Anda di halaman 1dari 15

Nama : Yuni Asmilawati

Kelas : B

NIM : 019.06.0094

TUGAS ESSAY
GANGGUAN KECEMASAN

Pendahuluan

Setiap hari manusia dihadapkan pada berbagai situasi atau kejadian yang dapat
memicu munculnya kecemasan. Misalnya ujian mendadak, presentasi tugas, terlambat masuk
kelas, deadline pekerjaan, dan sebagainya. Sebenarnya kecemasan adalah reaksi yang wajar
yang dapat dialami oleh siapapun, sebagai respon terhadap situasi yang dianggap mengancam
atau membahayakan. Namun jika kecemasan tersbut berlebihan dan serta tidak sesuai
dengan proporsi ancamannya, maka dapat mengarah ke gangguan yang akan menghambat
fungsi seseorang dalam kehidupannya. Menurut (Sadock, Sadock, & Ruiz, 2017) menyatakan
bahwa kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan
hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan pengalaman baru atau yang
belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Pada kadar
yang rendah, kecemasan membantu individu untuk bersiaga mengambil langkah-langkah
mencegah bahaya dan atau untuk memperkecil dampak bahaya tersebut. Kecemasan sampai
pada taraf tertentu dapat mendorong meningkatnya performa dan produktifitas. Misalnya
cemas mendapat nilai yang buruk, membuat seorang siswa belajar keras dan mempersiapkan
diri menghadapi ujian. Kecemasan seperti ini disebut facilitating anxiety. Namun apabila
kecemasan sangat tinggi, justru akan sangat mengganggu. Misalnya kecemasan berlebihan
saat akan ujian, justru akan membuat blocking dan tidak bisa menjawab pertanyaan. Hal ini
disebut sebagai debilitating anxiety.

Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, maka essay ini memberikan informasi


penting untuk memahami batasan-batasan yang jelas kapan kecemasan yang dialami
dikatakan sebagai sebuah gangguan, apa saja simptom atau gejala yang muncul, apa saja
jenisnya, bagaimana perspketif teoritis menjelaskan mengenai terjadinya gangguan tersebut,
serta upaya penanganan apa yang dapat diberikan untuk mengatasi gangguan kecemasan.
Dibawah ini akan dibahas beberapa gangguan kecemasan seperti fobia, gangguan kecemasan
menyeluruh, gangguan panik dan gangguan campuran anxietas dan depresi.

1 | Page
1. Fobia
o Definisi
Fobia adalah suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap dan
berlebihan terhadap suatu objek spesifik, keadaan atau situasi. Berasal dari
bahasa Yunani, yaitu Fobos yang berarti ketakutan. Fobia merupakan suatu
gangguan jiwa, yang merupakan salah satu tipe dari Gangguan Ansietas dan
dibedakan kedalam tiga jenis berdasarkan jenis objek atau situasi ketakutan
yaitu Agorafobia, Fobia Spesifik dan Fobia Sosial. Agorafobia adalah
ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta adanya kesulitan untuk
segera menyingkir ke tempat aman. Fobia spesifik adalah ketakutan irasional
terhadap objek tertentu. Fobia sosial adalah ketakutan irasional pada situasi
sosial tertentu.
o Epidemiologi
Diperkirakan prevalensi agorafobia adalah 2-6%, sedangkan fobia
spesifik adalah sekitar 11% dam fobia sosial adalah 3-13%. Walaupun fobia
sering dijumpai namun sebagian besar pasien tidak mencari bantuan untuk
mengatasinya atau tidak terdiagnosis secara medis.
o Etiopatologis
Patogenesis fobia berhubungan dengan faktor-faktor biologi, genetik
dan psikososial:
o Faktor Biologis
Keberhasilan farmakoterapi dalam mengobati fobia sosial telah
menciptakan dua hipotesis neurokimiawi spesifik tentang dua jenis
fobia sosial. Secara spesifik, penggunaan anatagonis reseptor β-adre
ergik seperti propranolol (inderal) untuk fobia sosial terbatas
(performance anxiety), mis.berbicara di depan publik, mungkin akan
melepaskan lebih banyak norefinefrin dan epinefrin, baik secara
sentral maupun perifer, dibandingkan dengan orang yang non fobik,
atau pasien tersebut mungkin peka terhadap stimulasi adrenergik taraf
normal. Observasi tentang inhibitor monoamin oksidase (MAOI)
yang mungkin lebih efektif dibandingkan obar trisiklik dalam
pengobatan fobia sosial umum, telah dibuat hipotesis oleh beberapa
peneliti bahwa aktivitas dopaminergik berhubungan dengan

2 | Page
patogenesis gangguan tersebut. Suatu studi lain menggunakan single
photon emission computed tomography (SPECT) menunjukkan
adanya disfungsi dopaminergik pada fobia sosial.
o Faktor Genetik
Agorafobia diperkirakan disebabkan oleh gangguan panik. Data
penelitian menyimpulkan bahwa gangguan ini memiliki komponen
genetik yang jelas, juga menyatakan bahwa gangguan panik dengan
agorafobia adalah bentuk parah dari gangguan panik, dan lebih
mungkin diturunkan. Beberapa penelitian menemukan adanya
peningkatan risiko gangguan panik empat hingga delapan kali lipat
pada sanak keluarga derajat pertama pasien gangguan panik
dibandingkan dengan sanak keluarga derajat pertama pasien dengan
gangguan psikiatrik lainnya.
Fobia spesifik cenderung terdapat dalam satu keluarga, terutama tipe
darah-injeksi-luka. Ada penelitian melaporkan bahwa duapertiga
hingga tigaperempat pasien mempunyai sekurangnyab satu sanak
keluarga derajat pertama dengan fobia spesifik dari tipe yang sama.
Pada tipe fobia sosial, sanak keluarga derajat pertama pasien adalah
kira-kira tiga kali lipat lebih mungkin menderita fobia sosial
dibandingkan sanak saudara derajat pertama tanpa gangguan mental.
Ada ada yang menyatakan bahawa konkordans kembar monozigot
adalah lebih sering daripada kembar dizigot. Penting juga kita
mempelajari kembar yang dibesarkan terpisah untuk mengontrol faktor
lingkungan.
o Faktor Psikososial
Fobia menggambarkan interaksi antara diatesis genetika-
konstitusional dan stresor lingkungan. Penelitian menyimpulkan bahwa
anak-anak tertentu yang ada predisposisi konstituonal terhadap fobia,
memiliki tempramen inhibisi perilaku terhadap yang tidak dikenal
(behavioral inhibition to the infamiliar) dengan stres lingkungan yang
kronik akan mencetuskan timbulnya fobia.
o Tanda dan Gejala

3 | Page
Pasien dengan agorafobia menghindari situasi disaat sulit untuk mendapatkan
bantuan. Lebih suka ditemani kawan atau anggota keluarga ditempat tertentu,
seperti jalan yang ramai, toko yang padat, ruang tertutup, kendaraan tertutup.
Pada keadaan parah mereka menolak keluar rumah dan mungkin ketakutan
akan menjadi gila. Pada fobia spesifik, ketakutan yang jelas dan menetap dan
tak beralasan terbatas pada objek atau situasi yang spesifik dan terbagi dalam
tipe hewan, lingkungan alam, darah, injeksi, luka dan situasional. Pada fobia
sosial, adanya ketakutan terhadap situasi sosial atau tampil didepan orang-
orang yang belum dikenal atau situasi yang memungkinkan ia dinilai oleh
orang lain atau menjadi pusat perhatian, merasa takut bahwa ia akan
berperilaku memalukan atau menampakkan gejala ansietas atau bersikap yang
dapat merendahkan dirinya.
o Diagnosis dan kriteria diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan wawasan psikiatrik, yang meliputi hal-hal
seperti keluhan-keluhan, sejarah pasien dan keluarga yang lengkap, termasuk
anggota keluarga dengan fobia. PPDGJ dan DSM-V mencantumkan beberapa
simptom yang menjadi landasan seseorang menderita gangguan fobia.
Simptomsimptom tersebut sebagai berikut (Maslim, 2013):
 F40.0 Agorafobia Pedoman Diagnostik:
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan
sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau
pikiran obsesif.
b. Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi
dalam hubungan dengan) setidaknya dua dari situasi berikut:
banyak orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar
rumah, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri.
c. c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan
gejala yang menonjol (penderita menjadi “house-bound”).
 F40.1 Fobia Sosial Pedoman Diagnostik:
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:

4 | Page
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi sekunder dari anxietasnya dan bukan
sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau
pikiran obsesif
b. b) Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi
sosial tertentu (outside the family circle)
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala
yang menonjol.
 300.29 Fobia Spesifik:
a. Menandai ketakutan atau kecemasan terhadap suatu objek atau
situasi tertentu (terbang, ketinggian, binatang, jarum suntik,
darah).
b. Objek atau situasi fobia hampir selalu memancing ketakutan
atau kecemasan tiba-tiba.
c. Objek atau situasi fobia secara aktif dihindari atau diatasi
dengan ketakutan atau kecemasan yang kuat.
d. Ketakutan atau kecemasan itu tidak sesuai dengan bahaya
sebenarnya yang ditimbulkan oleh objek atau situasi tertentu
dan pada konteks kultur sosial.
e. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran tersebut berlanjut,
biasanya berlangsung selama 6 bulan atau lebih.
f. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan
gangguan-gangguan klinis yang signifikan pada kehidupan
sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
g. Gangguan tersebut tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala dari
gangguan mental lainnya, seperti ketakutan, kecemasan, dan
penghindaran terhadap situasi dibantu dengan gejala seperti
panik atau gejala ketidakmampuan lainnya (seperti pada
agorafobia); objek atau situasi yang berkaitan dengan obsesi.
h. (seperti pada gangguan obsesif-kompulsif); ingatan atas suatu
trauma (seperti pada gangguan stres pasca trauma); pemisahan
dari rumah atau kasih sayang seseorang (seperti pada gangguan

5 | Page
kecemasan pemisahan); atau pada situasi sosial (seperti pada
gangguan kecemasan sosial).
o Tatalaksana Farmakologi dan Non Farmakologi
Secara umum terapi fobia meliputi:
a. Terapi psikologik:
 Terapi perilaku merupakan terapi yang paling efektif dan sering
diteliti. Seperti desensitisasi sistematik yang sering dilakukan;
terapi pemaparan (exposure), imafinal exposure, participent
modelling, guided mastery, imaginal flooding.
 Psikoterapi berorientasi tilikan.
 Terapi lain: hypertherapy, psikoterapi suportif, terapi keluarga
bila diperlukan.
b. Farmakoterapi:
Obat-obat yang efektif adalah: SSRI (Serotonin Selective Re-uptake
Inhibitor), khususnya untuk fobia sosial umum merupakan pilihan
utama. Benzodazepine, Venlafaxine, Buspirone, MAOI, antagonis b-
adrenergik reseptor dapat diberikan satu jam sebelum terpapar dengan
stimulus fobia, misalnya bicara di depan publik.
Terapi Agorafobia adalah sama seperti pada gangguan panik, terdiri
dari obat-oat anti ansietas, antidepresan, dan psikoterapi khusunya
terapi kognitif perilaku. Terapi terhadap Fobia Spesifik yang terutama
adalah terapi perilaku yaitu teori pemaparan. yaitu terapi desentisasi
pasien dengan pemaparan stimulus fobia secara bertahap. Juga
diajarkan menghadapi kecemasan dengan teknik relaksasi, mengontrol
pernafasan dan pendekatan kognitif. Pengobatan untuk Fobia Sosial
terbatas, dapat menggunakan obat beta blocker yaitu propanolol
beberapa yaitu untuk mengatasi sebelum tampil di depan umum, yaitu
untuk mengatasi efek fisik dari ansietas. Untuk fobia sosial umum
dapat menggunakan anti ansietas dan antidepresan.
2. Gangguan Kecemasan Menyeluruh
o Definisi
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)
merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan

6 | Page
kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadangntidak
realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini
dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurangnya selama 6 bulan.
o Epidemiologi
Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8% dan rasio antara
perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Pasien gangguan cemas menyeluruh
sering memiliki komordibitas dengan gangguan mental lainnya seprti
gangguan panik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stres pasca trauma
dan gangguan depresi berat.
o Etiopatogenesis
o Teori Biologi
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus
oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepin tertinggi di otak.
Basal ganglia, sistem limbik dan korteks frontal juga dihiporesiskan
terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada pasien GAD juga
ditemukan sistem serotonergik yang abnormal. Neurotransmiter yang
berkaitan dengan GADI adalah GABA, serotonin, norepinefrin,
glutamat, dan kolesistokinin.
o Teori Genetik
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien
GAD dan gangguan Depresi Mayor pada pasien wanita. Sekitar 25%
dari keluarga tingkat pertama penderita GAD juga menderita gangguan
yang sama. Sedangkan penelitian pada pasangan kembar didapatkan
angka 50% pada kembar monozigot dan 15% pada kembar dizigot.
o Teori Psikoanaltik
Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa anxietas adalah gejala
dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.Pada tingkat yang
paling primitif anxietas dihubungkan dengan perpisahan dengan objek
cinta. Pada tingkat yang lebih matang lagi anxietas dihubungkan
denagn kehilangan cinta dari objek yang penting.
o Teori Kognitif-Perilaku
Penderita GAD berespons secara salah dan tidak tepat terhadap
ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal

7 | Page
negatif pada lingkungan, adanya distorsi pada pemprosesan informasi
dan pandangan yang sangat negatif terhadap kemampuan diri untuk
menghadapi ancaman.
o Diagnosis
Pedoman diagnostik untuk gangguan kecemasan menyeluruh menurut PPDGJ-
III (F41.1) (Maslim, 2013):
a. Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan
situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang).
b. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
 Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi, dsb).
 Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak
dapat santai).
 Over-aktivitas otonomi (kepala terasa ringan, berkeringat,
jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing
kepala, mulut kering, dsb).
c. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang
yang menonjol.
d. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa
hari), khususnyadepresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan
anxietas menyeluruh, selama haltersebut tidak memenuhi kriteria
lengkap dari episode depresi (F32), gankap dari episodedepresi (F32),
gangguan anxietas fobik (F40), gangguan panik (F41.0), gangguan
obsesif-kompulsif (F42).
o Tatalaksana Farmakologi dan Non Farmakologi
 Farmakologi
Benzodiazepam merupakan obat pilihan utama. Pemberian
benzodiazepam dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan
sampai mencapai respons terapi. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6
minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-2 minggu.

8 | Page
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih
efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibandingkan gejala
somatik pada GAD. Kekurangan Buspiron adalah efek klinisnya baru
terasa setelah 2-3 minggu. Buspiron dapat dilakukan penggunaan
bersama dengan benzodiazepam setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi
buspiron sudah mencapai maksimal.
 Psikoterapi
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali
distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik
secara langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan
behavioral adalah relaksasi dan biofeedback. Selain itu, pasien juga
diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang
ada dan belum tampak, didukung egonya agar lebih bisa beradaptasi
optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
3. Gangguan Panik
o Definisi
Gangguan panik mencakup munculnya serangan panik yang berulang dan
tidak terduga. Serangan-serangan panik melibatkan reaksi kecemasan yang
intens disertai dengan simtom-simtom fisik, seperti jantung yang berdebar-
debar, nafas cepat, nafas tersengal atau kesulitan bernafas, banyak
mengeluarkan keringat, dan terdapat rasa lemas dan pusing.
o Epidemiologi
Dari penelitian diketahui bahwa di negara-negara Barat, gangguan panik
dialami oleh lebih kurang 1,7% dari populasi orang dewasa. Angka kejadian
sepanjang hidup gangguan panik dilaporkan 1.5-5%, sedangkan serangan
panik sebanayk 3-5,6%. Di Indonesia belum dilakukan studi epidemiologi
yang dapat menggambarkan berapa jumlah individu yang mengalami
gangguan panik, namun para profesional merasakan adanya peningkatan
jumlah kasus yang datang minta pertolongan.
o Etiopatogenesis
Sebagaimana gangguan jiwa lainnya, etiologinya belum pasti dan terdiri dari
faktor organobiologik, psikoedukatif (termasuk psikodinamik), serta
sosiokultural:

9 | Page
o Faktor Biologik
Beberapa penelitian menemukan bahwa gangguan panik berhubungan
dengan abnormalitas struktur dan fungsi otak. Dari penelitian juga
diperoleh data bahwa pada otak pasien dengan gangguan panik
beberapa neurotransmiter mengalami gangguan fungsi, yaitu serotonin,
GABA, dan norepinefrin. Hal ini didukung oleh fakta bahwa,
Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) efektif pada terapi pasien-
pasien dengan gangguan cemas, termasuk gangguan panik.
Berdasarkan hipotesis patofisiologi, terjadi disregulasi baik pada
sistem perifer maupun sistem saraf pusat. Pada beberapa kasus
ditemukan peningkatan tonus simpatetik dalam sistem otonomik.
Penelitian pada status neuroendokrin juga menemukan beberapa
abnormalitas namun hasilnya belum konsisten.
Serangan panik merupakan respons terhadap rasa takut yang terkondisi
yang ditampilakn oleh freak network yang terlalu sensitif, yaitu
amigdala, korteks prefrontal dan hipokampu, yang berperan terhadap
timbulnya panik. Faktor biologik lain yang berhubungan dengan
terjadinya serangan panik adalah adanya zat panigoken yang
digunakan terbatas pada penelitian, serta perubahan tampilan
pencitraan dengan MRI.
o Faktor Genetik
Pada keturunan pertama pasien dengan gangguan panik dengan
agorafobia mempunyai risiko 4-8 kali mengalami serangan yang sama.
o Faktor Psikososial
Analisis penelitian mendapatkan bahwa terdapat pola ansietas akan
sosialisasi saat masa kanak, hubungan dengan orang tua yang tidak
mendukung serta perasaan terperangkap atau terjebak. Pada
kebanyakan pasien, rasa marah dan agresitivitas sulit dikendalikan.
o Tanda dan Gejala
Gangguan panik terutama ditandai dengan serangan panik yang berulang.
Serangan panik terjadi secara spontan dan tidak terduga, disertai gejala
otonomik yang kuat, terutama sistem kardiovaskular dan sistem pernafasan.
Kondisi cemas pada gangguan panik biasanya terjadi secara tiba-tiba, dapat

10 | P a g e
meningkat hingga sangat tinggi disertai gejala-gejala yang mirip gangguan
jantung, yaitu rasa nyeri di dada, berdebar-debar, keringat dingin, hinga
merasa seperti tercekik. Hal ini dialami tidak terbatas pada situasi atau
rangkaian kejadian tertentu dan biasanya tidak terduga sebelumnya.
o Kriteria Diagnosis
PPDGJ III menunjukkan pedoman diagnostik dari gangguan panik sebagai
berikut (Maslim, 2013):
a. Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis gangguan utama
bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F40,-).
b. Untuk diagnosis pasti harus ditemukan adanya beberapa kali serangan
anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa
sekitar satu bulan:
 Pada keadaan-keadaan di mana sebenarnya secara objektif
tidak ada bahaya.
 Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat
diduga sebelumnya (unpredictable situations).
c. Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada
periode di antara serangan-serangan panik (tetapi umumnya dapat
terjadi juga “anxietas antisipatorik,” yaitu anxietas yang terjadi setelah
membayangkan sesuatu yang tidak diharapkan akan terjadi.
o Tatalaksana Farmakologi dan Non Farmakologi
Tatalaksana gangguan panik terdiri atas pemberian farmakoterapi dan
psikoteriapi:
1. Farmakoterapi
Terdiri atas: 1) Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs). Ada beberapa
macam, dapat dipilih salah satu, yaitu sertralin, fluoksetin,
fluvoksamin, escitalopram. Obat diberikan selama 3-6 bulan atau lebih,
tergantung kondisi individu, agar kadarnya stabil dalam darah sehingga
dapat mencegah kekambuhan, 2) alprazolam, awitan kerjanya cepat,
dikonsumsi biasanya antara 4-6 minggu, setelah itu secara perlahan-
lahan diturunkan dosisnya sampai akhirnya dihentikan.
2. Psikoterapi

11 | P a g e
Secara psikoterapi dapat berupa terapi relaksasi dan terapi kognitif
perilaku.Terapi relaksasi bermanfaat meredakan secara relatif cepat
serangan panik dan menenangkan individu, namun itu dapat dicapai
bagi pasien yang telah berlatih setiap hari. Prinsipnya melatih
pernapasan (menarik nafas dalam dan lambat, lalu mengeluarkannya
dengan lambat pula), mengendurkan seluruh otot tubuh dan melakukan
sugesti pikiran ke araj konstruktif atau yang diinginkan akan dicapai.
Selain itu, individu diajak untuk bersama-sama melakukan
restrukturisasi kognitif, yaiitu membentuk kembali pola perilaku dan
pikiran yang irasional dan menggantinya dengan yang lebih rasional.
Terapi biasanya berlangsung 30-45 menit.
4. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
o Definisi
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2) merupakan gejala-gejala
anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan
rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.
Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik, harus ditemukan walaupun harus
tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
o Epidemiologi
Keberadaan ganggguan depresif berat dan gangguan panik secara bersamaan
lazim ditemukan. Dua pertiga pasien dengan gejala depresif memiliki gejala
ansietas yang menonjol, dan dua pertiganya dapat memenuhi kriteria
diagnostik ganguan panik. Peneliti telah melaporkan bahwa 20 sampai 90 %
pasien dengan ganggguan panik memiliki episode gangguan depresif berat.
Data ini mengesankan bahwa keberadaan gejala depresif dan ansietas secara
bersamaan, tidak ada di antaranya yang memenuhi kriteria diagnostik
gangguan depresif atau ansietas lain dapat lazim ditemukan. Meskipun
demikian, sejunlah klinisi dan peneliti memperkirakan bahwa pravelensi
gangguan ini pada populasi umum adalah 10 %dan di klinik pelayanan primer
sampai tertinggi 50 %, walaupun perkiraan konservatif mengesankan
pravelensi sekitar 1 % pada populasi umum.
o Etiopatogenesis

12 | P a g e
Empat garis bukti penting mengesankan bahwa gejala ansietas dan gejala
depresif terkait secara kausal pada sejumlah pasien yang mengalamigejala ini.
Pertama , sejumlah peneliti melaporkan temuan neuroendokrin yang serupa
pada gangguan depresif dan ansietas, terutama gangguan panik, termasuk
menumpulnya respons kortisol terhadap hormon adenokort, kotropik, respon
hormon pertumbuhan yang tumpul terhadap klonidin ( Catapres), dan respon
TSH (thyroid stimulating hormone) serta prolaktin yang tumpulterhadap TRH
(thyrotropin-relasing hormone).
Kedua, sejumlah peneliti melaporkan data yang menunjukkan bahwa
hiperkatifitas sistem noradrenergik sebagai penyebab relevan pada sejumlah
pasien dengan gangguan depresif dan gangguan ansietas. Secara rinci, studi ini
telah menemukan adanya konsentrasi metabolit norepnefrin 3-methoxy-4-
hydroxyphenylglycol (MHPG) yang meningkat didalam urin, plasma, atau
cairan serebro spinal (LCS) pada pasien dengan serangan panik. Seperti pada
gangguan ansietas dan gangguan depresif lain, serotonin dan asam γ-
aminobutirat (GABA) juga mungkin terlibat sebagaipenyebab di dalam
gangguan campuran depresif ansietas. Ketiga, banya studi menemukan bahwa
obat serotonergik, seperti fluoxetine (Prozac) dan clomipramine (Anafranil),
berguna dalam terapi gangguan depresif dan ansietas. Keempat, sejumlah studi
keluarga melaporkan data yang menunjukkanbahwa gejala ansietas dan
depresif berhubungan pada secara genetik sedikitnya pada beberapa keluarga.
o Manifestasi Klinis
Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Anxietas Menyeluruh
ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir,
was-was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada
hal-hal yang sepele dan tidak utama yang mana perasaan tersebut
mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, sehingga pertimbangan akal
sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu spesifik untuk Gangguan
Anxietas Menyeluruh adalah kecemasanya terjadi kronis secara terus-menerus
mencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial),
cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas
akan`mendapatkan serangan jantung. Sering penderita tidak sabar, mudah
marah, sulit tidur.

13 | P a g e
o Kriteria Diagnostik
Kriteria DSM-IV-TR mengharuskan adanya gejala subsindrom ansietas dan
depresi serta adanya beberapa gejala somatik, seperti tremor, palpitasi, mulut
kering, dan rasa perut yang bergejolak. Sejumlah studi pendahuluan
menunjukkan bahwa sensitivitas dokter umum untuk sindrom gangguan
campuran ansietas depresi masih rendah walaupun kurangnya pengenalan ini
dapat mencerminkan kurangnya label diagnostik yang sesuai bagi pasien.
Berdasarkan PPDGJ III untuk mendiagnosis pasien Gangguan Campuran
Anxietas dan Depresi (F41.2) harus memenuhi pedoman diagnostik, yaitu:

a. Depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala


yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk
anxietas, beberapa gejala otonomik, harus ditemukan walaupun hasus
tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran
berlebihan.
b. Depresi yang lebih ringan, maka harus dipertimbangkan kategori
gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
c. Anxietas yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis maka kedua
diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan
campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat
dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus
diutamakan.
d. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang
jelas maka harus digunakan kategori F.43.2 (gangguan penyesuaian).
o Terapi
Rencana terapi pada gangguan campuran anxietas dan depresi pemberian obat
disesuaikan berdasarkan keluhan. Untuk antianxietas, kelompok obat yang
digunakan terutama untuk mengatasi kecemasan dan memiliki efek sedasi obat
yang dapat dipilih salah satunya adalah alprazolam. Alprazolam adalah obat
short-acting kuat dari kelas benzodiazepine. Bekerja dengan cara mengikat
situs spesifik pada reseptor GABA. Hal ini terutama digunakan untuk
mengobati gangguan kecemasan sedang sampai berat dan serangan panik.
Obat diberakan secara peroral, absorpsinya tidak dipengaruhi oleh makanan,
sehingga dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Dosis alprazolam untuk

14 | P a g e
dewasa yang efektif diberikan adalah 1 x 0,5 mg-4 mg/hari. Waktu paruh dari
Alprazolam ini sendiri lebih singkat apabila dibandingkan dengan obat derivat
benzodiazepin yang lainnya (Maslim, 2007). Penggunaan Alprazolam
kemudian di evaluasi selama 4 minggu. Apabila membaik, maka pemberian
obat dapat dikurangi hingga 50% dosis awal untuk tappering off.
Penggunaan obat golongan SSRI juga dapat digunakan pada gangguan cemas
menyeluruh. Salah satu obat yang dapat digunakan adalah Fluoxetin.
Fluoxetin memiliki efek sedatif dan membuat pasien menjadi lebih tenang.
Penggunaan dosis awal 5-10 mg/hari .

Referensi Penunjang

Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari


PPDGJ-III & DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

Sadock, B.J., Sadock, A.V., Ruiz, P. 2017. Comprehensive Textbook of


Psychiatry 10th Edition. 10th edn, Walters Kluwer. 10th ed. Philidelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.

Elvira, D.S., Hadisukanto, G. 2017. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai