Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2016, Hal. 63 – 71 Vol. 23, No.

1 63
ISSN: 1412-3126

ANALISIS KONDISI KEUANGAN DAERAH


KABUPATEN/KOTA DI ACEH DAN DI SUMATERA UTARA

Suryani
Alumni Pascasarjana Magister Akuntansi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Hasan Basri
Faisal
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
faisal_nurmala@yahoo.com

ABSTRAK
Indikasi keberhasilan otonomi daerah adalah terjadinya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat,
kehidupan demokrasi yang semakin maju, keadilan pemerataan, serta adanya hubungan yang serasi antara Pusat dan
Daerah serta antar Daerah. Pada kenyataannya, tidak banyak daerah yang mampu mengelola potensi berbagai jenis
pendapatan daerah secara maksimal, sehingga mampu secara nyata dan bertahap mewujudkan kemandirian keuangan
daerah. Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan menganalisis kondisi keuangan daerah kabupaten/kota di Aceh dan
di Sumatera Utara selama tahun anggaran 2011-2013 dengan mempergunakan Mann-Whitney U Test. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) kabupaten/kota di Aceh memiliki tingkat kondisi keuangan daerah yang lebih baik dari pada
kabupaten/kota di Sumatera Utara atas rasio total pendapatan daerah / jumlah penduduk, rasio pajak daerah dan retribusi
daerah / PDRB, dan rasio SiLPA tahun sebelumnya / belanja daerah; dan (2) kabupaten/kota di Sumatera Utara
memiliki tingkat kondisi keuangan daerah yang lebih baik dari pada kabupaten/kota di Aceh atas rasio belanja modal /
total belanja daerah. Implikasi dari penelitian ini adalah pemerintah daerah di Aceh harus lebih fokus pada upaya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah dan mengutamakan prinsip efisiensi dan prioritas anggaran.

Kata kunci: analisis rasio, kondisi keuangan daerah

ABSTRACT
The indicators of a successful regional autonomy are an increase in public services and social welfare, more advanced
democratic life, justice, equity and the existence of harmonious relations between Center and Regions as well as among
Regions. In facts, only few areas that is able to manage various type of local revenue potential maximally, so as to
significantly and gradually realize the independence of local finance. This study was conducted to examine and analyze
the financial condition of local government in Aceh and North Sumatra for fiscal year 2011-2013 by using Mann-
Whitney U Test. The results showed that (1) districts/cities in Aceh have a better level of local financial condition than
districts/cities in North Sumatra based on total regional income/total population ratio, regional taxes and
levies/GDRPratio, and previous year of unused funds (SiLPA)/regional expenditures ratio; and (2) districts/cities in
North Sumatra have a better level of local financial condition than districts/cities in Aceh based on capital
expenditure/total regional expenditures ratio. This study implied that local government in Aceh should focus more on
the efforts to improve the genuine regional income (PAD) and prioritize the principle of efficiency as well as budget
priorities.

Keywords: ratio analysis, financial condition of local government.

PENDAHULUAN dengan kreativitas dan inisiatif suatu daerah


dalam menggali sumber keuangan akan sangat
Otonomi daerah yang memberi kewena tergantung pada kebijakan yang diambil oleh
ngan yang lebih luas bagi daerah dalam proses pemerintahan daerah itu sendiri. Menurut Kar
pembangunan memberikan implikasi semakin tiwa (2004:1), “Indikasi keberhasilan Otonomi
pentingnya peran analisis spasial dalam kebija daerah adalah terjadinya peningkatan pelayanan
kan moneter (Atmoko, 2014). Seperti yang kita dan kesejahteraan masyarakat (social welfare),
ketahui, bahwa tidak banyak daerah yang kehidupan demokrasi yang semakin maju, ke
mampu mengelola potensi berbagai jenis pen adilan, pemerataan, serta adanya hubungan yang
dapatan daerah secara maksimal, sehingga serasi antara Pusat dan Daerah serta antar
mampu secara nyata dan bertahap mewujudkan Daerah.”
kemandirian keuangan daerah. Begitu juga Dalam bidang keuangan daerah, fenomena
64 Suryani, Hasan Basri dan Faisal Jurnal Bisnis dan Ekonomi

umum yang dihadapi oleh sebagian besar retribusi daerah / PDRB, rasio total pendapatan
pemerintah daerah di Indonesia adalah relatif daerah / total belanja daerah, rasio belanja
kecilnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah modal / total belanja daerah, rasio belanja
(PAD) di dalam struktur ABPD. Idealnya, PAD pegawai / total belanja daerah, rasio SiLPA
menjadi sumber pendapatan pokok daerah, tahun sebelumnya / belanja daerah, dan rasio
karena sumber pendapatan lain dapat bersifat pembayaran pokok hutang dan bunga / total
fluktuatif dan cenderung diluar kontrol atau pendapatan daerah.
kewenangan daerah. Berdasarkan kinerja PAD Artikel ini dimulai dengan kajian pustaka
dengan metode Indeks Kemampuan Keuangan yang berhubungan dengan isu-isu kondisi
(IKK) yang dilakukan oleh Dariwardani dan keuangan daerah, selanjutnya menjelaskan me
Amani (2013), diketahui bahwa Sumatera Utara ngenai metode penelitian yang digunakan se
merupakan provinsi dengan kinerja tinggi. bagai dasar analisis data, kemudian dilanjutkan
Sedangkan Aceh provinsi dengan kinerja dengan hasil penelitian dan pembahasan, dan
rendah. diakhiri dengan kesimpulan dan saran.
Menurut data APBD 2013 dari Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan, rata-rata LANDASAN TEORI DAN
pertumbuhan total pendapatan daerah Provinsi PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Sumatera Utara (19,4%). Menempati urutan ke
tiga tertinggi dari seluruh agregat pendapatan Pada dasarnya, kondisi keuangan adalah
seluruh daerah per provinsi. Sementara Provinsi kemampuan pemerintah daerah untuk mem
Aceh berada pada posisi ke tiga puluh, dengan biayai pelayanannya secara berkelanjutan. Yaitu
rata-rata pertumbuhan total pendapatan di kemampuan untuk: (1) mempertahankan tingkat
bawah (12,5%). Rata-rata pertumbuhan PAD pelayanan yang ada;(2) bertahan dari tergang
yang terendah yaitu di Provinsi Aceh sebesar gunya perekonomian lokal dan regional; dan (3)
10,9%. Sedangkan Sumatera Utara berada memenuhi tuntutan pertumbuhan alami, penuru
diposisi ke lima tertinggi di atas (27,5%). Di sisi nan, dan perubahan. Menurut XiaoHu (2006),
lain rata-rata pertumbuhan dana perimbangan kondisi keuangan didefinisikan sebagai kemam
dari tahun 2009 hingga 2013 cenderung tidak puan organisasi untuk memenuhi kewajiban
terlalu tajam fluktuasinya antar provinsi yaitu di keuangannya. Selama proses penyediaan barang
kisaran 9,0% hingga 16,0%, yaitu Provinsi Aceh dan jasa, suatu organisasi dikenai kewajiban
di bawah 10% dan Provinsi Sumatera Utara di keuangan dalam bentuk biaya, pengeluaran, atau
atas 12,5%. Disamping itu, Pemerintah Aceh utang. Semua kewajiban tersebut harus dibayar
berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun cepat atau lambat. Jika organisasi dapat mem
2001 menerima transfer Dana Otonomi Khusus bayar kewajiban tersebut tanpa menimbulkan
(Otsus) dalam jumlah yang cukup besar dari banyak kesulitan keuangan, maka kita mengata
Pemerintah Pusat untuk mendanai program dan kan bahwa kemampuan organisasi untuk mem
kegiatan yang dilaksanakannya. Sedangkan bayar tinggi dan organisasi dalam kondisi
Pemerintah Sumatera Utara tidak menerima keuangan yang baik.
Dana Otonomi Khusus (World Bank, 2007). Analisis rasio keuangan pada APBD
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis dilakukan dengan membandingkan hasil yang
kondisi keuangan daerah kabupaten/kota di dicapai dari satu periode dibandingkan dengan
Aceh dan Sumatera Utara selama tahun ang periode sebelumnya, sehingga dapat diketahui
garan 2011-2013, dan menguji apakah kondisi bagaimana kecenderungan yang terjadi. Selain
keuangan daerah kabupaten/kota di Aceh ber itu dapat pula dilakukan dengan cara mem
beda dengan kondisi keuangan daerah kabu bandingkan dengan rasio keuangan yang di
paten/ kota di Sumatera Utara selama tahun miliki suatu pemerintah daerah tertentu dengan
anggaran 2011-2013, ditinjau dari rasio rasio keuangan daerah lain yang terdekat
pendapatan daerah / jumlah penduduk, rasio ataupun yang potensi daerahnya relatif sama
PAD/ total pendapatan, rasio ruang fiskal / total untuk dilihat bagaimana posisi rasio keuangan
pendapatan daerah, rasio pajak daerah dan pemerintah daerah tersebut terhadap pemerintah
Vol. 23 No. 1 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 65

