Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN BENGKEL LISTRIK

PRAKTIKUM GARDU DISTRIBUSI & SUTM


“ Catu Daya dan Tegangan Menengah”

DISUSUN OLEH:

NUR FITRIYANI AHMAD


32119043
3B D3 Teknik Listrik

Dosen Pembimbing :
1. Ahmad Rizal Sultan, S.T., M.T., Ph.D. (Pj);
2. Andi Wawan Indrawan, S.T., M.T.
3. Kazman Riyadi, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Bengkel dengan judul “Laporan Bengkel
Listrik Praktikum Sistem Distribusi Catu Daya dan Tegangan
Menengah” yang disusun oleh :

Nama : NUR FITRIYANI AHMAD


NIM : 32119043
Kelompok : 3 (Gardu Distribusi & SUTM)

telah diperiksa oleh penanggung jawab praktikum sistem distribusi


dan dinyatakan diterima.

Makassar, November 2021

Dosen Penanggung Jawab Job,

Andi Wawan Indrawan, S.T., M.T.

ii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................iii
Daftar Gambar.........................................................................iv
Daftar Tabel............................................................................v
BAB I Pendahuluan................................................................1
Latar Belakang........................................................................1
Tujuan.....................................................................................1
BAB II Tinjauan Pustaka........................................................2
Tahanan Isolasi.......................................................................2
Tahanan Pembumian...............................................................3

Tahanan Pentanahan Jaringan Distribusi................................5


Tahanan isolasi transformator.................................................12
Konstruksi & Jaringan JTM Dan JTR.....................................15
BAB III Alat dan Bahan..........................................................16
BAB IV Pembahasan..............................................................18
Gambar Rangkaian..................................................................18
Langkah Percobaan.................................................................20
Data Percobaan.......................................................................21
Analisis Percobaan..................................................................22
BAB V Penutup......................................................................24
Kesimpulan.............................................................................24
Saran........................................................................................24

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Megger (alat ukur insulation)..............................2


Gambar 2.2 Elektroda Batang.................................................9
Gambar 2.3 Elektroda Plat......................................................10
Gambar 2.4 Elektroda Pita......................................................11
Gambar 2.5 Alat Ukur Tahanan Isolasi..................................13
Gambar 2.6 Kurva Short Time / Spot Reading.......................13
Gambar 2.7 Kurva Time Resistance Method..........................14
Gambar 2.8 Sistem Tenaga Listrik.........................................16
Gambar 4.1 Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan
Isolasi Primer Sekunder..........................................................18
Gambar 4.2 Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan
Isolasi Primer Ground.............................................................18
Gambar 4.3 Pengukuran Tahanan Pembumian Tegak
Lurus.......................................................................................19
Gambar 4.4 Pengukuran Tahanan Pembumian Segitiga.........19
Gambar 4.5 Denah Pemasangan.............................................20

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Tahanan Isolasi Transformator sesuai


Rekomendasi NEMA..............................................................3
Table 2.2 Tahanan Jenis Tanah...............................................7
Tabel 3.1 Perlengkapan K3.....................................................17
Tabel 4.1 Data Percobaan Tahanan Isolasi
Transformator (bawah)............................................................21
Tabel 4.2 Data Percobaan Tahanan Isolasi
Transformator (atas)................................................................22
Tabel 4.3 Data Percobaan Tahanan Pembumian
Pengaman pada Tiang Akhir...................................................22

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan semakin berkembangnya sektor perindustrian serta


meningkatnya kehidupan rumah tangga dengan peralatan serba listrik maka
kebutuhan akan energi listrik semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan
ketergantungan masyarakat terhadap energi listrik semakin besar sehingga
keinginan masyarakat terhadap semakin baiknya pelayanan dan kontinyuitas
penyaluran listrik bertambah besar pula. Sistem Distribusi merupakan bagian dari
sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga
listrik dari Gardu Induk sampai ke konsumen. Perkembangan yang semakin pesat
ini, menuntut seorang mahasiswa khususnya mahasiswa Teknik Listrik Politeknik
Negeri Ujung Pandang untuk dapat lebih mengenal bidang tersebut.
Praktikum Bengkel Listrik Catu Daya merupakan suatu mata kuliah yang
wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Program Studi
Teknik Listrik Politeknik Negeri Ujung Pandang sebagai salah satu persyaratan
kelulusan pada semester V (lima).
Dalam pelajaran ilmu kelistrikan terdapat hubungan timbal balik antara teori
dan praktek. Hubungan timbal balik ini merupakan kaitan yang sangat erat, di-
mana pengetahuan yang kita dapatkan dalam teori haruslah kita praktikkan, kare-
na dengan dilakukannya sebuah praktik akan membantu kita untuk mengetahui
dan mengerti serta mampu melaksanakan pekerjaan dilapangan/industri dengan
baik dan benar.

