Anda di halaman 1dari 4

2.

Partisipasi Politik bisa diartikan sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta
secara aktif dalam kehidupan politik, dengan tujuan memengaruhi pengambilan keputusan politik. Hal
ini umumnya dilakukan seseorang dalam posisinya sebagai warga negara, bukannya politikus ataupun
pegawai negeri. Dan sifatnya un sukarela, bukan dimobilisasi oleh negara ataupun partai yang berkuasa.

Menurut Ramlan Surbakti, partisipasi politik dibagi menjadi dua, yani partisipasi aktif dan pastisipasi
pasif. Patisipasi aktif adalah kegiatan warga negara dalam ikut serta menentukan kebijakan dan
pemilihan pejabat pemerintahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara demi kepentingan
bersama. Sedangkan partisipasi pasif adalah kegiatan warga negara yang mendukung jalannya
pemerintahan negara dalam rangka menciptakan kehidupan negara yang sesuai tujuan.

Sementara itu, A. Almond membagi bentuk-bentuk partisipasi politik menjadi konvensional dan
nonkonvensional dengan penjelasan sebagai berikut.

Partisipasi Secara Konvensional

1. Pemberian suara (voting)

Pemungutan suara adalah alat untuk mengekspresikan dan mengumpulkan pilihan partai atau calon
dalam pemilihan. Bangsa Yunani kuno melakukan pemungutan suara dengan menempatkan baru kerikil
di sebuah jambangan besar, yang kemudian memunculkan istilah psephology, atau kajian mengenai
bermacam-maca pemilihan umum.

Menjelang akhir abad ke-19, kebanyakan negara Barat memberikan hak suara kepada sebagian besar
pria dewasa dan selama dasawarsa awal abad ke-20, hak itu diperluas kepada sebagian besar wanita
dewasa. Pemilihan-pemilihan kompetsi yang bebas dianggap sebagai kunci bagi demokrasi perwakilan.

2. Diskusi Politik

Hal ini merupakan ajang tukar pikiran tentang masalah-masalah publik untuk kemudian dicarikan
pemecahannya yang secara langsung berpengaruh terhadap kebijakan publik.
3. Kegiatan Kampanye

Dalam masa pemilihan umum, baik pemilihan kepala daerah dan presiden, bentuk kegiatan ini sangat
marak dipilih sebagai sarana efektif dalam menyampaikan aspirasi dari sebuah partai kepada
masyarakat pemilihnya. Media kampanye pun beragam, antara lain poster, kaos, bendera, yang semua
diberikan kepada masyarakat umum atau dengan melakukan pemasangan alat peraga yang tentunya
tidak diperkenankan melanggar peraturan perundang-undangan.

4. Membentuk dan bergabung dengan kelompok kepentingan

Hal ini biasanya dilakukan dengan ikut membentuk organisasi sosial keagamaan sebagai bentuk
pengabdian kepada masyarakat dan sebagai upaya memperjuangkan kepentingannya kepada
pemerintah atau menjadi anggota dari salah satu organisasi sosial keagamaan.

5. Komunikasi individual dengan pejabat dan administrasi

Kegiatan ini dilakukan dengan mendatangi anggota parlemen untuk menyalurkan aspirasi, mendatangi
Walikota/Bupati/Camat, kepala dinas untuk menanyakan sesuatu yang menyangkut masalah publik.

Partisipasi secara Nonkonvensional

1. Pengajuan petisi

Petisi adalah pernyataan yang disampaikan kepada pemerintah untuk meminta agar pemerintah
mengambil tidakan terhadap suatu hal. Hak petisi ada pada warga negara dan juga badan-badan
pemerintahan, seperti kabupaten dan provinsi agar pemerintah pusat membela atau memperjuangkan
kepentingan daerahnya.
Petisi juga berarti sebuah dokumen tertulis resmi yang disampaikan kepada pihak berwenang untuk
mendapatkan persetujuan dari pihak tersebut. Umumnya petisi ditandatangani oleh beberapa orang
atau sekelompok besar orang yang mendukung permintaan yang terdapat dalam dokumen.

2. Demostrasi (Unjuk rasa)

Demonstrasi adalah hak demokrasi yang dapat dilaksanakan dengan tertib, damai dan intelek.
Demonstrasi merupakan sebuah media dan sarana penyampaian gagasan atau ide-ide yang dianggap
benar dan berupaya mempublikasikannya dalam bentuk pengerahan massa. Demonstrasi merupakan
sebuah sarana atau alat yang sangat terkait dengan tujuan digunakannya sarana atau alat tersebut dan
cara penggunaannya.

3. Konfrontasi

Konfrontasi digolongkan sebagai bentuk partisipasi politik nonkonvensional karena aspirasi


diperjuangkan dengan cara-cara yang tidak mengindahkan pandangan dan hak pihak lain. Dengan kata
lain, pihak lain diposisikan sebagai lawan yang harus tunduk untuk mengabulkan aspirasinya. Jadi, dalam
konfrontasi tidak dikenal kompromi tetapi merupakan penaklukan. Konfrontasi sendiri dianggap sesuatu
yang tidak lazim dalam negara demokrasi.

4. Mogok

Mogok adalah penghentian proses produksi demi suatu tuntutan tertentu. Dalam realitas, ada dua
kemungkinan yang menyebabkan proses produksi berhenti, yaitu buruh secara sadar berhenti bekerja
dan keluar pabrik serta pemblokiran kawasan dan jalanannya sehingga sebagian besar buruh tidak bisa
masuk ke pabrik untuk bekerja.

Pemogokan bisa terjadi di tingkat pabrik, kawasan sampai tingkat nasional yang melibatkan buruh di
berbagai kota dalam satu negeri. Pemogokan yang lebih luas dilakukan bukan saja karena tuntutan yang
sama, tetapi karena hubungan produksi itu bersifat luas, tidak hanya melibatkan satu atau dua pabrik.
Pemogokan kadang digunakan pula untuk menekan pemerintah untuk mengganti suatu kebijakan.
5. Tindakan kekerasan politik

Kekerasan politik merupakan reaksi beberapa kelompok masyarakat yang menilai para pemegang
kekuasaan kurang adil dalam mengelola berbagai konflik dan sumber kekuasaan yang ada. Bahkan,
pemegang kekuasaan dinilai dengan wewenang strukturalnya memakai cara-cara nondialogis atau
nonmusyawarah untuk menyelesaikan konflik.

6. Perang gerlya

Cara ini digunakan pada masa perang kemerdekaan dengan tujuan melemahkan atau menghancurkan
kekuasaan kelompok lain dengan jalan perumpahan darah. Meski begitu. pada masa sekarang sistem
perang gerilya juga bukannya tidak pernah dilakukan. Terlebih oleh kelompok gerakan-gerakan sporadis.

3.

Anda mungkin juga menyukai