Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Peningkatan kualitas pembelajaran IPA merupakan upaya yang harus


dilakukan sejalan dengan berbagai tantangan yang dihadapi peserta didik saat ini,
salah satunya yaitu tantangan abad 21. Untuk menyiapkan peserta didik yang
memiliki keterampilan abad 21, pembelajaran yang harus dilakukan guru pun harus
berorientasi pada pembelajaran abad 21, yang memiliki karakteristik atau prinsip-
prinsip antara lain pendekatan pembelajaran berpusat pada peserta didik, mampu
berkolaborasi dan materi pembelajaran dikaitkan dengan permasalahan yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat mengakomodir
karakteristik pembelajaran abad 21 tersebut di atas adalah pendekatan Science,
Technology, Engineering, and Mathematics (STEM). STEM merupakan suatu
pendekatan dimana Sains, Teknologi, Enjiniring, dan Matematika diintegrasikan
dengan fokus pada proses pembelajaran pemecahan masalah dalam kehidupan
nyata. Pembelajaran STEM memperlihatkan kepada peserta didik bagaimana
konsep-konsep, prinsip-prinsip sains, teknologi, enjiniring dan matematika
digunakan untuk mengembangkan produk, proses, dan sistem yang memberikan
manfaat untuk kehidupan manusia.
Melalui pembelajaran IPA yang menggunakan pendekatan STEM, peserta
didik dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat meningkatkan
kemapuan peserta didik dalam pemacahan masalah di kehidupan sehari-hari
mereka. Aunurrahman (2008) menyatakan bahwa belajar IPA bukanlah sekedar
bagaimana peserta didik belajar memahami (learning to know) tetapi perlu
ditingkatkan pada bagaimana peserta didik belajar berkarya (learning to do) ,
belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dan belajar hidup bersama (lerning to
live to gather). Oleh karena itu dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di

1
kelas, dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang terpusat pada peserta didik
(student centered), sehingga peserta didik akan terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak peserta didik yang tidak
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran IPA. Banyak faktor yang menyebabkan
hasil belajar peserta didik rendah yaitu antara lain faktor intelegensi, motivasi
belajar, rasa percaya diri, guru sebagai pembina kegiatan belajar, model
pembelajaran, sarana dan prasarana serta lingkungan. Setiap dilaksanakan
pembelajaran tatap muka selalu ditemukan peserta didik dalam keadaan mengantuk
dan kurang bergairah mengikuti proses pembelajaran. Sebagai guru IPA metode
ceramah kurang memotivasi peserta didik untuk memberdayakan dirinya dalam
proses pembelajaran di kelas dan salah satu usaha untuk memperbaiki proses
dalam penerimaan pembelajaran oleh peserta didik yaitu mencoba melakukan
revisi model pembelajaran dengan memilih pendekatan yang berpusat pada
peserta didik (student centered) yang dapat mengembangkan penalaran dengan
melibatkan peserta didik pada proses pembelajaran dalam model pembelajaran
kooperatif. Selain itu diharapkan pembelajaran IPA dapat membantu peserta didik
untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari mereka
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis membelajarkan peserta
didik kelas VIII.3 dalam mata pelajaran IPA pada semester ganjil TP 2019/2020
cenderung pasif dan kurang aktif. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar peserta
didik VIII.3 yang masih rendah. Peserta didik kelas VIII.3 juga kurang
termotivasi dalam mengeluarkan pendapat dan tidak mau bertanya kepada guru
ataupun sesama mereka dalam pembelajaran. Sehingga dalam pembelajaran kelas
tidak termotivasi dan kurang aktif. Banyak peserta didik yang malas dalam
menemukan konsep pembelajaran, karena mereka lebih suka mendengar atau
menunggu penjelasan dari guru saja. Kelas menjadi tidak terkontrol dengan baik.

Pada saat ini aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran IPA dikelas
VIII.3 SMPN 3 KOTA SOLOK secara umum masih rendah, hanya 50% yang aktif
dalam pembelajaran. Rendahnya aktivitas peserta didik dalam pembelajaran

2
tergambar dari nilai rapor peserta didik dalam pembelajaran IPA pada semester
ganjil yang jauh dari harapan. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran
berlangsung, dimana peserta didik ada yang keluar masuk dalam belajar, berbicara
dengan teman dan ada beberapa orang peserta didik yang mengantuk dalam
belajar.

