Anda di halaman 1dari 5

PERAN AKTIF INDONESIA DALAM

PERANG DINGIN
Sejarah Peminatan

Kelompok 4
XII IPS 2
1. Ralfi Alberto
2. Rizka Putri Pratama
3. Rizky Dimas Pratama
4. Shinta Efriyani
5. Siti Oktaviany
6. Tesalonika Hutabarat
7. Thania Ardhana
8. Titus Oktavianus
9. Yandi Nelson Pratama
10. Zahra Putri A.
Peran Indonesia dalam KAA (Konferensi Asia Afrika)
1. Salah satu pemrakarsa diselenggarakannya KAA
Indonesia menjadi salah satu negara yang mepelopori terselenggaranya KAA
bersama panca negara. Indonesia ikut serta dalam dua konferensi yang mendahului
penyelenggaraan KAA, yakni sebagai berikut:

1) Konferensi Colombo
Konferensi Colombo juga dikenal dengan sebutan Konferensi Panca Negara I.
Konferensi tersebut diselenggarakan di Colombo, Sri Lanka. Konferensi ini
dihadiri oleh lima negara (panca negara) dan diadakan tanggal 28 April hingga 2
Mei 1954. Konferensi yang diadakan di Colomb ini dianggap sebagai cikal bakal
diadakannya KAA. Konferensi ini dihadiri oleh perwakilan dari kelima negara
yakni:

 Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo yang mewakili Indonesia


 Menteri Shri Pandit Jawaharlal Nehru yang mewakili India
 Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah yang mewakili Pakistan
 Perdana Menteri Unu yang mewakili Burma (sekarang Myanmar)
 Perdana Menteri Sir John Kotelawala yang mewakili Sri Lanka.
Kesepakatan yang diperoleh adalah:

 Kawasan Indochina dan Asia Afrika harus mendapatkan kemerdekaan


 Kemerdekaan atas Tunisia dan Maroko yang masih dijajah Bangsa Eropa
 Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika yang bertempat di Indonesia
 Pertemuan pendahuluan sebelum KAA
2) Konferensi Bogor atau Konferensi Panca Negara III
Konferensi Bogor dilaksanakan di Bogor, Indonesia, pada 28 – 31 Desember
1954. Konferensi ini dihadiri oleh lima negara atau Panca Negara dari negara
yang sama di Konferensi Colombo. Konferensi Bogor bertujuan untuk
mematangkan rencana diadakannya KAA di Indonesia. Hasil dari konferensi ini
adalah:
 KAA akan diadakan di Bandung, Indonesia, dengan 5 negara yang hadir pada
Konferensi Colombo dan Bogor menjadi negara sponsor atau pengundang.
 KAA akan mengundang sekitar 25 negara dari Kawasan Asia Afrika.
2. Tuan Rumah Konferensi Asia Afrika
Peran Indonesia dalam KAA lainnya adalah dengan menjadi tuan rumah Konferensi
Asia Afrika. Penjelasan mengenai penyelenggaraan KAA di Indonesia adalah:
1) Konferensi Asia Afrika 1995
KAA pertama dilaksanakan di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia pada
tanggal 18 hingga 24 April 1955. KAA yang dilaksanakan di Bandung
menghasilkan Dasasila Bandung. Dasasila Bandung merupakan sepuluh poin
deklarasi mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerja sama dunia.
2) Konferensi Asia Afrika 2005
Sebagai upaya memperingati 50 tahun semenjak pertemuan bersejarah KAA
tahun 1955, para Kepala Negara di negara-negara Asia & Afrika diundang untuk
mengikuti sebuah pertemuan baru di Indonesia. Pertemuan tersebut
diselenggarakan pada tanggal 19 hingga 23 April 2015 di Jakarta dan 24 April di
Bandung. Sebagian dari pertemuan dilaksanakan di Gedung Merdeka, yakni sama
dengan lokasi pertemuan lama pada 50 tahun lalu. Sekretaris Jenderal
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saat itu, Kofii Anan, juga hadir dalam
pertemuan ini.

KTT Asia Afrika tahun 2005 ini menghasilkan NAASP (New Asian-African
Strategic Partnership/ Kemitaan Strategis Baru Asia-Afrika). NAASP diharapakan
akan membawa Asia dan Afrika menuju masa depan yang lebih baik berdasarkan
ketergantungan sendiri yang kolektif. Selain itu, untuk memastikan adanya
lingkungan internasional untuk kepentingan para rakyat Asia dan Afrika.
3) Konferensi Asia Afrika 2015
Konferensi Asia Afrika 2015 juga diselenggarakan di Indonesia. KAA  ke-60 ini
dilaksanakan di dua kota, yakni di Jakarta pada 19 – 23 April 2015 dan Bandung
pada 24 April 2015. Tema yang dibawa oleh KAA yang bertempat di dua kota ini
adalah peningkatan kerja sama negara-negara di Kawasan Selatan,
kesejahteraan, dan perdamaian. KTT ini dihadiri 89 Kepala Negara/
Pemerintahan dari 109 negara di Kawasan Asia Afrika, 17 negara pengamat, 20
organisasi internasional, dan 1.426 perwakilan media domestik dan asing.

Peserta yang hadir pada KTT ini diantaranya adalah Perdana Menteri Jepang
(Shinzo Abe), Presiden Tiongkok (Xi Jinping), Perdana Menteri Malaysia (Najib
Tun Razak), Presiden Myanmar (Thein Sein), Raja Swaziland (Mswati III), dan
Perdana Menteri Nepal (Sushil Koirala). KAA tahun 2015 ini menghasilkan tiga
dokumen. Ketiga dokumen tersebut adalah Pesan Bandung (Bandung Message),
Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP), dan
Deklarasi Kemerdekaan Palestina.

3. Panitia Konferensi Asia Afrika


Indonesia menjadi penyelenggara KAA pertama di Indonesia sekaligus panitia
penyelenggara KAA. Tokoh-tokoh Indonesia yang menjadi paniti Konferensi Asia
Afrika adalah:
 Gubernur Jawa Barat saat itu, Sanusi Harjadinata, menjadi Ketua Panitia
Penyelenggara KAA
 Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo menjadi Ketua KAA
 Sekjen Kementrian Luar Negeri Indonesia saat itu, Ruslan Abdul Gani, menjadi
Sekjen KAA
 Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia saat itu, Muhammad
Yamin, menjadi Ketua Komite Kebudayaan
 Menteri Ekonomi Indonesia saat itu, Prof. Ir. Rooseno, menjadi Ketua Komite
Ekonomi
 Presiden Soekarno memberikan sambutan untuk pembukaan KAA.

4. Pendirian Museum Konferensi Asia Afrika


Indonesia memiliki Museum Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka, Bandung,
Indonesia. Pendirian museum ini terilhami dari kehendak untuk mengabadikan
Konferensi Asia Afrika. Gagasan pendirian Museum Konferensi Asia Afrika
dilontarkan dalam forum rapat Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika
(1980). Konferensi tersebut dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan saat itu,
Prof. Dr. Haryati Soebadio, sebagai perwakilan dari Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Gagasan ini mendapat sambutan baik, termasuk dari Presiden RI saat itu, Soeharto.
Perealisasian gagasan ini dilaksanakan oleh Ketua Harian Panitia Peringatan 25
Tahun Konferensi Asia Afrika (Joop Ave ), Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler
Departemen Luar Negeri, Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat, dan
Universitas Padjadjaran.

Sementara itu, perencanaan dan pelaksanaan teknis gagasan tersebut dilaksanakan


oleh PT. Decenta, Bandung. Museum Konferensi Asia Afrika akhirnya diresmikan
oleh Presiden RI Soeharto pada 24 April 1980 sebagai puncak peringatan 25 tahun
Konferensi Asia Afrika.

Peran Indonesia dalam ASEAN


Peran serta Indonesia dalam ASEAN antara lain sebagai berikut.

1) Sebagai negara pemrakarsa berdirinya ASEAN


2) Sebagai penyelenggara KTT I dan KTT IX.
3) Sebagai tempat kedudukan sekretariat tetap ASEAN yaitu di Jakarta.
4) Sebagai tempat salah satu proyek dari komite pangan, pertanian, dan kehutanan
yaitu untuk suplai dan keperluan makanan.
5) Sebagai tempat salah satu proyek pupuk urea amonia dari komite industri,
perdagangan, dan energy.
6) Mendukung kesepakatan bahwa Asia Tenggara sebagai kawasan yang damai, bebas,
netral atau zone of peace, freedom, and neutrality (ZOPFAN) yang ditandatangani
pada 27 November 1971.
7) Menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting (JIM).
8) Turut menyelesaikan pertikaian antarbangsa atau negara
9) Turut serta menangani arus pengungsi
Peran Indonesia dalam GNB (Gerakan Non-Blok)
Peran Indonesia dalam GNB (Gerakan Non-Blok) yakni sebagai berikut:

1. Salah satu pemrakarsa GNB (Gerakan Non-Blok)


Indonesia menjadi salah satu negara yang memprakarsai pendirian Gerakan Non-
Blok. Hal tersebut diwakili oleh Presiden Soekarno selaku pemimpin negara pada
saat itu. Selain Indonesia, terdapat empat negara lainnya yang mempelopori
pendirian GNB. Keempat negara tersbeut adalah Mesir (Gamal Abdul Nasser),
Yugoslavia (Josip Broz Tito), India (Pandit Jawaharlal Nehru), dan Ghana (Kwame
Nkrumah). Para pemimpin negara tersebut melaksanakan pertemuan di Kota
Belgrade, Yugoslavia pada tahun 1961. Pertemuan ini meresmikan didirikannya
Gerakan Non Blok. Pemimpin pertama GNB ini diberikan kepada Presiden
Yugoslavia, yakni Josip Broz Tito.
2. Pemimpin Gerakan Non-Blok pada tahun 1991
Indonesia pernah menjadi pemimpin gerakan ini pada tahun 1991. Presiden
Soekarno selaku Presiden RI saat itu terpilih menjadi ketua GNB..
3. Penyelenggara KTT X Gerakan Non-Blok
Pada saat Indonesia menjabat pemimpin GNB, Indonesia berhasil
menyelenggarakan KTT X GNB. KTT tersebut bertempat di Jakarta, Indonesia dan
dihadiri oleh 106 negara. KTT X GNB dilaksanakan pada tanggal 1 – 6 September
1992 dengan Ketua Presiden Soeharto. Terdapat beberapa isu yang muncul dalam
KTT X GNB di Jakarta, yakni sebagai berikut:

 GNB mendukung perjuangan Palestina yang perumusannya terdapat dalam


Pesan Jakarta atau Jakarta Message.
 GNB menyesalkan tindakan Amerika Serikat yang membantu Israel dalam
melakukan pembangunan permukiman Yahudi di wilayah milik Palestina.
 Kegagalan dalam memasukkan masalah sanksi PBB kepada Irak & Libia
menunjukkan masih lemahnya GNB dalam mengatasi perbedaan pendapat di
kalangan anggota.
 Para pemimpin dari negara-negara anggota Gerakan Non Blok (GNB) mengakhiri
KTT ini dengan melahirkan sebuah “Jakarta Message” (Pesan Jakarta). 
4. Memecahkan masalah-masalah dunia berdasar pada asas keadilan
Indonesia menjadi negara yang juga ikut memecahkan masalah-masalah dunia
berdasarkan perdamaian dunia. Selain itu, Indonesia juga memperjuangkan Hak
Asasi Manusia, dan tata ekonomi dunia yang berdasarkan pada asas keadilan. Salah
satunya adalah peran penting Indonesia dalam meredakan ketegangan di kawasan
bekas Yugoslavia pada tahun 1991.

Anda mungkin juga menyukai