Anda di halaman 1dari 12

(JUDUL TIDAK BOLEH LEBIH DARI DUA BELAS KATA, DI TULIS

DALAM HURUF BALOK TNR 14 BOLD)


Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah (Nama
Mata Kuliah)
Yang diampu oleh (Nama Dosen Lengkap dengan Gelar)

Nama Mahasiswa:
Rosita

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendahuluan berisi tentang latar belakang permasalahan. Akan tetapi latar
belakang masalah disini bukanlah karena di minta atau di tugaskan oleh seroang
dosen, melainkan alasan yang mengapa penting untuk membahas materi yang akan
di bahas oleh Anda di dalam makalah anda ini. Paragraf pertama dalam
pendahuluan ini biasanya diisi dengan idealitas pandangan atau sebuah ilmu atau
kebenaran umum yang di yakini oleh semua orang seperti misalnya jika di bahas
dalam pendidikan adalah, semua sepakat bahwa manusia akan mencapai derajat
yang lebih tinggi dengan mencari ilmu.
Kemudian, paragraph dua ini biasanya berisi dengan berbagai kegelisahan
anda disertai dengan bukti otentik tentang hal nyata di dunia ini yang membawa
Anda pada kegelisahan. Contohnya dalam dunia pendidikan, setelah kita
membahas idealitasnya seperti apa (tentu dengan menghadirkan berbagai sumber,
karena tentu banyak sudah yang membahas hal serupa sebelum anda), ternyata kita
mendapati kenyataan tidaklah seperti itu. Banyak yang menyayangkan bahwa
terkadang orang yang tinggi ilmunya tidak mampu memiliki daya saing di dunia
kerja. Banyak yang akhirnya menjadi pengangguran dan melakukan pekerjaan
yang tidak sesuai dengan jenjang pendidikannya.
Selanjutnya, melihat gap inilah, Anda bermaksud membaha tentang hal
yang akan bahas di bawah ini. Misalnya factor suksesnya bekerja sesuai dengan
jenjang pendidikan. Anda juga dapat sedikit membahas tentang pentingnya
pembahasan makalah ini.

B. Rumusan dan Urgensi Pemabahasan


Dari pembahasan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud membahas
materi yang terangkum dalam rumusan pembahasan sebagai berikut:
1. Bagaimana urgensi memahami arti kesuksesan dalam berkarir?
2. Faktor apa sajakah yang memperngaruhi suksesnya sesorang dalam berkarir sesuai
dengan jenjang pendidikannya?
3. Apa sajakah kiat yang diperlukan agar karir dapat tercapai sesuai dengan harapan?

Adapun Tujuan dan Urgensi Pembahasan ini adalah untuk:


1. Memahami urgensi memahami arti kesuksesan dalam berkarir.
2. Mengetahui Faktor apa sajakah yang memperngaruhi suksesnya sesorang dalam
berkarir sesuai dengan jenjang pendidikannya.
3. Menjalankan kiat yang diperlukan agar karir dapat tercapai sesuai dengan harapan.

(CATATAN: Berbeda dengan rumusan pembahasan, Tujuan dan Batasan


Pembahasan berbentuk pernyataan yang dapat mengambil dari rumusan
pembahasan.dengan menambahkan batasan dan Manfaat atau Urgensi
pemabahasan)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jujur dan Tekun
a.
Jujur sebagai sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan
(dalam bentuk perasaan, katakata dan/atau perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak
dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya.
Kata jujur identic dengan “benar” yang lawan katanya adalah “bohong”. Makna jujur
lebih jauh dikorelasikan dengan kebaikan (kemaslahatan). Kemaslahatan memiliki makna
kepentingan orang banyak, bukan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya, tetapi
semua orang terlibat.8 Kejujuran adalah salah satu prinsip yang harus dipegang setiap
orang, tidak hanya penting bagi pelajar, santri maupun mahasiswa. Sebab kejujuran amat
berharga untuk diri sendiri, masyarakat, umat atau pun bangsa. Dalam pergaulan di
msyarakat, kejujuran akan mendatangkan kedamaian, ketenangan batin, bahkan
kebahagiaan bagi seseorang. Kejujuran juga berarti kekuatan dan keteguhan. Kejujuran
adalah barang yang amat berharga. Kebersamaan dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, komunitas belajar, sekolah atau kehidupan berbangsa dan bernegara sangat
memerlukan saling kepercayaan (trust) di antara anggotanya. Rasa saling percaya itu
hanya tercipta ada kejujuran di antaramasing-masing pihak. Lantaran adanya kejujuran,
kehidupan bersama menjadi nyaman dan tidak rumit.9 b. Menurut Perspektif Agama
Istilah benar dan jujur merupakan terjemahan dari kata shidq. Lawannya adalah kidzd,
dusta atau bohong. Sifat benar dan jujur seharusnya menjadi sifat orang beriman dan
bertakwa. Sifat ini membawa pemiliknya kepada kebaikan. Al-Qur’an sangat
menganjurkan untuk berbuat jujur, diantara firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah (9):
َ ‫َّ ي ا ُّ ه أَي َ ين ِذ َّ ال ُوا ن َ ُقوا َّ آم ات‬
119 tentang kejujuran: َ َ ‫ ال‬١١١ِ ‫ّلل ا ُوا ُكون َ و َ َع َي م ِ ق صاد‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah
kamu dengan orangorang yang benar (jujur)”10 Maksud dari ayat di atas adalah
menjadikan semua orang untuk jujur dalam ucapan mereka (tidak berbohong dengan
alasan apapun), dalam perbuatan dan segala keadaan (tidak berbohong dalam kondisi
apapun). Sifat benar dan jujur merupakan akhlak mulia. Keduanya termasuk sifat yang
selalu melekat pada Rasulullah Saw. Ada beberapa tingkatan benar dan jujur yang perlu
dipraktikkan. Pertama, benar dan jujur dalam ucapan atau lisan. Orang yang

memiliki sifat ini akan selalu memelihara lisan dari perkataan yang tidak benar dan
bohong. Kedua, benar dan jujur dalam niat. Ini dibuktikan dengan selalu ikhlas dalam
niat. Niat yang ikhlas berlaku bagi semua aktivitas yang dilakukan seseorang. Sifat benar
dan jujur (shidq) perlu dimiliki setiap mukmin, sehingga ia disenangi Allah Swt., dan
manusia. Melaluinya, ia akan berhasil, beruntung, dan memperoleh kebahagiaan hidup
di dunia dan di akhirat.11 Kejujuran atau kebenaran ialah nilai keutamaan dari yang
utama-utama dan pusat akhlak, dimana dengan kejujuran maka suatu bangsa menjadi
teratur segala urusan menjadi tertib dan perjalanannya adalah perjalanan yang mulia.
Kejujuran akan mengangkat harkat pelakunya di tengah manusia, maka ia menjadi orang
terpercaya, pembicaraannya disukai, ia dicintai orang-orang, ucapannya diperhitungkan
para penguasa, persaksiannya diterima di depan pengadilan.12 Berdasarkan definisi di
atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kejujuran ialah ucapan seseorang yang sesuai
dengan kenyataan yang ada, di dalamnya tidak ada unsur kebohongan.
Menurut Imâm al-Ghazâlî, ada enam tingkatan kejujuran, sebagai berikut: a. Jujur dalam
perkataan, di setiap situasi, baik yang berkaitan dengan masa lalu, masa sekarang dan
yang akan datang. b. Kejujuran dalam niat. Hanya karena Allah. c. Kejujuran dalam
bertekad. Seseorang bisa saja mempunyai tekad yang bulat untuk bersedekah bila
dikaruniai rezeki. Juga bertekad untuk berbuat adil bila dikaruniai kekuasaan. Namun
adakalanya tekad itu disertai dengan kebimbangan, tetapi juga merupakan kemauan
bulat yang tanpa keragu-raguan. Orang yang mempunyai tekad yang bulat lagi kuat
disebut sebagai orang yang benar-benar kuat dan jujur. d. Memenuhi tekad. Seringkali
jiwa dibanjiri dengan kemauan yang kuat pada mulanya, tetapi ketika menginjak tahap
pelaksanaan, bisa melemah. Karena janji tekad yang bulat itu mudah, namun menjadi
berat ketika dalam pelaksanaan. e. Kejujuran dalam beramal. Tidak mengekspresikan hal-
hal batin, kecuali batin itu sendiri memang demikian adanya. Artinya, perlu adanya
keselarasan dan keseimbangan antara yang lahir dan yang batin.

f. Kejujuran dalam maqam-maqam agama. Ini adalah peringkat kejujuran tertinggi.


Seperti maqam takut (khauf), harapan (raja'), cinta (hub), ridha, tawakal dan lain-lain.15
Ada tiga macam kejujuran yang harus ada dari setiap umat, diantaranya: 1) Kejujuran
kepada diri sendiri, dapat dimulai dengan jujur dalam niat dan kehendak. Setiap
keinginan pada diri sendiri harus didasarkan niat yang baik dan mengharapkan ridho
Allah Swt. Jujur pada diri sendiri harus dimulai dari mengenal diri sendiri, mengenal
kelemahan, mengenal kelebihan, mengenal kebutuhan, dan mengenal keinginan.
Dengan mengenal diri sendiri, maka kita dapat memenuhi kebutuhan diri dengan cukup,
tidak kurang dan tidak lebih. 2) Kejujuran kepada sesama, dapat dimulai untuk
menyampaikan dan berbuat sebagaimana mestinya, menyampaikan fakta dengan benar
dan tidak berbohong atau berdusta. Jujur terhadap sesame ini, dapat dilakukan dengan
membuat pertanggungjawaban (accountability) terhadap setiap tanggung jawab dan
wewenang atau tugas. Jujur terhadap sesame dapat dimulai dengan mempertanggung
jawabkan setiap yang kita terima baik uang, amanah-pesan, dan pekerjaan.

3) Jujur kepada Allah, adalah tingkatan jujur yang paling tinggi. Jujur kepada Allah
diwujudkan adanya rasa pengharapan, cinta dan tawakal pada setiap niat, ucapan dan
perbuatan. Jujur kepada Allah dapat berupa tindakan ikhlas didalam melakukan
kewajiban yang ditentukan Allah dengan harapan mendapat ridhonya.16 Orang yang
memiliki karakter jujur dicirikan oleh perilaku berikut: a) Jika bertekad (inisiasi
keputusan) untuk melakukan sesuatu, tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan; b)
Jika berkata tidak berbohong (benar apa adanya); c) Jika adanya kesamaan antara yang
dikatakan hatinya dengan apa yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki karakter jujur
akan diminati orang lain, baik dalam konteks persahabatan, bisnis, rekan/mitra kerja, dan
sebagainya. Karakter ini merupakan salah satu karakter pokok untuk menjadi seseorang
cinta kebenaran, apapun resiko yang akan diterima dirinya dengan kebenaran yang ia
lakukan.

http://etheses.iainkediri.ac.id/1321/3/932134014_BAB%20II.pdf

Dalam terminologi agama Islam, jujur sama dengan bersikap benar sebagaimana sifat
wajib para Nabi. Mustahil seorang Nabi berdusta. Jujur atau benar ialah menyatakan
yang benar, yang terang, atau memberikan kabar sesuai kenyataan sesuai dengan yang
diketahui subyek dan tidak diketahui oleh orang lain (Haedar Nashir, 2013:71).

https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/adzka/article/download/2019/1505

1. Definasi Jujur Secara Terminologi

Para ulama berbeda pendapat dalam memberikan definasi jujur secara termino;ogi,
di antara definasi jujur mengikut para ulama terebut adalah sebagai berikut.

Jujur adalah kata hati yang sesuai dengan yang diungkapkan. Jika   salah satu   syarat
itu   ada yang hilang, belum mutlak disebut jujur. (Raqib)

Jujur adalah hukum yang sesuai dengan kenyataan, dengan kenyataan, dengan kata
lain, lawan dari bohong.(7) (Jurjani)

Jujur adalah kesesesuaian antara lahir dan batin, ketika keadaan seseorang tidak
didustakan  dengan tindakan-tindakannya, begitu pula sebaliknya.

Para ulama menjadikan ikhlas sebagai perkara yang tidak boleh luput dan kejujuran
itu sifatnya lebih umum, yakni  bahwa semua orang yang jujur sudah tentu ikhlas.
tetapi tidak semua orang yang ikhlas itu jujur.

Imam Junaid pernah ditanya tentang makna ikhlas dan jujur, “Apakah keduanya
sama atau berbeda?’ Dia menjawab, “Keduanya berbeda. Jujur merupakan asas
segala sesuatu, sedangkan ikhlas itu tidak dapat terwujud  kecuali setelah masuk
dalam amal. Amal terebut pun tidak akan diterima kecuali jika disertai jujur dan
ikhlas.”(8)

Kejujuran adalah kemurnian hati Anda, keyakinan Anda yang mantap, dan ketulusan
amal Anda. (imam Qusyairi)

https://andrinopi0.wordpress.com/2015/08/21/pengertian-jujur/
Shiddiq atau jujur adalah faktor utama untuk menuju kesuksesan dalam
melakukan suatu bisnis atau usaha. Dalam berbisnis hendaklah harus
menerapkan sifat nabi yang salah satu ini karena dengan sifat tersebut
akan membuat kepercayaan pelanggan untuk membeli produk kita akan
tetap terjaga karena jika kita berbuat curang terhadap pelanggan maka
pelanggan tidak akan percaya lagi terhadap produk kita secara otomatis
maka pelanggan kita akan berkurang dan dengan berkurangnya
pelanggan maka bisnis kita akan terhambat.

Bersikap jujur dalam usaha tidak hanya dilakukan terhadap pelanggan atau
pembeli saja, melainkan kita selaku atasan atau pemilik usaha haruslah
bersikap jujur pada semua karyawan atau bawahannya dimana dengan
adanya bantuan tenaga dari karyawan tersebut maka pekerjaan kita akan
terkurangi dan beban yang ditanggung juga akan berkurang. Serta sebagai
imbalannya, maka karyawan tersebut akan mendapatkan upah atau gaji.
Dalam hal pemberian upah tersebut kita juga harus bersikap jujur dalam hal
pemberian upah yang sesuai dengan waktu yang disepakati dan nilai
nominal upah tersebut tidak boleh dicurangi, karena jika kita tidak jujur
maka nantik di akhiratlah kita akan mendapatkan balasannya.

Dan jika kita sebagai bawahan atau karyawan, kita juga harus bersikap jujur
terhadap atasan. Sikap jujur kita terhadap atasan yaitu harus jujur dalam
setiap melakukan semua hal diantaranya yaitu jujur dalam mengerjakan
laporan atau tugas atasan ataupun dalam hal lain. Jika kita diberi tugas
tersebut, kita janganlah memberikan janji palsu dengan cara penentuan
tanggal pengumpulan tugas tersebut. Hendaknya kita berjanjilah sesuai
dengan kemampuan kita dalam melakukan tugas tersebut. Karena jika kita
sudah tidak tepat dengan janji tanggal atau waktu yang telah ditentukan
maka nantinya pasti akan ada konsekuensi tersendiri yang diberikan oleh
atasan dan dalam hal-hal yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW, sikap
pemberian janji palsu tersebut jelas-jelas tidak boleh dilakukan karena
nantinya akan merugikan salah satu pihak.

Sebenarnya, dalam melakukan sifat jujur ini bukanlah hanya dalam


melakukan usaha bisnis, melainkan dalam kehidupan kita sehari-hari juga
harus menerapkan sifat tersebut karena, hal apa saja yang kita lakukan di
dunia ini nantik di akhirat pasti akan ada balasannya. Dimana balasannya
nantik kita sendiri yang akan merasakannya.
https://geotimes.id/opini/penerapan-sifat-jujur-dalam-bisnis/

Kejujuran pada dasarnya adalah landasan moral dalam setiap hal yang
dilakukan. Tanpa kejujuran, seseorang tidak bisa menjadi sosok yang dapat
dipercaya. Semnatara itu, kewirausahaan memerlukan kejujuran dalam
pelaksanannya.
Melansir indonesiacreative.id, kejujuran dalam wirausaha mencakup
kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan,
kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan
yang dijanjikan, dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait
dengan penjualan produk yang dilakukan oleh wirausahawan.
https://penerbitbukudeepublish.com/pengertian-entrepreneurship/

Pengertian Kejujuran
Menurut Kesuma, dkk (2012: 16) jujur merupakan suatu
keputusan seseorang untuk mengungkapkan perasaannya, kata-katanya
atau perbuatannya bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan
cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya.
Makna jujur erat kaitannya dengan kebaikan (kemaslahatan).
Kemaslahatan memiliki arti bahwa mementingkan kepentingan orang
banyak dari pada mementingkan diri sendiri maupun kelompoknya.
Menurut Mustari (2011: 13-15) jujur adalah suatu perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik
terhadap dirinya maupun pihak lain. Jujur merupakan suatu karakter
moral yang mempunyai sifat-sifat positif dan mulia seperti integritas,
penuh kesabaran, dan lurus sekaligus tidak berbohong, curang, ataupun
mencuri.
Kesuma, dkk (2012: 16) mengungkapkan lebih lanjut bahwa
kejujuran sangat penting untuk diterapkan di sekolah sebagai karakter
anak-anak Indonesia saat ini. Karakter kejujuran ini dapat dilihat
secara langsung dalam kehidupan di kelas, misalnya ketika anak
melaksanakan ujian ataupun ulangan yaitu mereka lebih condong
untuk melakukan perbuatan mencontek sehingga anak tidak berbuat
jujur dan menipu diri, teman, orang tua, dan gurunya dengan
memanipulasi nilai yang didapatkannya bukan hasil dari kemampuan
anak yang sebenarnya.
Menurut Zuriah (2008: 49) nilai dan prinsip kejujuran juga dapat
ditanamkan pada diri siswa di jenjang pendidikan dasar melalui
kegiatan mengoreksi hasil ulangan secara silang dalam kelas. Peranan
guru sangat penting dalam mencermati proses koreksi tersebut dengan
bertujuan untuk menanamkan kejujuran dan tanggung jawab pada diri
siswa. Guru perlu melakukan koreksi ulang dari pekerjaan siswa satu
persatu setelah siswa selesai mengoreksi. Coretan dan hasil tulisan
siswa yang tertera di lembar jawaban, akan terlihat kejujuran dari anak
tersebut dalam mengoreksi hasil ulangan. Guru kemudian
menyampaikan nilai kejujuran dan tanggung jawab pada anak dan
dampaknya bagi kehidupannya kelak.
Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kejujuran merupakan suatu sikap seseorang yang sering kali
diungkapkan dengan ucapan maupun tindakan secara spontan sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya tanpa adanya rekayasa dari yang
diucapkan dan dilakukannya. Apapun yang dilakukan dan
diucapkannya itu selalu bersifat benar karena sesuai dengan fakta yang ada, sehingga
kejujuran dapat diartikaan sebagai kesamaan antara
ucapan dan tindakan seseorang.
b. Karakteristik Kejujuran
Menurut Kesuma, dkk (2012: 17) orang yang memiliki karakter
jujur dicirikan dengan perilaku diantaranya yaitu :
a. Jika bertekad (inisiasi keputusan) untuk melakukan sesuatu,
tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan.
b. Jika berkata tidak berbohong (benar apa adanya).
c. Jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa
yang dilakukannya.
Seseorang yang memiliki karakter jujur akan disegani oleh
banyak orang dalam berbagai hal seperti dalam persahabatan, mitra
kerja, dan sebagainya. Karakter jujur merupakan salah satu karakter
pokok yang bisa menjadikan seseorang cinta kebenaran dan mau
mengambil resiko sebesar apapun dari kebenaran yang dilakukannya.
http://repository.ump.ac.id/6018/3/BAB%20II_BOBY%20FIRMA
%20OKTAVIA_PGSD%2714.pdf
TEKUN
ketekunan secara terminologi tekun/ketekunan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah rajin, keras hati, bersungguh-sungguh, dan kesungguhan. 15 Ketekunan adalah
kemampuan seseorang untuk tetap bertahan di tengah tekanan dan kesulitan yang di alami.
Sifat tekun diwujudkan dalam semangat yang berkesinambungan dan tidak mudah kendur
saat banyak tantangan, rintangan ataupun hambatan yang ada. Sehingga dapat
memperoleh kepintaran, kecerdasan, keterampilan dan kemampuan diri pengalaman yang
didasari oleh perilaku ketekunan.

Ketika membahas sebuah cabang ilmu. Maka pembahasan tersebut akan dimulai
dengan pengertian. Pengertian dapat terbagi menjadi dua, yakni pengertian secara
ethimologi dan pengertian secara terminologis.

Sesuai dengan kaidah yang berlaku dari filsafat ec1ara. Biasanya ada pandangan
beberapa tokoh. Misalnya membahas tentang pengertian pendidikan. Maka
kemukakan beberapa tokoh yang membahas tentang pengertian ini. Jika harus
mengutip. Maka Cantumkan kutipan lalu berikan penjelasan di bawah kutipan.
1
Footnote merupakan standar yang diberlakukan di UII bagi mahasiswa S1. Sehingga, ketika
menjelaskan hal hal yang baru, hal hal yang penting, maka jelaskan pengertian secara spesifik.
Biasakan memberikan 6 spasi ketukan masuk ke dalam. Footnote memiliki standar tulisan yang sama
yakni Times New Roman dengan font 10 dan bentuk rata kiri dan kanan (justify).
Kutipan harus di berikan tanda petik yang lalu diujungkan di berikan footnote
yang berisi keterangan darimana anda mendapatkan pengertian semacam ini.

Setelah membandingkan dari sejumlah sisi, lakukan pengambilan kesimpulan


menurut pendapat Anda sendiri, missal dengan membuka statemen, dari berbagai
pernyataan di atas, maka Pendidikan adalah… isi dari penyimpulan ini tentu saja
harus menggunakan Bahasa anda sendiri dan berisi tentang rangkuman dari
pengertian yang telah dipaparkan selanjutnya. Mungkin sekilas hal ini terdengar
mirip. Akan tetapi jika di telusuri akan dapat di pahami bahwa penjelasan dan
rangkuman anda tentang pengertian pendidikan lebih factual dan komprehensif.
Jangan lupa untuk memiliki kamus ilmiah popular agar mempu membuat tulisan
yang baik dan memiliki bobot yang tinggi dalam dunia akademisi.

B. Pembahasan Rumusan Pembahasan Pertama


1) Kejujuran Pendidik dapat melatih anak memiliki nilai kekejujuranan melalui kegiatan
bermain peran yakni jual-beli. Ada anak yang berperan sebagai pembeli, ada anak yang
berperan sebagai penjual. Kegiatan ini merupakan salah satu metode untuk mengajarkan
anak tentang konsep kekejujuranan, namun hal yang paling mendasar ketika hendak
mengajarkan kekejujuranan pada anak yakni melalui tindakan langsung. Guru atau orang
tua harus terbiasa berkata kejujuran serta menepati janji pada anak, seberapa kecilpun
janji itu, sehingga anak akan dapat meniru dan mencontoh perbuatan orang dewasa di
sekitarnya.
C. Pembahan Rumusan Pembahasan Kedua
D. Pembahasan Rumusan Pembahasan Ketiga
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Isi kesimpulan berbentuk kalimat pendek yang padat, ringkas dan jelas.
2. Isi kesimpulan biasanya berisi tentang poin-poin penting saja dan biasanya tidak
lebih dari satu halaman.
3. Karena tidak lebih dari satu halaman, biasanya membuat simpulan jauh lebih sulit
dibanding menjelaskan sesuatu secara panjang lebar.
4. Karena merupakan hasil ringkasan dan kesimpulan sendiri, maka biasanya sebuah
kesimpulan tidak perlu lagi mencantumkan referee berupa footnote atau innote.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan pembahasan
di atas adalah:
1. Saran biasanya selalu berkaitan dengan pemabahsan materi yang telah anda bahas
di bagian pembahasan.
2. Saran merupakan murni ide pemikiran penulis sendiri dengan menuliskan kalimat
aktif yang sesuai dengan SPOK yang berlaku.
3. Saran biasanya ditujukan untuk berbagi pihak misalnya untuk pembahasan
selanjutnya atau untuk peneliti yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Walaupun di bagian akhir, daftar pustaka memiliki peran yang sangat krusial bagi
sebuah karya tulis ilmiah. Karena daftar pustaka menjelaskan kekayaan intelektual
bagi penulisnya. Oleh karena itu, perhatikan cara-cara menulis daftar pustaka
dengan sumber bacaan yang berbeda. Ingat, Anda di larang menuliskan daftar
rujukan yang anda sebenarnya tidak merujuknya .

Format AMA Style dalam citasi

Jenis Sumber Citasi dalam Teks/ Foot note


Buku Berupa catatan (footnotes atau end‐ notes).
12. Santoso P, Menembus Ortodoksi Kajian
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Fisipol UGM, 2004
Jurnal 11. Jonathan K. Beyond Growth: Library and
Development. Annals of Library Research 2015;
40:1111‐1130
Situs Web Penulis or responsible body. Judul. Name Website.
URL. Published date. Updated date. Accessed date.
World Health Organization. Saving Private Ryan.
Contoh :
13. World Health Organization.
http://www.who.int/features/20 13/child
/saving.html. Dipublikasikan 7 July, 2012. Diakses 2
Juni, 2013
Jurnal Online Penulis. Judul Artikel. Nama Jurnal. Tahun;
vol(issue); pages. URL. Published date. Update date.
Penulis. Judul Artikel. Nama Jurnal. Tahun;
vol(issue); pages. URL. Published date. Update
date.Penulis. Judul Artikel. Nama Jurnal. Tahun;
vol(issue); pages. Doi:xxx.xxxx.

Contoh :
1.Carter, J. Independence Factors. Americana 1975;
1 (5):1‐9.   http://www.jstor.org/stable/1223 445
(diakses 20 Mei, 2013)

2.Vargas, JA. “The Face of Fracebook”. New Yorker


2011; 70 (12). Doi:1.0.1.016/j.americana.2006.1 2.032

Anda mungkin juga menyukai