Anda di halaman 1dari 7

KISAH NABI YAHYA A.

Yahya (bahasa Arab: ‫يحيى‬


ٰ Yaḥyā), disebut Yohanes Pembaptis (Ibrani: ‫ יוחנן המטביל‬Yokhanan
HaMatbil) dalam Kristen, adalah tokoh dalam Al-Qur'an dan Alkitab. Dia adalah putra
Zakariyya. Yahya dipandang sebagai nabi dan dihormati dalam Kristen, Islam, Baha'i, dan
Mandaeisme. Dia hidup sekitar abad pertama Masehi di Palestina saat kawasan tersebut menjadi
wilayah bawahan Romawi.

Ayat

“ Kemudian para malaikat memanggilnya ketika dia berdiri melaksanakan shalat di


mihrab, 'Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya,
yang membenarkan sebuah kalimat (firman) dari Allah, panutan, berkemampuan
menahan diri (dari hawa nafsu), dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.'
— Ali 'Imran (3): 39 ”

“ Aku berkata kepadamu, 'Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh


perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis.'
— Matius 11: 11 ”

Nama

Terdapat pendapat mengenai makna dan asal-usul nama "Yahya" yang digunakan Al-Qur'an.
Yahya bukanlah ejaan bahasa Arab dari bahasa aslinya. Namanya dalam bahasa Ibrani adalah
Yohanan (‫יֹו ָחנָן‬, Yôḥānān) dan dieja dalam bahasa Arab sebagai Yuhana (‫يُو َحنَّا‬, Yūḥanna). Secara
bahasa, nama Yahya yang digunakan dalam Al-Qur'an sama dengan nama Ibrani "Yehia" (‫)י ְ ִחי ָּה‬.
Yehia sendiri adalah nama orang yang hidup pada masa Dawud atau sekitar sepuluh abad
sebelum masa Yahya dan bertugas sebagai penjaga tabut perjanjian, peti yang berisi barang-
barang suci Bani Israil, seperti gulungan Taurat dan relik peninggalan Musa dan Harun.[1][2]

Para penafsir sering menghubungkan nama Yahya dengan arti "mempercepat" atau
"menghidupkan", mengacu pada kemandulan ibu Yahya yang disembuhkan oleh Allah, serta
khotbah Yahya yang, sebagaimana diyakini umat Islam, "membuat hidup" iman Bani Israil. [3]
Arti dari nama ini sama dengan arti dari nama Yehia, yang bermakna "Yahweh hidup". [2]
Sebagaimana sosok Yehia yang menjadi penjaga tabut perjanjian, sangat mungkin nama "Yahya"
digunakan umat Kristen Arab pada abad ke-6 dan ke-7 M sebagai julukan kehormatan pada
Yohanan (Yuhana) karena dia dipandang sebagai penjaga dari "tabut perjanjian yang baru".
Perjanjian baru di sini merujuk pada 'Isa Al-Masih yang membawa syariat atau hukum baru,
yakni Injil, untuk melengkapi dan menyempurnakan syariat lama umat Yahudi, yaitu Taurat.[4][5]
Kisah

Nama Yahya disebutkan dalam Al-Qur'an (kitab suci Islam) sebanyak lima kali[a] dan kisahnya
disebutkan dalam Surah Ali 'Imran (3): 39; Maryam (19): 7, 12-15; dan Al-Anbiya' (21): 89-90.
Dalam Alkitab (kitab suci Kristen), kisah Yahya disebutkan dalam Injil Matius 3, 11, 14; Markus
6; Lukas 1, 3, 9 dan Yohanes 1.

Latar belakang

Artikel utama: Bani Israil

Setelah Sulaiman mangkat, Kerajaan Israel terbagi menjadi dua: kerajaan di utara yang juga
disebut Kerajaan Israel, tapi kerap disebut Kerajaan Utara atau Kerajaan Samaria untuk
membedakan dengan Kerajaan Israel lama; dan Kerajaan Yehuda di selatan.[6] Kerajaan Samaria
ditaklukkan Asyur pada 720-an SM.[7] Satu setengah abad kemudian, Kerajaan Yehuda
ditaklukkan Babilonia Baru pada tahun 587 SM dan Bait Suci (Baitul Maqdis, Masjid Al-Aqsha)
yang menjadi pusat ibadah Bani Israil turut dihancurkan. Banyak Bani Israil kemudian
diasingkan ke Babilonia. Pada masa-masa selanjutnya, Bani Israil (sebutan untuk keturunan
Ya'qub) juga kerap disebut dengan bangsa Yahudi, meski ada juga non-Bani Israil yang menjadi
penganut ajaran Yahudi.

Setelah lima puluh tahun di pengasingan, Bani Israil diperkenankan kembali ke Palestina dan
Bait Suci kembali dibangun. Antara tahun 332-160 SM, kawasan Palestina dikuasai dinasti-
dinasti dari Yunani. Mereka mendorong proses Helenisasi di wilayah bawahannya, menjadikan
kebudayaan Yunani sangat dominan di Palestina dan kehidupan sosial-keagamaan Bani Israil.
Proses Helenisasi ini memicu umat Yahudi melancarkan Pemberontakan Makabe dan umat
Yahudi berhasil berkuasa secara mandiri di bawah kepemimpinan Dinasti Yahudi
Hashmonayim. Saat meluaskan wilayahnya, Hashmonayim juga memaksa penduduk taklukan
untuk memeluk agama Yahudi, meskipun penduduknya bukanlah Bani Israil. Bangsa Edom
kemudian menjadi Yahudi.[8][9] Pada 37 SM, kekuasaan Hashmonayim atas Palestina berakhir,
digantikan oleh Herodes yang Agung, raja bawahan Romawi. Herodes adalah keturunan bangsa
Edom yang menjadi pemeluk Yahudi pada masa Hashmonayim. [10][11][12][13][14] Setelah Herodes
Agung mangkat pada 4 SM, wilayah Palestina dibagi-bagi untuk tiga putranya: Herodes
Arkhelaus, Herodes Antipas, dan Herodes Filipus II. Secara resmi, mereka tidak menyandang
gelar raja sebagaimana ayah mereka.[15] Arkhelaus menyandang gelar etnark (semacam
gubernur), sedangkan Antipas dan Filipus bergelar tetrark (semacam gubernur). Sebagaimana
ayah mereka, ketiganya juga penguasa bawahan Kaisar Romawi.

Yahya adalah nabi Bani Israil. Alkitab menyebutkan bahwa dia adalah putra Zakariyya dan
Elisyeba, keduanya merupakan keturunan Harun dari suku Lewi. Zakariyya sendiri adalah
seorang imam atau pendeta (‫כֹּהֵן‬, kohen).[16] Yahya berdakwah pada masa kekuasaan Kaisar
Romawi kedua, Tiberius (berkuasa 14-37 M), saat Pontius Pilatus menjabat prefek (Wali negeri)
Provinsi Iudaea (Palestina).[17]

Doa

Al-Qur'an menyebutkan bahwa Zakariyya menjadi wali dan penjaga Maryam. Saat mengunjungi
Maryam di ruang khusus ibadahnya, Zakariyya melihat makanan. Saat ditanya asal makanan ini,
Maryam menjawab bahwa itu dari Allah. Kemudian Zakariyya berdoa agar juga dikaruniai
keturunan.[18]

Para ulama menjelaskan bahwa Maryam mendapatkan buah-buahan yang bukan musimnya
sebagai bentuk mukjizat. Zakariyya yang melihat kesalehan Maryam dan karunia Allah yang
dikaruniakan padanya menjadi ingin memiliki keturunan sendiri. [19] Terkait hubungan
kekeluargaan, disebutkan bahwa Hannah, ibu Maryam, adalah saudari Elisyeba, istri Zakariyya.
Pendapat lain menyebutkan bahwa Hannah adalah bibi Elisyeba dari pihak ibu.[20]

Dijelaskan dalam Al-Qur'an bahwa Zakariyya memohon dengan suara lembut di ruang
ibadahnya. Disebutkan bahwa dia sudah berusia senja kala itu dan istrinya adalah seorang wanita
mandul. Dia mengkhawatirkan kerabatnya sepeninggalnya dan memohon anak yang akan
menjadi pewaris keluarga Ya'qub.[21][22] Beberapa penafsir menyebutkan bahwa Zakariyya
khawatir bahwa setelah dirinya meninggal, kerabatnya tidak bisa mengurus dan memandu Bani
Israil dengan hukum Allah sebagaimana mestinya, sehingga dia memohon dikaruniai anak yang
saleh dan berbakti agar bisa melanjutkan tugasnya kelak dan menjadi pewaris spiritualnya. [19][23]
Dalam hukum Musa sendiri juga dijelaskan bahwa secara hukum, kedudukan imam itu
diwariskan dari ayah ke putranya di kalangan keturunan Harun.[24]

Al-Qur'an kemudian menjelaskan bahwa setelahnya, malaikat datang dan mengabarkan bahwa
Zakariyya akan memiliki seorang putra yang bernama Yahya. Zakariyya menanyakan caranya
dia memiliki anak, padahal dia sudah berusia senja dan Elisyeba sendiri adalah wanita mandul.
Melalui malaikat, Allah menjelaskan bahwa itu adalah hal yang mudah. Zakariyya meminta
tanda dan Allah membalas bahwa Zakariyya tidak akan mampu bicara selama tiga hari tiga
malam, padahal dia dalam keadaan sehat.[25][26]

Alkitab menjelaskan bahwa malaikat Jibril mendatangi Zakariyya saat dia mendapat jadwal
tugas untuk membakar ukupan atau dupa di dalam Baitul Maqdis, sementara jamaah berdoa di
luar. Jibril menyatakan bahwa Zakariyya akan dikaruniai anak yang akan menjadi utusan Tuhan
yang kuat dan berkuasa seperti Ilyas. Zakariyya menjelaskan bahwa dia dan istrinya sudah tua
dan Jibril membalas bahwa Zakariyya tidak akan bisa bicara sampai Yahya lahir karena dia tidak
percaya dengan kabar yang dibawa Jibril. Di luar, jamaah heran karena Zakariyya begitu lama
berada di dalam. Saat keluar, Zakariyya tidak bisa bicara dan terus-menerus menggunakan
isyarat tangan. Orang-orang paham bahwa Zakariyya telah mendapat penglihatan saat di dalam.
[27]
Ada yang berpendapat bahwa saat itu Zakariyya telah berusia 77 tahun atau lebih muda. [28]
Pendapat lain menyebutkan 92 tahun.[29]

Alkitab menyebutkan bahwa saat kandungan Elisyeba memasuki usia enam bulan, Maryam
mengandung 'Isa.[30] Setelah Elisyeba melahirkan, putranya disunat saat berusia delapan hari.[31]

Al-Qur'an menyatakan bahwa Allah memberi nama anak itu Yahya dan "Kami belum pernah
memberikan nama seperti itu sebelumnya." [32] Alkitab menjelaskan bahwa keluarga besarnya
hendak menamai anak itu Zakariyya sebagaimana nama bapaknya, tetapi Elisyeba menolak dan
ingin menamainya Yahya (Yohanan/Yohanes). Mereka membalas bahwa tidak ada yang
memiliki nama seperti itu di keluarga besar mereka. Zakariyya kemudian menulis di batu tulis
bahwa namanya adalah Yahya.[33][34][35]

Seruan

Seruan dan dakwah Yahya tidak disebutkan dalam Al-Qur'an. Dalam sebuah riwayat hadits
disebutkan bahwa Yahya mengumpulkan Bani Israil di Bait Suci atau Baitul Maqdis sampai
penuh sesak. Kemudian dia menyampaikan pada mereka lima hal: menyembah Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain, shalat (ibadah), puasa, sedekah, dan berdzikir
(menyebut nama Allah).[36]

Alkitab menyebutkan bahwa Yahya sehari-hari mengenakan jubah bulu unta dan ikat pinggang
kulit, sedangkan makanannya belalang dan madu hutan. Dia menyeru orang-orang untuk
bertobat dan penduduk dari berbagai daerah mendatangi seruannya. Yahya melakukan ritual
baptis di sungai Yordan pada mereka sebagai bentuk pertobatan. [37][38][39] Yahya juga menyeru
bahwa setelah dirinya, akan datang sosok yang lebih mulia dan agung darinya. [40][41][42] Sosok itu
ditafsirkan sebagai 'Isa bin Maryam.

Herodes Antipas

Dalam berdakwah, Yahya dikenal sangat tegas, bahkan sampai berhadapan dengan Herodes
Antipas, tetrark kawasan Galilea dan Perea. Yahya menegur Herodes Antipas atas berbagai
kejahatan yang dia lakukan, termasuk pernikahannya dengan Herodias. Dari segi silsilah,
Herodias adalah keponakan Herodes Antipas. Dari segi pernikahan, Herodias adalah ipar
Herodes Antipas karena Herodias adalah istri dari saudara tiri Herodes Antipas. Setelah Herodes
Antipas dan Herodias bercerai dengan pasangan masing-masing, mereka kemudian menikah.
Yahya mengecam hal tersebut lantaran saat mereka menikah, mantan suami Herodias masih
hidup dan hal tersebut melanggar hukum Taurat.[43]

Terkait suami pertama Herodias, catatan sejarah menunjukkan bahwa dia adalah Herodes II.
Namun Alkitab menyebutkan bahwa namanya adalah Filipus. Atas dasar ini, sebagian sarjana
menyebutkan bahwa nama asli Herodes II adalah Herodes Filipus (berbeda dengan Filipus yang
mewarisi sebagian wilayah Palestina sepeninggal Herodes Agung). Namun banyak sarjana yang
tidak sepakat dengan hal ini dan menyatakan bahwa penulis Alkitab telah melakukan kesalahan.
[44][45]

Atas penentangannya terhadap Herodes Antipas, Yahya kemudian dibelenggu dan dipenjara.
Salah satu bagian Alkitab (Injil Matius) menyebutkan bahwa Herodes Antipas ingin membunuh
Yahya, tapi takut atas reaksi banyak orang karena mereka menghormati Yahya sebagai nabi dan
memiliki pengaruh besar di masyarakat.[46] Dalam bagian yang lain (Injil Markus) disebutkan
bahwa Herodias yang menginginkan kematian Yahya, tetapi Herodes Antipas menentang dan
bahkan menyuruh para penjaga untuk menjaga baik-baik keselamatan Yahya di tahanan karena
mengetahui bahwa Yahya adalah orang baik. Herodes Antipas sendiri bahkan disebutkan suka
mendengar perkataan Yahya.[47]

Kematian

Alkitab menyebutkan bahwa saat perayaan ulang tahun Herodes Antipas, seorang gadis menari
di pesta dan membuat senang Herodes Antipas dan tamu-tamunya. Herodes Antipas kemudian
mengatakan akan mengabulkan permintaan gadis itu sebagai imbalan. Gadis itu kemudian
bertanya pada ibunya dan ibunya menyuruhnya untuk meminta kepala Yahya. Setelah
permintaan itu disampaikan oleh gadis tersebut, Herodes Antipas bersedih, tapi tak bisa
mengingkari janji yang telah dia ucapkan di hadapan orang-orang. Akhirnya Herodes Antipas
memerintahkan agar Yahya dipenggal dan kepalanya disuguhkan dalam nampan. Setelah
mendengar kematian Yahya, murid-muridnya mengambil jenazahnya dan menguburkannya.[48][49]

Ada dua pendapat terkait identitas gadis yang menari dan perbedaan ini berasal dari masalah
penerjemahan Alkitab. Pendapat pertama menyebutkan bahwa dia adalah anak perempuan
Herodes Antipas yang bernama Herodias (namanya sama dengan istri baru Herodes Antipas).
Pendapat kedua menyebutkan bahwa dia adalah anak perempuan Herodias.[50][51][52] Terkait
pendapat kedua, keterangan tambahan menyebutkan bahwa dia adalah anak Herodias dengan
suami pertamanya. Alkitab terjemahan NRSV memilih pendapat pertama,[53] sedangkan Alkitab
terjemahan bahasa Indonesia merujuk pada pendapat kedua.

Kedudukan

Islam

Yahya dipandang seorang nabi dalam Islam. Kisah yang berkaitan dengan Yahya dalam Al-
Qur'an adalah mengenai doa Zakariyya yang memohon keturunan. Bagian kisahnya yang lain
disadur dari riwayat hadits atau sumber-sumber Kristen.

Al-Qur'an menyebutnya sebagai sosok panutan, berkemampuan menahan diri dari hawa nafsu,
seorang nabi di antara orang-orang yang saleh,[54] Yahya juga dianugerahi hikmah sejak masih
anak-anak, sosok yang berbakti pada orang tua, dan bukan orang yang sombong dan durhaka.
Disebutkan bahwa kesejahteraan dilimpahkan pada hari kelahiran, kematian, dan saat
kebangkitannya kembali.[55] Yahya juga dijelaskan sebagai orang yang bersegera melaksanakan
kebaikan dan khusyuk.[56] Di ayat lain, Yahya disebut bersama Zakariyya, 'Isa, dan Ilyas, sebagai
orang yang saleh.[57]

Yahya juga disebutkan membenarkan kalimat atau firman dari Allah.[54] Ayat selanjutnya
menyebutkan bahwa yang dimaksud kalimat dari Allah adalah sosok 'Isa bin Maryam.[58]

Yahya juga salah satu nabi yang dilihat Nabi Muhammad saat peristiwa isra' mi'raj. Disebutkan
bahwa Yahya berada di langit kedua bersama 'Isa.[59]

Kristen

Yahya dipandang sebagai nabi, juga dihormati sebagai santo oleh banyak tradisi Kristen. Dalam
Kristen, sosok Yahya utamanya memiliki peran khusus sebagai pendahulu kedatangan 'Isa yang
dipandang sebagai mesias yang sudah dinubuatkan.[60][61] Yahudi percaya bahwa sebelum sosok
mesias datang, Ilyas akan datang terlebih dulu. Umat Kristen percaya bahwa Yahya adalah Ilyas,
dalam artian bahwa Yahya adalah penerus spiritual dari Ilyas.[62][63]

Gereja Katolik memperingati Yahya pada dua hari raya, yakni perayaan Kelahiran Santo
Yohanes Pembaptis pada 24 Juni dan Kematian Yohanes Pembaptis pada 29 Agustus.

Mandaeisme

Yahya dianggap sebagai nabi utama umat Mandaeisme atau Shabi'iyah (bahasa Arab: ‫صابِئِيَّة‬
َ ), dan
berperan besar dalam beberapa tulisan mereka,[64] seperti kitab Ginza Rba dan Draša D-Iahia
(Kitab Yahya). Mereka memandang Yahya sebagai satu-satunya mesias yang sejati, dan
menentang 'Isa.[65]

Baha'i

Bahá'i menganggap Yahya sebagai nabi Allah yang, seperti semua nabi lainnya, diutus untuk
menanamkan pengetahuan tentang Tuhan, mendorong persatuan di antara orang-orang di dunia,
dan menunjukkan kepada orang-orang cara hidup yang benar. [66] Ada banyak kutipan dalam
tulisan-tulisan Bahá'u'lláh, Pendiri Bahá'í, yang menyebut Yahya. Ia dianggap oleh Baha'i
sebagai seorang nabi kecil.[67]

Penanggalan

Pada masa hidup Zakariyya, para imam (pendeta) Yahudi masih melanjutkan tugas mereka
memimpin upacara kebaktian atau peribadatan di Bait Suci (Baitul Maqdis). Ada 24 giliran
kebaktian, setiap giliran disebut sesuai dengan nama-nama keturunan Harun. Setiap imam
mendapat giliran bertugas selama sepekan dalam setiap enam bulan. Jadi 24 giliran kebaktian
tersebut diselesaikan dalam 24 pekan, dan setahun 48 giliran dalam 48 pekan.

Giliran pertama disebut Jehoiarib yang dimulai hari Sabat (Sabtu) pada bulan Nisan menurut
kalender Yahudi. Bulan Nisan bersamaan dengan musim semi, sedangkan Maaziah merupakan
giliran ke-24 atau giliran terakhir pada pertengahan pertama tiap tahun. Pada saat Zakariyya
berada di Bait Suci, Malaikat Jibril datang kepadanya menyampaikan kabar gembira tentang
anak yang akan lahir dari kandungan istrinya. Injil Lukas 1:5 menyatakan, "Pada zaman
Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia."

Ungkapan "Abia" dalam ayat ini mendapat penjelasan dalam Kitab 1 Tawarikh 24:10 bahwa
Abia atau Abijah adalah giliran ke-8. ini berarti memasuki pekan ke-9 setelah awal bulan
pertama, Nisan. Jadi, Zakariyya bertugas antara tanggal 27 Iyar sampai dengan tanggal 15 Sivan
menurut kalender Yahudi (1 sampai 8 Juni) setelah dihitung dari 6 April tahun 5 SM yang
bertepatan dengan Sabat pada bulan Nisan. Diketahui bayi biasanya berada dalam kandungan
selama 9 bulan 10 hari. Jika diperhitungkan sejak waktu Zakaria menerima kabar gembira
tentang kehamilan istrinya sampai lahirnya Yahya, akan ditemukan tanggal 27 Maret (1 Nisan)
sebagai hari kelahiran Yahya.

Makam dan relik

Makam Nabi Yahya di Masjid Agung Umayyah

Terdapat beberapa tempat yang diyakini sebagai makam Yahya:

 Masjid Nabi Yahya, Sebastia, Nablus. Diyakini sebagai tempat dimakamkannya tubuh
Yahya.

 Masjid Agung Umayyah, Damaskus, Syria. Diyakini sebagai tempat dimakamkannya


kepala Yahya. Pihak Gereja Katolik secara resmi mendukung pendapat ini.[68]

 Beberapa tempat yang diklaim menyimpan tangan kanan Yahya:

o Biara Ortodoks Serbia Cetinje, Montenegro

o Istana Topkapı, Istanbul[69]

o Skete Prodromos, Gunung Athos

 Tangan kiri Yahya diklaim berada di Gereja Apostolik Armenia Santo Yohanes,
Chinsurah, Benggala Barat

Anda mungkin juga menyukai