Hal tersebut berdampak pada hasil belajar peserta didik itu sendiri. Hanya
sekitar 40% peserta didik yang mendapat nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal
( KKM ). Penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA
ini, belum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memproses
informasi sendiri.

Dengan melihat masalah yang terjadi diatas penulis mencoba melakukan


upaya untuk meningkatkan aktifitas belajar peserta didik yang nantinya diharapkan
bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik. Upaya peningkatan aktifitas belajar
peserta didik dapat dilakukan melalui penggunaan model-model pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang menjadi alternatif bagi penulis adalah model
pembelajaran STEM PjBL berbasis kearifan lokal.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah ”Apakah dengan menggunakan model pembelajaran STEM PjBL berbasis
kearifan lokal dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas VIII.3
SMPN 3 KOTA SOLOK ?”

C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta
menggunakan model pembelajaran STEM PjBL berbasis kearifan lokal pada pada
kelas VIII.3 SMPN 3 KOTA SOLOK

3
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Peserta didik:
a. dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih efektif, dinamis,
kooperatif dan bermakna
b. minat belajar terhadap IPA meningkat
c. hasil belajar meningkat

2. Guru:
a. untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan terhadap kompetensi
profesional guru
b. untuk mengembangkan model-model pembelajaran IPA yang lebih
berkualitas dalam memilih alternatif model pembelajaran
c. sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya secara luas dan
mendalam
d. sebagai informasi bagi rekan-rekan sejawat yang ingin menerapkan model
pembelajaran STEM PjBL berbasis kearifan lokal dalam proses
pembelajaran IPA yang dilakukan.
3. Sekolah:
a. sebagai salah satu ide perbaikan pelaksanaan pembelajaran IPA di sekolah
b. kualitas kelulusan peserta didik meningkat
c. dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran IPA

Pengajaran adalah susunan informasi dan lingkungan untuk menfasilitasi


pembelajaran. Sedangkan pembelajaran itu sendiri merupakan pengembangan
pengetahuan, ketrampilan atau sikap baru pada saat seseorang individu
berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Sesuai dengan pendapat Wina,
Sanjaya (2008:7) "Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar". Pembelajaran
merupakan suatu interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Lingkungan di
sini dimaksudkan bukan hanya sebagai tempat di mana pengajaran berlangsung
tetapi juga metode, media dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyampaikan
informasai dan membimbing peserta didik belajar.

Pilihan strategi pembelajaran untuk menentukan lingkungan dan cara


bagaimana informasi dikemas dan digunakan menjadi tanggungjawab guru.
Bagaimana guru merancang dan menyusun pembelajaran melibatkan banyak
pertimbangan, tidak hanya apa yang akan dipelajari oleh peserta didik tetapi
bagaimana caranya agar peserta didik bisa memahami dan memiliki kompetensi
tertentu setelah mengalami proses pembelajaran. Sehubungan dengan hal ini
Muhammad Nur (2002 : 16) menjelaskan agar proses pembelajaran berjalan
dengan lancar pada pembelajaran kooperatif, maka guru dapat berperan sebagai:

1. Ahli.

Guru adalah seorang ahli yang mengetahui lebih banyak hal daripada
peserta didiknya, sehingga dalam pembelajaran guru dapat memberitahu,
menjawab pertanyaan serta menilai segala sesuatu yang sedang dipelajari
oleh peserta didik.

5
2. Pengawas

Di samping sebagai sumber informasi, selama diskusi berlangsung


guru harus bertindak sebagai pengawas dan penilai dengan maksud agar
masalah yang sedang didiskusikan tidak keluar dari jalur yang sudah
ditetapkan, berjalan lancar dan benar serta tujuannya tercapai.

3. Penghubung

Tujuan pembelajaran IPA yang telah ditetapkan guru untuk


didiskusikan oleh peserta didik banyak sedikitnya mempunyai sangkut yang
luas dengan gejala-gejala yang terjadi di alam. Dalam hal ini guru harus
memperjelas dan menunjukkan hubungan yang logis tentang gejala-gejala
alam tersebut.

