Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
ANITA SRIWINARSIH NIM. 172103800062
USWATUN KASANAH NIM. 170154800520
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori Kontruktivistik di definisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar
sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon,
Kontruktivistik lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Kontruktivistik sebenarnya
bukan merupakan gagasan baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita
selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi
pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan
menjadi lebih dinamis.
Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak
hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus
berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam
hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan
memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan
ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa sadar menggunakan strategii
mereka sendiri untuk belajar.
Makna dari belajar menurut Kontruktivistik adalah aktivitas yang aktif,
dimana peserta didik membina sendiri pengetahuannyanya, mencari arti dari
apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan
ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimiliknya
(Shymansky, 1992).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Teori Belajar Kontruktifistik?
2. Bagaimana Implikasi Teori Belajar Kontruktifistik dapat meningkatkan
kreatifitas?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
berarti diajarkan bagian-bagian kecil pengetahuan yang pada suatu hari
berkembang menjadi sebuah tugas yang sulit.
4
Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses
rekontruksi ( Piaget, 1988:60).
5
Tasker
Teori belajar Kontruktivistik Tasker menekankan bahwa ada tiga hal yang
harus ada dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1. Peran aktif peserta didik dalam mengkontruksi pengetahuan secara
bermakna
2. Kaitan anta ride-ide baru sangat penting dalam pengkontruksian
3. Mengaitkan antara informasi yang baru diterima dengan gagasan-
gagasan yang dikembangkan
Wheatley
1. Pengetahuan tidak diperoleh secara pasif tetapi secara aktif oleh struktur
kognitif peserta didik
2. Kognisi berfungsi adaptif dan membantu pengorganisasian pengalaman
nyata dikembangkan dalam proses belajar.
Hanbury
6
Proses mengkontruksi, sebagaimana dijelaskan Jean Paiget adalah sebagai
berikut :
Skemata
sekumpulan konsep yang digunakan ketika berinteraksi dengan
lingkungan disebut schemata. Skemata terbentuk karena
pengalaman.Prose penyempurnaan skema dilakukan melalui proses
asimilasi dan akomodasi
Asimilasi
asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola
yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilsi dipandang sebagai suatu
proses kognitif yang menempatkan dan mengkalsifikasikan kejadian atau
rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini
berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian
schemata melainkan perkembangan skemata.
Akomodasi
Dalam mengahadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak
dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan schemata yang
telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak
cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang
akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk
skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi
skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
Keseimbangan
Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi
sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya atara
proses asimiliaasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang
menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya.
7
oleh budaya untuk membantu orang berpikir, berkomunikasi dan
memecahkan masalah, dengan demikian perkembangan kognitif anak
mensyaratkan system komunikasi budaya dan belajar menggunakan
system-sistem ini untuk menyesuaiakan proses-proses berpikir diri sendiri.
a. Pengelolaan pembelajaran
Interaksi social individu dengan lingkungannya sangat mempengaruhi
perkembangan belajar seseorang, sehingga perkembangan sifat-sifat dan
jenis manusia akan dipengaruhi oleh kedua unsure tersebut. Menurut
Vygotsky dalam Slavin (2000) peserta didik melaksanakan aktifitas
belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sejawat yang
mempunyai kemampuan lebih, interaksi social ini memacu terbentuknya
ide baru dan memperkaya perkembangam intelektual peserta didik.
b. Pemberian Bimbingan
Menurut Vygotsky tujuan belajar akan tercapai dengan belajar
menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas
tersebut masih berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka
(Wersch,1985), yaitu tugas-tugas yang terletak di atas peringkat
perkembangannya. Menurut Vygotsky pada saat peserta didik
melaksanakan aktifitas di dalam daerah perkembangan terdekat mereka,
tugas yang tidak daapat diselelsaikan sendiri akan dapat mereka
selesaikan dengan bimbingan atau bantuan orang lain.
8
C. Implikasi Teori Belajar Kontruktifistik dapat meningkatkan kreatifitas
Proses belajar kontruktivistik
Proses belajar kontruktivistik berupa “contructing and restructuring of
knowledge and skills within the individual in a complex network of increasing
conceptual consistenly”. Membangun dan merestrukturisasi pengetahuan
dan ketrampilan individu dalam lingkungan social dalam upaya peningkatan
konseptual secara konsisten. Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran
harus di utamakan pada pengelolaan peserta didik dalam memproses
gagasannya bukan semata-mata olahan peserta didik dan lingkungan
bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan
system penghargaan dari luar seperti nilai ijasah dan sebagainya.
Penerapan teori belajar kontruktivisme sering digunakan pada model
pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) seperti pembelajaran
menemukan (discovery learning) dan pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning).
Secara konseptual proses belajar jika dipandang dari pendekatan
kognitif bukan sebagai perolehan infiormasi yang berlangsung satu arah dari
luar ke dalam diri siswa. Melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa
kepada pengalamnnya melalui prosesnya asimilasi dan akomodasi yang
bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih di
pandang dari segi prosesnya daripadaa segi perolehan pengetahuan dari
fakta-fakta yang terlepas.
Pemberian makna terhadap objek dan pengalaman oleh individu
tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui
interaksi dalam jaringan sosial, yang unik yang terbentuk baik dalam budaya
kelas maupun di luar kelas.
9
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri
melalui proses salaing mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu
dngan pembelajaran terbaru,
4. Unsure terpenting dalam teori ini adalah seseorang membina
pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi
baru dengan pemahaman yang sudah ada.
5. Ketidak seimbangan merupakan factor motivasi pembelajaran yang
utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-
gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan
pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
Peranan Guru
Dalam belajar kontruksi guru atau pendidik berperan membantu agar
proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa untuk membentuk
pengetahuannnya sendiri. Guru dituntut lebih memahami jalan pikuran
atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim
bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah .yang sama dan sesuai
dengan kemampuannya.
Sarana Belajar
Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan
belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya
sendiri. Segala seuatu seperti bahan media, peralatan, lingkungan dan
10
fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.
Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan
pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya.
Evaluasi
Pandangan kontruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan belajar
sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interprestasi
terhadap realitas, kontruksi pengetahuan serta aktifitas-aktifits lain yang
didasarkan pada pengalaman.
11
5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan
6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
12
Daftar Pustaka :
http://magister-pendidikan.blogspot.com/p/teori-
konstruktivistik.html
https://ikhsanhidayat28.wordpress.com/2013/04/21/teori-belajar-
konstruktivistik/
13
14