Anda di halaman 1dari 13

1|Page

Daftar Isi
BAB I ..................................................................................................................................................................... 2
Pengantar .......................................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................................... 3
Implikasi Perjanjian Internasional ..................................................................................................................... 3
A. Perkembangan Saat Ini ........................................................................................................................... 3
B. Potensi Konflik Kepentingan Negara Asal dan Penerima Investor ......................................................... 4
C. Substansi Perjanjian Investasi Internasional .......................................................................................... 4
1. Cakupan/Coverage ........................................................................................................................... 5
2. Proteksi/ Protection ......................................................................................................................... 5
3. Liberalisasi/ Liberalization ............................................................................................................... 6
4. Pengecualian/Exception .................................................................................................................... 7
5. Promosi/ Promotion ......................................................................................................................... 8
6. Fasilitasi/Fasilitation ........................................................................................................................ 8
DAFTAR REFERENSI ........................................................................................................................................... 11

1|Page
BAB I

PENGANTAR
Perjanjian Investasi Internasional merupakan upaya negara negara untuk menciptakan iklim
berinvestasi yang lebih menarik, termasuk berbagai kebijakan yang dianggap perlu diciptakan dan
dipelihara oleh negara negarea penerima investasi dan juga tentunya negara negara pengirim
investasi, karena perjanjian itu bersifat resiprokal, artinya ketentuan yang ada dalam perjanjin
tersebut mengikat para pihak yang menandatanganinya.

Pada intinya perjanjian investasi internasional itu telah banyak memperluas cakupannya,
dimulai dari pengaturan terhadap aspek perlindungan/ proteksi investasi, yaitu bagaimana investasi
yang masuk kedalam suatu negara mendapatkan dukungan, perlindungan dari berbagai hal yang
dapat mengancam berlangsungnya investasi tersebut dari yang telah direncanakan. Perlindungan ini
tentu tidak hanya menyangkut harta benda milik investor tetapi juga keberlangsungan kegiatan
investasi, produksi/komersialnya

Oleh karenanya dapat dipahami kalau generasi pertama perjanjian investasi internasional ini,
yaitu sekitar tahun 1960 an, menyoroti kepentingan investor yang masuk ke suatu negara. Sempat
berkembang pemikiran kalau perjanjian investasi internasional ini tidak bermanfaat bagi negara
yang tidak mengekspor modal, bahkan hanya mengimpor modal saja. Pada hal negara negara yang
berhasil menjadi tuan rumah yang menyenangkan dan memperhatikan kepentingan investor akan
mendapat citra yang positif, yang akan mampu mendatangkan lebih banyak investor ke negaranya.
Disadari bahwa investasi merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan
pengembangan perekonomian suatu negara, terlepas apakah investasi itu dilakukan oleh investor
dalam negeri, maupun investor asing

2|Page
BAB II

IMPLIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL

A. Perkembangan Saat Ini.


Saat ini dengan berkembangnya pandangan pandangan globalisasi, privatisasi, perjanjian
investasi internasional tidak hanya mengatur aspek perlindungan/proteksi terhadap investasoi yang
masuk ke dalam suatu negara, tetapi mulai merambah kepada aspek pelayanan publik seperti aspek
fasilitasi, aspek konsistensi kebijakan ( aspek liberalisasi), dan bahkan kepada aspek bagaimana
meningkatkan arus investasi yang lebih banyak diwaktu waktu mendatang, melalui pengaturan
aspek promosi dan fasilitasi investasi.

Perjanjian Investasi menurut pihak yang menyepakatinya dapat dibagi menurut beberapa model.
Perjanjian yang menyangkut hanya dua negara saja biasa disebut perjanjian bilateral, perjanjian ini
lebih cepat dirundingkan dan sangat fokus kepada bagaimana kepentingan kedua negara dapat
dimuat dan dapat disepakati didalam perjanjian ini. Ketentuan ketentuan yang disepakati sanagt
spesifik menurut hal hal yang penting bagi kedua negara.