4. Pendorong.

Bagi peserta didik yang belum mampu mencerna pengetahuan,


pendapat orang lain maupun merumuskan serta mengeluarkan pendapat di
dalam diskusi, perlu mendapat dorongan dari guru untuk
mengoptimalisasikan kemampuannya.

Kegiatan pembelajaran IPA di SMP dirancang untuk memberikan


pengalaman yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi sesama
peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
BSNP dalam panduan penyusunan KTSP menyatakan “pembelajaran IPA
sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya
sebagai aspek penting kecakapan hidup.”

Berpedoman kepada pendapat Piaget, dalam Carin & Sund (Depdiknas, 2004:
6) menjelaskan bahwa, “Sebagian besar peserta didik SMP dalam taraf transisi dari
fase konkrit ke fase operasi formal, maka diharapkan peserta didik sudah mulai
dilatih untuk mampu berpikir abstrak. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP
hendaknya sudah mengenalkan peserta didik pada kemampuan untuk mulai
melakukan penyelidikan walaupun sifatnya masih sederhana. Setidaknya peserta
6
didik sudah mulai dilatih untuk merencanakan pengamatan/percobaan sederhana,
mengidentifikasi variabel, merumuskan hipotesis dan mampu melaporkan
pengamatan/percobaan baik secara tertulis maupun lisan. Jika hal itu dibiasakan
maka hasil belajar yang dicapai benar-benar akan memuat unsur kognitif, afektif
dan psikomotor.

Di dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran (Depdiknas, 2006: 17,18)


perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Memberikan peluang bagi peserta didik untuk mencari, mengolah dan


menemukan sendiri pengetahuan, dibawah bimbingan guru.
2. Mencerminkan ciri khas dalam pengembangan kemampuan mata pelajaran
3. Disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, sumber belajar dan sarana
yang tersedia.
4. Bervariasi dengan mengkombinasikan keggiatan individu/perorangan,
berpasangan, kelompok, klasikal
5. Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual peserta didik
seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial ekonomi,
dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi peserta didik yang
bersangkutan.

B. Pembelajaran STEM PjBL

Pembelajaran sains/IPA berbasis STEM dalam kelas didesain untuk memberi


peluang bagi peserta didik mengaplikasikan pengetahuan akademik dalam dunia
nyata. Pengalaman belajar sains berbasis pendidikan STEM mengembangkan
pemahaman peserta didik terhadap konten sains, kemampuan inovasi dan
pemecahan masalah, soft skills (antara lain komunikasi, kerjasama, kepemimpinan).
Pembelajaran sains berbasis STEM menumbuhkan minat dan motivasi peserta didik
untuk melanjutkan studi dan berkarir dalam bidang profesi iptek, sebagaimana
dibutuhkan negara saat ini dan di masa datang.

7
Agar siswa mampu memecahkan masalah sains dan teknologi, diperlukan
keterampilan berpikir dan berkreasi. Pembelajaran sains dengan pendekatan STEM
melatih peserta didik dalam berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi dan
berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran dengan pendekatan STEM
mendukung pencapaian keterampilan di abad 21. Penyajian pembelajaran dengan
pendekatan STEM harus memenuhi beberapa aspek dalam Scientific & Engineering
Practice, juga menggambarkan adanya Crosscutting Concept atau irisan konsep di
antara pengetahuan sains, teknologi, enjiniring dan matematika. Selain itu Higher
Order Thinking Skills (HOTS) menjadi keharusan di dalam pembelajaran maupun
penilaiannya.

Menurut George Lucas Educational Foundation (2005) Project based learning


(PjBL) adalah pendekatan pembelajaran yang dinamis di mana siswa secara aktif
mengeksplorasi masalah di dunia nyata, memberikan tantangan, dan memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam. Saat ini penelitian dalam Project based learning
(PjBL) menunjukan bahwa projek dapat meningkatkan minat siswa dalam science,
technology, engineering, and math (STEM) karena dengan STEM melibatkan siswa
dalam pemecahan masalah secara otentik, kerjasama antar siswa, serta membangun
kemampuan untuk menciptakan solusi nyata (Fortus, Krajcikb, Dershimerb, Marx,
& Mamlok-Naamand, 2005).

