Anda di halaman 1dari 15

PERENCANAAN PROGRAM BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH

Oleh:

Ismi Yuniatun1, Desi Umi Farhati2

A. LATAR BELAKANG
Bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik
secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir, melalui berbagai
jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang
berlaku. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistemik
dalam memfasilitasi individu mencapai perkembangan yang optimal,
pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan, dan
peningkatan fungsi individu dalam lingkungannya. Semua perilaku tersebut
merupakan proses perkembangan yakni proses interaksi antara individu dengan
lingkungan. Pengampu bimbingan dan konseling adalah guru bimbingan dan
konseling atau konselor yang mempunyai kualifikasi pendidik.
Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling sebagai upaya
membantu perkembangan siswa secara optimal. Maka secara umum pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah harus dikaitkan dengan perkembangan
sumber daya manusia seutuhnya. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan
konseling semestinya dapat menyediakan berbagai jenis layanan bimbingan
dan konseling yang dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya seperti masalah pribadi, sosial,
pekerjaan, dan lain sebagainya. Selain itu program bimbingan dan konseling
pada dasarnya memberikan bantuan kepada siswa agar dapat mengenal dirinya
secara matang. Hal ini dimungkinkan supaya layanan bimbingan dan konseling

1
Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an An-Nur Yogyakarta Program Studi Pendidikan
Agama Islam, NIM. 20101981.
2
Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an An-Nur Yogyakarta Program Studi Pendidikan
Agama Islam, NIM. 20101850.

1
dapat berjalan dengan baik dan siswa dapat memahami fungsi pelayanan
bimbingan dan konseling.
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah
bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum
perundang-undangan atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah
menyangkut upaya memberikan fasilitas peserta didik atau konseli, agar
mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya baik yang menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial,
dan moral-spiritual.
Upaya untuk mewujudkan itu semua, konselor sekolah dituntut untuk
menyusun suatu program bimbingan dan konseling, hal ini sesuai dengan
standarisasi unjuk kerja konselor sekolah yang salah satunya yaitu menyusun
program bimbingan dan konseling. Dimana penyusunan program bimbingan
dan konseling tersebut merupakan kegiatan yang pertama yang harus dilakukan
oleh konselor sekolah sebelum melaksanakan kegiatan pelayanan. Adapun
tujuan dari penyusunan program bimbingan dan konseling tidak lain adalah
agar kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dapat terlaksana dengan
lancar, efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah yang akan penulis bahas
dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1) Apa saja persyaratan pokok dan
langkah-langkah dalam merencanakan program bimbingan konselig di
sekolah?, 2) Bagaimana cara merencanakan program bimbingan konseling di
sekolah?, 3) Bagaimana penyusunan program bimbingan konseling di sekolah?

B. PEMBAHASAN
1. Persyaratan Pokok dan Langkah-langkah dalam Merencanakan
Program Bimbingan Konseling di Sekolah
a. Persyaratan Pokok dalam Merencanakan Program Bimbingan
Konseling di Sekolah
Dalam merencanakan suatu program bimbingan dan konseling ada
beberapa persyaratan pokok yang harus diperhatikan:

2
3
1) Personal
Personal untuk tahap permulaan pelaksanaan program
bimbingan diperlukan dua macam tenaga, yaitu tenaga profesional
yang meliputi konselor senior, konselor muda, dan guru konselor.
Tenaga yang bukan profesional yaitu tenaga bidang administrasi.
Untuk tenaga konselor hendaknya dari sarjana bimbingan
konseling atau sarjana psikologi dengan praktek bimbingan
konseling. Untuk tenaga muda setidaknya dari jenjang D3.
2) Fasilitas Fisik
Fasilitas fisik seperti ruang untuk konseling yang meliputi
ruang kerja konselor, ruang pertemuan, ruang bimbingan
kelompok, ruang penyimpanan data dan lain-lain. Alat
perlengkapan yang meliputi meja, kursi, papan tulis dan lain-lain.
3) Fasilitas Teknis
Fasilitas teknis adalah alat-alat yang digunakan untuk
mengumpulkan berbagai data seperti tes, angket, daftar dan cek,
skala penilaian dan lain sebagainya.
4) Anggaran Biaya
Untuk kelancaran dalam pelaksanaan program bimbingan
dan konseling di sekolah perlu dana yang memadai, baik untuk
personil, pengadaan dan pengembangan alat, dan lain sebagainya.3
b. Langkah-langkah dalam Merencanakan Program Bimbingan
Konseling di Sekolah
Dalam Bimbingan dan Konseling , terdapat beberapa langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam pemberian layanan bimbingan dan
konseling, yakni identifikasi masalah, diagnosa, prognosa, terapi,
evaluasi atau follow up, berikut penjelasannya:

3
Surya, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Depdikbud, 1997), hal. 21.

4
1) Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui masalah-
masalah yang dihadapi oleh konseli beserta gejala-gejala yang
tampak secara langsung maupun yang tidak tampak yang
memerlukan pengukuran lebih dalam untuk mengungkapnya.
2) Diagnosa
Diagnosa dilakukan untuk menetapkan masalah yang dihadapi
konseli berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab
timbulnya masalah. Penetapan masalah akan memudahkan
penentuan strategi dan teknik dalam proses konseling.
3) Prognosa
Setelah masalah konseli di tetapkan, langkah selanjutnya adalah
pemilihan alternatif strategi dan teknik konseling. Langkah ini untuk
menetapkan jenis bantuan apa yang akan diberikan dalam
menyelesaikan masalah.
4) Terapi (Treatment)
Terapi dilakukan untuk merealisasikan langkah-langkah
alternatif bentuk bantuan apa yang telah ditetapkan dalam langkah
prognosa berdasarkan masalah dan latar belakang yang menjadi
penyebabnya.
5) Evaluasi dan Follow Up
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang
diperoleh dalam proses konseling yang selanjutnya diadakan tindak
lanjut berdasarkan perkembangannya. Evaluasi dapat dilakukan
selama proses pemberian bantuan berlangsung sampai pada akhir
pemberian bantuan.4
2. Perencaaan Bimbingan Konseling di Sekolah
Perencanaan merupakan suatu langkah persiapan dalam
pelaksanaan

4
Aswadi, iyadah (dkk), Perspektif bimbingan konseling dalam islam, (Surabaya: Dakwah
Digital Press, 2009), hal. 39 -40.

5
suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan tertentu.5 Perencanaan juga
merupakan aktivitas atau keputusan apapun yang diputuskan dalam suatu
organisasi dalam jangka waktu tertentu.6
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perencanaan adalah proses yang mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan didalam organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga perencanaan program
layanan bimbingan dan konseling adalah proses mempersiapkan program
untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling agar mencapai
tujuan dari bimbingan dan konseling yaitu membantu peserta didik
berkembang secara mandiri dan optimal.
Proses prencanaan program layanan bimbingan dan konseling yang
dilakukan oleh konselor meliputi:
a. Analisis Need Assesment Peserta Didik
Need assesment atau masalah peserta didik adalah hal yang
menyangkut karakteristik peserta didik, seperti aspek fisik (kesehatan
dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan
belajar, minat dan bakatnya (pekerjaan, olahraga, seni, dan
keagamaan),
masalah-masalah yang dialami, dan kepribadian atau tugas-tugas
perkembangannya, sebagai landasan untuk memberikan pelayanan
bimbingan dan konseling. Jadi need assesment peserta didik adalah
proses menguraikan, membedakan, dan menelaah berbagai data
mengenai peserta didik untuk mengetahui kebutuhan peserta didik.
b. Analisis Kebutuhan Lingkungan
Kebutuhan lingkungan adalah hal yang berkaitan dengan kegiatan
mengidentifikasi harapan sekolah dan masyarakat (orang tua peserta
didik), sarana dan prasarana pendukung program sekolah atau

5
Yusak Burhanudin, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 51.
6
Sugiyo, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Semarang: Widya Karya,
2011),hal. 30.

6
madrasah, kondisi dan kualifikasi konselor, dan kebijakan pemimpin
sekolah.
Dalam melakukan analisis kebutuhan lingkungan ini konselor perlu
mempertimbangkan kebijakan yang ada di sekolah, baik kebijakan dari
kepala sekolah ataupun kebijakan dari wakil kepala bagian kurikulum.
Konselor juga harus mempertimbangkan situasi dan kondisi sekolah,
fasilitas penunjang yang dimiliki oleh sekolah, dan sebagainya.
c. Menetapkan Tujuan atau Hasil yang Ingin dicapai
Tujuan merupakan bagian utama dari perencanaan, sebab tujuan
berfungsi sebagai alat pengendali atau tolak ukur dari pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam menetapkan
tujuan perlu memperhatikan hasil analisis need assesment peserta didik
dan kebutuhan lingkungan sekolah. Penentuan tujuan ini harus terarah
dan tidak boleh memisahkan kebutuhan peserta didik dan lingkungan
sekolah.
d. Mampu Membuat dan Menggunakan Instrumen
Perencanaan program layanan bimbingan dan konseling digunakan
untuk merumuskan tujuan dari kegiatan bimbingan dan konseling.
Tujuan akan dirumuskan setelah konselor mengetahui kebutuhan
peserta didik dan lingkungan sekolah. Untuk mengetahui kebutuhan
tersebut, konselor memerlukan suatu alat yang dinamakan dengan
instrumen. Instrumen dalam bimbingan dan konseling ada 2, yaitu
instrumen tes dan non tes.
Instrumen tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus
dijawab, atau pernyataan-pernyataan yang harus dipilih atau
ditanggapi,
atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites (testee)
dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek perilaku atau memperoleh
informasi tentang trait atau atribut dari orang yang dites (testee).7

7
Furqon (dkk), Pengembangan Instrument Asesmen Perkembangan Siswa, (Bandung: PT
Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 83.

7
Selain dengan cara tes, alat atau cara pengumpulan data dapat pula
dilakukan dengan cara non tes yang dilaksanakan dalam bentuk
wawancara, observasi, angket, atau inventori.8 Perbedaan utama antara
tes dan non tes terletak dalam tiga hal. Pertama, bahwa pada tes
bersifat kuantitatif, sedangkan non-tes bersifat lebih ke kualitatif.
Kedua, pada instrumen tes ada jawaban benar dan salah, sedangkan
pada non tes jawaban benar dan salah sangat kondisional. Ketiga,
pelaksana tes adalah orang yang professional, sedangkan pada non tes
tidak selamanya harus orang yang professional.
e. Menetapkan Jenis, Strategi, Kegiatan Layanan, dan Pendukung
Salah satu indikator dalam penguasaan kerangka teoritik dan
praksis bimbingan dan konseling adalah dengan mengaplikasikan
pendekatan, model, jenis pelayanan serta kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling. Pada tahap ini konselor melakukan
identifikasi lebih mendalam untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Konselor harus menetapkan jenis, strategi, dan teknik layanan yang
tepat sebab dalam kebutuhan membutuhkan perlakuan yang berbeda
dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Konselor pada sekolah yang
tidak memiliki alokasi jam pelajaran harus lebih kreatif dalam
menentukan jenis layanan, sebab tidak semua layanan yang dapat
dilaksanakan pada waktu yang sudah diprogramkan.
f. Penentuan Jadwal Kegiatan Layanan dan Pendukung
Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling hendaknya
dirumuskan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai dalam menangani
masalah, dirumuskan bentuk-bentuk kegiatan yang berkenaan dengan
butir dan subbutir rincian kegiatan waktu peaksanaan, dan sasarannya.9
Konselor yang tidak memiliki alokasi jam pelajaran terkadang tidak
bisa melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling sesuai dengan

8
Depdiknas, Pedoman Pengembangan Instrument dan Penilaian Ranah Afektif, (Jakarta:
Ditjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjut Pertama, 2004)
9
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta: Rineka
Cipta,1995), hal. 30.

8
program, sehingga dalam menentukan jadwal kegiatan layanan
konseling harus melakukan lobby atau koordinasi dengan guru mata
pelajaran tertentu saat akan memberikan layanan didalam jam peajaran
dan melakukan kesepakatan dengan peserta didik dalam satu waktu
diluar jam pembelajaran untuk kegiatan bimbingan dan konseling.
g. Menentukan Anggaran Dana dan Fasilitas.
Menentukan anggaran dana sangatlah penting karena anggaran
akan mendukung peningkatan layanan yang diberikan kepada peserta
didik dan merupakan salah satu indikator dari akuntabilitas dari
layanan
bimbingan dan konseling. Hal ini senada seperti apa yang
dikemukakan
Sukardi bahwa dalam penyusunan program bimbingan dan konseling
disekolah hendaknya dirumuskan dan diinventarisasikan berbagai
fasilitas yang ada, termasuk didalamnya personel bimbingan dan
konseling yang telah ada sebagai penopang pelaksana program
bimbingan dan konseling disekolah, serta anggaran biaya yang
diperlukan untuk memperlancar jalannya kegiatan bimbingan dan
konseling disekolah.10
3. Penyusunan Program Bimbingan Konseling di Sekolah
Pembelajaran melalui pelayanan BK perlu direncanakan oleh guru
BK atau konselor sekolah. Dalam hal pelayanan BK rencana pelaksanaan
layanan sering disebut dengan RPL atau dikenal dengan satuan layanan
atau satlan dan rencana kegiatan pendukung yang disebut juga RKP atau
satkung. Program bimbingan dan konseling merupakan kegiatan layanan
dan kegiatan pendukung yang akan dilaksanakan pada periode tertentu
pada satuan Pendidikan. Jenis program yang perlu disusun oleh guru
bimbingan konseling ada lima, yaitu:
a. Jenis Program
1) Program Tahunan

10
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah …, hal. 30.

9
Program tahunan yaitu program pelayanan bimbingan dan
konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun ajaran untuk
masing-masing kelas rombongan belajar pada satuan pendidikan.
2) Program Semesteran
Program semesteran yaitu program pelayanan bimbingan
dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang
merupakan jabaran program tahunan.
3) Program Bulanan
Program bulanan yaitu program pelayanan bimbingan dan
konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang
merupakan jabaran program semesteran.
4) Program Mingguan
Program Mingguan yaitu program pelayanan bimbingan
dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang
merupakan jabaran program bulanan.
5) Program Harian
Program Harian yaitu program pelayanan bimbingan dan
konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu
minggu. Program harian merupakan jabaran dari program
mingguan dalam bentuk satuan layanan atau rencana program
layanan dan satuan kegiatan pendukung atau rencana kegiatan
pendukung
pelayanan bimbingan dan konseling.11
Jenis program tersebut satu sama lain saling terkait. Program
tahunan didalamnya meliputi program semester, program semester
didalamnya meliputi program bulanan, program bulanan didalamnya
meliputi program mingguan, dan program mingguan didalamnya
meliputi program harian. Program harian disusun dalam bentuk
rencana pelaksanaan layanan (RPL) dan rencana kegiatan pendukung

11
Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum lampiran IV
bagian VIII

10
(RKP) dalam pelayanan BK, hal itu sebagai bentuk khusus rencana
pelaksanaan pelayanan (RPP) dalam bidang BK.
b. Unsur - unsur Program Bimbingan Konseling
Unsur - unsur program bimbingan konseling antara lain:
1) Kebutuhan siswa yang diketahui melalui pengungkapan masalah
dan data yang terdapat di dalam himpunan data.
2) Jumlah siswa asuh yang wajib dibimbing oleh guru pembimbing
sebanyak 150 orang (minimal); kepala sekolah yang berasal dari
guru pembimbing sebanyak 75 orang.
3) Bidang-bidang bimbingan diantaranya bimbingan pribadi, sosial,
belajar dan karier.
4) Jenis-jenis layanan diantaranya layanan orientasi, informasi,
penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan,
bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
5) Kegiatan pendukung diantaranya aplikasi instrumentasi, himpunan
data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus.
6) Volume kegiatan.
7) Frekuensi layanan yaitu setiap siswa mendapatkan berbagai
layanan minimal lima kali dalam setiap semester, baik layanan
dalam format perorangan, kelompok maupun klasikal.
8) Lama kegiatan setiap kegiatan layanan dan pendukung
dilaksanakan pada jam pelajaran sekolah dan di luar jam pelajaran
sekolah, sampai 50% dari seluruh kegiatan bimbingan dan
konseling.
9) Kegiatan khusus: pada semester pertama setiap tahun ajaran baru
diselenggarakan layanan orientasi kelas atau sekolah bagi siswa
baru.12
c. Syarat Penyusunan Program

12
Suhertina, Penyusunan Program Bimbingan & Konseling di Sekolah, (Pekanbaru: CV
Mutiara Pesisir Sumatra, 2015), hal. 56.

11
Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling
diharapkan memenuhi persyaratan tertentu. Adapun syarat-syarat yang
harus dipenuhi dalam penyusunan program bimbingan dan konseling
adalah sebagai berikut:

1) Sesuai Kebutuhan
Berdasarkan kebutuhan bagi pengembangan peserta didik
sesuai dengan kondisi pribadinya, serta jenjang dan
jenis pendidikannya.
2) Lengkap dan menyeluruh
Lengkap dan menyeluruh artinya memuat segenap fungsi
bimbingan, kelengkapan program ini disesuaikan dengan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik pada satuan pendidikan
yang bersangkutan.
3) Sistematik
Sistematik dalam arti program disusun menurut urutan
logis, tersinkronisasi dengan menghindari tumpang tindih yang
tidak perlu, serta dibagi-bagi secara logis
4) Terbuka dan luwes
Terbuka dan luwes artinya mudah menerima masukan
untuk pengembangan dan penyempurnaan, tanpa harus merombak
program itu secara menyeluruh.
5) Memungkinkan kerja sama dengan pihak yang terkait dalam
rangka memanfaatkan berbagai sumber dan kemudahan yang
tersedia bagi kelancaran dan keberhasilan pelayanan bimbingan
konseling.
6) Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut
untuk penyempurnaan program pada khususnya dan peningkatan
keefektifan dan keefisienan penyelenggaraan program bimbingan
konseling pada umumnya.

12
d. Tahap penyusunan program
Menyusun suatu program bimbingan dan konseling memerlukan
langkah-langkah yang bersifat menyeluruh dan terintegral. Proses
penyusunan program BK disekolah melalui tahap-tahap dalam
penyusunan program sebagai berikut:
1) Persiapan
a) Pertemuan penyusunan program BK
b) Pembagian tugas
c) Mempersiapkan perangkat kelengkapan instrumen BK
2) Kegiatan layanan dan penunjang BK
a) Layanan Orientasi
b) Layanan Informasi
c) Layanan Penempatan/Penyaluran
d) Layanan Pembelajaran
e) Layanan Konseling Perorangan
f) Layanan Bimbingan Kelompok
g) Aplikasi Instrumentasi
h) Himpunan Data
i) Konferensi Kasus
j) Kunjungan Rumah
k) Alih Tangan Kasus
l) Konseling Kelompok
3) Kerjasama dengan orang tua siswa dan instansi terkait
4) Penilaian
a) Pelaksanaan Program BK
b) Hasil Pelaksanaan BK
5) Tindak lanjut
6) Pelaporan
a) Semesteran
b) Tahunan
e. Komponen dan Struktur RPL dan RKP

13
Komponen RPL dan RKP memuat hal-hal pokok yang terkait
langsung dengan penyelenggaraan pelayanan dan atau kegiatan
pendukung yang dimaksud, dengan materi sebagaimana yang telah
diprogramkan atau diketahui, sasaran layanannya, waktu dan
tempatnya, serta teknik dan media yang digunakan. Secara menyeluruh
RPL dan RKP memuat berbagai aspek pengelolaan pelayanan
sebagaimana tersebut dalam komponen P3MT, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan penilaian, serta tindak
lanjut.

C. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam perencanaan
program bimbingan konseling di sekolah terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu: persyaratan pokok dan langkah-langkah dalam
merencanakan program bimbingan konselig di sekolah, cara merencanakan
program bimbingan konseling di sekolah, cara penyusunan program bimbingan
konseling di sekolah.
Adapun persyaratan pokok dalam merencanakan program bimbingan
disekolah adalah personal, aktifitas fisik, aktifitas teknis, dan biaya. Sedangkan
langkah-langkah dalam merencanakan program bimbingan konseling disekolah
antara lain: identifikasi masalah, diagnosa, prognosa, terapi, evaluasi atau
follow up. Sedangkan cara merencanakan program bimbingan konseling di
sekolah meliputi: Analisis need assesment peserta didik, Analisis kebutuhan
lingkungan, Menetapkan tujuan atau hasil yang ingin dicapai, Mampu
membuat dan menggunakan instrument, Menetapkan jenis, strategi, kegiatan
layanan, dan pendukung, Penentuan jadwal kegiatan layanan dan pendukung,
dan Menentukan anggaran dana dan fasilitas.
Cara penyusunan program bimbingan konseling di sekolah ada beberapa
tahap yaitu persiapan, kegiatan layanan dan penunjang BK, kerjasama dengan
orang tua siswa dan instansi terkait, tindak lanjut, pelaporan. Adapun program
BK itu harus sesuai kebutuhan, legkap dan menyeluruh, sistematis, terbuka

14
atau luwes. Sedangkan komponen dan struktur RPL dan RKP mencakup
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan penilaian, serta
tindak lanjut.

D. DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin, Yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Depdiknas. 2004. Pedoman Pengembangan Instrument dan Penilaian Ranah
Afektif. Jakarta:Ditjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjut Pertama
Sukardi, Dewa Ketut. 1995. Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta
Furqon (dkk). 2010. Pengembangan Instrument Asesmen Perkembangan
Siswa. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.
Iyadah, Aswadi (dkk). 2009. Perspektif bimbingan konseling dalam islam.
Surabaya: Dakwah Digital Press.
Sugiyo. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang:
Widya Karya.
Suhertina. 2015. Penyusunan Program Bimbingan & Konseling di Sekolah.
Pekanbaru: CV Mutiara Pesisir Sumatra
Surya. 1997. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud

15

Anda mungkin juga menyukai