daerah lainnya (Widodo dalam Halim dan dengan kelompok yang relevan, dan kekuatan
Kusufi, 2013). dan kelemahan harus dianggap sebagai kese
Untuk menganalisis kondisi fiskal luruhan dalam membuat penilaian beralasan
pemerintahan daerah Honadle, et.al (2004), dan tentang kondisi keuangan.
Beckett dan Camarata (2005), mempergunakan Direktorat Jenderal Perimbangan Ke
10 point test yang dikembangkan oleh Brown uangan (2012), mengemukakan bahwa terdapat
(1993), karena metode penilaian yang sembilan indikator keuangan yang dapat diguna
dipergunakan tidak terlalu rumit, namun kan dalam mengukur kondisi keuangan daerah
penilaiannya cukup komprehensif yaitu: dapat di Indonesia, yaitu: (1) indikator pendapatan
digunakan untuk membandingkan posisi daerah per kapita; (2) indikator kemandirian
keuangan kabupaten/kota diseluruh negara. keuangan daerah; (3) indikator rasio ruang
Sepuluh rasio tersebut mengukur unsur-unsur fiskal daerah; (4) indikator peningkatan pajak
dari kondisi keuangan seperti: (1) kecukupan daerah dan retribusi daerah; (5) indikator ke
pendapatan untuk membiayai program kegiatan mampuan mendanai belanja daerah; (6) indi
yang dilaksanakan setiap tahun; (2) alokasi kator belanja modal; (7) indikator belanja
belanja untuk layanan pemerintah kepada pegawai; (8) indikator optimalisasi SiLPA; dan
masyarakat; (3) likuiditas posisi operasi dalam (9) indikator kemampuan pembayaran pokok
hal bagaimana keseimbangan positif antara hutang dan bunga daerah.
pendapatan dan belanja yang ada dan bagaimana
tingkat kecukupan aktiva lancar dan dana METODE PENELITIAN
cadangan yang dimiliki pemerintah; dan (4)
struktur utang pemerintah daerah, baik dalam Penelitian ini merupakan penelitian kuanti
tingkat jangka pendek maupun jangka panjang tatif dengan varian analisis data sekunder
serta bagaimana beban pembayaran hutang (existing statistic), karena data yang dikumpul
pokok dan bunga tahunan. kan berupa angka yang sudah tersedia di
Beckett dan Camarata (2005), telah lembaga pemerintahan (Direktorat Jenderal Per
melakukan penelitian terhadap empat kota di imbangan Keuangan, Kementerian Dalam
Ohio yaitu Canton, Mansfield, Springsfield, dan Negeri, Dinas Keuangan Aceh, dan Badan Pusat
Loraine dengan mempergunakan 10-point test Statistik) atau lainnya, yang kemudian diolah
yang diperkenalkan oleh Brown dengan dan dianalisis untuk mendapatkan informasi
kesimpulan bahwa analisis kondisi keuangan ilmiah (Martono, 2011). Unit analisis dalam
sangat bergantung pada analisis laporan dasar penelitian ini adalah kabupaten/kota yang
keuangan, termasuk catatan yang menyertainya. terdapat dalam lingkungan pemerintah Aceh dan
Catatan atas Laporan Keuangan sangat berguna Sumatera Utara. Ada 23 (dua puluh tiga)
untuk menentukan struktur entitas, metode kabupaten/ kota yang terdapat di provinsi Aceh
akuntansi yang digunakan, asumsi yang dibuat, dan 33 (tiga puluh kabupaten/kota yang terdapat
dan informasi latar belakang lainnya yang di provinsi Sumatera Utara dalam jangka waktu
memberikan pembaca perspektif sebagai lapo 3 (tiga) tahun anggaran, yaitu dari tahun 2011
ran keuangan ditinjau. Selain itu, analisis kon sampai dengan tahun 2013. Penarikan sampel
disi keuangan harus memperhitungkan pertim dilakukan dengan metode purposive sampling,
bangan faktor eksternal tambahan seperti utang dengan cara judgment sampling, yaitu teknik
per kapita, tingkat pajak, dan pendapatan warga pengambilan sampel untuk memenuhi suatu
dan kekayaan. Analisis kondisi keuangan yang kriteria tertentu (Cooper dan Schindler,
kompleks karena bisnis pemerintah yang kom 2006:139).
pleks. Dalam setiap analisis kondisi keuangan,
harusdilakukanperbandingan
66 Suryani, Hasan Basri dan Faisal Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Tabel 1. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menjadi Sampel Penelitian

Kabupaten/Kota
No Keterangan Total
Aceh Sumut
1. Jumlah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh dan 23 33 56
Sumatera Utara

2. Tersedia data Laporan Realisasi Anggaran 23 30 53


Jumlah Sampel 23 30 53
Sumber: data sekunder diolah (2015)
.

Pengujian satistik mempergunakan Uji Z=


. ( )
Mann-Whitney U yaitu uji beda untuk dua
sampel independen/ bebas yang berukuran tidak
sama dan tidak terpenuhinya asumsi distribusi dimana:
normal terhadap data berskala interval atau Z = nilai
rasio, serta sampel yang diambil dari suatu = ⁄
= ⁄
populasi lebih besar dari 20 (n > 20) (Siregar, = ⁄
2013). Uji ini digunakan untuk mengetahui ada = ⁄
atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua = ⁄
kelompok sampel yang tidak berhubungan satu
sama lain, yaitu antara kabupaten/kota di = ⁄
Provinsi Aceh dan kabupaten/kota di Provinsi
Adapun kriteria pengujian sebagai dasar
Sumatera Utara. Jika ada perbedaan, rata-rata
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
manakah yang lebih tinggi.
Penelitian ini mempergunakan tingkat sig Jika − ≤ ≤ , maka Ho
nifikansi α = 5% atau (0,05) dan memper diterima
gunakan uji Z, karena jumlah sampelnya yang Jika > , maka Ho ditolak
besar (n > 20). Adapun rumusnya sebagai
Atau
berikut:
Jika Exact Sig. > α, maka Ho diterima
( ) Jika Exact Sig. < α, maka Ho ditolak.
= . + −
( )
= . + − HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Untuk mencari nilai dipilih nilai Hasil pengujian hipotesis terhadap sembi
yang terkecil di antara lan indikator rasio keuangan daerah pada kabu
paten/ kota di Aceh dan di Sumatera Utara
adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Uji Peringkat Mann-Whitney U Test

Ranks
kab_kota N Mean Rank Sum of Ranks
Aceh 23 34,65 797,00
Rasio_1 Sumut 30 21,13 634,00
Total 53
Vol. 23 No. 1 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 67

Aceh 23 26,00 598,00


Rasio_2 Sumut 30 27,77 833,00
Total 53
Aceh 23 25,09 577,00
Rasio_3 Sumut 30 28,47 854,00
Total 53
Aceh 23 32,35 744,00
Rasio_4 Sumut 30 22,90 687,00
Total 53
Aceh 23 22,35 514,00
Rasio_5 Sumut 30 30,57 917,00
Total 53
Aceh 23 18,26 420,00
Rasio_6 Sumut 30 33,70 1011,00
Total 53
Aceh 23 30,35 698,00
Rasio_7 Sumut 30 24,43 733,00
Total 53
Aceh 23 18,89 434,50
Rasio_8 Sumut 30 33,22 996,50
Total 53
Aceh 23 27,22 626,00
Rasio_9 Sumut 30 26,83 805,00
Total 53
Sumber: data sekunder diolah (2015)

Tabel 3. Hasil Uji Mann-Whitney U

Rasio_1 Rasio_2 Rasio_3 Rasio_4 Rasio_5 Rasio_6 Rasio_7 Rasio_8 Rasio_9


Mann-
169,000 322,000 301,000 222,000 238,000 144,000 268,000 158,500 340,000
Whitney U
Wilcoxon
634,000 598,000 577,000 687,000 514,000 420,000 733,000 434,500 805,000
W
Z -3,159 -,413 -,790 -2,208 -1,920 -3,607 -1,382 -3,347 -,090
Asymp.
Sig.(2- ,002 ,680 ,430 ,027 ,055 ,000 ,167 ,001 ,928
tailed)
a. Grouping Variable: kab_kota
Sumber: data sekunder diolah (2015)
dengan tahun 2013 antara kabupaten/kota di
Hasil perbandingan rata-rata rasio kondisi Aceh dengan kabupaten/kota di Sumatera Utara
keuangan daerah selama tahun 2011 sampai dapat dilihat pada tabel 3:
68 Suryani, Hasan Basri dan Faisal Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Tabel 4. Perbandingan Rata-rata Rasio Kondisi Keuangan Daerah Kabupaten/Kota di Aceh dan
di Sumatera Utara Tahun 2011- 2013

Rata-rata Rasio Hasil Uji


Rasio Formula Ket.
Kabupaten/Kota Hipotesis
Aceh Sumut
Total Pendapatan Lebih Ada
1 Daerah /Jumlah 3.852.972,95 2.652.178,00 Baik perbedaan
Penduduk
PAD /Total Tidak Tidak ada
2 Pendapatan 4,75 6,06 Lebih perbedaan
Daerah Baik
Rasio Ruang Tidak Tidak ada
Fiskal /Total 27,67 30,68 Lebih perbedaan
3
Pendapatan Baik
Daerah
Pajak Daerah + Lebih Ada
4 Retribusi Daerah / 0,61 0,45 Baik Perbedaan
PDRB
Total Pendapatan Tidak Tidak ada
Daerah + 105,40 108,97 Lebih Perbedaan
Penerimaan Baik
Pembiayaan /
5
Total Belanja
Daerah +
Pengeluaran
Pembiayaan
Belanja Modal / Tidak Ada
6 Total Belanja 17,93 25,01 Lebih Perbedaan
Daerah Baik
Belanja Pegawai / Tidak Tidak ada
7 Total Belanja 57,91 54,13 Lebih perbedaan
Daerah Baik
SiLPA Tahun Lebih Ada
Sebelumnya / 3,36 7,55 Baik Perbedaan
8
Total Belanja
Daerah
Pembayaran Tidak Tidak ada
Pokok Utang + 1,09 0,56 Lebih perbedaan
9 Bunga / Baik
Total Pendapatan
Daerah

Sumber: data sekunder diolah (2015)

Selanjutnya, hasil pengujian hipotesis ter 1. Rasio Pendapatan Daerah / Jumlah Pen
hadap kondisi keuangan daerah kabupaten/kota duduk. Ada perbedaan tingkat kemampuan
di Aceh dan di Sumatera Utara secara rinci akan daerah dalam melayani per satu orang
dibahas berdasarkan masing-masing rasio penduduknya selama tahun anggaran 2011-
sebagai berikut: 2013 antara kabupaten/kota di Aceh dengan
Vol. 23 No. 1 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 69

kabupaten/kota di Sumatera Utara. Secara total belanja daerah kabupaten/kota di Aceh


rata-rata hasil perhitungan rasio pendapatan sebesar 105,40 persen dan di Sumatera
daerah / jumlah penduduk kabupaten/kota Utara sebesar 108,97 persen.
di Aceh sebesar Rp3.852.972,95, sedang
kan rata-rata rasio pendapatan daerah / 6. Rasio Belanja Modal / Total Belanja
jumlah penduduk kabupaten/ kota di Daerah. Ada perbedaan dalam mengalokasi
Sumatera Utara sebesar Rp2.652.178,00. kan belanja modal terhadap total belanjanya
selama tahun anggaran 2012–2013 antara
2. Rasio PAD/ Total Pendapatan Daerah. kabupaten/kota di Aceh dengan kabupaten/
Tidak ada perbedaan tingkat kemandirian kota di Sumatera Utara. Secara rata-rata
daerah yaitu kemampuan daerah dalam hasil perhitungan rasio ruang fiskal daerah
mendanai belanjanya selama tahun ang kabupaten/kota di Aceh sebesar 17,93
garan 2011–2013 antara kabupaten/kota di persen dan di Sumatera Utara sebesar 25,01
Aceh dengan kabupaten/kota di Sumatera persen.
Utara. Secara rata-rata hasil perhitungan
rasio kemandirian daerah kabupaten/kota di 7. Rasio Belanja Pegawai / Total Belanja
Aceh sebesar 4,75 persen dan di Sumatera Daerah. Tidak ada perbedaan dalam meng
Utara sebesar 6,06 persen. alokasikan belanja pegawai terhadap total
belanjanya selama tahun anggaran 2012–
3. Rasio Ruang Fiskal / Total Pendapatan 2013 antara kabupaten/kota di Aceh dengan
Daerah. Tidak ada perbedaan tingkat ke kabupaten/kota di Sumatera Utara. Secara
mampuan daerah dalam mendanai program rata-rata hasil perhitungan rasio total pen
prioritas daerah tersebut selama tahun dapatan daerah / total belanja daerah kabu
anggaran 2011–2013 antara kabupaten/kota paten/kota di Aceh sebesar 57,91 persen
di Aceh dengan kabupaten/kota di Sumatera dan di Sumatera Utara sebesar 54,13
Utara. Secara rata-rata hasil perhitungan persen.
rasio ruang fiskal daerah kabupaten/kota di
Aceh sebesar 27,67 persen dan di Sumatera 8. Rasio SiLPA tahun sebelumnya / Belanja
Utara sebesar 30,68 persen. Daerah. Ada perbedaan dalam hal proporsi
SiLPA tahun sebelumnya terhadap belanja
4. Rasio Pajak Daerah dan Retribusi Daerah/ daerah tahun berjalan selama tahun ang
PDRB. Ada perbedaan tingkat kemampuan garan 2011-2013 antara kabupaten/kota di
daerah dalam menggali potensi pajak dan Aceh dengan kabupaten/kota di Sumatera
retribusi daerahnya menjadi penerimaan Utara. Secara rata-rata hasil perhitungan
pajak dan retribusi daerah selama tahun rasio SiLPA tahun sebelumnya / belanja
anggaran 2011–2013 antara kabupaten/kota daerah kabupaten/kota di Aceh sebesar 3,36
di Aceh dengan kabupaten/kota di Sumatera persen dan di Sumatera Utara sebesar 7,55
Utara. Secara rata-rata hasil perhitungan persen.
rasio ruang fiskal daerah kabupaten/kota di
Aceh sebesar 0,61 persen dan di Sumatera 9. Rasio Pembayaran Pokok Hutang dan
Utara sebesar 0,45 persen. Bunga / Total Pendapatan Daerah. Tidak
ada perbedaan dalam hal proporsi pem
5. Rasio Total Pendapatan Daerah / Total bayaran pokok hutang dan bunga yang
Belanja Daerah. Tidak ada perbedaan harus dibayar dari pendapatan daerah dalam
tingkat kemampuan keuangan daerah dalam satu periode selama tahun anggaran 2011–
mendanai belanja daerah tersebut selama 2013 antara kabupaten/kota di Aceh dengan
tahun anggaran 2011-2013 antara kabu kabupaten/kota di Sumatera Utara. Secara
paten/ kota di Aceh dengan kabupaten/kota rata-rata hasil perhitungan rasio pem
di Sumatera Utara.Secara rata-rata hasil bayaran pokok hutang dan bunga / total pen
perhitungan rasio total pendapatan daerah / dapatan daerah kabupaten/kota di Aceh
70 Suryani, Hasan Basri dan Faisal Jurnal Bisnis dan Ekonomi