Model Project Based Learning (PjBL) merupakan model yang disarankan


dalam implementasi Kurikulum 2013, sedangkan STEM merupakan sebuah strategi
pembelajaran. Karakteristik dari STEM yaitu menekankan pada proses mendesain,
enjiniring atau merekayasa. Menurut (Capraro, et al, 2013) Design process adalah
pendekatan sistematis dalam mengembangkan solusi dari masalah dengan well
define outcome, yaitu menentukan solusi/proses terbaik dari ide-ide yang muncul.
Sintak model PjBL STEM dapat dijelaskan sebagai berikut :

Berikut ini adalah deskripsi dari sintaks model pembelajaran PjBL STEM
(Laboy-Rush, 2010)h Discovery

Communication Application
8
Tahap 1. Reflection

Tujuan dari tahap pertama untuk membawa siswa ke dalam konteks masalah
dan memberikan inspirasi kepada siswa agar dapat segera mulai
menyelidiki/investigasi (Fortus, Krajcikb, Dershimerb, Marx, & Mamlok-
Naamand, 2005). Fase ini juga dimaksudkan untuk menghubungkan apa yang
diketahui dan apa yang perlu dipelajari (Diaz & King, 2007).

Tahap 2. Research

Tahap kedua adalah bentuk penelitian siswa. Guru memberikan pembelajaran


sains, memilih bacaan, atau metode lain untuk mengumpulkan sumber informasi
yang relevan (Fortus, Krajcikb, Dershimerb, Marx, & Mamlok-Naamand, 2005).
Proses belajar lebih banyak terjadi selama tahap ini, kemajuan belajar siswa
mengkonkritkan pemahaman abstrak dari masalah (Diaz & King, 2007). Selama
fase research, guru lebih sering membimbing diskusi untuk menentukan apakah
siswa telah mengembangkan pemahaman konseptual dan relevan berdasarkan
proyek (Satchwell & Loepp, 2002).

Tahap 3. Discovery

Tahap penemuan umumnya melibatkan proses menjembatani research dan


informasi yang diketahui dalam penyusunan proyek. Ketika siswa mulai belajar
mandiri dan menentukan apa yang masih belum diketahui (Satchwell & Loepp,
2002). Beberapa model dari STEM PjBL membagi siswa menjadi kelompok kecil
untuk menyajikan solusi yang mungkin untuk masalah, berkolaborasi, dan
membangun kerjasama antar teman dalam kelompok (Fortus, Krajcikb,
Dershimerb, Marx, & Mamlok-Naamand, 2005). Model lainnya menggunakan
langkah ini dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam membangun habit of
mind dari proses merancang untuk mendesain (Diaz & King, 2007).

Tahap 4. Application

Pada tahap aplikasi tujuannya untuk menguji produk/solusi dalam


memecahkan masalah. Dalam beberapa kasus, siswa menguji produk yang dibuat
dari ketentuan yang ditetapkan sebelumnya, hasil yang diperoleh digunakan untuk
9
memperbaiki langkah sebelumnya (Diaz & King, 2007). Di model lain, pada
tahapan ini siswa belajar konteks yang lebih luas di luar STEM atau
menghubungkan antara disiplin bidang STEM (Satchwell & Loepp, 2002).

Tahap 5. Communication

Tahap akhir dalam setiap proyek dalam membuat produk/solusi dengan


mengkomunikasikan antar teman maupun lingkup kelas. Presentasi merupakan
langkah penting dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan
komunikasi dan kolaborasi maupun kemampuan untuk menerima dan menerapkan
umpan balik yang konstruktif (Diaz & King, 2007). Seringkali penilaian dilakukan
berdasarkan penyelesaian langkah akhir dari fase ini(Satchwell & Loepp, 2002).

C. Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal

Indonesia memiliki semboyan “Bhineka Tunngal Ika” artinya berbeda- beda


tetapi tetap satu jua. Perbedaan itu salah satunya berasal dari budaya dan suku
bangsa. Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beragam. Setiap daerah di
Indonesia memiliki kearifan lokal sebagai ciri khas daerah tersebut. Makna kearifan
lokal menurut Undang – Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam UU tersebut mendefinisikan kearifan
lokal sebagai nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tatanan kehidupan bermasyarakat
untuk melindungi dan mengelola lingkungan alam secara alami. Kearifan lokal
terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi
geografis dalam arti luas. Setiap orang memiliki identitas yang dibangun oleh
budaya, sehingga didalamnya terdapat kearifan yang dihasilkan oleh daerah
tersebut. Faktor – faktor pembelajaran kearifan lokal memiliki posisi yang strategis
adalah : 1) Kearifan lokal merupakan identitas yang sudah ada sejak manusia
dilahirkan 2) Kearifan lokal sudah dikenal bagi pemiliknya 3) Sikap emosional
masyarakat sudah berkecimpung dalam memahami kearifan lokal daerahnya 4)
Dalam mempelajari kearifan lokal tersebut sudah terbiasa atau tidak dipaksakan 5)
Sikap dalam masyarakat sebagian besar terbentuk oleh kearifan lokal 6) Kearifan
lokal dapat menumbuhkan martabat bangsa. Menurut pendapat para ahli tersebut,

10
dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal merupakan kebudayaan yang dilakukan
secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasan pada suatu daerah sehingga
kebiasaan tersebut melekat pada diri masyarakatnya. Kearifan lokal setiap daerah
berbeda-beda bergantung pada adsat istiadat daerah tersebut. Kearifan lokal
tersebut juga dapat dipandang sebagai ciri khas suatu daerah tersebut. Dengan
mempelajari kearifan lokal dapat ikut serta melestarikan budaya daerah tersebut

Saat ini sedang dikembangkan pembelajaran STEM berbasis kearifan lokal.


Ini muncul karena Indonesia merupakan negeri yang mempunyai multikultur dan
begitu banyak ragam budaya. Ini merupakan kekayaan bangsa dan sebagai sumber
belajar yang paling nyata bagi peserta didik. SEAMEO Qitep In Science saat ini
sedang mengembangkan empat jenis kearifan lokal yang diintegrasikan kedalam
pembelajaran STEM dimana keempat kearifan lokal ini dianggap sebagai
perwakilan dari sekian banyak kearifan lokal yang terdapat di Indonesia. empat
kearifan lokal ini berdasarkan kondisi demografis Indonesia

1. Mangrove

Di Indonesia banyak sekali terdapat hutan mangrove yaitu hutan yang tumbuh
di air payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini tumbuh biasanya
di tempat-tempat yang banyak lumpur dan berkumpul banyak sekali bahan organic.

Berdasarkan data one map Mangrove, luas ekosistem mangrove Indonesia


adalah 3,5 juta Hektar. Ekosistem mangrove tersebut berada di 257 kabupaten/kota
yang sebagian besarnya sudah mengalami kerusakan. kerusakan tersebut
disebabkan oleh banyak hal salah satunya sudah digunakannya hutan bakau tersebut
untuk lahan pembangunan.

Sudah banyak sekali penelitian mengenai manfaat dari hutan mangrove ini.
Oleh karena itu sangat cocok sekali kalau mangrove ini dijadikan salah satu
kearifan lokal yang bisa dijadikan sumber belajar berbasis STEM terutama sekolah
yang berada di sekitar kawasan Mangrove.

11
2. Kelautan / Marine

Indonesia memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya
Manusia (SDM) di bidang kelautan dan perikanan yang sangat besar
dibandingkan Negara-negara lainnya di dunia. Jika mampu dimanfaatkan dengan
baik, kedua sumber daya ini mampu berkontribusi lebih besar terhadap
perekonomian nasional.

Ada begitu banyak bidang usaha yang berbahan baku sumber daya laut
seperti Ikan, rumput laut, garam, dan lainnya. Ada yang langsung diolah oleh
nelayan , ada yang dijual kembali, dan ada yang di ekspor.

Ini merupakan sebagai salah satu potensi yang bisa dikembangkan dalam
pembelajaran STEM untuk sekolah-sekolah yang berada di daerah tepi pantai
agar pembelajaran di kelas lebih bermakna.

3. Pertanian

Pertanian merupakan salah satu sumber mata pencarian terbesar


masyarakat Indonesia. Kurang lebih 100 juta atau hamper separuh masyarakat
Indonesia berprofesi sebagai petani. Ada begitu banyak komoditi hasil pertanian
yang terdapat di Indonesia seperti Beras, Jagung, karet alam, sawit, dan lain-lain.

