Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
kelas, dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang terpusat pada peserta didik
(student centered), sehingga peserta didik akan terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak peserta didik yang tidak
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran IPA. Banyak faktor yang menyebabkan
hasil belajar peserta didik rendah yaitu antara lain faktor intelegensi, motivasi
belajar, rasa percaya diri, guru sebagai pembina kegiatan belajar, model
pembelajaran, sarana dan prasarana serta lingkungan. Setiap dilaksanakan
pembelajaran tatap muka selalu ditemukan peserta didik dalam keadaan mengantuk
dan kurang bergairah mengikuti proses pembelajaran. Sebagai guru IPA metode
ceramah kurang memotivasi peserta didik untuk memberdayakan dirinya dalam
proses pembelajaran di kelas dan salah satu usaha untuk memperbaiki proses
dalam penerimaan pembelajaran oleh peserta didik yaitu mencoba melakukan
revisi model pembelajaran dengan memilih pendekatan yang berpusat pada
peserta didik (student centered) yang dapat mengembangkan penalaran dengan
melibatkan peserta didik pada proses pembelajaran dalam model pembelajaran
kooperatif. Selain itu diharapkan pembelajaran IPA dapat membantu peserta didik
untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari mereka
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis membelajarkan peserta
didik kelas VIII.3 dalam mata pelajaran IPA pada semester ganjil TP 2019/2020
cenderung pasif dan kurang aktif. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar peserta
didik VIII.3 yang masih rendah. Peserta didik kelas VIII.3 juga kurang
termotivasi dalam mengeluarkan pendapat dan tidak mau bertanya kepada guru
ataupun sesama mereka dalam pembelajaran. Sehingga dalam pembelajaran kelas
tidak termotivasi dan kurang aktif. Banyak peserta didik yang malas dalam
menemukan konsep pembelajaran, karena mereka lebih suka mendengar atau
menunggu penjelasan dari guru saja. Kelas menjadi tidak terkontrol dengan baik.
Pada saat ini aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran IPA dikelas
VIII.3 SMPN 3 KOTA SOLOK secara umum masih rendah, hanya 50% yang aktif
dalam pembelajaran. Rendahnya aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
2
tergambar dari nilai rapor peserta didik dalam pembelajaran IPA pada semester
ganjil yang jauh dari harapan. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran
berlangsung, dimana peserta didik ada yang keluar masuk dalam belajar, berbicara
dengan teman dan ada beberapa orang peserta didik yang mengantuk dalam
belajar.
Hal tersebut berdampak pada hasil belajar peserta didik itu sendiri. Hanya
sekitar 40% peserta didik yang mendapat nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal
( KKM ). Penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA
ini, belum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memproses
informasi sendiri.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah ”Apakah dengan menggunakan model pembelajaran STEM PjBL berbasis
kearifan lokal dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas VIII.3
SMPN 3 KOTA SOLOK ?”
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta
menggunakan model pembelajaran STEM PjBL berbasis kearifan lokal pada pada
kelas VIII.3 SMPN 3 KOTA SOLOK
3
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Peserta didik:
a. dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih efektif, dinamis,
kooperatif dan bermakna
b. minat belajar terhadap IPA meningkat
c. hasil belajar meningkat
2. Guru:
a. untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan terhadap kompetensi
profesional guru
b. untuk mengembangkan model-model pembelajaran IPA yang lebih
berkualitas dalam memilih alternatif model pembelajaran
c. sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya secara luas dan
mendalam
d. sebagai informasi bagi rekan-rekan sejawat yang ingin menerapkan model
pembelajaran STEM PjBL berbasis kearifan lokal dalam proses
pembelajaran IPA yang dilakukan.
3. Sekolah:
a. sebagai salah satu ide perbaikan pelaksanaan pembelajaran IPA di sekolah
b. kualitas kelulusan peserta didik meningkat
c. dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA
1. Ahli.
Guru adalah seorang ahli yang mengetahui lebih banyak hal daripada
peserta didiknya, sehingga dalam pembelajaran guru dapat memberitahu,
menjawab pertanyaan serta menilai segala sesuatu yang sedang dipelajari
oleh peserta didik.