1.2. Tujuan
Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Dapat mengukur tahanan isolasi trafo.
2. Dapat mengetahui secara dini kondisi isolasi trafo.

vi
3. Menjelaskan sistem pembumian pengaman jaringan JTM dan JTR.
4. Mengoprasikan alat ukur pembumian pengaman jaringan JTM dan JTR.
5. Mengukur tahanan pembumian pengaman JTM dan JTR.

vii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tahanan Isolasi


Tes Tahanan Isolasi adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui
baik atau tidaknya isolasi pada sebuah konduktor. Isolasi yang baik diperlukan
untuk menghindari terjadinya direct contact seperti short circuit atau ground
fault. Buruknya isolasi jaringan bisa mengakibatkan terjadinya arus bocor dan
dimungkinkan juga akan menimbulkan percikan api yang bisa mengakibatkan
terbakarnya winding. Pengukuran ini biasanya dilakukan antar winding ( U-V,
U-W, V-W ) dan winding dengan ground atau body ( U-Gnd, V-Gnd, W-Gnd )
pada pengukuran ini menggunakan alat yang dinamakan megger, seperti yang
ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 Megger (alat ukur insulation)


Tegangan yang diinputkan pada titik pengukran tersebut akan menghasilkan
arus bocor yang mengalir melewati isolasi belitan, sehingga besarnya arus yang
ditimbulkan menjadi hasil pembacaan pada alat Insulation Test (Megger) yang
setelah dikonversi akan ditampilkan dalam nilai tahanan (resistance) dengan
satuan Mega Ohm. Tegangan DC yang diinputkan untuk peralatan Low Voltage
adalah sebesar 100 - 600 V dan untuk medium voltage antara 1000 - 5000 V.

viii
Untuk peralatan listrik tegangan rendah (Low Voltage), nilai tahanan isolasi
(Insulation Resistance) normal antara phasa ke tanah harus lebih besar dari satu
Mega Ohm. Jika didapati hasil pengukuran lebih rendah dari satu Mega Ohm,
maka isolasi belitan peralatan tersebut perlu diperiksa, dikeringkan, dibersihkan
dan bila hasil pembacaan masih menunjukkan nilai yang rendah, maka perlu
dilakukan refurbish.
Harga tahanan isolasi antara dua saluran kawat pada peralatan listrik
ditetapkan paling sedikit adalah 1000 x harga tegangan kerjanya. Misal tegangan
yang digunakan adalah 220 V, maka besarnya tahanan isolasi minimal sebesar :
1000 x 220 = 220.000 Ohm atau 220 KOhm. Ini berarti arus yang diizinkan di
dalam tahanan isolasi 1 mA/V. Apabila hasil pengukuran nilai lebih rendah dari
syarat minimum yang sudah ditentukan, maka saluran/kawat tersebut kurang baik
dan tidak dibenarkan kalau digunakan. Waktu melakukan pengukuran tahanan
isolasi gunakan tegangan arus searah (DC) sebesar 100 V atau lebih, hal ini
dimaksudkan untuk dapat mengalirkan arus yang cukup besar dalam tahanan
isolasi. Di samping untuk menentukan besarnya tahanan isolasi, nilai tegangan
ukur yang tinggi juga untuk menentukan kekuatan bahan isolasi dari saluran yang
akan digunakan. Walaupun bahan-bahan isolasi yang digunakan cukup baik dan
mempunyai tahanan isolasi yang tinggi, tetapi masih ada tempat-tempat yang
lemah lapisan isolasinya, maka perlu dilakukan pengukuran.
2.2. Tahanan Pembumian
Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman
langsung terhadap peralatan dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau
kebocoran arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan
jaringan distribusi. Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan
lebih dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan
sistem pentanahan.
Sistem pentanahan adalah suatu tindakan pengamanan dalam jaringan
distribusi yang langsung rangkaiannya ditanahkan dengan cara mentanahkan
badan peralatan instalasi yang diamankan, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi,
terhambatlah atau bertahannya tegangan sistem karena terputusnya arus oleh alat