Dikaitkan dengan karakteristik peserta didik , maka banyak sekali orang


tua dari peserta didik kita berprofesi sebagai petani sehingga tentunya sedikit
banyaknya mereka tahu mengenai pertanian. Pengetahuan awal peserta didik ini
merupakan modal bagi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas
yang berbasis STEM. Selain membuat pembelajaran lebih bermakna, diharapkan
hasil lainnya dari pembelajaran STEM berbasis kearifan lokal di bidang
pertanian ini bisa mengangkat taraf ekonomi keluarga peserta didik ini.

4. Urban Farming / Pertanian Kota.

Dalam beberapa tahun terakhir, trend urban farming kian diminati oleh
masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Awalnya, konsep berkebun di lahan
terbatas. Awalnya ini hanyalah sebatas inisiasi dari segelintir komunitas pecinta
lingkungan yang bergerak secara mandiri. Kemudian, urban farming pun
12
berkembang secara masif menjelma menjadi tren gaya hidup urban. Urban
farming yang berarti bercocok tanam di lingkungan rumah perkotaan dianggap
beriringan dengan keinginan masyarakat kota untuk menjalani gaya hidup sehat.
Hasil panen dari urban farming lebih menyehatkan lantaran sepenuhnya
menerapkan sistem penanaman organik, yang tidak menggunakan pupuk kimia dan
pestisida sintesis. Konsep urban farming lantas menawarkan solusi dengan
menciptakan lahan terbuka hijau ditengah padatnya bangunan perkotaan. Urban
farming dapat mengelola wilayah perkotaan yang tercemar menjadi lingkungan yang
nyaman dan sehat untuk ditinggali. Berbagai sistem penanaman urban
farming seperti vertikultur, hidroponik, dan akuaponik dapat dengan mudah
diterapkan di area terbatas. Para penggiat urban farming menyulap atap rumah
mereka menjadi kebun atap, pagar rumah menjadi taman vertikal, dan sebongkah
pipa menjadi kebun tanaman hidroponik yang subur. Ini juga merupakan salah satu
kearifan lokal yang sangat cocok untuk diaplikasikan dalam pembelajaran STEM di
kelas.

Kota solok adalah kota kecil di Sumatera Barat yang terkenal dengan julukan
kota Beras karena komoditi pertanian yang dihasilkan. Sehingga peserta didik
sekolah sekolah yang ada di kota Solok tentunya sangat familiar dengan sawah dan
pengolahannya. Setiap musim panen tiba maka akan terlihatlah pemandangan jerami
yang dibakar di persawahan oleh para petani padahal selain mengakibatkan polusi
udara jerami ternyata bisa diolah dan bernilai jual atau berguna.

Selain sawah, juga banyak terdapat huller yang beroperasi di kota solok. Saat
huller beroperasi maka ada dua hasil sampingan dari proses di huller yaitu sekam
dan dedak padi atau sering juga dikenal dengan nama bekatul. Sekam biasanya juga
hanya dibakar saja oleh pengusaha huller. Dedak padi biasanya digunakan sebagai
pakan ternak. padahal ternyata banyak sekali manfaat lain dari sekam dan dedak
padi tersebut.

13
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

A. Strategi Pemecahan Masalah


Mengacu pada permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas
VIII.2 SMPN 3 Kota Solok dan mungkin juga di kelas-kelas lainnya seperti yang
telah diuraikan di latar belakang, maka dipilihlah alternative pemecahan masalah
yang dianggap dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran STEM PjBL berbasis kearifan lokal.

SMPN 3 Kota Solok adalah salah satu sekolah negeri yang berada di pinggiran
kota solok sehingga banyak orang tua dari peserta didik kami adalah petani. Selain
itu banyak diantara peserta didik kami berasal dari daerah di luar kota solok yang
orang tuanya juga bertani seperti bertani bawang, kentang, dan sayur-sayuran.
Sehingga rasanya sangat cocok sekali menerapkan pembelajaran STEM berbasis
kearifan lokal di bidang pertanian. Salah satu materi yang cocok diterapkan
pembelajaran dengan model PjBL STEM adalah pada materi sistem pencernaan.