5
2. Pengawas
3. Penghubung
4. Pendorong.
Berpedoman kepada pendapat Piaget, dalam Carin & Sund (Depdiknas, 2004:
6) menjelaskan bahwa, “Sebagian besar peserta didik SMP dalam taraf transisi dari
fase konkrit ke fase operasi formal, maka diharapkan peserta didik sudah mulai
dilatih untuk mampu berpikir abstrak. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP
hendaknya sudah mengenalkan peserta didik pada kemampuan untuk mulai
melakukan penyelidikan walaupun sifatnya masih sederhana. Setidaknya peserta
6
didik sudah mulai dilatih untuk merencanakan pengamatan/percobaan sederhana,
mengidentifikasi variabel, merumuskan hipotesis dan mampu melaporkan
pengamatan/percobaan baik secara tertulis maupun lisan. Jika hal itu dibiasakan
maka hasil belajar yang dicapai benar-benar akan memuat unsur kognitif, afektif
dan psikomotor.
7
Agar siswa mampu memecahkan masalah sains dan teknologi, diperlukan
keterampilan berpikir dan berkreasi. Pembelajaran sains dengan pendekatan STEM
melatih peserta didik dalam berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi dan
berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran dengan pendekatan STEM
mendukung pencapaian keterampilan di abad 21. Penyajian pembelajaran dengan
pendekatan STEM harus memenuhi beberapa aspek dalam Scientific & Engineering
Practice, juga menggambarkan adanya Crosscutting Concept atau irisan konsep di
antara pengetahuan sains, teknologi, enjiniring dan matematika. Selain itu Higher
Order Thinking Skills (HOTS) menjadi keharusan di dalam pembelajaran maupun
penilaiannya.
Berikut ini adalah deskripsi dari sintaks model pembelajaran PjBL STEM
(Laboy-Rush, 2010)h Discovery
Communication Application
8
Tahap 1. Reflection
Tujuan dari tahap pertama untuk membawa siswa ke dalam konteks masalah
dan memberikan inspirasi kepada siswa agar dapat segera mulai
menyelidiki/investigasi (Fortus, Krajcikb, Dershimerb, Marx, & Mamlok-
Naamand, 2005). Fase ini juga dimaksudkan untuk menghubungkan apa yang
diketahui dan apa yang perlu dipelajari (Diaz & King, 2007).
Tahap 2. Research
Tahap 3. Discovery
Tahap 4. Application
Tahap 5. Communication
10
dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal merupakan kebudayaan yang dilakukan
secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasan pada suatu daerah sehingga
kebiasaan tersebut melekat pada diri masyarakatnya. Kearifan lokal setiap daerah
berbeda-beda bergantung pada adsat istiadat daerah tersebut. Kearifan lokal
tersebut juga dapat dipandang sebagai ciri khas suatu daerah tersebut. Dengan
mempelajari kearifan lokal dapat ikut serta melestarikan budaya daerah tersebut
1. Mangrove
Di Indonesia banyak sekali terdapat hutan mangrove yaitu hutan yang tumbuh
di air payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini tumbuh biasanya
di tempat-tempat yang banyak lumpur dan berkumpul banyak sekali bahan organic.
Sudah banyak sekali penelitian mengenai manfaat dari hutan mangrove ini.
Oleh karena itu sangat cocok sekali kalau mangrove ini dijadikan salah satu
kearifan lokal yang bisa dijadikan sumber belajar berbasis STEM terutama sekolah
yang berada di sekitar kawasan Mangrove.
11
2. Kelautan / Marine
Indonesia memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya
Manusia (SDM) di bidang kelautan dan perikanan yang sangat besar
dibandingkan Negara-negara lainnya di dunia. Jika mampu dimanfaatkan dengan
baik, kedua sumber daya ini mampu berkontribusi lebih besar terhadap
perekonomian nasional.
Ada begitu banyak bidang usaha yang berbahan baku sumber daya laut
seperti Ikan, rumput laut, garam, dan lainnya. Ada yang langsung diolah oleh
nelayan , ada yang dijual kembali, dan ada yang di ekspor.
Ini merupakan sebagai salah satu potensi yang bisa dikembangkan dalam
pembelajaran STEM untuk sekolah-sekolah yang berada di daerah tepi pantai
agar pembelajaran di kelas lebih bermakna.
3. Pertanian
Dalam beberapa tahun terakhir, trend urban farming kian diminati oleh
masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Awalnya, konsep berkebun di lahan
terbatas. Awalnya ini hanyalah sebatas inisiasi dari segelintir komunitas pecinta
lingkungan yang bergerak secara mandiri. Kemudian, urban farming pun
12
berkembang secara masif menjelma menjadi tren gaya hidup urban. Urban
farming yang berarti bercocok tanam di lingkungan rumah perkotaan dianggap
beriringan dengan keinginan masyarakat kota untuk menjalani gaya hidup sehat.
Hasil panen dari urban farming lebih menyehatkan lantaran sepenuhnya
menerapkan sistem penanaman organik, yang tidak menggunakan pupuk kimia dan
pestisida sintesis. Konsep urban farming lantas menawarkan solusi dengan
menciptakan lahan terbuka hijau ditengah padatnya bangunan perkotaan. Urban
farming dapat mengelola wilayah perkotaan yang tercemar menjadi lingkungan yang
nyaman dan sehat untuk ditinggali. Berbagai sistem penanaman urban
farming seperti vertikultur, hidroponik, dan akuaponik dapat dengan mudah
diterapkan di area terbatas. Para penggiat urban farming menyulap atap rumah
mereka menjadi kebun atap, pagar rumah menjadi taman vertikal, dan sebongkah
pipa menjadi kebun tanaman hidroponik yang subur. Ini juga merupakan salah satu
kearifan lokal yang sangat cocok untuk diaplikasikan dalam pembelajaran STEM di
kelas.
Kota solok adalah kota kecil di Sumatera Barat yang terkenal dengan julukan
kota Beras karena komoditi pertanian yang dihasilkan. Sehingga peserta didik
sekolah sekolah yang ada di kota Solok tentunya sangat familiar dengan sawah dan
pengolahannya. Setiap musim panen tiba maka akan terlihatlah pemandangan jerami
yang dibakar di persawahan oleh para petani padahal selain mengakibatkan polusi
udara jerami ternyata bisa diolah dan bernilai jual atau berguna.
Selain sawah, juga banyak terdapat huller yang beroperasi di kota solok. Saat
huller beroperasi maka ada dua hasil sampingan dari proses di huller yaitu sekam
dan dedak padi atau sering juga dikenal dengan nama bekatul. Sekam biasanya juga
hanya dibakar saja oleh pengusaha huller. Dedak padi biasanya digunakan sebagai
pakan ternak. padahal ternyata banyak sekali manfaat lain dari sekam dan dedak
padi tersebut.
13
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
SMPN 3 Kota Solok adalah salah satu sekolah negeri yang berada di pinggiran
kota solok sehingga banyak orang tua dari peserta didik kami adalah petani. Selain
itu banyak diantara peserta didik kami berasal dari daerah di luar kota solok yang
orang tuanya juga bertani seperti bertani bawang, kentang, dan sayur-sayuran.
Sehingga rasanya sangat cocok sekali menerapkan pembelajaran STEM berbasis
kearifan lokal di bidang pertanian. Salah satu materi yang cocok diterapkan
pembelajaran dengan model PjBL STEM adalah pada materi sistem pencernaan.
1. Teknologi
14
2. Enjinering
Membuat resep makanan berbahan dedak padi, melakukan ujicoba dan revisi
apabila hasil belum seperti yang diharapkan
3. Matematika
4. Prakarya
B. Pembahasan
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII.3 SMPN 3 Kota Solok
Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan jumlah peserta didik 32 orang. Kelas VIII.3 ini
beranggotakan peserta didik yang punya minat yang rendah dalam proses
pembelajaran. Makanya kelas ini yang peneliti pilih untuk melakukan penelitian
dalam bentuk best practice.
Pertemuan pertama ( 2 JP )
A. REFLECTION
- peserta didik diminta menceritakan hasil observasi mereka ke tempat
penggilingan padi dan pengolahan hasil samping yang dihasilkan sesuai
dengan LK yang sudah diberikan (critical thinking)
- peserta didik menyaksikan tayangan cara pembuatan makanan olahan khas
solok berbahan dasar tepung (literasi)
15
B. RESEARCH
- peserta didik dalam kelompok masing-masing mencari informasi pengolahan
(dedak padi) menjadi makanan dan apa saja kandungan gizi yang terdapat pada
dedak padi
- peserta didik dalam kelompok masing-masing mencari informasi terkait cara
mengolah dedak padi menjadi makanan (collaborative)
C. DISCOVERY
Membuat desain solusi.
- Peserta didik dalam kelompok masing-masing mendiskusikan langkah-
langkah pembuatan makanan olahan dari dedak padi sesuai dengan alat dan
bahan yang tersedia termasuk rincian biaya sampai juga cara penyajian atau
pengemasannya nya sesuai dengan LK yang sudah disediakan agar produk
mereka mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. (collaborative)
- masing-masing kelompok mempresentasikan desain mereka masing-masing
menggunakan “white boarding” dan semua anggota kelas memberikan
masukan dan saran untuk desain yang lebih baik.(collaborative)
Pertemuan kedua ( 3 JP )
D. APPLICATION
- peserta didik dalam kelompoknya masing-masing diminta menyiapkan alat
dan bahan terkait dengan proses pembuatan makanan olahan dari dedak padi
sesuai ranncangan atau resep yang sudah mereka selesaikan di pertemuan
sebelumnya (collaborative)
- peserta didik dalam kelompok masing-masing membuat penganan sesuai
rancangan atau resep mereka (collaborative)
- masing-masing kelompok mencoba hasil masakan mereka dan melakukan
redesain apabila hasil belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
(collaborative) (critical thinking)
- masing-masing kelompok melakukan uji organoleptik terhadap produk yang
mereka hasilkan
16
E. COMMNUNICATION
- masing –masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka di depan
kelas menggunakan “white boarding masing-masing”
- peserta didik masing-masing kelompok memberikan tanggapan kepada
kelompok yang sedang tampil
2. Masih terdapat beberapa orang peserta didik yang kurang aktif dalam proses
pembelajaran walaupun sudah bekerja secara berkelompok
17
E. Faktor – factor pendukung
2. Orang tua peserta didik yang juga ikut membantu peserta didik dalam
mengolah dedak padi menjadi sebuah produk makanan
3. Hasil atau produk yang dihasilkan oleh peserta didik dipasarkan ke guru-guru,
sehingga peserta didik sekaligus belajar mengenai kewirausahaan
18
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
aktifitas belajar IPA bagi peserta dapat diambil kesimpulan bahwa model
pembelajaran ini dapat meningkatkan aktifitas belajar IPA bagi siswa kelas VIII.2
B. Rekomendasi
signifikan
- Kepada siswa untuk menyadari bahwa pelajaran IPA adalah salah satu
19
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam
SMP/MTs kelas IX. Jakarta. Kemendikbud
Sudjana, Nana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Azizahwati, dkk. Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Keraifan Lokal
untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng dan DIY,
2015
https://www.gatra.com/detail/news/398073-Maksimalkan-Lahan-Ini-Strategi-Petani-
Solok , diakses pada tanggal 11 September 2019
20
21