Anda di halaman 1dari 12

SYIRKAH DAN MUDHARABAH

Oleh:
Ismi Yuniatun1, Ach Machfudz2, Umi Habibah3

A. LATAR BELAKANG
Islam merupakan agama yang universal, agama yang dimana semua perbuatan
dan tingkah laku memiliki sebuah aturan yang diatur dalam Al Qur’an. Tidak begitu
saja aturan itu dibuat melainkan semua pasti memilki nilai manfaat tinggi bagi
manusia baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Manusia merupakan makhluk sosial yang mana diciptakan untuk saling tolong
menolong baik dalam usaha maupun bisnis. Dalam bisnis atau usaha dapat dikenal
dalam islam dengan syirkah dan mudharabah, dimana kedua istilah tersebut
memiliki makna yang berbeda beda.
Dalam dunia usaha pada saat ini banyak pengusaha yang membutuhkan modal
baik untuk mengembangkan dunia bisnisnya atau untuk memulai usaha- /proyek
baru. Hal ini menunjukan bahwa adanya akad pembiayaan mudharabah dan
pembiayaan musyarakah di perbankan syariah begitu penting untuk menunjang
usaha tersebut.
Dalam hal usaha dan bisnis masih banyak orang belum tahu dan paham terkait
akad pembiayaan mudharabah dan musyarakah itu bagaimana. Oleh karena itu,
adanya karya tulis ini akan membahas terkait kedua pembiayaan tersebut.
Adapun rumusan masalahnya yaitu: 1) Apa pengertian syirkah dan mudharabah
serta macam-macamya?, 2) Apa dasar hukum dari syirkah dan mudharabah?, 3)
Apa saja rukun dari syirkah dan mudharabah?; 4. Bagaimana contoh dari syirkah
dan mudharabah?

1
Mahasiswa Institut Ilmu Al Qur’an An-Nur Yogyakarta Program Studi Pendidikan
Agama Islam, NIM.20101981.
2
Mahasiswa Institut Ilmu Al Qur’an An-Nur Yogyakarta Program Studi Pendidikan
Agama Islam, NIM. 20101985.
3
Mahasiswa Institut Ilmu Al Qur’an An-Nur Yogyakarta, Program Studi Pendidikan
Agama Islam, NIM.20101863.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Syirkah dan Mudharabah
a. Pengertian Syirkah
Secara bahasa musyarakah sering pula disebut dengan syirkah yang
bermakna ihktilath (pencampuran), yakni bercampurnya salah satu dari dua
harta dengan harta lainnya tanpa dapat dibedakan diantara keduanya.
4
Musyarakah juga bisa berarti seseorang mencampur hartanya dengan harta
orang lain dengan mana salah satu pihak tidak menceraikan dari yang
lainnya. Dalam hal ini mencampur satu modal dengan modal yang lain
sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam istilah fikih syirkah
adalah suatu akad antara dua orang atau lebih untuk berkongsi modal dan
bersekutu dalam keuntungan.
Sebenarnya dalam pengertian musyarakah memiliki banyak arti dalam
berbagai madzhab. Sebagai mana berikut menurut Hanafiyah syirkah adalah
perjanjian antara dua pihak yang bersyarikat mengenai pokok harta dan
keuntungannya. Menurut ulama Malikiyah adalah keizinan untuk berbuat
hukum bagi kedua belah pihak, yakni masing-masing mengizinkan pihak
lainnya berbuat hukum terhadap harta milik bersama antara kedua belah
pihak, disertai dengan tetapnya hak berbuat hukum (terhadap harta tersebut)
bagi masing-masing. Menurut Hanbaliah adalah berkumpul dalam berhak
dan berbuat hukum. Sedangkan menurut Syafi‟iyah merupakan tetapnya hak
tentang sesuatu terhadap dua pihak atau lebih secara merata.
Secara garis besar musyarakah terbagi dua, yang pertama musyarakah
tentang kepemilikan bersama, yaitu musyarakah yang terjalin tanpa adanya
akad antara kedua pihak. Ini ada yang atas perbuatan manusia, seperti secara
bersama-sama menerima hibah atau wasiat, dan ada pula yang tidak atas
perbuatan manusia, seperti bersama-sama menerima hibah atau menerima