Sesuai dengan program, maka pembelajaran dilaksanakan di pertengahan


bulan Oktober. Diharapkan dengan pembelajaran PjBL STEM ini akan bisa
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik terutama di kemampuan 4C peserta
didik sesuai dengan tuntutan pembelajaran Abad 21. Pembelajaran PjBL STEM
berbasis kearifan lokal ini akan diterapkan di materi sistem pencernaan yaitu pada
sub materi kandungan zat gizi pada makanan. Selain konsep IPA, dalam proses
pembelajaran ini peserta didik juga mempelajari konsep dari mata pelajaran lain
yaitu :

1. Teknologi

Menggunakan internet sebagai sumber informasi sekaligus media promosi


produk yang dihasilkan peserta didik.

14
2. Enjinering

Membuat resep makanan berbahan dedak padi, melakukan ujicoba dan revisi
apabila hasil belum seperti yang diharapkan

3. Matematika

Menggunakan berbagai situasi terkait aritmatika sosial, penjualan, pembelian,


untung rugi, persentase

4. Prakarya

Membuat rancangan penayjian dan pengemasan bahan hasil samping


pengolahan serealia. Kacang-kacangan dan umbi menjadi produk pangan yang
ada di wilayah

B. Pembahasan

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII.3 SMPN 3 Kota Solok
Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan jumlah peserta didik 32 orang. Kelas VIII.3 ini
beranggotakan peserta didik yang punya minat yang rendah dalam proses
pembelajaran. Makanya kelas ini yang peneliti pilih untuk melakukan penelitian
dalam bentuk best practice.

Pembelajaran ini direncanakan dilakukan dalam dua kali pertemuan. Lima


langkah dari model pembelajaran STEM PjBL ini akan dibagi kedalam dua kali
pertemuan pada pelaksanaannya. Tiga langkah pertama itu akan dilakukan pada
pertemuan pertama, dan dua langkah berikutnya pada pertemuan kedua. Lebih
lengkapnya bisa dilihat pada skenario pembelajaran di bawah ini :

Pertemuan pertama ( 2 JP )

A. REFLECTION
- peserta didik diminta menceritakan hasil observasi mereka ke tempat
penggilingan padi dan pengolahan hasil samping yang dihasilkan sesuai
dengan LK yang sudah diberikan (critical thinking)
- peserta didik menyaksikan tayangan cara pembuatan makanan olahan khas
solok berbahan dasar tepung (literasi)
15
B. RESEARCH
- peserta didik dalam kelompok masing-masing mencari informasi pengolahan
(dedak padi) menjadi makanan dan apa saja kandungan gizi yang terdapat pada
dedak padi
- peserta didik dalam kelompok masing-masing mencari informasi terkait cara
mengolah dedak padi menjadi makanan (collaborative)

C. DISCOVERY
Membuat desain solusi.
- Peserta didik dalam kelompok masing-masing mendiskusikan langkah-
langkah pembuatan makanan olahan dari dedak padi sesuai dengan alat dan
bahan yang tersedia termasuk rincian biaya sampai juga cara penyajian atau
pengemasannya nya sesuai dengan LK yang sudah disediakan agar produk
mereka mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. (collaborative)
- masing-masing kelompok mempresentasikan desain mereka masing-masing
menggunakan “white boarding” dan semua anggota kelas memberikan
masukan dan saran untuk desain yang lebih baik.(collaborative)

Pertemuan kedua ( 3 JP )
D. APPLICATION
- peserta didik dalam kelompoknya masing-masing diminta menyiapkan alat
dan bahan terkait dengan proses pembuatan makanan olahan dari dedak padi
sesuai ranncangan atau resep yang sudah mereka selesaikan di pertemuan
sebelumnya (collaborative)
- peserta didik dalam kelompok masing-masing membuat penganan sesuai
rancangan atau resep mereka (collaborative)
- masing-masing kelompok mencoba hasil masakan mereka dan melakukan
redesain apabila hasil belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
(collaborative) (critical thinking)
- masing-masing kelompok melakukan uji organoleptik terhadap produk yang
mereka hasilkan

16
E. COMMNUNICATION
- masing –masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka di depan
kelas menggunakan “white boarding masing-masing”
- peserta didik masing-masing kelompok memberikan tanggapan kepada
kelompok yang sedang tampil

C. Hasil yang dicapai dari strategi yang dipilih

Selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran STEM PjBL terlihat


sekali antusias peserta didik dalam mengerjakan semua tahapan pembelajaran, peserta
didik yang bekerja dalam kelompoknya masing-masing memperlihatkan kerjasama yang
bagus dalam rangka menyelesaikan proyek mereka. Dari segi kreativitas didapatkan
hasil ternyata para peserta didik ketika diberi kebebasan memilih proyek yang akan
mereka lakukan , mereka mempunyai inovasi dan kreativitas yang tinggi yang terlihat
dari produk yang mereka hasilkan beragam dan juga dikemas cukup menarik.

D. Kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran STEM PjBL berbasis


kearifan local telah mampu menghasilkan perubahan terhadap proses pembelajaran
yang tadinya lebih banyak terpusat kepada guru menjadi pembelajaran yang terpusat
pada peserta didik. Namun tidak dapat dipungkiri masih terdapat beberapa kendala
selama proses pembelajaran berlangsung, diantaranya :

1. Membutuhkan waktu yang relative lebih lama

2. Masih terdapat beberapa orang peserta didik yang kurang aktif dalam proses
pembelajaran walaupun sudah bekerja secara berkelompok

3. Membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk


membuat makanan olahan sebagai produk dari proyek yang mereka kerjakan

4. Ketika mempresentasikan hasil proyek mereka di depan kelas, peserta didik


masih ada yang tidak percaya diri

17
E. Faktor – factor pendukung

Selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran STEM PjBL


berbasis kearifan lokal, ada beberapa factor yang mendukung keberhasilan proses
pembelajaran tersebut, diantaranya :

1. Antusiasme peserta didik saat mengerjakan proyek

2. Orang tua peserta didik yang juga ikut membantu peserta didik dalam
mengolah dedak padi menjadi sebuah produk makanan

3. Hasil atau produk yang dihasilkan oleh peserta didik dipasarkan ke guru-guru,
sehingga peserta didik sekaligus belajar mengenai kewirausahaan

18
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang dicapai dan pembahasan tentang penggunaan

model pembelajaran PjBL STEM berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan

aktifitas belajar IPA bagi peserta dapat diambil kesimpulan bahwa model

pembelajaran ini dapat meningkatkan aktifitas belajar IPA bagi siswa kelas VIII.2

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dalam penelitian ini,

diajukan beberapa rekomendasi untuk dipertimbangkan:

- Guru dapat menerapkan model pembelajaran PjBL STEM berbasi

kearifan lokal dalam pembelajaran IPA terutama materi yang aplikasinya

sangat dekat dengan kehidupan siswa dan lingkungan mereka

- Guru diharapkan dapat mencari variasi lain dalam mewujudkan

pembelajaran berkualitas agar diperoleh peningkatan hasil belajar yang lebih

signifikan

- Kepada siswa untuk menyadari bahwa pelajaran IPA adalah salah satu

mata pelajaran penting yang perlu untuk dikuasai.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam
SMP/MTs kelas IX. Jakarta. Kemendikbud

Depdiknas. 2006. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama: Panduan Pengembangan


Silabus SMP Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Depdiknas

Hamalik Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Nuryani R. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : Universitas Negeri


Malang (UM PPRESS)

Nur, Muhammad.2002. Pembelajaran Kooperatif. Jawa Timur : LPMP: Jawa Timur

Sudjana, Nana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya

Sanjaya Wina. (2008). Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta. Kencana Prenada Media Grup.

Huda Miftahul. 2013. Cooperative Learning.Yogyakarta.Pustaka Pelajar.

Jufri Wahab.2012. Belajar dan Pembelajaran Sains.Mataram.Pustaka Reska Cipta.

Azizahwati, dkk. Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Keraifan Lokal
untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng dan DIY,
2015

https://solokkota.go.id/ . diakses pada tanggal 11 September 2019

https://www.gatra.com/detail/news/398073-Maksimalkan-Lahan-Ini-Strategi-Petani-
Solok , diakses pada tanggal 11 September 2019

20
21

Anda mungkin juga menyukai