DISUSUN OLEH:
Dosen Pembimbing :
1. Ahmad Rizal Sultan, S.T., M.T., Ph.D. (Pj);
2. Andi Wawan Indrawan, S.T., M.T.
3. Kazman Riyadi, S.T., M.T.
ii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................iii
Daftar Gambar.........................................................................iv
Daftar Tabel............................................................................v
BAB I Pendahuluan................................................................1
Latar Belakang........................................................................1
Tujuan.....................................................................................1
BAB II Tinjauan Pustaka........................................................2
Tahanan Isolasi.......................................................................2
Tahanan Pembumian...............................................................3
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Dapat mengukur tahanan isolasi trafo.
2. Dapat mengetahui secara dini kondisi isolasi trafo.
vi
3. Menjelaskan sistem pembumian pengaman jaringan JTM dan JTR.
4. Mengoprasikan alat ukur pembumian pengaman jaringan JTM dan JTR.
5. Mengukur tahanan pembumian pengaman JTM dan JTR.
vii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
viii
Untuk peralatan listrik tegangan rendah (Low Voltage), nilai tahanan isolasi
(Insulation Resistance) normal antara phasa ke tanah harus lebih besar dari satu
Mega Ohm. Jika didapati hasil pengukuran lebih rendah dari satu Mega Ohm,
maka isolasi belitan peralatan tersebut perlu diperiksa, dikeringkan, dibersihkan
dan bila hasil pembacaan masih menunjukkan nilai yang rendah, maka perlu
dilakukan refurbish.
Harga tahanan isolasi antara dua saluran kawat pada peralatan listrik
ditetapkan paling sedikit adalah 1000 x harga tegangan kerjanya. Misal tegangan
yang digunakan adalah 220 V, maka besarnya tahanan isolasi minimal sebesar :
1000 x 220 = 220.000 Ohm atau 220 KOhm. Ini berarti arus yang diizinkan di
dalam tahanan isolasi 1 mA/V. Apabila hasil pengukuran nilai lebih rendah dari
syarat minimum yang sudah ditentukan, maka saluran/kawat tersebut kurang baik
dan tidak dibenarkan kalau digunakan. Waktu melakukan pengukuran tahanan
isolasi gunakan tegangan arus searah (DC) sebesar 100 V atau lebih, hal ini
dimaksudkan untuk dapat mengalirkan arus yang cukup besar dalam tahanan
isolasi. Di samping untuk menentukan besarnya tahanan isolasi, nilai tegangan
ukur yang tinggi juga untuk menentukan kekuatan bahan isolasi dari saluran yang
akan digunakan. Walaupun bahan-bahan isolasi yang digunakan cukup baik dan
mempunyai tahanan isolasi yang tinggi, tetapi masih ada tempat-tempat yang
lemah lapisan isolasinya, maka perlu dilakukan pengukuran.
2.2. Tahanan Pembumian
Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman
langsung terhadap peralatan dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau
kebocoran arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan
jaringan distribusi. Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan
lebih dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan
sistem pentanahan.
Sistem pentanahan adalah suatu tindakan pengamanan dalam jaringan
distribusi yang langsung rangkaiannya ditanahkan dengan cara mentanahkan
badan peralatan instalasi yang diamankan, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi,
terhambatlah atau bertahannya tegangan sistem karena terputusnya arus oleh alat
ix
-alat pengaman tersebut. Pembumian pada peralatan ditiang diperlukan untuk
tujuan:
1. Membatasi besar tegangan yang disebabkan oleh petir
2. Membatasi besar tegangan yang disebabkan oleh terjadinya hubung tidak
sengaja dengan bagian yang bertegangan.
3. Menstabilkan tegangan ketanah dalam kondisi abnormal.
Karena itu pemasangan sistem pembumian harus dilakukan dengan standar
sesuai ketentuan yang berlaku sebagai elektroda pembuian biasanya digunakan
eloktroda batang berbentuk pipa baja galvanis diameter 25 mm atau baja
berdiameter 15 mm yang dialapisi tembaga setebal 2,5 m dengan panjang 2,5 m
atau 3 . untuk penghantar bumi biasanya digunakan tembaga 50 mm 2 dan sampai
dengan 2,5 m dari atas tanah harus dilindungi dengan pipa baja dari keruakan
mekanis.
Tahanan pembumian yang dapat dicapai sangat tergantung pada jenis
elektroda, jenis tanah, dan kedalaman penanaman elektroda. Pada tanah kering
yang berbatu tidak mungkin untuk mendapatkan harga di bawah 100 ohm bila
hanya ditanam 1 batang elektroda 3 meter. Walaupun dengan memasang beberapa
elektroda secara paralel dapat menurunkan harga tahanan pembumian, tetapi
kenyataannya penurunannya tidaklah menjadi R/n (R tahanan untuk 1 elektroda, n
jumlah elektroda) seperti diperkerikan. Bila peralatan dan kondisi tanah setempat
memungkinkan akan lebih menguntungkan bila elektroda ditanam secara seri.
Keuntungan lain dengan cara ini adlah pengaruh musim dapat diperkecil karena
dicapainya air tanah.
Bila kondisi tanah tidak memungkinkan untuk menanam secara seri beberapa
batan pipa, maka untuk memperoleh harga tahanan yang rendah pipa–pipa
elektroda dapat dipasang secara parallel. Jarak antar elektroda tersebut minimum
harus dua kali panjang elektroda (PUIL 1987 pasal 3221 A4).
Pemeliharaan Pembumian antara lain yang dilakukan adalah :
- Pemeriksaan secara visual kondisi pembumian.
- Pemeriksaan / perbaikan terhadap baut kelm yang kendor, lepas atau putus
x
- Membersihkan bagian–bagian dari kotoran dan benda–benda yang bersifat
menyekat.
- Mengganti kabel yang sudah rusak.
V =I × R
Dimana:
xi
V = Teganagn (Volt)
I = Arus (ampere)
R = Tahanan (Ohm)
xii
Table 2.2 Tahanan jenis tanah
xiii
tanah sulit untuk bergerak, sehingga daya hantar listrik tanah menjadi rendah
sekali. Bila temperatur tanah naik, air akan berubah menjadi fase cair, molekul-
molekul dan ion-ion bebas bergerak sehingga daya hantar listrik tanah menjadi
besar
Pengaruh temperatur terhadap tahanan jenis tanah dapat dihitung dengan
rumus di bawah ini :
ρt .= ρ0 (1 + αt)
Dimana :
2. Elektroda pentanahan
Elektroda pentanahan adalah penghantar yang ditanam dalam tanah dan
membuat kontak langsung dengan tanah. Adanya kontak langsung tersebut
bertujuan agar diperoleh pelaluan arus yang sebaik-baiknya apabila terjadi
gangguan sehingga arus tersebut disalurkan ketanah.Menurut PUIL 2000
[3.18.11] elektroda adalah pengantar yang ditanamkan ke dalam tanah yang
membuat kontak lansung dengan tanah. Untuk bahan elektroda pentanahan
biasanya digunakan bahan tembaga, atau baja yang bergalvanis atau dilapisi
tembaga sepanjang kondisi setempat tidak mengharuskan memakai bahan lain
misalnya pada perusahaan kimia. Jenis-jenis elektroda yang digunakan dalam
pentanahan adalah sebagai berikut:
a. Elektroda batang
Elektroda batang adalah elektroda dari pipa besi baja profil atau batangan
logam lainnya yang dipancangkan ke dalam tanah secara dalam. Panjang
elektroda yang digunakan sesuai dengan pentanahan yang diperlukan. Untuk
xiv
menentukan besarnya tahanan pembumian dengan satu buah elektroda batang
dipergunakan rumus sebagai berikut (Pabla.1994:159):
ρ 4L
Rbt = ( ln −1)
2 πL d
Dimana :
xv
menghindari tegangan langkah yang besar dan berbahaya, maka elektroda plat
tersebut ditanam mendatar.
Untuk menghitung besar tahanan pembumian elektroda plat
dipergunakan rumus sebagai berikut :
ρ b
R pl = (1+1,84 )
4,1 L t
Dimana :
xvi
Gambar 2.3 Elektroda plat
c. Elektroda bentuk pita
Elektroda ini merupakan logam yang mempunyai penampang yang
berbentuk pita atau dapat juga berbentuk bulat, pita yang dipilin atau dapat juga
berbentuk kawat yang dipilin. Elektroda ini dapat ditanam secara dangkal pada
kedalaman antara 0,5 sampai 1 meter dari permukaan tanah, tergantung dari
kondisi dan jenis tanah. Dalam pemasangannya elektroda pita ini dapat ditanam
dalam bentuk memanjang, radial, melingkar atau kombinasi dari lingkaran dan
radial. Besar tahanan pembumian untuk elektroda pita dapat dihitung dengan
rumus :
ρ 2L
R pt = ( ln )
πL d
Dimana :
xvii
Gambar 2.4 Jenis elektroda pita
xviii
Semakin kecil tahanan pada penghantar, maka semakin besar arus yang
mengalir pada tegangan yang sama.