sebesar 1,09 persen dan di Sumatera Utara Beckett, J & Camarata. (2005). Financial Con
sebesar 0,56 persen. dition. Dalam Rabin, J (Ed.) Encyclopedia
of Public Administration and Public
PENUTUP Policy (hlm.104-109). Boca Raton: Taylor
& Francis Group, LLC.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan
BPS Provinsi Aceh bekerja sama dengan
analisis data penelitian dapat disimpulkan
BAPPEDA Aceh. (2014). Aceh dalam
bahwa kabupaten/ kota di Aceh memiliki tingkat
Angka (Aceh in Figures) 2013. Banda
kondisi keuangan daerah yang lebih baik dari
Aceh:Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh.
pada kabupaten/kota di Sumatera Utara atas
rasio total pendapatan daerah / jumlah pen Brown, K W. (1993). The 10-Point Test of
duduk, rasio pajak daerah dan retribusi daerah / Financial Condition: Toward an Easy-to-
PDRB, dan rasio SiLPA tahun sebelumnya / Use Assessment Tool for Smaller Cities.
belanja daerah, sedangkan kabupaten/kota di Government Finance Review: December:
Sumatera Utara memiliki tingkat kondisi 21-26.
keuangan daerah yang lebih baik dari pada Cooper, D. & Schindler, P. S. (2006). Metode
kabupaten/ kota di Aceh atas rasio belanja Riset Bisnis (Volune 2 Edisi 9). (Budijanto
modal / total belanja daerah. & Didik Djunaedi, Penerjemah). Jakarta:
Berdasarkan kesimpulan penelitian, saran PT Media Global Edukasi.
yang dapat diberikan untuk mencapai kondisi
keuangan daerah yang lebih baik, pemerintah Dariwardani, N.M.I & Amani, S. N. (2013).
daerah di Aceh perlu terus meningkatkan ke Kinerja Provinsi di Indonesia Sebelum
mampuan keuangan daerah melalui peningkatan dan Setelah Pemberlakuan Otonomi
PAD dan investasi berdasarkan potensi yang Daerah. Diakses 13 Nopember 2015.
dimiliki daerah Aceh, dan memperhatikan porsi (www. stialan.ac.id/artikel).
belanja pegawai dalam APBD agar semakin DiNapoli, T P. (2013). Local Government
menurun dibandingkan dengan belanja modal Management Guide: Financial Condition
yang diharapkan semakin meningkat, karena Analysis. New York: Division of Local
semakin membaiknya kualitas belanja daerah Government and School Accountability
bisa juga dilihat dari semakin menurunnya porsi State of New York Comptroller.
belanja pegawai dalam APBD, sehingga bisa
direalokasikan ke belanja modal dan belanja Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.
barang dan jasa yang lebih efektif yang lang (2012). Tinjauan Ekonomi & Keuangan
sung terkait dengan layanan publik. Kemudian, Daerah Provinsi Aceh. Diakses 28
saran untuk penelitian selanjutnya agar dapat Februari 2015. (www.djpk.depkeu.go.id)
menambah periode penelitian dan memperluas Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.
sampel atau populasi penelitian menjadi lebih (2012). Tinjauan Ekonomi & Keuangan
banyak, sehingga dapat dilakukan pengelompo Daerah Provinsi Sumatera Utara.Diakses
kan daerah kabupaten/kota berdasarkan suatu 28 Februari 2015. (www.djpk.depkeu.
cluster yang membagi daerah kota berdasarkan go.id)
jumlah penduduk, dan luas wilayah untuk
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.
kabupaten.
(2012). Analisis Realisasi APBD Tahun
Anggaran 2011. Diakses 31 Oktober 2014.
DAFTAR PUSTAKA
(www.djpk.depkeu.go.id).
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.
Atmoko, C. (2014). BI : Kajian Regional untuk (2013). Deskripsi dan Analisis APBD
Ukur Perekonomian Nasional. Antara 2013.Diakses 13 Maret 2015. (www.djpk.
News. Com, Diakses 13 Maret 2015. depkeu.go.id).
(http://www.antaranews.com/berita).
Vol. 23 No. 1 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 71

Ghozali, I. (2001). Aplikasi Analisis Multi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
variate dengan Program SPSS. Semarang: Tahun 2006 tentang Pedoman Penge
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. lolaan Keuangan Daerah.
Halim, A& Kusufi, M.S. (2013). Akuntansi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Nomor 58 tahun 2005 tentang Penge
Daerah. Edisi 4. Jakarta: salemba empat. lolaan Keuangan Daerah.
Honadle, B.W., Costa, J M. & Cigler, B. A. Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuanti
(2004). Fiscal Health for Local Govern tatif: Dilengkapi dengan Perhitungan
ments: An Introduction to Concept, Manual & SPSS. Jakarta: Penerbit
Practical Analysis, and Strategies. New Kencana.
York: Elsevier Academic Press.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi
Kartiwa, H.A. (2004). Proses Penyusunan Ang (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
garan Pendapatan Dan Belanja Daerah
World Bank. (2007). Pengelolaan Keuangan
(APBD) dan Arah Kebijakan Umum.
Publik di Aceh: Mengukur Kinerja
Makalah disampaikan pada Pelatihan Pen
Pemerintah Daerah di Aceh.
dalaman Kompetensi bidang tugas legis
latif anggota DPRD Kabupaten Sukabumi, XiaoHu Wang. (2006). Financial Management
pada tanggal 8 Desember. in the Public Sector: Tools, Applications,
and Cases. New York: M.E. Sharpe, Inc.
Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Martono, N. (2011). Metode Penelitian Kuanti
tatif: Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder.Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai