Berikut adalah beberapa kelainan genetika, di antaranya yaitu:
1. Buta Warna Buta warna adalah kondisi seseorang yang tidak dapat membedakan panjang gelombang cahaya tertentu yang dapat dibedakan oleh mata normal. Hal ini disebabkan oleh perubahan kepekaan fotoreseptor sel kerucut yang ada di retina mata. Buta warna banyak disebabkan oleh turunan gen orang tua maupun mengkonsumsi obat bahan kimia yang berlebihan. Tingkat Buta Warna: a. Monokromasi Monokromasi dialami seseorang yang hanya memiliki satu sel pigmen sel kerucut atau tidak berfungsinya semua sel kerucut tersebut: - Monokromasi batang disebabkan oleh tidak berfungsinya semua sel kerucut retina. - Monokromasi kerucut disebabkan oleh tidak berfungsinya dua sel kerucut. b. Dikromasi Dikromasi dialami seseorang yang salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada atau tidak berfungsi. Akibatnya dari disfungsi salah satu sel pigmen pada sel kerucut, seseorang penderita akan mengalami gangguan membedakan panjang gelombang dari cahaya pembentuk warna-warna tertentu. Pembagian dikromasi adalah sebagai berikut: - Protanopia merupakan jenis dikromasi yang disebabkan oleh tidak adanya fotoreseptor retina merah sehingga penderita protanopia kesulitan membedakan cahaya yang datang dengan panjang gelombang 560 nm – 670 nm. - Deutanopia merupakan jenis dikromasi yang disebabkan tidak adanya fotoreseptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam membedakan hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination) atau warna di sekitar panjang gelombang 530 nm. - Tritanopia merupakan jenis dikromasi yang disebabkan tidak adanya short- wavelength cone. Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna biru dan kuning dengan panjang gelombang 420 nm – 500 nm dari spektrum cahaya tampak. c. Anomalous trichromacy Penderita anomalous trichromacy memiliki tiga sel cones yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut. Pembagian anomalous trichromacy adalah sebagai berikut: - Protanomaly merupakan jenis anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan terhadap long-wavelength (red) pigment, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas terhadap cahaya merah. - Deuteranomaly merupakan jenis anomalous trichromacy yang disebabkan oleh kelainan pada bentuk pigmen middle-wavelength (green). - Tritanomaly merupakan jenis anomalous trichromacy yang disebabkan oleh kelainan pada shortwavelength pigment (blue). Pigmen biru ini bergeser ke area hijau dari spektrum warna. 2. Hemofilia Hemofilia merupakan penyakit kelainan pada pembekuan darah, sehingga jika penderita mengalami pendarahan akan sulit untuk diberhentikan. Seperti halnya dengan penyakit keturunan lain, Hemofilia diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit ini digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: a. Hemofilia A Penderita hemofilia A dikenal dengan hemofilia klasik terjadi kekurangan faktor pembekuan darah Faktor VIII. b. Hemofilia B Hemofilia B dikenal dengan Christmas Disease terjadi karena kekurangan faktor pembekuan darah Faktor IX, penyakit hemofilia ini banyak menyerang pria sedangkan sebagian besar wanita bertindak sebagai carrier. Hemofilia A dan B dapat digolongkan dalam 3 kategori, yaitu Hemofilia golongan berat, sedang dan ringan. Penderita hemofilia akan mengalami dilema pada dirinya, di mana penyakit tersebut tidak menjamin kesembuhan pada penderitanya namun jika tidak ditangani dengan baik akan mempercepat kematian. 3. Down Syndrome Down Syndrome merupakan kelainan genetik trisomi di mana terdapat tambahan pada kromosom 21. Kromosom ekstra tersebut menyebabkan jumlah protein tertentu juga berlebih sehingga mengganggu pertumbuhan normal dari tubuh dan menyebabkan perubahan perkembangan otak yang sudah tertata sebelumnya. Selain itu, kelainan tersebut dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan fisik, ketidakmampuan belajar, penyakit jantung, bahkan kanker darah/leukemia. Kelainan ini paling sering terjadi dan paling mudah diidentifi kasi. Insiden ini diperkirakan 1:800–1000 kelahiran. Perkembangan anak down syndrome berbeda dengan perkembangan anak sehat. Ekspresi pada kromosom berlebih menyebabkan penurunan jumlah sel saraf pada sistem saraf pusat, keterlambatan mielinisasi, gangguan pengaturan siklus sel, dan produksi protein berlebih serta neurotransmisi yang tidak normal. Beberapa kondisi tersebut menyebabkan gangguan kognitif, komunikasi, konsentrasi, memori, kemampuan melaksanakan tugas, perkembangan motorik, dan kontrol tubuh.