Selanjutnya ada perjanjian investasi regional seperti ASEAN yang terdiri dari banyak ngara yang
bertetangga dan umumnya mempunyai kedekatan sosial budaya, historis. Bisa saja sebelum
dibicarakannya dan digagasnya perjanjian investasi, telah disepakati berbagai perjanjian lain
sebelumnya dan kemudian dirasakan penting untuk juga membuat perjanjian investasi dalam skala
regional yang terdiri dari berbagai/ beberapa negara.

Di dunia ini ada lembaga multilateral yang mengatur masalah perdagangan (World Trade
Organisation), dimana hampir semua negara di dunia menjadi anggotanya, yang artinya karena
mendeklarasi sebagai anggotanya maka WTO memastikan bahwa negara ini mempunyai rezim
peraturan dan kebijakan yang tunduk dan patuh serta menyesuaikan dengan peraturan atau
kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga WTO tersebut. Apabila kelak masalah investasi akan
dirumuskan dalam kesepakatan yang dianggotai oleh negara negara seperti organisasi WTO maka
dapat dikatakan kalau perjanjian investasi multilateral akan berlaku. Saat ini belum terwujud
gagasan tersebut walaupun telah berkali kali diusulkan , dibahas dan tidak disepakati.Tentu sudah
dapat diduga bahwa untuk disepakati oleh negara negara yang sangat beragam tingkat
perekonomiannya, visi dan sentimen terhadap investasi asing, amat sulit dicapai. Oleh sebab itu
banyak negara negara maju menggagas perjanjian investasi internasional yang terdiri dari negara
negara tertentu dengan tujuan membentuk suatu kerjasama yang memenuhi kepentingan dari
negara negara tersebut dan membiarkan negara negara lain untuk secara bebas melakukan hal
serupa atau pasif saja.

3|Page
B. Potensi Konflik Kepentingan Negara Asal dan Penerima Investor
Bagaimana sebenarnya perjanjian investasi internasional tersebut disandingkan dengan rezim
kebijakan dan peraturan perundang undangan, strategi pembangunan yang dipilih, kepentingan
nasional dan kemudian menghasilkan suatu rumusan perjanjian yang dipandang sesuai/ cocok/
dapat dilaksanakan dan tidak bertabrakan dengan peraturan yang telah berlaku?. Jawabannya tidak
lain harus diupayakan terbentuknya posisi perundingan yang mewakili seluruh aspirasi
kementerian/ daerah/ konsumen dan sumber daya manusia yang sedang mengemuka. Oleh sebab
itu tidaklah mudah mendapatkan dan membakukan posisi dari pihak pihak yang berkepentingan,
untuk diwujudkan sebagai poisi delegasi republik indonesia.

Dalam berbagai kesempatan banyak pejabat lembaga yang terkait tidak memberikan posisi yang
diharapkan, entah karena tidak nyaman atau kurang menguasai permassalahan. Namun ada kalanya
juga instansi terkait memberikan posisi yang jelas dan tegas dan bahkan menggunakan legalitas
Menteri yang memimpin departemen tersebut. Tentu saja bagi perunding perjanjian ini, posisi yang
digariskan Menteri tersebut merupakan pedoman yang sangat definitif karena telah diputuskan
tidak hanya secara teknoikratis akan tetapi oleh instrumen politis. Tidak itu saja kadang kadang
lembaga swadaya masyarakat/ NGO, asosiasi pelaku bisnis tertentu juga aktif mengawal isyu isyu
tertentu yang menjadi kepentingannya dan memastikan agar kepentingannya diperjuangkan
didalam perundingan perjanjian investasi tersebut.

C. Substansi Perjanjian Investasi Internasional


Perjanjian Investasi Internasional tidak ada yang persis sama antara yang satu dengan lainnya.
Oleh karena itu sulit menggambarkan ketentuan ketentuan yang mengikat didalamnya sevcara
menyeluruh. Nbamun dapat dipilih beberapa ketentuan yang penting baik dari sisi aspek proteksi/
perlindungan, aspek liberalisasi, aspek fasilitasi dan aspek promosi serta aspek safeguard yang
memberikan diskresi kepada pemerintah untuk menggunakan kewenangannya baik dalam konteks
yang diatrur dalam perjanjian ini, maupun hal hal yang bertentangan dengan perjanjian ini bila
terjadi hal hal yang membahayakan kepentingan nasional dalam skala yang besar.