V =I ∗R
Dimana :
V = tegangan dalam Volt
I = arus dalam Ampere
R = tahanan dalam Ohm
Sebagai catatan bahwa tidak ada isolasi yang smpurna - tahanan tak
terbatas – jadi akan ada pengaliran arus melalui isolasi atau melalui ground.
Namun sangat kecil (boleh jadi sekitar mikroampere) tetapi itulah dasar dari
peralatan pengukuran isolasi. Semakin besar tegangan yang diberikan ke isolasi
maka semakin besar pula arus yang akan melalui isolasi.
Sejumlah kecil arus ini tidak akan membahayakan isolasi yang masih
baik akan tetapi menjadi suatu masalah bagi isolasi yang telah mulai buruk/ rusak
(deteriorated).
Pertanyaan yang akan muncul “Seperti apakah isolasi yang baik itu?”.
Pada dasarnya “baik” berarti relatif untuk tahanan yang tinggi terhadap arus, dan
untuk bahan isolasi, “baik” juga dapat berarti kemampuan untuk menjaga tahanan
tinggi. Sehingga, pengkuran tahanan isolasi yang tepat dapat memberikan kita
informasi tentang bagaimana kondisi isolasi dari suatu bahan. Serta dengan
melakukan pengecekan tahanan isolasi secara eratur dapat diproleh
kecenderungan terjadinya deterioreted.
Peralatan listrik yang baru seharusnya memeiliki tahanan isolasi yang
baik (memenuhi standar nilai tahanan isolasi, sesuai tegangan kerjanya). Namun
seiring waktu operasi, ada banyak faktor yang menyebabkan tahanan isolasi
menjadi menurun, antara lain karena kerusakan mekanik, vibrasi, panas atau
dingin yang berlebihan, kotor, minyak, korosit atau hanya karena kelembaban dan
semuanya ini akan terkombinasi oleh faktor tekanan lisrik (electrical stresses).
Jadi isolasi yang baik itu adalah yang memiliki tahanan yang tinggi
sedangkan isolasi yang buruk cenderung memiliki tahanan yang rendah. Tinggi
xix
rendahnya tahanan isolasi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah
disebutkan sebelumnya.
Alat ukur tahanan isolasi (insulation resistance test) akan mengukur
tahanan isolasi secara langsung dengan memberikan nilainya dalam satuan Ohm,
tahanan isolasi yang baik biasanya terukur dalam level MegaOhm bahkan sampai
dengan GigaOhm.
xx
Metode ini tidak dipengaruhi oleh suhu dan dapat memberikan kita
informasi pasti akan kondisi asli peralatan tanpa membutuhkan data pengetesen
yang sebelumnya. Kita hanya melakukan pembacaan pada interval waktu tertentu.
Pengetesan ini terkadang didasari pada pengetesan penyerapan (absortion test).
Tahanan isolasi yang baik akan memiliki kurva pembacaan yang meningkat dan
tidak terputus, namun jika isolasi telah terkontaminasi, maka akan ada arus bocor
tinggi, sehingga pembacaan tahanan menjadi rendah (R = V/I).
xxi
sering disebut dengan singkatan SUTT. Dilingkungan operasional PLN saluran
transmisi terdapat dua macam nilai tegangan yaitu saluran transmisi yang
bertegangan 70 KV dan saluran transmisi yang bertegangan 150 KV dimana
SUTT 150 KV lebih banyak digunakan dari pada SUTT 70 KV. Khusus untuk
tegangan 500 KV dalam praktek saat ini disebut sebagai tegangan ekstra tinggi.
yang disingkat dengan nama SUTET.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah
tenaga listrik di Gardu Induk (GI) sebagai pusat beban untuk diturunkan
tegangannya melalui transformator penurun tegangan (step down transfomer)
menjadi tegangan menengah atau yang juga disebut sebagai tegangan distribusi
primer. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 KV, 12 KV dan 6
KV. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa tegangan distribusi primer PLN
yang berkembang adalah 20 KV.
Jaringan distribusi primer yaitu jaringan tenaga listrik yang keluar dari GI
baik itu berupa saluran kabel tanah, saluran kabel udara atau saluran kawat
terbuka yang menggunakan standard tegangan menengah dikatakan sebagai
Jaringan Tegangan Menengah yang sering disebut dengan singkatan JTM dan
sekarang salurannya masing masing disebut SKTM untuk jaringan tegangan
menengah yang menggunakan saluran kabel tanah, SKUTM untuk jaringan
tegangan menengah yang menggunakan saluran kabel udara dan SUTM untuk
jaringan tegangan menengah yang menggunakan saluran kawat terbuka. Setelah
tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer maka kemudian tenaga
listrik diturunkan tegangannya dengan menggunakan trafo distribusi (step down
transformer) menjadi tegangan rendah dengan tegangan standar 380/220 Volt atau
220/127 Volt dimana standar tegangan 220/127 Volt pada saat ini tidak
diberlakukan lagi dilingkungan PLN. Tenaga listrik yang menggunakan standard
tegangan rendah ini kemudian disalurkan melalui suatu jaringan yang disebut
Jaringan Tegangan Rendah yabg sering disebut dengan singkatan JTR.
xxii
Gambar 2.8 Sistem Tenaga Listrik
BAB III
ALAT DAN BAHAN
xxiii
- Kunci Pass
- Helm Pengaman
- Tangga
D. Perlengkapan K3
Tabel 3.1 Perlengkapan K3
Perlengkapan K3
Helm Pengaman 1 buah
Sepatu Alas Karet 1000 Volt 1 buah
Sarung Tangan 20 KV (safety shoes) 1 buah
Wearpack (baju bengkel) 1 buah
Sabuk Pengaman (Safety belt) 1 buah
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambar Rangkaian
I. Pengujian Tahanan Isolasi
xxiv
Gambar 4.1 Rangkaian percobaan pengukuran tahanan isolasi PRIMER-SEKUNDER
Alat Ukur
Elektroda
Elektroda Bantu
Pentanahan
xxv
Elektroda
Bantu
Alat
Ukur
B. Langkah Percobaan
I. Pengujian Tahanan Isolasi
xxvi
2. Memastikan transformator tidak terhubung dengan sumber
tegangan.
3. Memeriksa terlebih dahulu kondisi baterai pada megger, pastikan
kondisi baterai melewati “baterai good”.
4. Merangkai peralatan sesuai dengan gambar rangkaian.
5. Menghubung megger secara pararel dengan titik yang akan
diukur.
6. Membaca hasil pengukuran yang tertera pada megger.
7. Memcatat hasil pengukuran pada tabel.
8. Membuat analisis dan kesimpulan dari hasil pengujian tahanan
isolasi pada transformator yang telah diuji tersebut.
xxvii
10. Mengulangi pengukuran diatas untuk letak elektroda sementara
berjarak 10 m, 15 m, 20 m, 7,5 m, 5 m dan 2,5 m dari elektroda
pembumian
11. Mengulangi percobaan untuk letak elektroda sementara sepaerti
pada gambara rangkaian (posisi segitiga).
C. Data Percobaan
I. Pengujian Tahanan Isolasi
xxviii
II. Pengukuran Tahanan Pembumian
Tabel 4.3 Data Percobaan tahanan pembumian pengaman pada tiang akhir
D. Analisis Percobaan
I. Pengujian Tahanan Isolasi
Dari data hasil percobaan di atas, nilai tahanan isolasi transformator cukup
rendah ini berarti bahwa kondisi tahanan isolasi transformator kurang baik yang
membuktikan bahwa ada hubung singkat pada transformator dan tidak aman
untuk digunakan.
xxix
II. Pengukuran Tahanan Pembumian
Pada percobaan pengukuran tahanan pembumian yang telah dilakukan
nilai besar tahanan pembumian yang dihasilkan cukup besar, dimana seharusnya
berdasarkan SNI-04-0225-2000 Pasal 3.13.2.10 dan Pasal 3.19.1.4 nilai tahanan
pembumian tidak boleh lebih dari 5 ohm dan jarak antar elektroda pembumian
minimal 2 kali panjang elektroda.
Pada hasil pengukuran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada tiang
transformator nilai tahanan pembumian dari arrester pada posisi miring jarak 15 –
20 meter sangat baik karena dibawah dari 5 Ω yaitu 4 Ω, kemudian pada posisi
lurus kurang baik karena lebih dari 5 ohm yaitu dari 46 – 420 Ω.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan yaitu :
2. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur atau menguji tahanan isolasi
yaitu Megger.
xxx
3. Semakin besar tahanan isolasi maka akan semakin tinggi kemampuan
untuk pengaman isolasi pada suatu trafo.
4. Semakin dalam rood elektroda, maka nilai tahanannya semakin kecil
5. Semakin banyak elektroda rood yang diparalelkan maka nilai tahananya
semakin kecil.
B. Saran
xxxi
32