bersama yang terdiri dari aneka ragam masyarakat yang menjalin dengan
erat.

2. Asas hukum yang bersamaan sebagai unsur masyarakat hukum


internasional. Suatu kumpulan bangsa untuk dapat benar-benar dikatakan
suatu masyarakat Hukum Internasional harus ada unsur pengikat yaitu
adanya asas kesamaan hukum antara bangsa-bangsa di dunia ini.

Betapapun berlainan wujudnya hukum positif yang berlaku di


tiap-tiap negara tanpa adanya suatu masyarakat hukum bangsa-bangsa
merupakan hukum alam (naturerech) yang mengharuskan bangsa-bangsa
di dunia hidup berdampingan secara damai dapat dikembalikan pada akal
manusia (ratio) dan naluri untuk mempertahankan jenisnya.

 Kedaulatan Negara : Hakekat dan Fungsinya Dalam Masyarakat


Internasional.

11
Negara dikatakan berdaulat (sovereian) karena kedaulatan merupakan
suatu sifat atau ciri hakiki negara. Negara berdaulat berarti negara itu
mempunyai kekuasaan tertentu. Negara itu tidak mengakui suatu
kekuasaan yang lebih tinggi daripada kekuasaannya sendiri dan
mengandung 2 (dua) pembatasan penting dalam dirinya:

1. Kekuasaan itu berakhir dimana kekuasaan suatu negara lain


mulai.
2. Kekuasaan itu terbatas pada batas wilayah negara yang memiliki
kekuasaan itu.

Konsep kedaulatan, kemerdekaan dan kesamaan derajat tidak


bertentangan satu dengan lain bahkan merupakan perwujudan dan
pelaksanaan pengertian kedaulatan dalam arti wajar dan sebagai syarat
mutlak bagi terciptanya suatu masyarakat Internasional yang teratur.

 Masyarakat Internasional dalam peralihan: perubahan-perubahan dalam peta


bumi politik, kemajuan teknologi dan struktur masyarakat internasional.

Masyarakat Internasional mengalami berbagai perubahan yang


besar dan pokok ialah perbaikan peta bumi politik yang terjadi terutama
setelah Perang Dunia II. Proses ini sudah dimulai pada permulaan abad
XX mengubah pola kekuasaan politik di dunia. Timbulnya negara-negara
baru yang merdeka, berdaulat dan sama derajatnya satu dengan yang lain
terutama sesudah Perang Dunia

 Perubahan Kedua ialah kemajuan teknologi.

Kemajuan teknologi berbagai alat perhubungan menambah


mudahnya perhubungan yang melintasi batas negara. Perkembangan
golongan ialah timbulnya berbagai organisasi atau lembaga internasional
yang mempunyai eksistensi terlepas dari negara-negara dan adanya
perkembangan yang memberikan kompetensi hukum kepada para
individu.

12
Kedua gejala ini menunjukkan bahwa disamping mulai
terlaksananya suatu masyarakat internasional dalam arti yang benar dan
efektif berdasarkan asas kedaulatan, kemerdekaan dan persamaan derajat
antar negara sehingga dengan demikian terjelma Hukum Internasional
sebagai hukum koordinasi, timbul suatu komplek kaedah yang lebih
memperlihatkan ciri-ciri hukum subordinasi.

3.7. Sejarah dan Perkembangannya

Hukum Internasional modern sebagai suatu sistem hukum yang mengatur


hubungan antara negara-negara, lahir dengan kelahiran masyarakat Internasional
yang didasarkan atas negara-negara nasional. Sebagai titik saat lahirnya negara-
negara nasional yang modern biasanya diambil saat ditandatanganinya Perjanjian
Perdamaian Westphalia yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa.
Zaman dahulu kala sudah terdapat ketentuan yang mengatur, hubungan antara
raja-raja atau bangsa-bangsa:

Dalam lingkungan kebudayaan India Kuno telah terdapat kaedah dan


lembaga hukum yang mengatur hubungan antar kasta, suku-suku bangsa dan raja-
raja yang diatur oleh adat kebiasaan. Menurut Bannerjce, adat kebiasaan yang
mengatur hubungan antara raja-raja dinamakan Desa Dharma. Pujangga yang
terkenal pada saat itu Kautilya atau Chanakya penulis buku Artha Sastra
Gautamasutra salah satu karya abad VI SM di bidang hukum.

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat


internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalam
arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain
sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat
internasional yang sederajat.

Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain. Dipengaruhi analogi


dengan Hukum Tata Negara (constitusional law), hukum dunia merupakan
semacam negara (federasi) dunia yang meliputi semua negara di dunia ini. Negara
dunia secara hirarki berdiri di atas negara-negara nasional. Tertib hukum dunia

13
menurut konsep ini merupakan suatu tertib hukum subordinasi. Dalam hukum
kuno mereka antara lain Kitab Perjanjian Lama, mengenal ketentuan mengenai
perjanjian, diperlakukan terhadap orang asing dan cara melakukan perang.Dalam
hukum perang masih dibedakan (dalam hukum perang Yahudi ini) perlakuan
terhadap mereka yang dianggap musuh bebuyutan, sehingga diperbolehkan
diadakan penyimpangan ketentuan perang.

Lingkungan kebudayaan Yunani. Hidup dalam negara-negara kita.


Menurut hukum negara kota penduduk digolongkan dalam 2 golongan yaitu orang
Yunani dan orang luar yang dianggap sebagai orang biadab (barbar). Masyarakat
Yunani sudah mengenal ketentuan mengenai perwasitan (arbitration) dan
diplomasi yang tinggi tingkat perkembangannya.

Sumbangan yang berharga untuk Hukum Internasional waktu itu ialah


konsep hukum alam yaitu hukum yang berlaku secara mutlak dimanapun juga dan
yang berasal dari rasion atau akal manusia.

Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur hubungan antara


kerajaan-kerajaan tidak mengalami perkembangan yang pesat pada zaman
Romawi. Karena masyarakat dunia merupakan satu imperium yaitu imperium
roma yang menguasai seluruh wilayah dalam lingkungan kebudayaan Romawi.
Sehingga tidak ada tempat bagi kerajaan-kerajaan yang terpisah dan dengan
sendirinya tidak ada pula tempat bagi hukum bangsa-bangsa yang mengatur
hubungan antara kerajaan-kerajaan. Hukum Romawi telah menyumbangkan
banyak sekali asas atau konsep yang kemudian diterima dalam hukum
Internasional ialah konsep seperti occupatio servitut dan bona fides. Juga asas
“pacta sunt servanda” merupakan warisan kebudayaan Romawi yang berharga.

Abad pertengahan

Selama abad pertengahan dunia Barat dikuasai oleh satu


sistem feodal yang berpuncak pada kaisar sedangkan kehidupan gereja berpuncak
pada Paus sebagai Kepala Gereja Katolik Roma. Masyarakat Eropa waktu itu
merupakan satu masyarakat Kristen yang terdiri dari beberapa negara yang

14
berdaulat dan Tahta Suci, kemudian sebagai pewaris kebudayaan Romawi dan
Yunani.

Di samping masyarakat Eropa Barat, pada waktu itu terdapat 2 masyarakat


besar lain yang termasuk lingkungan kebudayaan yang berlaianan
yaitu Kekaisaran Byzantium dan Dunia Islam. Kekaisaran Byzantium sedang
menurun mempraktikan diplomasi untuk mempertahankan supremasinya. Oleh
karenanya praktik Diplomasi sebagai sumbangan yang terpenting dalam
perkembangan Hukum Internasional dan Dunia Islam terletak di bidang Hukum
Perang.

Perjanjian Westphalia

Perjanjian Damai Westphalia terdiri dari dua perjanjian yang


ditandatangani di dua kota di wilayah Westphalia, yaitu di Osnabrück (15 Mei
1648) dan di Münster (24 Oktober 1648). Kedua perjanjian ini mengakhiri Perang
30 Tahun (1618-1648) yang berlangsung di Kekaisaran Romawi Suci dan Perang
80 Tahun (1568-1648) antara Spanyol dan Belanda.

Perdamaian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah


Hukum Internasional modern, bahkan dianggap sebagai suatu peristiwa Hukum
Internasional modern yang didasarkan atas negara-negara nasional. Sebabnya
adalah :

1. Selain mengakhiri perang 30 tahun, Perjanjian Westphalia telah meneguhkan


perubahan dalam peta bumi politik yang telah terjadi karena perang itu di
Eropa .
2. Perjanjian perdamaian mengakhiri untuk selama-lamanya usaha Kaisar
Romawi yang suci.
3. Hubungan antara negara-negara dilepaskan dari persoalan hubungan
kegerejaan dan didasarkan atas kepentingan nasional negara itu masing-
masing.
4. Kemerdekaan negara Belanda, Swiss dan negara-negara kecil di Jerman
diakui dalam Perjanjian Westphalia.

15
Perjanjian Westphalia meletakkan dasar bagi susunan masyarakat
Internasional yang baru, baik mengenai bentuknya yaitu didasarkan atas negara-
negara nasional (tidak lagi didasarkan atas kerajaan-kerajaan) maupun mengenai
hakekat negara itu dan pemerintahannya yakni pemisahan kekuasaan negara dan
pemerintahan dari pengaruh gereja.

Dasar-dasar yang diletakkan dalam Perjanjian Westphalia diperteguh


dalam Perjanjian Utrech yang penting artinya dilihat dari sudut politik
Internasional, karena menerima asas keseimbangan kekuatan sebagai asas politik
internasional.

3.8. Ciri-ciri Masyarakat Internasional

1. Negara merupakan satuan teritorial yang berdaulat.


2. Hubungan nasional yang satu dengan yang lainnya didasarkan atas
kemerdekaan dan persamaan derajat.
3. Masyarakat negara-negara tidak mengakui kekuasaan di atas mereka seperti
seorang kaisar pada zaman abad pertengahan dan Paus sebagai Kepala Gereja.
4. Hubungan antara negara-negara berdasarkan atas hukum yang banyak
mengambil alih pengertian lembaga Hukum Perdata, Hukum Romawi.
5. Negara mengakui adanya Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur
hubungan antar negara tetapi menekankan peranan yang besar yang dimainkan
negara dalam kepatuhan terhadap hukum ini.
6. Tidak adanya Mahkamah (Internasional) dan kekuatan polisi internasional
untuk memaksakan ditaatinya ketentuan hukum Internasional.
7. Anggapan terhadap perang yang dengan lunturnya segi-segi keagamaan beralih
dari anggapan mengenai doktrin bellum justum (ajaran perang suci) kearah
ajaran yang menganggap perang sebagai salah satu cara penggunaan kekerasan.

3.9. Tokoh Hukum Internasional

16
 Hugo Grotius mendasarkan sistem hukum Internasional atas berlakunya hukum
alam. Hukum alam telah dilepaskan dari pengaruh keagamaan dan kegerejaan.
Banyak didasarkan atas praktik negara dan perjanjian negara sebagai sumber
Hukum Internasional disamping hukum alam yang diilhami oleh akal manusia,
sehingga disebut Bapak Hukum Internasional.
 Fransisco Vittoria (biarawan Dominikan – berkebangsaan Spanyol Abad XIV
menulis buku Relectio de Indis mengenai hubungan Spanyol dan Portugis
dengan orang Indian di AS. Bahwa negara dalam tingkah lakunya tidak bisa
bertindak sekehendak hatinya. Maka hukum bangsa-bangsa ia namakan ius
intergentes.
 Fransisco Suarez (Yesuit) menulis De legibius ae Deo legislatore (on laws and
God as legislator) mengemukakan adanya suatu hukum atau kaedah obyektif
yang harus dituruti oleh negara-negara dalam hubungan antara mereka.
 Balthazer Ayala (1548-1584) dan Alberico Gentilis mendasarkan ajaran
mereka atas falsafah keagamaan atau tidak ada pemisahan antara hukum, etika
dan teologi.
 Tokoh-Tokoh lain mengenai Pengertian Hubungan Internasional

3.10. Sebab-sebab Sengketa Internasional


Secara garis besar sengketa internasional terjadi karena hal-hal berikut :
1. Sengketa terjadi karena masalah Politik
Hal ini terjadi karena adanya perang dingin antara blok barat (liberal
membentuk pakta pertahanan NATO) di bawah pimpinan Amerika dan blok
Timur (Komunis membentuk pakta pertahanan Warsawa) dibawah pimpinan
Uni Sovyet/ Rusia. kedua blok ini saling memeperluas pengaruh ideologi dan
ekonominya di berbagai negara sehingga banyak negara yang kemudian enjadi
korban. contoh kore yang terpecah menjadi dua, yaitu Korea Utara dengan
paham komunis dan korea selatan dengan paham liberal
2. Karena batas wilayah

17
hal ini terjadi karena tidak adanya kejelasan batas wilayah suatu negara
dengan negara lain sehingga masing-masing negara akan mengklaim wilayah
perbatan tertentu. contoh : Tahun 1976 Indonesia dan Malaysia yang
memperebutkan pula sipadan dan ligitan dan diputuskan oleh MI pada tahun
2003 dimenangkan oleh malaysia, perbatasan kasmir yang diperebutkan oleh
india dan pakistan.
3.11. Penyelesaian Sengketa Internasional
Penyelesaian sengketa internasional dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :
1. Dengan cara damai, terdiri dari :

 Arbitrasi. arbitrase biasanya dilakukan dengan cara menyerahkan sengketa


kepada orang-orang tertentu (arbitrator) yag dipilih secarea bebas oleh
berbagai pihak untuk memutuskannya tanpa terlalu terikat dengan
prosedur hukum.
 Penyelesaian Yudisial, adalah suatu penyelesaian dihasilkan melalui suatu
peradilan yudicial internasional yang dibentuk sebagaimana mestinya
dengan memberlakukan kaidah-kaidah hukum. Contoh International
Court of Justice, yang berkedudukan di Denhag Belanda.
 Negosiasi (perundingan), jasa-jasa baik, mediasi, dan konsiliasi.
 penyelidikan
 Penyelesaian di bawah naungan PBB

2. Dengan cara paksa atau kekerasan, terdiri dari :

 perang dan tindakan bersenjata non perang


 Retorsi, yaitu istilah teknis untuk pembalasan dendam oleh suatu negara
terhadap negara lain karena diperlakukan secara tidak pantas.
 Tindakan-tindakan pembalasan (Repraisal), yaitu suatu metode yang
dipakai oleh suatu negara untuk memperoleh ganti kerugian dari negara
lain dengan melakukan tindakan-tindakan pemalasan.
 Blokade secara damai
 Intervensi

18
3.12. Peranan Mahkamah Internasional Terhadap Pelanggaran
HAM
Mahkamah Internasional (MI) merupakan salah satu badan perlengkapan
PBB yang berkedudukan di Denhag (Belanda). MI memiliki 15 orang hakim yang
dipilih dari 15 negara dengan masa jabatan 9 tahun. Selain memberikan
pertimbangan hukum kepada Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan PBB MI
pun bertugas untuk memeriksa dan menyelesaikan perselisihan-perselisihan yang
diserahkan kepadanya. dalam mengadili suatu perara MI berpedoman pada
Traktat-traktat dan kebiasaan -kebiasaan Internasional.
Prosedur Penyelesaian Kasus HAM Internasional
Penyelesaian kasus pelanggaran HAM oleh mahkamah internasional dapat
dilakukan melalui prosedur berikut :

1. Korban pelanggaran HAM dapat mengadukan kepada komisi tinggi HAM


PBB atau melalui lembaga HAM internasional lainnya.
2. pengaduan ditindaklanjuti dengan penyelidikan dan penyidikan.
3. dengan bukti-bukti hasil penyelidikan dan penyidikan proses dilanjutkan
pada tahap peradilan, dan jika terbukti maka hakim MI akan menjatuhkan
sanksi.

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa, hukum antarbangsa atau


hukum antarnegara. Hukum bangsa-bangsa dipergunakan untuk menunjukkan
pada kebiasaan dan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja
zaman dahulu. Hukum antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada
kompleks kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa atau negara.

Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau pola


perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region) tertentu :

1. Hukum Internasional Regional

2. Hukum Internasional Khusus


Asas-asas yang berlaku dalam hukum internasional, adalah :

1. Asas Teritorial,
2. Asas Kebangsaan,
3. Asas Kepentingan Umum,

Subjek hukum Internasional terdiri dari :

1. Negara
2. Individu
3. Tahta Suci / vatican
4. Palang Merah Internasional
5. Organisasi Internasional

20
DAFTAR PUSTAKA

[http://Hukum%20HAM%20Internasional:%20Sebuah%20Pengantar%20Kontek
stual

http://books.google.co.id/books?id=vH7xe16WSw0C&lpg=PP1&hl=id&pg=PP
1#v=onepage&q&f=false

http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_internasional

http://manalor.wordpress.com/2010/04/14/hukum-internasional/

21

Anda mungkin juga menyukai