4|Page
1. Cakupan/ Coverage
Definisi Investasi

Perjanjian investasi internasional perlu mendefinisikan investasi yang dimaksud di dalam perjanjian
ini. Definisinya bisa sempit, dengan batas batas tertentu, bisa luas tidak memberikan batasan yang
spesifik. Utamanya adalah invetasi yang menggunakan devisa dari luar dan mendirikan usaha yang
riil, pemiliknya sekaligus mengoperasikannya.

Definisi Investor

Hal ini membatasi siapa yang bisa dikatagorikan investasi asing atau investor asing. Apakah dia
harus menguasai saham mayoritas dan menentukan manajemen atau direksi perusahaan?. Apakah
investor boleh perorangan atau harus perusahaan, apakah pemerintah suatu negara dpat
dikatagorikan sebagai investor?.

Lingkup Kegiatan Usaha

Setelah ditentukan definisi investasi, definisi investor, tetntu perlu ditentukan pula cakupan
investasi yang dimuat di perjanjian investasi internasional tersebvbut. Apakah mencakup seluruh
bidang usaha penanaman modal?atau terbatas pda bidang bidang atau sektor tertentu, dan
demikian seterusnya.

2. Proteksi/ Protection
Jaminan/Guarantee

Jaminan yang diberikan oleh pemerintah tentu yang terkait dengan kelancaran investasinya,
jaminan terhadap kelancaran devisa, jaminan atas penggunaan eksekutif dan manajemen
perusahaan, keamanan daalam kegiatan, jaminan memperoleh keadilan apabila terjadi sengketa,
baik dengan perusahaan maupun dengan pemerintah dari negara tuan rumah.jaminan
mendapatkan kebebasan memperoleh sumber pembiayaan dsbnya.

Nasionalisasi/ Ekspropriasi

Perjanjian investasi Internasional ini melindungi investor dari nasionalisasi ataupun ekspropriasi
sehingga bila pemerintah melakukannya secara sengaja ataupun tidak sengaja, secara langsung
maupun tidak langsung, investor wajib diberikan ganti rugi sesuai harga yang berlaku (pasar)

Sengketa

Sengketa investasi dapat terjadi antara sesama perusahaan di negara tuan rumah investasi, maupun
sengketa antara investor asing dengan pemerintah dimana investor tersebut melakukan
investasinya. Aspek sengketa yang melibatkan investor dengan negara tempat investor berinvestasi
5|Page
amat sulit dipandang sebagai proses yang berkeadilan bila penyelesaiannya dilakukan di pengadilan
negeri atau arbitrasi di dalam negeri. Oleh sebab itu perjanjian investasi internasional ini menjamin
apabila ada sengketa seperti itu, dapat diproses di pengadilan arbitrasi internasional yang
dipandang bisa bersifat netral dan obyektif.

3. Liberalisasi/ Liberalization
Treatment

Dalam pengertian treatment (perlakuan) biasanya dikatagorikan dalam national treatment (NT) dan
most favoured nation treatment (MFN). NT adalah faham yang ingin memberikan perlakuan sama
antara investor asing dan investor dalam negeri, sementara MFN adalah perlakuan sama yang
diberikan kepada semua investor asing

Reservation

Dalam penentuan kebijakan bidang usaha terutama dalam menentukan kebijakan yang sesuai
dengan NT dan kebijakan yang bertentangan dengan NT pemerintah mempunyai diskresi terutama
pada tahap pre establishment (tahap sebelum investor mengurus perizinan dan berinvestasi/
berproduksi/ komersial). Pemerintah harus bijak dalam menentukan kebijakan bidang usaha
penanaman modal dan keleluasaan yang bisa diberikan kepada investor asing agar tidak terjadi
gangguan stabilitas ekonomi yang bisa mengarah kepada stabilitas politik.

Standstill

Paham ini membatasi diskresi pemerintah untuk mengubah kebijakan bidang usaha yang terlanjur
diterbitkan diwaktu yang lalu dan diikat oleh perjanjian investasi internasional ini. Pemerintah tidak
boleh membuat kebijakan yang lebih restrikted dari yang sudah dikeluarkan sebelumnya. Hal ini
sesuatu yang agak berseberngan dengan prinsip bahwa pemerintah mempunyai kedaulatan penuh
terhadap negaranya.

Rachete

Ketentuan ini juga membatasi kedaulatan pemerintah karena apabila kelak dikemudian hari
pemerintah melakukan relaksasi kebijakan dibanding kebijakan yang sudah diikat dalam
perjaanjiann investasi internasional tersebut, maka investor dari negara mitra ini secara leluasa
dapat menikmati kebijakan yang baru dan bahkan kebijakan yang baru ini menjadi sesuatu hal yang
secara otomatis diikat oleh perjanjian investasi internasional tersebut.

6|Page
4. Pengecualian/ Exception
Ballance Of Payment Safeguard

Sekalipun di dalam perjanjian investasi internasional tesebut amat mencermati hak hak investor dan
kewenangan pemerintah, dalam keadaan yang berdampak luas dan beresiko tinggi terhadap negara,
ada hal hal yang boleh dan perlu dilakukan pemerintah yang dibenarkan dan diakui oleh perjanjian
ini. Hal hal tersebut tentu harus bersifat sementara dan berlaku untuk siapapun tanpa pandang
bulu. Sehingga tidak bersifat melindungi atau memproteksi golongan tertentu atau bisnis tertentu.
Hal itu misalnya menghentikan lalu lintas devisa di negara yang bersangkutan karena terjadinya rush
atau tekanan yang luar biasa terhadap neraca pembayaran

Security Exception

Pemerintah juga dapat mengabaikan perjanjian ini secara sementara untuk mengatasi masalah yang
terkait dengan situasi keamanan negara yang mendesak dan memerlukan penanganan yang segera.

General Exception

Pemerintah juga dapat mengabaikan perjanjian investasi internasional ini apabila berhadapan
dengan situasi keamanan yang terkit dengan masalah sosial, budaya masyarakat yang menunut
adanya tindakan yang seketika dan mendesak.

Denial Benefit

Pemerintah dapat menolak melaksanakan komitmennya ketika berhadapan dengan sengketa yang
diselesaikan melalui pengadilan arbitrase internasional apabila menemukan situasi yang terbukti
sevagai berikut :

1. Bila investor pemilik perusahaan di Indonesia ini ternyata di negara asalnya tidak merupakan
investor pemegang saham utama/pengendali/mayoritas dari perusahaan di negara asalnya
atau tidak melakukan kegiatan riel berinvestasi,beroperasi produksi/komersial.
2. Bila perusahaan investor di negara asalnya ternyata tidak memiliki saham
pengendali/mayoritas. Saham pengendali dimiliki oleh investor dari negara ketiga atau
negara lain yang tidak punya hubungan diplomatik dengan Indonesia,
3. Bila perusahaan investor di negara asalnya ternyata saham pengendalinya bukan dimiliki
oleh investor tersebut. Saham pengendalinya dimiliki oeh perusahaan dari negara lain atau
dimiliki juga oleh investor Indoneia

7|Page
5. Promosi/ Promotion
Promosi penanaman modal yang disinggung dalam perjanjian umumnya menyangkut
kesepakatan kedua belah pihak sesuai dengan kesanggupan masing masing untuk
menyelenggarakan upaya promosi investasi, baik melalui program yang terkait dengan kunjungan
kenegaraan dari kepala negara masing masing. Kepala negara yang berkunjung ke negara lain akan
mengikut sertakan delegasi investor nya, mengadakan pertemuan bilateral dengan kepala negara
dari tuan rumah disertai oleh delegasi pengusahanya. Dapat pula pada pertemuan tersebut
dtandatangani Memorandum of Understanding (MOU) antara para pengusaha yang hadir. Tentu
saja MOU tersebut sudah didahului dengan pembahasan secara cermat dari para pihak yang
bersepakat.