ix
-alat pengaman tersebut. Pembumian pada peralatan ditiang diperlukan untuk
tujuan:
1. Membatasi besar tegangan yang disebabkan oleh petir
2. Membatasi besar tegangan yang disebabkan oleh terjadinya hubung tidak
sengaja dengan bagian yang bertegangan.
3. Menstabilkan tegangan ketanah dalam kondisi abnormal.
Karena itu pemasangan sistem pembumian harus dilakukan dengan standar
sesuai ketentuan yang berlaku sebagai elektroda pembuian biasanya digunakan
eloktroda batang berbentuk pipa baja galvanis diameter 25 mm atau baja
berdiameter 15 mm yang dialapisi tembaga setebal 2,5 m dengan panjang 2,5 m
atau 3 . untuk penghantar bumi biasanya digunakan tembaga 50 mm 2 dan sampai
dengan 2,5 m dari atas tanah harus dilindungi dengan pipa baja dari keruakan
mekanis.
Tahanan pembumian yang dapat dicapai sangat tergantung pada jenis
elektroda, jenis tanah, dan kedalaman penanaman elektroda. Pada tanah kering
yang berbatu tidak mungkin untuk mendapatkan harga di bawah 100 ohm bila
hanya ditanam 1 batang elektroda 3 meter. Walaupun dengan memasang beberapa
elektroda secara paralel dapat menurunkan harga tahanan pembumian, tetapi
kenyataannya penurunannya tidaklah menjadi R/n (R tahanan untuk 1 elektroda, n
jumlah elektroda) seperti diperkerikan. Bila peralatan dan kondisi tanah setempat
memungkinkan akan lebih menguntungkan bila elektroda ditanam secara seri.
Keuntungan lain dengan cara ini adlah pengaruh musim dapat diperkecil karena
dicapainya air tanah.
Bila kondisi tanah tidak memungkinkan untuk menanam secara seri beberapa
batan pipa, maka untuk memperoleh harga tahanan yang rendah pipa–pipa
elektroda dapat dipasang secara parallel. Jarak antar elektroda tersebut minimum
harus dua kali panjang elektroda (PUIL 1987 pasal 3221 A4).
Pemeliharaan Pembumian antara lain yang dilakukan adalah :
- Pemeriksaan secara visual kondisi pembumian.
- Pemeriksaan / perbaikan terhadap baut kelm yang kendor, lepas atau putus

x
- Membersihkan bagian–bagian dari kotoran dan benda–benda yang bersifat
menyekat.
- Mengganti kabel yang sudah rusak.

2.2.1 Tahanan Pentanahan Jaringan Distribusi


Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman
langsung terhadap peralatan dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau
kebocoran arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan
jaringan distribusi. Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan
lebih dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan
sistem pentanahan. Sistem pentanahan adalah suatu tindakan pengamanan dalam
jaringan distribusi yang langsung rangkaiannya ditanahkan dengan cara
mentanahkan badan peralatan instalasi yang diamankan, sehingga bila terjadi
kegagalan isolasi, terhambatlah atau bertahannya tegangan sistem karena
terputusnya arus oleh alat-alat pengaman tersebut.
Secara umum tujuan dari sistem pentanahan dan grounding pengaman
adalah sebagai berikut :
1. Mencegah terjadinya perbedaan potensial antara bagian tertentu dari
instalasi secara aman.
2. Mengalirkan arus gangguan ke tanah sehingga aman bagi manusia dan
peralatan.
3. Mencegah timbul bahaya sentuh tidak langsung yang menyebabkan
tegangan kejut.

Suatu harga pentanahan semakin kecil maka dianggap semakin baik.


Adapun standar yang diberikan besarnya tanahan pentanhan diusahakan lebih
kecil dari 1 ohm untuk melindungi personil dan peralatan.

V =I × R

Dimana:

xi
V = Teganagn (Volt)
I = Arus (ampere)
R = Tahanan (Ohm)

Secara umum terdapat beberapa jenis tahanan pentanahan, yaitu :


1. Pentanahan sistem ( pentanahan netral ) berfungsi :
a. Melindungi peralatan / saluran dari bahaya kerusakan yang
diakibatkan oleh adanya ganguan fasa ke tanah.
b. Melindungi peralatan / saluran dari bahaya kerusakan isolasi yang
diakibatkan oleh tegangan lebih.
c. Untuk keperluan proteksi jaringan.
2. Pentanahan umum ( pentanahan peralatan ) berfungsi :
a. Melindungi mahluk hidup dari tegangan sentuh.
b. Melindungi peralatan dari tegangan lebih.

Besarnya tahanan pentanahan ditentukan oleh beberapa faktor, seperti


tahanan jenis tanah, panjang elektroda pentanahan dan luas penampang elektroda
pentanahan.
1. Tahanan jenis tanah
Faktor yang mempengaruhi tahanan jenis tanah :
a. Sifat geologi tanah
Kesulitan yang biasa dijumpai dalam mengukur tahanan jenis tanah adalah
bahwa dalam kenyataannya komposisi tanah tidaklah homogen pada seluruh
volume tanah, dapat bervariasi secara vertikal maupun horizontal, sehingga pada
lapisan tertentu mungkin terdapat dua atau lebih jenis tanah dengan tahanan jenis
yang berbeda, oleh karena itu tahanan jenis tanah tidak dapat diberikan sebagai
suatu nilai yang tetap. Untuk memperoleh harga sebenarnya dari tahanan jenis
tanah, harus dilakukan pengukuran langsung ditempat dengan memperbanyak titik
pengukuran.

xii
Table 2.2 Tahanan jenis tanah

b. Pengaruh unsur kimia


Kandungan zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik maupun
anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula. Pada daerah yang
mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan jenis tanah
yang tinggi. Pada daerah yang demikian ini, untuk memperoleh pentanahan yang
efektif yaitu dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih.
c. Pengaruh iklim
Untuk mengurangi variasi tahanan jenis tanah akibat pengaruh musim,
pembumian dapat dilakukan dengan menanam elektrodapembumian sampai
mencapai kedalaman dimana terdapat air tanah yang konstan. Kadangkala
pembenaman elektroda pembumian memungkinkan kelembaban dan temperatur
bervariasi sehingga harga tahanan jenis tanah harus diambil untuk keadaan yang
paling buruk, yaitu tanah kering dan dingin. Proses mengalirnya arus listrik di
dalam tanah sebagian besar akibat dari proses elektrolisa, oleh karena itu air di
dalam tanah akan mempengaruhi konduktivitas atau daya hantar listrik dalam
tanah tersebut. Dengan demikian tahanan jenis tanah akan dipengaruhi pula oleh
besar kecilnya konsentrasi air tanah atau kelembaban tanah, maka konduktivitas
daripada tanah akan semakin besar sehingga tahanan tanah semakin kecil.
d. Pengaruh temperature tanah
Temperatur tanah sekitar elektroda pembumian juga berpengaruh pada
besarnya tahanan jenis tanah. Hal ini terlihat sekali pengaruhnya pada temperatur
di bawah titik beku air (0°C), dibawah harga ini penurunan temperatur yang
sedikit saja akan menyebabkan kanaikan harga tahanan jenis tanah dengan cepat.
Gejala di atas dapat dijelaskan sebagai berikut ; pada temperatur di bawah titik
beku air (0°C) , air di dalam tanah akan membeku, molekul-molekul air dalam

xiii
tanah sulit untuk bergerak, sehingga daya hantar listrik tanah menjadi rendah
sekali. Bila temperatur tanah naik, air akan berubah menjadi fase cair, molekul-
molekul dan ion-ion bebas bergerak sehingga daya hantar listrik tanah menjadi
besar
Pengaruh temperatur terhadap tahanan jenis tanah dapat dihitung dengan
rumus di bawah ini :
ρt .= ρ0 (1 + αt)

Dimana :

ρt =tahanan jenis anah pada t℃

ρ0 = tahanan jenis anah pada 0℃

αt = koefisien tempratur tahanan per ℃ pada 0°

2. Elektroda pentanahan
Elektroda pentanahan adalah penghantar yang ditanam dalam tanah dan
membuat kontak langsung dengan tanah. Adanya kontak langsung tersebut
bertujuan agar diperoleh pelaluan arus yang sebaik-baiknya apabila terjadi
gangguan sehingga arus tersebut disalurkan ketanah.Menurut PUIL 2000
[3.18.11] elektroda adalah pengantar yang ditanamkan ke dalam tanah yang
membuat kontak lansung dengan tanah. Untuk bahan elektroda pentanahan
biasanya digunakan bahan tembaga, atau baja yang bergalvanis atau dilapisi
tembaga sepanjang kondisi setempat tidak mengharuskan memakai bahan lain
misalnya pada perusahaan kimia. Jenis-jenis elektroda yang digunakan dalam
pentanahan adalah sebagai berikut:

a. Elektroda batang
Elektroda batang adalah elektroda dari pipa besi baja profil atau batangan
logam lainnya yang dipancangkan ke dalam tanah secara dalam. Panjang
elektroda yang digunakan sesuai dengan pentanahan yang diperlukan. Untuk

xiv
menentukan besarnya tahanan pembumian dengan satu buah elektroda batang
dipergunakan rumus sebagai berikut (Pabla.1994:159):
ρ 4L
Rbt = ( ln −1)
2 πL d

Dimana :

Rbt =¿ tahanan pentanahan elektroda batang (Ω)

ρ = tahanan jenis tanah (Ωm)

L = panjang batang yang tertanam (m)

d = diameter elektroda batang (m)

Gambar 2.2 Elektroda batang

b. Elektroda bentuk plat


Elektroda plat adalah elektroda dari plat logam. Pada pemasangannya
elektroda ini dapat ditanam tegak lurus atau mendatar tergantung dari tujuan
penggunaannya. Bila digunakan sebagai elektroda pembumian pengaman maka
cara pemasangannya adalah tegak lurus dengan kedalaman kira-kira 1 meter di
bawah permukaan tanah dihitung dari sisi plat sebelah atas. Bila digunakan
sebagai elektroda pengatur yaitu mengatur kecuraman gradien tegangan guna

xv
menghindari tegangan langkah yang besar dan berbahaya, maka elektroda plat
tersebut ditanam mendatar.
Untuk menghitung besar tahanan pembumian elektroda plat
dipergunakan rumus sebagai berikut :

ρ b
R pl = (1+1,84 )
4,1 L t

Dimana :

R pl =¿ tahanan pentanahan elektroda plat (Ω)

ρ = tahanan jenis tanah (Ωm)

L = panjang elektroda plat (m)

b = lebar plat (m)

t = kedalaman plat tertanam dari permukaan tanah (m)

xvi
Gambar 2.3 Elektroda plat
c. Elektroda bentuk pita
Elektroda ini merupakan logam yang mempunyai penampang yang
berbentuk pita atau dapat juga berbentuk bulat, pita yang dipilin atau dapat juga
berbentuk kawat yang dipilin. Elektroda ini dapat ditanam secara dangkal pada
kedalaman antara 0,5 sampai 1 meter dari permukaan tanah, tergantung dari
kondisi dan jenis tanah. Dalam pemasangannya elektroda pita ini dapat ditanam
dalam bentuk memanjang, radial, melingkar atau kombinasi dari lingkaran dan
radial. Besar tahanan pembumian untuk elektroda pita dapat dihitung dengan
rumus :

ρ 2L
R pt = ( ln )
πL d

Dimana :

R pt =¿ tahanan pentanahan elektroda pita (Ω)

ρ = tahanan jenis tanah (Ωm)

L = panjang batang yang tertanam (m)

d = diameter elektroda pita (m)

xvii
Gambar 2.4 Jenis elektroda pita

2.2.2 Tahanan isolasi transformator


Transformator atau biasa dikenal dengan trafo berasal dari kata
transformatie yang berarti perubahan. Trafo merupakan suatu peralatan yang
dapat mengubah tenaga listrik dari suatu level tegangan ke level tegangan lainnya.
Setiap kawat listrik dalam suatu sistem tenaga listrik baik itu motor,
generator, kabel, switch, transformator, dll dilindungi/ ditutupi oleh suatu isolasi
listrik. Kawat yang digunakan biasanya tembaga (copper) atau aluminium, yang
dikenal sebsgai penghantar listrik yang baik. Isolasi adalah kebalikan dari
konduktor, dimana isolasi tahan terhadap arus dan tetap menjaga agar arus
mengalir pada konduktor saja.

xviii
Semakin kecil tahanan pada penghantar, maka semakin besar arus yang
mengalir pada tegangan yang sama.
V =I ∗R

Dimana :
V = tegangan dalam Volt
I = arus dalam Ampere
R = tahanan dalam Ohm
Sebagai catatan bahwa tidak ada isolasi yang smpurna - tahanan tak
terbatas – jadi akan ada pengaliran arus melalui isolasi atau melalui ground.
Namun sangat kecil (boleh jadi sekitar mikroampere) tetapi itulah dasar dari
peralatan pengukuran isolasi. Semakin besar tegangan yang diberikan ke isolasi
maka semakin besar pula arus yang akan melalui isolasi.
Sejumlah kecil arus ini tidak akan membahayakan isolasi yang masih
baik akan tetapi menjadi suatu masalah bagi isolasi yang telah mulai buruk/ rusak
(deteriorated).
Pertanyaan yang akan muncul “Seperti apakah isolasi yang baik itu?”.
Pada dasarnya “baik” berarti relatif untuk tahanan yang tinggi terhadap arus, dan
untuk bahan isolasi, “baik” juga dapat berarti kemampuan untuk menjaga tahanan
tinggi. Sehingga, pengkuran tahanan isolasi yang tepat dapat memberikan kita
informasi tentang bagaimana kondisi isolasi dari suatu bahan. Serta dengan
melakukan pengecekan tahanan isolasi secara eratur dapat diproleh
kecenderungan terjadinya deterioreted.
Peralatan listrik yang baru seharusnya memeiliki tahanan isolasi yang
baik (memenuhi standar nilai tahanan isolasi, sesuai tegangan kerjanya). Namun
seiring waktu operasi, ada banyak faktor yang menyebabkan tahanan isolasi
menjadi menurun, antara lain karena kerusakan mekanik, vibrasi, panas atau
dingin yang berlebihan, kotor, minyak, korosit atau hanya karena kelembaban dan
semuanya ini akan terkombinasi oleh faktor tekanan lisrik (electrical stresses).
Jadi isolasi yang baik itu adalah yang memiliki tahanan yang tinggi
sedangkan isolasi yang buruk cenderung memiliki tahanan yang rendah. Tinggi

xix
rendahnya tahanan isolasi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah
disebutkan sebelumnya.
Alat ukur tahanan isolasi (insulation resistance test) akan mengukur
tahanan isolasi secara langsung dengan memberikan nilainya dalam satuan Ohm,
tahanan isolasi yang baik biasanya terukur dalam level MegaOhm bahkan sampai
dengan GigaOhm.

Gambar 2.5 Alat ukur tahanan isolasi

Beikut beberapa cara pengujian tahanan isolasi transsformator :


1. Short time atau spot – reading test method
Dalam metode ini, kita menghubungkan alat ukur dengan terminal yang
akan di tes dan dioperasi secara singkat (selama 60 detik). Seperti pada gambar 4,
maka tahanan isolasi semakin lama semakin meningkat, sampai 60 detik.

Gambar 2.6 Kurva short time / spot reading.

2. Time resistance methode

xx
Metode ini tidak dipengaruhi oleh suhu dan dapat memberikan kita
informasi pasti akan kondisi asli peralatan tanpa membutuhkan data pengetesen
yang sebelumnya. Kita hanya melakukan pembacaan pada interval waktu tertentu.
Pengetesan ini terkadang didasari pada pengetesan penyerapan (absortion test).
Tahanan isolasi yang baik akan memiliki kurva pembacaan yang meningkat dan
tidak terputus, namun jika isolasi telah terkontaminasi, maka akan ada arus bocor
tinggi, sehingga pembacaan tahanan menjadi rendah (R = V/I).

Gambar 2.7 Kurva Time resistance method.


Pengukuran tahanan isolasi pada transformator, meliputi :
1. Kumparan primer – ground (R – G, S – G, T – G)
2. Kumparan primer – primer (R – S, R – T, S – T)
3. Kumparan primer sekunder (R – r, R – s, R – t, S – r, S – t, S – s, T – r,
T – t, T – t)
4. Kumparan sekunder – ground (r – G, s – G, t – G)
5. Kumparan sekunder – sekunder (r – s, r – t, s – t)

2.3. Konstruksi & Jaringan JTM Dan JTR


Tenaga Listrik dibangkitkan di Pusat-pusat Tenaga Listrik seperti PLTA,
PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran
transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik
tegangan (step up transformer) yang ada di Pusat Listrik.
Saluran tenaga listrik yang menghubungkan pembangkitan dengan gardu
induk (GI) dikatakan sebagai saluran transmisi karena saluran ini memakai
standard tegangan tinggi dikatakan sebagai saluran transmisi tegangan tinggi yang

xxi
sering disebut dengan singkatan SUTT. Dilingkungan operasional PLN saluran
transmisi terdapat dua macam nilai tegangan yaitu saluran transmisi yang
bertegangan 70 KV dan saluran transmisi yang bertegangan 150 KV dimana
SUTT 150 KV lebih banyak digunakan dari pada SUTT 70 KV. Khusus untuk
tegangan 500 KV dalam praktek saat ini disebut sebagai tegangan ekstra tinggi.
yang disingkat dengan nama SUTET.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah
tenaga listrik di Gardu Induk (GI) sebagai pusat beban untuk diturunkan
tegangannya melalui transformator penurun tegangan (step down transfomer)
menjadi tegangan menengah atau yang juga disebut sebagai tegangan distribusi
primer. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 KV, 12 KV dan 6
KV. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa tegangan distribusi primer PLN
yang berkembang adalah 20 KV.
Jaringan distribusi primer yaitu jaringan tenaga listrik yang keluar dari GI
baik itu berupa saluran kabel tanah, saluran kabel udara atau saluran kawat
terbuka yang menggunakan standard tegangan menengah dikatakan sebagai
Jaringan Tegangan Menengah yang sering disebut dengan singkatan JTM dan
sekarang salurannya masing masing disebut SKTM untuk jaringan tegangan
menengah yang menggunakan saluran kabel tanah, SKUTM untuk jaringan
tegangan menengah yang menggunakan saluran kabel udara dan SUTM untuk
jaringan tegangan menengah yang menggunakan saluran kawat terbuka. Setelah
tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer maka kemudian tenaga
listrik diturunkan tegangannya dengan menggunakan trafo distribusi (step down
transformer) menjadi tegangan rendah dengan tegangan standar 380/220 Volt atau
220/127 Volt dimana standar tegangan 220/127 Volt pada saat ini tidak
diberlakukan lagi dilingkungan PLN. Tenaga listrik yang menggunakan standard
tegangan rendah ini kemudian disalurkan melalui suatu jaringan yang disebut
Jaringan Tegangan Rendah yabg sering disebut dengan singkatan JTR.

xxii
Gambar 2.8 Sistem Tenaga Listrik

BAB III
ALAT DAN BAHAN

A. Pengujian Tahanan Isolasi


- Insulation Resistance Meter
- Alat Pelindung Diri (APD)
- Kabel Tester

B. Pengukuran Tahanan Pembumian


- Alat Ukur Pembumian
- Alat Pelindung Diri (APD)
- Elektroda ( 2 buah )
- Kabel Tester ( 3 buah )

C. Pemasangan Konstruksi dan Jaringan JTM dan JTR


- Tangga Aluminium
- Sabuk Pengaman
- Isolator Tumpu
- Isolator Tarik
- Tension Clamp Bolted
- Kawat AAAC

xxiii
- Kunci Pass
- Helm Pengaman
- Tangga

D. Perlengkapan K3
Tabel 3.1 Perlengkapan K3

Perlengkapan K3
Helm Pengaman 1 buah
Sepatu Alas Karet 1000 Volt 1 buah
Sarung Tangan 20 KV (safety shoes) 1 buah
Wearpack (baju bengkel) 1 buah
Sabuk Pengaman (Safety belt) 1 buah

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Gambar Rangkaian
I. Pengujian Tahanan Isolasi

xxiv
Gambar 4.1 Rangkaian percobaan pengukuran tahanan isolasi PRIMER-SEKUNDER

Gambar 4.2 Rangkaian percobaan pengukuran tahanan isolasi sisi Primer-Ground

II. Pengukuran Tahanan Pembumian

Alat Ukur

Elektroda
Elektroda Bantu
Pentanahan

Gambar 4.3 Pengukuran Posisi Tegak Lurus

xxv
Elektroda
Bantu

Alat
Ukur

Gambar 4.4 Pengukuran Posisi Segitiga

III. Pemasangan Konstruksi JTM dan JTR

Gambar 4.5 Denah Pemasangan

B. Langkah Percobaan
I. Pengujian Tahanan Isolasi

1. Mempersiapkan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan yang


akan digunakan untuk melakukan pengujian tahanan isolasi pada
transformator.

xxvi
2. Memastikan transformator tidak terhubung dengan sumber
tegangan.
3. Memeriksa terlebih dahulu kondisi baterai pada megger, pastikan
kondisi baterai melewati “baterai good”.
4. Merangkai peralatan sesuai dengan gambar rangkaian.
5. Menghubung megger secara pararel dengan titik yang akan
diukur.
6. Membaca hasil pengukuran yang tertera pada megger.
7. Memcatat hasil pengukuran pada tabel.
8. Membuat analisis dan kesimpulan dari hasil pengujian tahanan
isolasi pada transformator yang telah diuji tersebut.

II. Pengukuran Tahanan Pembumian

1. Mempersiapkan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan yang


akan digunakan untuk melakukan pengujian tahanan pembumian.
2. Membuat rangkaian seperti pada gambar rangkaian percobaan
(posisi segaris)
3. Terminal E dihubungkan dengan elektroda pembumian
4. Terminal S dihubungkan dengan elektroda sementara
5. Terminal H dihubungkan dengan elektroda bantu
6. Menset selector switch pada posisi yag tepat dengan perkiraan
besar tahanan yang diukur
7. Mengatur agar tombol posisi pada kedudukan minumum.
8. Memasang elektroda bantu pada jarak 20 m dari elektroda
pembumian dan elektroda sementara pada jarak 5 m dari
elektroda pembumian.
9. Menekan tombol power dan tombol pilih tahanan agar jarum
penunjuk berada pada posisi skala penuh, mencatat harga tahanan
pembumian.

xxvii
10. Mengulangi pengukuran diatas untuk letak elektroda sementara
berjarak 10 m, 15 m, 20 m, 7,5 m, 5 m dan 2,5 m dari elektroda
pembumian
11. Mengulangi percobaan untuk letak elektroda sementara sepaerti
pada gambara rangkaian (posisi segitiga).
C. Data Percobaan
I. Pengujian Tahanan Isolasi

Tabel 4.1 Data Percobaan Tahanan Isolasi Transformator (bawah)

N TITIK PENGUKURAN TAHANAN ISOLASI


O
1. Primer – ground U–G >5,0 TΩ
V–G 6,17 GΩ
W–G 18,0 MΩ
2. Primer – Primer U–V <5,0 KΩ
U–W <5,0 KΩ
V–W <5,0 KΩ
3. Sekunder – ground U–G 73 KΩ
V–G 62 KΩ
W–G 69 KΩ
4. Sekunder – sekunder U–V 9 KΩ
U–W 8 KΩ
V–W 7 KΩ

Tabel 4.2 Data Percobaan Tahanan Isolasi Transformator (atas)

N TITIK PENGUKURAN TAHANAN ISOLASI


O
1. Primer – ground U–G 7,6 MΩ
V–G 14,8 MΩ
W–G 14,8 MΩ
2. Primer – Primer U–V <5 KΩ
U–W <5 KΩ
V–W <5 KΩ
3. Sekunder – ground U–G 232 KΩ
V–G 228 KΩ
W–G 246 KΩ
4. Sekunder – sekunder U–V <5 KΩ
U–W <5 KΩ
V–W <5 KΩ

xxviii
II. Pengukuran Tahanan Pembumian

Tabel 4.3 Data Percobaan tahanan pembumian pengaman pada tiang akhir

JARAK TAHANAN DARI ARRESTER TAHANAN DARI GROUNDING


(M) MIRING LURUS MIRING LURUS
20 Meter 4,4 Ω 420 Ω 74 Ω 140 Ω
15 Meter 4,4 Ω 46 Ω 74 Ω 140 Ω

D. Analisis Percobaan
I. Pengujian Tahanan Isolasi

Pengukur tahanan isolasi trafo menggunakan Megger, pengukuran


dilakukan pada transformator 3 fhasa. Pengukuran dilakukan pada tiap phasa
yakni R, S, T, dan Netral. Standar tahanan transformator adalah untuk 1000Ω
untuk setiap 1V tegangan kerja. Untuk hasil pengukuran tahanan isolasi >60 MΩ.
Pada pengukuran tahanan transformator (bawah) antar phasa U, V dan W pada sisi
primer, mendapatkan hasil pengukuran <5 KΩ dengan antar fhasa dan antar netral
pada sisi primer mendapatkan nilai tahanan sekitar 6,17 GΩ - 5 TΩ. Sedangkan
untuk pengukuran antar phasa U, V dan W pada sisi sekunder, mendapatkan hasil
pengukuran 7 – 9 KΩ dengan antar phasa dan netral pada sisi sekunder
mendapatkan nilai tahanan sebesar 62 KΩ - 73 KΩ.

Begitupun untuk pengukuran tahanan transformator (atas) antar phasa U,


V dan W pada sisi primer mendapatkan hasil pengukuran <5 KΩ dengan antar
fhasa dan antar netral pada sisi primer mendapatkan nilai tahanan sekitar 7,6 MΩ
- 14,8 MΩ. Sedangkan untuk pengukuran antar phasa U, V dan W pada sisi
sekunder, mendapatkan hasil pengukuran <5 KΩ dengan antar phasa dan netral
pada sisi sekunder mendapatkan nilai tahanan sebesar 228 KΩ - 246 KΩ.

Dari data hasil percobaan di atas, nilai tahanan isolasi transformator cukup
rendah ini berarti bahwa kondisi tahanan isolasi transformator kurang baik yang
membuktikan bahwa ada hubung singkat pada transformator dan tidak aman
untuk digunakan.

xxix
II. Pengukuran Tahanan Pembumian
Pada percobaan pengukuran tahanan pembumian yang telah dilakukan
nilai besar tahanan pembumian yang dihasilkan cukup besar, dimana seharusnya
berdasarkan SNI-04-0225-2000 Pasal 3.13.2.10 dan Pasal 3.19.1.4 nilai tahanan
pembumian tidak boleh lebih dari 5 ohm dan jarak antar elektroda pembumian
minimal 2 kali panjang elektroda.

Pada paraktikum bengkel jaringan distribusi, dilakukan pengukuran


pentanahan pada gardu distribusi dan pada tiang akhir. Untuk melakukan
pengukuran tahanan pentanahan dilakukan dengan menggunkan alat rounding
Tester atau Earth Tester. Dilakukan dua macam pengukuran, yaitu pengukuran
posisi tegak lurus dan pengukuran posisi segitiga.

Pada hasil pengukuran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada tiang
transformator nilai tahanan pembumian dari arrester pada posisi miring jarak 15 –
20 meter sangat baik karena dibawah dari 5 Ω yaitu 4 Ω, kemudian pada posisi
lurus kurang baik karena lebih dari 5 ohm yaitu dari 46 – 420 Ω.

Kemudian pada tiang transformator nilai tahanan pembumian dari


grounding pada posisi miring jarak 15 – 20 meter kurang baik karena lebih dari 5
Ω yaitu 74 Ω, kemudian pada posisi lurus juga kurang baik karena lebih dari 5
ohm yaitu dari 140 Ω.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan yaitu :

1. Pengukuran tahanan isolasi digunakan untuk memeriksa suatu kondisi


pada trafo.

2. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur atau menguji tahanan isolasi
yaitu Megger.

xxx
3. Semakin besar tahanan isolasi maka akan semakin tinggi kemampuan
untuk pengaman isolasi pada suatu trafo.
4. Semakin dalam rood elektroda, maka nilai tahanannya semakin kecil
5. Semakin banyak elektroda rood yang diparalelkan maka nilai tahananya
semakin kecil.

B. Saran

1. Hendaklah mengutamakan kesalamatan kerja (SOP) dalam melakukan


suatu pemeriksaan baik dalam keadaan bertegangan ataupun tidak
bertegangan

xxxi
32

Anda mungkin juga menyukai