4
Chefi Abdul Latif, “Pembiayaan Mudharabah Dan Pembiayaan Musyarakah Di
Perbankan Syariah”, UIN Sunan Gunung Jati: Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah, Vol. 2.
No. 01, 2020, hal. 12.
wasiat, dan ada pula yang tidak atas perbuatan manusia, seperti bersama-
sama menjadi ahli waris.
Bentuk kedua adalah musyarakah yang lahir karena akad atau
perjanjian antara pihak-pihak (syirkah al- ‘uqud).5 Syirkah al-amlak itu
sendiri terbagi kepada dua bagian besar, yaitu syirkah al-jabr dan syirkah al-
ikhtiyar. Sedangkan syirkah al-„uqud terdiri dari empat jenis, yaitu syirkah
al-mufawadhah, syirkah al-„inan, syirkah al-wujuh, syirkah alamal, dan
syirkah mudharabah. Berikut adalah penjelasan dari setiap syirkah-syirkah
yang ada:
1) Syirkah Al-Amlak
Syirkah al-amlak (syirkah milik) adalah ibarat dua orang atau lebih
memilikkan suatu benda kepada yang lain tanpa ada akad syirkah.
2) Syirkah Al-Jabr
Syirkah al-jabr yaitu berkumpulnya dua orang atau lebih dalam
pemilikan suatu benda secara paksa.
3) Sirkah Al-Ikhtiyar
Sirkah al-ikhtiyar yaitu suatu bentuk kepemilikan bersama yang
timbul karena perbuatan orang-orang yang berserikat.
4) Syirkah Al-Uqud
Syirkah al-uqud (contractual partnership), dapat dianggap sebagai
kemitraan yang sesungguhnya, karena para pihak yang bersangkutan
secara sukarela berkeinginan untuk membuat Yaitu kontrak kerja sama
dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan
berbagi keuntungan dari pekerjaaan itu. Misalnya kerja sama dua orang
arsitek untuk menggarap sebuah proyek atau kerjasama, dua orang
penjahit untuk menerima order pembuatan seragam sebuah kantor.
Musyarakah ini kadang disebut dengan syirkah abdan atau sanaa‟i.

5
Abdul Rahman Ghazaly (dkk), Fiqh Muamalat, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010),
hal. 130.
5) Syirkah Mudharabah
Syirkah mudharabah yaitu kerja sama usaha antara dua pihak atau
lebih yang mana satu pihak sebagai shahibul maal yang menyediakan
dana 100% untuk keperluan usaha, dan pihak lain tidak menyerahkan
modal dan hanya sebagai pengelola atas usaha yang dijalankan, disebut
mudharib.
b. Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata adhorby fil ‘ardli yaitu berpergian
untuk urusan dagang. Disebut qirodh yang juga bisa disebut al qordu yang
berarti potogan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk
diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan. 6
Mudharabah juga disebut qiradh yang berasal dari kata al-qardhu
yang berarti al-qath’u yang berarti potongan karena pemilik memotong
sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian
keuntungan.7
Menurut beberapa madzhab juga mengemukakan tentang pengertian
mudharabah secara terminologinya, diantaranya, menurut madzhab Hanafi
adalah suatu perjanjian untuk berkongsi didalam keuntungan dengan modal
dari salah satu pihak dan kerja (usaha) dari pihak lain.
Sedangkan madzhab Maliki menamainya sebagai penyerahan uang
dimuka oleh pemilik modal dalam jumlah uang yang ditentukan kepada
seorang yang akan menjalankan usaha dengan uang itu dengan imbalan
sebagian dari keuntungannya.8
Secara umum, mudharabah dibagi menjadi dua yaitu mudharabah
mutlaqah (Unrestricted Investment Account) dan mudharabah
muqoyyadhah (Restricted Investment Account), Mudharabah Mutlaqah
(bebas).

6
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,
2001), hal.21.
7
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta: Ekonosia, Edisi II, 2003), hal.65.
8
Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Akademi ManajemenPerusahaan YKPN,
2002) , hal. 82-83.
1) Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah Mutlaqah atau disebut dengan (Unrestricted
Investment Account) adalah akad kerja antara dua orang atau lebih,
atau antara shahibul maal selaku investor dengan mudharib selaku
pengusaha yang berlaku secara luas. Atau dengan kata lain pengelola
(mudharib) mendapatkan hak keleluasaan (disrectionary right) dalam
pengelolaan dana, jenis usaha, daerah bisnis, waktu usaha, maupun
yang lain.
2) Mudharabah Muqoyyadah (terikat)
Disebut juga dengan istilah (Restricted Investment Account) yaitu
kerjasama dua orang atau lebih atau antara shahibul maal selaku
investor dengan pengusaha atau mudharib, investor memberikan
batasan tertentu baik dalam hal jenis usaha yang akan dibiayai, jenis
instrumen, resiko, maupun pembatasan lain yang serupa.
Secara singkat mudharabah atau penanaman modal adalah
penyerahan modal uang kepada orang yang berniaga sehingga ia
mendapatkan persentase keuntungan. Sebagai suatu bentuk kontrak,
mudharabah merupakan akad bagi hasil ketika pemilik dana atau
modal (pemodal), biasa disebut shahibul mal atau rabbulmal,
menyediakan modal 100% kepada pengusaha sebagai pengelola, biasa
disebut mudharib, untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat
bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi di antara mereka
menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad yang
besarnya juga dipengaruhi oleh kekuatan pasar.9
Pengelola tidak ikut menyertakan modal, tetapi menyertakan
tenaga dan keahliannya, dan juga tidak meminta gaji atau upah dalam
menjalankan usahanya. Pemilik dana hanya menyediakan modal dan
tidak dibenarkan untuk ikut campur dalam manajemen risiko apabila

9
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2008),
hal. 60.
terjadi kerugian menjadi dasar untuk mendapat bagian dari
keuntungan. 10
Berdasarkan penjelasan diatas secara teknis mudharabah dapat
dikatakan sebagai suatu akad kerjasama usaha antara pemilik dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas
dasar nisbah,bagi hasil menurut kesepakatan berdua belah pihak,
sedangkan bila terjadi kerugian yang bertanggung jawab adalah
pemilik dana, kecuali disebabkan oleh pelanggaran atau kelalaian oleh
pengelola dana.

2. Dasar Hukum Syirkah dan Mudharabah


a. Hukum Syirkah atau Musyarakah
Syirkah atau musyarakah adalah akad yang diperbolehkan
berdasarkan Al-Quran, Hadist dan Ijma‟. Al Qur’an membolehkan
musyarakah ini dengan mengambil dasar QS. An-Nisa’ ayat 12 yang
artinya “Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka
mereka bersekutudalam yang sepertiga itu”.11 Ayat ini sebenarnya tidak
memberikan landasan syariah bagi semua jenis syirkah, ia hanya
memberikan landasan kepada syirkah jabariyyah yaitu perkongsian
beberapa orang yang terjadi di luar kehendak mereka karena mereka
sama-sama mewarisi harta pusaka.
Ada juga dalam QS. As-Shod ayat 24 yang berbunyi ”dan
sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berkongsi itu benar-
benar berbuat zalim kepada sebagian lainnya kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal sholeh”. Ayat ini mencela perilaku
orang-orang yang berkongsi atau berserikat dalam berdagang dengan
menzalimi sebagian dari mitra mereka. Kedua ayat al-Qur’an ini jelas

10
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah …, hal. 61.
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Danakarya, 2004),
hal.78.
menunjukkan bahwa syirkah pada hakekatnya diperbolehkan oleh
risalah-risalah yang terdahulu dan telah dipraktekkan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman : “Aku adalah mitra ketiga
dari dua orang yang bermitra selama salah satu dari kedunya tidak
mengkhianati yang lainnya. Jika salah satu dari keduanya telah
mengkhianatinya, maka Aku keluar dari perkongsian itu”.
Penjelasan dari arti hadis adalah bahwa Allah SWT akan selalu
bersama kedua orang yang berkongsi dalam kepengawasan-Nya,
penjagaan-Nya dan bantuan-Nya. Allah akan memberikan bantuan
dalam kemitraan ini dan menurunkan berkah dalam perniagaan mereka.
Jika keduanya atau salah satu dari keduanya telah berkhianat, maka
Allah meninggalkan mereka dengan tidak memberikan berkah dan
pertolongan sehingga perniagaan itu merugi. Di samping itu masih
banyak hadis yang lain yang menceritakan bahwa para sahabat telah
mempraktekkan syirkah ini sementara Rasulullah SAW tidak pernah
melarang mereka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Rasulullah telah
memebrikan ketetapan kepada mereka.
Adapun dasar hukum mudharabah dan musyarakah dalam udang-
undang yaitu UU Nomor 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat 25 disebutkan
bahwa pembiayaan merupakan penyediaan dana atau tagihan yang
samanya dengan transaksi nisbah dalam bentuk mudharabah dan
musyarakah.
b. Hukum Mudharabah
Al Qur’an membolehkan mudharabah ini dengan mengambil dasar
QS. Al Muzammil ayat 20 yang artinya “ Dan orang-orang yang
berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT”.12 Dalam
ayat tersebut terdapat kata yadribun yang asal katanya sama dengan

12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya …, hal. 574.
mudharabah, yakni dharaba yang berarti mencari pekerjaan atau
menjalankan usaha.
“Diceritakan kepada kami Hasan bin Ali al-Khallal, diceritakan
kepada kami Bisri bin Tsabit al-Bazzar, diceritakan kepada kami Nashr
bin al-Qasim dari Abdurrahman bin Daud, dari Shalih bin Shuhaib r.a.
bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tiga hal yang didalamnya terdapat
keberkahan yaitu jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah),
dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan
untuk dijual” (HR Ibnu Majah no.2280, kitab at-Tijarah).13
Dalam konteks hukum, di Indonesia telah ditemukan beberapa
produk yang berkaitan dengan mudharabah ini, baik dalam bentuk
peraturan perundang-undangan maupun dalam bentuk fatwa yang
dikeluarkan oleh DSN (Dewan Syari‟ah Nasional) Majelis Ulama
Indonesia. Sebagai contoh UU Nomor 10 Tahun 1998 menyebutkan
mudharabah merupakan salah satu bentuk pembiayaan bagi hasil.
Berdasarkan dasar hukum yang telah dijelaskan diatas tentunya
sudah tampak jelas hukum pelaksanaan mudharabah dalam islam.
3. Rukun Syirkah dan Mudharabah
a. Rukun Syirkah atau Musyarakah
1) Ijab-qabul, yaitu adanya kesepakatan di antara kedua belah pihak.

2) Dua pihak yang berakad dan memiliki kecakapan dalam


pengelolaan harta.
3) Objek aqad, mencakup modal atau pekerjaan.
4) Nisbah bagi hasil.
b. Rukun Mudharabah
Adapun syarat mudharabah menurut para Ulama’, yaitu:
1) Pelaku, yakni shahibul maal (pemilik) dan mudharib (pengelola)

13
Chefi Abdul Latif, “Pembiayaan Mudharabah …, hal. 11.
2) Objek mudharabah (modal), yaitu modal yang diserahkan bisa
berbentuk uang ataupun barang yang dirinei berapa nilai uangnya.
Para ulama sepakat bahwa hukumnya tidak boleh memberikan
modal kepada mudharib yang telah berjaya, dalam hal ini mudharib
telah memiliki pekerjaan yang cukup.
3) Ijab qabul, dimaksudkan bahwa antara kedua belah pihak telah
sepakat ataupun rela baik dari hal kerja ataupun keuntungan nisbah
dan tidak ada yang di zhalimi.
4) Nisbah keuntungan, ini adalah prinsip yang khas. Nisbah ini
mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah
pihak dengan porsi nisbah yang telah disepakati ketika ijab qabul.
Nisbah keuntungan ini juga mencegah terjadinya perselisihan
antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntunga.14

Berdasarkan rukun dari syirkah maupun mudharabah diatas maka


hendaknya dapat dipenuhi dengan baik. Supaya dapat menjapai tujuan
yang sudah menjadi kesepakatan bersama antar pihak terkait.

4. Implementasi dari Syirkah dan Mudharabah


a. Implementasi Musyarakah
Implementasi musyarakah contohnya pada perbankan syari‟ah dan
BMT. Musyarakah dalam konteks perbankan berarti perjanjian
kesepakatan bersama antara beberapa pemilik modal untuk
menyertakan modal sahamnya pada suatu proyek. Berkorelasi dengan
modal, bank umum sebagai yang mengoperasikan uang sebagai modal,
maka dapat dipastikan musyarakah yang digunakan ialah syirkah al-mal
yakni syirkah al-inan dan syirkah al-mufawadhah.
b. Implementasi Mudharabah
Implementasi mudharabah di perbankan syari‟ah dan BMT.
Implementasi mudharabah di perbankan syari‟ah terbagi menjadi dua
bagian, yaitu pada saat pengerahan dana dan pada saat penyaluran

14
Adiwarman Karim, Bank Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2013), hal. 205-206.
dana. Pengerahan dana merupakan mekanisme masuknya dana dari
nasabah kepada bank, sedangkan penyaluran dana merupakan keluarnya
dana dari bank kepada nasabah. Pada saat pengerahan dana mudharabah
di implementasikan dalam bentuk tabungan mudharabah dan deposito
mudharabah.
Tabungan mudharabah merupakan dana nasabah yang disimpan
akan dikelola oleh bank untuk mendapatkan keuntungan dengan
mekanisme nisbah berdasarkan kesepakatan bersama. Deposito
mudharabah adalah dana simpanan nasabah yang hanya bisa ditarik
berdasarkan jangka waktu yang telah ditentukan, serta nasabah berhak
ikut menanggung keuntungan dan kerugian yang dialami bank sebagai
pengelola dana. Penyaluran dana, yaitu dalam bentuk pembiayaan
mudharabah. Pembiayaan mudharabah adalah bank menyediakan
pembiayaan modal investasi atau modal kerja secara penuh (trusty
financing), sedangkan nasabah menyediakan proyek atau usaha lengkap
dengan manajemennya. Hasil keuntungan dan kerugian yang dialami
nasabah dibagi atau ditanggung bersama antara bank dan nasabah
dengan ketentuan sesuai kesepakatan bersama.

C. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemaparan diatas maka dapat kia simpulkan bahwa
musyarakah adalah bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya
tanpa dapat dibedakan diantara keduanya Musyarakah terbagi menjadi dua bagian,
yaitu syirkah al-amlak dan syirkah al-„uqud. Syirkah al-amlak itu sendiri terbagi
kepada dua bagian besar, yaitu syirkah al-jabr dan syirkah al-ikhtiyar. Sedangkan
syirkah al-„uqud terdiri dari empat jenis, yaitu syirkah al-mufawadhah, syirkah al-
inan, syirkah al-wujuh, syirkah al-amal, dan syirkah mudharabah.

Mudharabah adalah akad kerja sama pemilik modal dan pengelola modal
dimana keuntungan dan kerugian dibagi berdasarkan kesepakatan oleh beberapa
pihak yang terlibat. Pihak-pihak yang melakukan akad mudharabah diisyaratkan
arus memiliki kemampuan untuk dibebani hukum atau cakap hukum (mukallaf)
untuk melakukan kesepakatan. Modal harus berupa alat tukar (uang), Modal harus
diketahui sehingga mudah untuk diukur, Modal harus dalam bentuk tunai,
dan Modal harus dapat dipindahkan atau diserahkan dari pemilik modal (shahibul
maal) kepada pengelola modal (mudharib). Tidak ada bentuk khusus kontrak,
berakad dianggap sah jika diucapkan secara verbal atau tertulis, kontrak dicatat
dalam tulisan dan disaksikan. Mitra harus kompeten dalam memberikan/diberikan
kekuasaan perwalian. Modal harus uang tunai, emas, perak yang nilainya sama,
dapat terdiri dari asset perdagangan, hak yang tidak terlihat (misalnya lisensi, hak
paten dan sebagainya).

Adapun hukum dari syirkah maupun mudharabah itu boleh. Sebagaimana


yang telah dijelaskan dalam alqura’an dan hadits dan tentunya menurut syarat dan
rukun yang harus dipatuhi.

Implementasi dari syirkah maupun mudharabah dapat dilihat dalam


perbankan syariah maupun BMT. Implementasi musyarakah contohnya pada
perbankan syari‟ah dan BMT. Musyarakah dalam konteks perbankan berarti
perjanjian kesepakatan bersama antara beberapa pemilik modal untuk menyertakan
modal sahamnya pada suatu proyek. Implementasi mudharabah di perbankan
syari‟ah terbagi menjadi dua bagian, yaitu pada saat pengerahan dana dan pada saat
penyaluran dana.

D. DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani.

Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syari’ah. Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: Danakarya

Ghazaly, Abdul Rahman (dkk). 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Prenada Media
Group.

Karim, Adiwarman. 2013. Bank Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo.


Latif, Chefi Abdul. Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah di
Perbankan Syariah. UIN Sunan Gunung Jati: Jurnal Ilmu Akuntansi dan
Bisnis Syariah. Vol. 2. No. 01. 2020.

Muhammad. 2002.Etika Bisnis Islam. Yogyakarta: Akademi Manajemen


Perusahaan YKPN.

Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan
Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonosia, Edisi II.

Anda mungkin juga menyukai