Sebagai tindak lanjut dari pertemuan terebut ada pertemuan pertemuan lanjutan yang diatur oleh
masing masing delegasi dan kemudian diteruskan kepada kesepakatan usaha patungan dan
pengurusan perizinan di negara tuan rumah investasi.

6. Fasilitasi/ Facilitation
Fasilitasi dan promosi sangat berkaitan, biasanya promosi lebih dahulu, kemudian ditindak lanjuti
dengan berbagai upaya untuk memfasilitasi kebutuhan atau keperluan dari investor. Untuk itu
dapat dibentuk suatu organisasi yang berasal dari negara investor membuka kantor di negara tujuan
investasi, yang selain membantu pelaksanaan kegiatan promosi, juga melayani kebutuhan dari
individual investor terhadap informasi tentang mitra, peraturan dan kebijakan, menyelenggarakan
tatap muka dengan pejabat tertentu atau organisasi pengusaha tertentu di negara tujuan investasi.
Didalam arti yang lebih luas, kebutuhan investor trsebut dapat terkait dengan kebijakan investasi
yang spesifik misalnya bidang usaha tertentu, insentif tertentu, prosedur tertentu. Di Indonesia kita
mengenal adanya kantor Japan Industrial Cooperation Agency (JICA), KOTRA (Korean Trade Agency),
EU desk (European Union), TETO (Taiwan), yang menyelenggarakan dukungan kepada perusahaan
perusahaan dari negaranya dan juga membantu pemerintah dan pengusaha Indonesia seandainya
memerlukan informasi ataupun komunikasi yang berkaitan.

Tabel 1 Daftar Kesepakatan/Perjanjian/Perundingan Telah Diimplementasikan


No. Negara Mitra Ditandatangani Entry Into Force
1. Korea Selatan Jakarta, 16 Februari 1991 10 Maret 1994
2. Kanada Jakarta, 16 Maret 1973 24 Oktober 1973
3. Thailand Jakarta, 17 Februari 1998 30 Oktober 1998
4. Jordania Jakarta, 12 November 1996 9 Februari 1999
5. Bangladesh Dhaka, 9 Februari 1998 22 April 1999
6. Ceko Praha, 17 September 1998 21 Juni 1999
7. Suriah Jakarta, 27 Juni 1997 20 Februari 1999
8. Mongolia Jakarta, 4 Maret 1997 13 April 1999

8|Page
9. Kuba Kuba, 19 September 1997 29 September 1999
10. Turkmenistan Jakarta, 2 Juni 1994 20 Oktober 1999
11. Iran Teheran, 22 Juni 2005 28 Maret 2009
12. Denmark Jakarta, 22 Januari 2007 15 Oktober 2009
13. Rusia Jakarta, 6 September 2007 15 Oktober 2009
14. Mauritius Port Louis, 5 Maret 1997 28 Maret 2000
15. Maroko Jakarta, 14 Maret 1997 20 Maret 2002
16. Sudan Khartoum, 10 Februari 1998 17 Agustus 2002
17. Swedia Jakarta, 17 September 1992 8 Februari 1993
18. Polandia Warsawa, 7 Oktober 1992 1 Juli 1993
19 Australia Jakarta, 17 November 1992 30 Juli 1993
20. Finlandia Helsinki, 12 September 2006 2 Agustus 2008
21. Amerika Serikat (ISA-OPIC) Washington D.C., 14 April 2010 Digantikan ISA OPIC
22. Jepang (IJEPA) Jakarta, 20 Agustus 2007 1 Juli 2008
23. Qatar Doha, 18 April 2000
24. P4M RI-Singapura Bali, 11 Oktober 2018 29 September 2020
25. Indonesia-Australia CEPA Jakarta, 04 Maret 2019 5 Juli 2020
26. P4M Indonesia-UEA Bogor, 24 Juli 2019
27. Indonesia-Korea CEPA Seoul, Desember 2020
Bilateral Negara Mitra dan Multilateral
28. Indonesia-EU CEPA
29. P4M RI-Swiss
30. WG Indonesia-Jepang
31. WGI-SOM-MM-Leaders Indonesia-Singapura
32. SeOM Indonesia-Australia
33. JCEC Indonesia-Korea
34. JCTI & BIA IETO-TETO
35. UNCITRAL
36. G20 TIWG
37. WTO TPR Indonesia ke-7
Intra ASEAN
38. ASEAN CCI
39. ASEAN AEM-AIA
40. ASEAN SEOM
41. ASEAN Summit
ASEAN - Negara Mitra
42. ASEAN-Australia-New Zealand FTA
43. ASEAN-China IA
44. ASEAN-Hong Kong
45. ASEAN-India IA
46. ASEAN-Jepang CEP
47. ASEAN-Korea IA
48. RCEP
Sub Regional ASEAN
49. BIMP-EAGA WGTI, MM
50. IMT-GT CTIF, MM
Intra Kawasan
51. APEC IEG, AELW
52. IORA

9|Page
Tabel 2 Daftar Memorandum of Understanding dan Nota Kesepahaman

TANDA TANGAN
NO INSTITUSI OBJEK KERJA SAMA
& MASA BERLAKU

1 Bursa Efek Indonesia Peningkatan Pemahaman Pasar Modal dan Penanaman - Jakarta,28 Januari 2020
Modal Serta Sinergi Informasi Perusahaan di Indonesia - 3 tahun
- Dapat diperpanjang

2 Bank DBS Indonesia Kerja Sama Promosi Penanaman Modal Asing - Jakarta, 22 April 2020
- 2 tahun
- Otomatis diperpanjang

3 PKS Kementerian Agama Integrasi Sistem OSS Dalam Rangka Penyelenggaraan - Jakarta, 18 Agustus 2020
Perizinan Berusaha Sektor Agama dan Keagamaan - 5 tahun
- Dapat diperpanjang

4 Board of Investment of the Kerja Sama Promosi Penanaman Modal - Jakarta – Manila, 25 Agustus 2020
Republic of the Philippines - 5 tahun
- Dapat diperpanjang untuk periode 3 tahun

5 Kementerian Koperasi dan UKM Sinergitas Program dan Kebijakan Dalam Rangka - Jakarta, 17 Sept 2020
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta - 5 tahun
Koperasi - Dapat diperpanjang

6 PKS Kepolisian Republik Integrasi Binmas Online System dengan SIstem Perizinan - Jakarta, 17 Des 2020
Indonesia Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik / Online Single - 3 tahun
Submission - Dapat diperpanjang

10 | P a g e
DAFTAR REFERENSI
1. Investment Chapter, Indonesia – Japan Economic Partnership Agreement 2007
2. ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) 2012 jo.2014, jo2017, jo2017,jo2020
3. Undang Undang Penanaman Modal No.25/2007

11 | P a g e
PETUNJUK SESI BREAK OUT ROOM

Panitia akan membagi peserta dalam 4 kelompok. Kelompok akan


membahas aspek yang ada di materi bahan ajar sebagai berikut :

A. Aspek Coverage
B. Aspek Proteksi
C. Aspek Liberalisasi
D. Aspek Exception.

Tugas Masing Masing Kelompok

1.Membaca seluruh bahan ajar.

2. Setelah dibagi atas kelompok, masing masing kelompok dipimpin


oleh ketua kelompok dan sekretaris kelompok yang berfungsi sebagai
notulen kelompok. Anggota dalam kelompok menunjuk Ketua dan
Sekretaris; atau dapat ditunjuk oleh panitia

3. Tiap anggota kelompok melalui kelompok masing2 diminta


berembuk mengkritisi materi bahan ajar sesuai kelompoknya
masing2; kelompok A,B,C,D. Tiap kelompok diminta menuliskan hal
yang merugikan atau yang menguntungkan dari elemen elemen yang
terdapat dalam Coverage, Proteksi, Liberalisasi, Exception.

Selama (10 menit)

4. Setelah dituliskan, tiap kelompok akan diminta menyampaikan


hasilnya masing2 yang dibacakan oleh ketua kelompok

Selama (10 menit)

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai