Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

DI SUSUN OLEH :

EVA ROSITA
202014048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2021

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)
1. Definisi
Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD
(dengue hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DHF terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang
ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif & Kusuma 2015).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang
anak dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi
berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu
infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk
Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus (Wijayaningsih, 2017).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi
penyebab kematian utama di banyak negara tropis. Penyakit DHF bersifat
endemis, sering menyerang masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai
dengan angka kematian yang cukup tinggi, khususnya pada mereka yang
berusia dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).

2. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak.
Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotipe
yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotype
lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.
Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia (Nurarif & Kusuma 2015).

3. Klasifikasi
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma
2015):
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia,
himokonsentrasi.
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan
spontan pada kulit atau perdarahan di tempat lain.
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi
cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau
hipotensi disertai dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin
dan lembab dan anak tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah
tidak teratur.

4. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan
menimbulkan viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat
pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat
bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya: peningkatan suhu.
Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah
yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke
intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat
terjadi akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari
antibodi melawan virus (Murwani 2018).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan
baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini
mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan
mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan
perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa
virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang
terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam
atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain
yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
atau hepatomegali (Murwani 2018).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke
ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler
mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipotermia serta efusi dan renjatan atau syok.
Hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit >20% menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena
(Murwani 2018). Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di
buktikan dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa
yaitu rongga peritonium, pleura, dan perikardium yang pada otopsi
ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian
cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran
plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di
kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru
dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup,
penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau
hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani
2018).

5. Manisfestasi Klinik
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif &
Kusuma 2015) :
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
a) Nyeri kepala
b) Nyeri retro-orbital
c) Myalgia atau arthralgia
d) Ruam kulit
e) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
f) Leukopenia
g) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD
h) yang sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
b. Demam berdarah dengue

Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan

bila semua hal dibawah ini dipenuhi :

a) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya

bersifat bifastik

b) Manifestasi perdarahan yang berupa:

1) Uji tourniquet positif

2) Petekie, ekimosis, atau purpura

3) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi),

saluran cerna, tempat bekas suntikan

4) Hematemesis atau melena

c) Trombositopenia <100.00/ul
d) Kebocoran plasma yang ditandai dengan
1) Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin
2) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan
yang adekuat
3) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites,

efusi pleura

c. Sindrom syok dengue

Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi

yaitu:

a) Penurunan kesadaran, gelisah

b) Nadi cepat, lemah

c) Hipotensi

d) Tekanan darah turun < 20 mmHg

e) Perfusi perifer menurun

f) Kulit dingin lembab

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF
antara lain adalah (Wijayaningsih 2017) :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar
hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai
hematokrit yang selalu dijumpai pada DHF merupakan indikator
terjadinya perembesan plasma.
a) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga.
b) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan
hemokonsentrasi.
c) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia,
SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.

d) Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji

serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang

terjadi setelah infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau

antigen didasarkan pada manifestasi reaksi antigen-antibody. Ada

tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi primer

merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi

sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan

berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya dilakukan dengan

memberi label antibody atau antigen dengan flouresens, radioaktif,

atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan dari reaksi

primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro seperti

prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan

lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi

dengan gejala klinik.

e) Uji hambatan hemaglutinasi

Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG

berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang dapat

menghambat reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue

yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).

f) Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)


Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk

virus dengue. Menggunakan metode plague reduction

neutralization test (PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus


menginfeksi sel dan batas yang jelas akan dilihat terhadap sel

di sekitar yang tidak terkena infeksi.

g) Uji ELISA anti dengue

Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination

Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI.

Prinsip dari metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM

dan IgG di dalam serum penderita.

h) Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV

dan sebagian besar grade II) di dapatkan efusi pleura.

Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang berpengaruh pada


tumbuh kembang anak, yaitu :
a) Ras/Etnik atau Bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki faktor
herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
b) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk, atau kurus.
c) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan, dan pada masa remaja.
d) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
e) Genetic
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak, contohnya seperti kerdil
f) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
g) Faktor eksternal
Berikut ini adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh pada tumbuh
kembang anak :
1) Faktor prenatal
- Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan
memengaruhi pertumbuhan janin.
- Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot.
- Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau Thalidomid dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
- Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
dan hyperplasia adrenal.
- Radiasi
Paparan radiasi dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan
pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, serta kelainan
jantung.
- Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Citomegali virus, Herpes simpleks) dapat
menyebabkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu tuli,
mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung kongenital.
- Kelainan imunologi
Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel
darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam
peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolysis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kerniktus yang
akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
- Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
- Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan salah atau
kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3) Factor pasca persalinan
- Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
- Penyakit kronis atau kelainan kongenital
Tuberculosis, anemia, dan kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.18
- Lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan yang sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut
hidup berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,
paparan sinar radioaktif dan zat kimia tertentu (Pb, Merkuri, rokok,
dan lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap
pertumbuhan anak.
- Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa
tertekan,akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangan.
- Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid, akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
- Sosioekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan serta
kesehatan lingkungan yang jelek dan tidaktahuan, hal tesebut
menghambat pertumbuhan anak.
- Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat
memengaruhi tumbuh kembang anak.19
- Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, khususnya
dalam keluarga, misalnya penyediaan mainan, sosialisasi anak, serta
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
- Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka panjang akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormon pertumbuhan

B. Bimbingan Antisipasi pada anak usia 6 tahun


Bimbingan yang dapat dilakukan pada orang tua untuk anak usia sekolah
menurut Wong,2012 di antaranya adalah:
1. Usia 6 tahun
a) Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan sosialisasi dengan cara
mendorong anak berinteraksi dengan temannya.
b) Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik sepeda.
c) Siapkan orang tua akan peningkatan ketertarikan anak keluar rumah.
d) Dorong orang tua untuk menghargai kebutuhan anak akan privacy dan
menyiapkan kamar tidur yang berbeda.
2. Usia 7-10 tahun
a) Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian.
b) Tertarik untuk beraktivitas di luar rumah.
c) Siapkan orang tua untuk menghadapi anak terutama anak perempuan
memasuki prapubertas.
3. Usia 11-12 tahun
a) Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh saat
pubertas.
b) Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat.
c) Pendidikan seks (Sex education) yang adekuat dan informasi yang
akurat.

C. Gangguan tumbuh kembang


Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang
serius bagi negara maju maupun negara berkembang di dunia. Pertumbuhan
dapat dilihat dari berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala, sedangkan
perkembangan dapat dilihat dari kemampuan motorik, sosial dan emosional,
kemampuan berbahasa serta kemampuan kognitif. Pada dasarnya, setiap anak
akan melewati proses tumbuh kembang sesuai dengan tahapan usianya, akan
tetapi banyak faktor yangmemengaruhinya. Anak merupakangenerasi penerus
bangsa yang layak untuk mendapatkan perhatian dan setiap anak memiliki hak
untuk mencapai perkembangan kognisi, sosial dan perilaku emosi yang optimal
dengan demikian dibutuhkan anak dengan kualitas yang baik agar tercapai
masa depan bangsa yang baik (Hapsari, 2019).
Adapun macam-macam gangguan tumbuh kembang pada anak
berdasarkan dari berbagai sumber, adalah sebagai berikut:
1. Karies Gigi
Karies gigi merupakan masalah yang masih belum terpecahkan secara
tuntas di dunia. Gigi yang berlubang dapat mengakibatkan anak menderita
sakit gigi, bahkan sampai terjadi pembengkakan di sekitar gigi yang
menyebabkan anak rewel, menangis, tidak dapat tidur dengan tenang dan
tidak bernafsu untuk makan karena sakit giginya bila digunakan untuk
mengunyah. Bila keadaan ini berlangsung dalam waktu yang lama dan
berulang-ulang anak akan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh
sehingga mempengaruhi tumbuh kembang anak baik fisik maupun
kecerdasannya (Sariningsih, 2016).
Kesehatan mulut berhubungan dengan diet atau makanan. Faktor gizi
dapat mempengaruhi gigi, dan kekurangan gizi dapat memperburuk
penyakit periodontal dan oral. Erosi gigi yang meningkat berhubungan
dengan asam makanan. Terdapat bukti dan kajian ilmiah yang membuktikan
adanya hubungan antara jumlah dan frekuensi asupan gula dan kejadian
karies gigi
2. Temper Tantrum
Temper tantrum sering ditemukan pada usia antara 2 hingga 4 tahun
(kadang hingga usia 6 tahun) dan sering terjadi karena anak mencari
perhatian orangtua, menunjukkan kekuasaan atau menginginkan sesuatu
untuk dimiliki. Bentuk temper tantrum bisa bermacam-macam mulai
merengek, menangis, berteriak, menendang, memukul atau menahan nafas.
Tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam angka kejadian temper tantrum.
Meskipun sebaiknya temper tantrum jarang terjadi, namun keadaan ini
termasuk normal dalam periode perkembangan anak usia 2 hingga 4 tahun.
Perilaku tantrum dapat berlanjut ke masa kanak-kanak dan remaja; perilaku
yang terkait dengan kelompok usia ini termasuk menjadi menarik diri atau
kekerasan atau memiliki ledakan verbal. Namun, pada semua anak dan
remaja, suasana hati dan perilaku harus kembali normal (Daniels,
Practitioner, Mandleco, Luthy, & Assistant, 2012)
3. Development Delay
Merupakan Keterlambatan perkembangan, yang dicirikan dengan
contoh sebagai berikut:
a. Terlambat tengkurap di usia > 3 bulan
b. Terlambat duduk di usia > 6 bulan
c. Terlambat berjalan di usia > 1 tahun
4. Speech Delay
Speech delay merupakan salah satu gangguan komunikasi yang wajar
terjadi pada anak di masa pertumbuhannya. Namun jika hal ini dibiarkan,
speech delay dapat menjadi gangguan serius yang berpengaruh pada
kecerdasan dan juga perilaku anak di masa depan. Gangguan ini ditandai
dengan:
a. Anak tidak mengoceh saat memasuki usia 15 bulan
b. Anak tidak berbicara saat usianya 2 tahun
c. Tidak mampu untuk mengucapkan kalimat pendek ketika usianya 3 tahun
d. Kesulitan mengikuti petunjuk
e. Artikulasi atau pengucapan buruk
f. Sulit menyatukan kata-kata dalam sebuah kalimat
g. Meninggalkan kata-kata dari sebuah kalimat.
5. Motoric Delay
Merupakan salah satu gangguan motorik anak, baik itu motorik kasar
maupun motorik halus. Adapun gangguan motorik kasar ditandai dengan:
a. Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota
tubuh bagian kiri dan kanan.
b. Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih
dari usia 6 bulan
c. Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot
d. Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
e. Adanya gerakan yang tidak terkontrol
Gangguan motorik halus ditandai dengan:
a. Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan
b. Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun
c. Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih
sangat dominan setelah usia 14 bulan
d. Perhatian penglihatan yang inkonsisten
6. Down Syndrome
Sindrom Down (SD) merupakan kelainan genetik trisomi di mana
terdapat tambahan pada kromosom 21. Anak SD sering disertai dengan
kelainan di bidang jantung dan pembuluh darah, hormon, pendengaran,
penglihatan, tulang, dan keganasan. Perkembangan anak SD berbeda dengan
perkembangan anak sehat. Ekspresi pada kromosom berlebih menyebabkan
penurunan jumlah sel saraf pada sistem saraf pusat, keterlambatan
mielinisasi, gangguan pengaturan siklus sel, dan produksi protein berlebih
serta neurotransmisi yang tidak normal. Beberapa kondisi tersebut
menyebabkan gangguan kognitif, komunikasi, konsentrasi, memori,
kemampuan melaksanakan tugas, perkembangan motorik, dan kontrol tubuh
7. Cerebral Palsy
Cerebral palsy pada bayi merupakan salah satu bentuk kelainan saraf
otak yang membuat penderitanya sulit bergerak. Menderita kondisi ini
membuat bayi mengalami berbagai gangguan pergerakan dan koordinasi
tubuh, salah satunya tidak dapat menggerakkan sebagian sisi tubuhnya.
Cerebral palsy (CP) merupakan dampak dari kerusakan pada otak atau
pertumbuhan otak yang tidak normal. Seorang anak atau bayi dapat terlahir
dengan kondisi ini atau mengalaminya setelah ia dilahirkan
8. Autism
Autism spectrum disorder (ASD) atau yang lebih sering disebut autisme
merupakan gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi
perkembangan bahasa dan kemampuan seorang anak untuk berkomunikasi,
berinteraksi, serta berperilaku. Bukan hanya autisme, ASD juga mencakup
sindrom Asperger, sindrom Heller, dan gangguan perkembangan pervasif
(PPD-NOS).
Gejala autisme digolongkan dalam dua kategori yaitu:
a. Kategori Pertama: Kategori ini merujuk pada penyandang autisme
dengan gangguan dalam melakukan interaksi sosial dan berkomunikasi.
Gejala ini dapat meliputi masalah kepekaan terhadap lingkungan sosial
dan gangguan penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal.
b. Kategori Kedua: Penyandang austime dengan gangguan yang meliputi
pola pikir, minat, dan perilaku berulang yang kaku. Contoh gerakan
berulang, misalnya mengetuk-ngetuk atau meremas tangan, serta merasa
kesal saat rutinitas tersebut terganggu.
9. Mental Retardation
Retardasi mental adalah gangguan perkembangan otak yang ditandai
dengan nilai IQ di bawah rata-rata anak normal dan kemampuan untuk
melakukan keterampilan sehari-hari yang buruk. Retardasi mental juga
dikenal dengan nama gangguan intelektual. Gejala yang dapat timbul pada
penderita retardasi mental, berupa:
a. Kesulitan berbicara.
b. Lambat dalam mempelajari hal-hal penting, seperti berpakaian dan
makan.
c. Kesulitan dalam pengendalian emosi, seperti mudah marah.
d. Ketidakmampuan memahami konsekuensi atas tindakan yang diambil.
e. Penalaran yang buruk dan sulit memecahkan suatu masalah.
f. Daya ingat yang buruk.
10. Epilepsy
Epilepsi merupakan gangguan pada sistem saraf pusat atau aktivitas sel
saraf di otak. Anak-anak yang menderita epilepsi akan menampakkan
gejala seperti kejang-kejang, dan kadang juga kehilangan kesadaran diri,
pada saat terjadi serangan. Jika tidak diobati, kondisi ini dapat
memengaruhi perkembangan dan kemampuan belajarnya.
11. Stunting
Stunting adalah keadaan tubuh yang pendek atau sangat pendek.
Stunting terjadi akibat kekurangan gizi dan penyakit berulang dalam waktu
lama pada masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak
(Black et al, 2012).
Gizi kronis atau pengerdilan adalah bentuk lain dari kegagalan
pertumbuhan. Gizi kronis terjadi dari waktu ke waktu tidak seperti
kekurangan gizi akut. Seorang anak yang terhambat atau kronis
kekurangan gizi sering muncul secara normal porposional tapi sebenarnya
lebih pendek dari normal untuk usianya (UNICEF, 2014).

D. Deteksi/pemeriksaan
Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak adalah kegiatan pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada
balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan
tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga
kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam membuat rencana tindakan yang
tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan
terlambat diketahui, intervensi akan lebih sulit dan akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak (Kemenkes RI, 2012). Jenis deteksi dini tumbuh
kembang anak yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat
puskesmas dan jaringannya, berupa :
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan.
Deteksi dini pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan yaitu
keluarga, masyarakat dan Puskesmas.Pengukuran Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) bertujuan untuk menentukan status gizi anak
termasuk normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran
BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita.
Pengukuran dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Pengukuran Berat
Badan (BB) menggunakan timbangan dacin, pengukuran Panjang Badan
(PB) atau Tinggi Badan (TB) dengan menggunakan Infantometer dan
microtoise.
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan.
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua
tingkat pelayanan yaitu keluarga, masyarakat dan Puskesmas.Salah satu alat
yang digunakan adalah skrining perkembangan anak menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Per
kembangan (KPSP). Tujuan skrining untuk mengetahui perkembangan
anak normal atau ada penyimpangan.Perkembangan yng dideteksi adalah
motorik/gerak kasar,motorik/gerak halus,bicara dan bahasa serta sosialisasi
dan kemandirian. (Kemenkes, 2012). Jadwal skrining KPSP rutin adalah
pada umur 3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan. Jika
anak belum mencapai umur tersebut, minta ibu datang kembali pada umur
skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Skrining dilakukan oleh
tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PADU terlatih. Instrumen yang
digunakan adalah formulir KPSP menurut umur. Formulir berisi 9-10
pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak.
Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.
Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang
tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1 cm (Kemenkes, 2012).
Interpretasi hasil KPSP dengan menghitung berapa jumlah jawaban Ya.
Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S), jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan, jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P). Bila perkembangan anak meragukan (M) dilakukan
pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang
menyebabkan penyimpangan perkembangan dan dilakukan penilaian ulang
KPSP dua minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai
dengan umur anak. Bila tahapan perkembangan anak terjadi penyimpangan
(P) dilakukan rujukan ke Rumah sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian).
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional.
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autisme
dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat
segera dilakukan tindakan intervensi (Kemenkes, 2012). Beberapa jenis alat
yang digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental
emosional pada anak yaitu Kuesioner Masalah Mental emosional (KMME)
bagi anak umur 36 bulan sampai 72 bulan, ceklis autis anak prasekolah
(Checklist for Autism in Toddlers/CHAT) bagi anak umur 18 bulan sampai
36 bulan dan formulir deteksi dini Gangguan pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale bagi
anak umur 36 bulan ke atas.

E. Penanganan
Jika orang tua terlanjur memiliki anak yang memiliki gangguan tumbuh
kembang, anak tetap harus dirawat dan dijaga dengan baik untuk mencegah
kecacatan yang lebih parah dan menjaga kesehatannya. Adapun penanganan
beberapa masalah tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:
1. Karies Gigi
Mengatasi karies gigi pada anak tergantung pada usia dan tingkat
keparahannya. Pada tahap yang ringan, yaitu baru muncul bercak
kuning/coklat di gigi, membersihkan gigi secara teratur oleh orang tua dapat
membantu mencegah karies gigi pada anak bertambah luas dan proses
terjadinya karies juga dapat dihentikan.
Untuk anak usia 3 tahun atau lebih, orang tua bisa mengajarkan anak
menggunakan sikat gigi dan pasta gigi yang mengandung flouride (gunakan
sedikit saja). Sementara untuk anak di bawah satu tahun, orang tua bisa
menyeka giginya secara perlahan menggunakan lap lembut yang sudah
dibasahi dengan air hangat.
Jika karies gigi pada anak sudah dalam tahap lanjut, segera berkunjung ke
Dokter Gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak (Drg., SpKGA) untuk
pemeriksaan lebih rinci. Dokter gigi spesialis anak dapat menentukan
perawatan yang sesuai dengan kondisi gigi dan psikologis anak. Tergantung
tingkat keparahannya, dokter mungkin akan melakukan penambalan atau
pencabutan gigi. Apabila pencabutan jadi pilihan terbaik, maka dokter akan
memilih metode bius tertentu supaya anak tidak traumatis saat cabut gigi.
2. Temper Tantrum
Tantrum pada anak tidak boleh dibiarkan terus-menerus karena bisa menjadi
kebiasaan yang buruk dan memengaruhi perkembangannya di kemudian
hari. Bunda bisa mencoba menghentikan tantrum pada anak dengan
melakukan beberapa cara yaitu: jangan panik, kendalikan emosi, perhatikan
keamanan anak, alihkan perhatian anak, berikan sentuhan pada anak, jangan
menuruti kemauan pada anak.
3. Autism
a. Terapi psikofarmakologi: tidak mengubah riwayat keadaan/perjalanan
gangguan autis, tetapi efektif mengurangi perilaku autistik, seperti
hiperaktivitas, penarikan diri, stereotipik, menyakiti diri sendiri,
agresivitas, & gangguan tidur
b. Terapi edukasi untukmeningkatkan interaksi sosial & komunikasi
c. Terapi perilaku, terapi wicara, terapi okupasi, sensori
integrasi(pengorganisasianinformasi melaluisemua indera), latihan
integrasi pendengaran utk mengurangihi persensitivitas terhadap suara,
intervensi keluarga, dan lain lain
d. Terapi biomedis untukgangguan saluran cerna
e. Pengaturan diet denganmenghindari zat-zat yg menimbulkan alergi
(kasein, gluten), pemberian suplemenvitamin, pengobatan thd jamur &
bakteri di dinding usus.
4. Down Syndrom
Penanganan tergantung dari gejala penyakit yang menyertainya antara lain :
Gangguan Tiroid, pendengaran, penyakit jantung bawaan, gangguan
penglihatan, kejang, gangguan sistem tulang-otot-syaraf, leukemia, dsb.
Gangguan tiroid dan kejang dapat diatasi dengan obat-obatan, penyakit
jantung jika memungkinkan dapatdioperasi. Pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit yang riskan diderita seperti infeksi saluran napas kronik,
Infeksi telinga tengah (otitis media), Tonsilitis rekuren, dan Pneumonia
5. Retardasi Mental
Dapat diberi neuroleptika kepada anak yang gelisah, hiperaktif atau
dektrukstif. Pendidikan anak dengan retardasi mental secara umum ialah:
a. Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang
ada
b. Memperbaiki sifat-sifat yangsalah atau yang anti sosial
c. Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah
kelak.
Latihan diberikan secara kronologis dan meliputi:
a. Latihan di rumah: pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri,
berpakaian sendiri, kebersihan badan
b. Latihan di sekolah: yang penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial
c. Latihan teknis: diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin
dankedudukan social
d. Latihan moral: dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa
yang tidak baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran disiplin
perlu disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik perlu
disertai hadiah

F. Askep (fokus pengkajian, diagnosa, rencana asuhan keperawtaan)


1. Fokus Pengkajian
a) Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
Meliputi identitas anak dan orang tua: nama, alamat, telepon, TTL,
ras/kelompok etnis, jenis kelamin, agama, tanggal wawancara, informan
b) Keluhan Utama
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat
jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi
yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak
yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup
kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia berada dalam
kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah anak memiliki
keluhan kesehatan baik secara langsung pada anak ataupun orang
tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat
dijadikan indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda
sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan
utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang
mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi
tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui
status kesehatan anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini
juga dapat dijadikan panduan apakah anak harus mendapat perawatan
lebih lanjut mengenai penyakitnya.
d) Riwayat Kesehatan Dahulu
Untuk memperoleh profil penyakit anak, alergi, kebiasaan anak yang
mempengaruhi kesehatannya, cedera-cedera, atau pembedahan
sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk
yang berarti dalam pemberian imunisasi
e) Tinjauan Sistem
Meliputi pemeriksaan fisik menyeluruh secara head to toe maupun per
system meliputi system integument, respirasi, kardiovaskuler,
gastrointestinal, urinaria, ginekologi, muskuloskeletal, neurologi, dan
endokrin
f) Riwayat Pengobatan Keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji
pajanan terhadap penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan
keluarga yang dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan
penggunaan bahan kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat
anak mengalami sakit.
g) Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus
pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat
sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika
saat imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak
terrhadap imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk
mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta diperlukan
keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada
anaknya sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi
h) Pengkajian Nutrisi
Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan
kebutuhan nutrisi anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat ini
sebelum ia mendapatkan imunisasi dan dapat dijadikan bahan untuk
pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak. Pengkajian nutrisi meliputi
pengkajian terhadap asupan diet dan pemeriksaan klinis.
i) Pengkajian Tumbuh Kembang
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak,
sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui mengenai keadaan anak
yang dapat membantu proses imunisasi dan juga pendidikan kesehatan
seputaran imunisasi anak. Dalam melaksanaakan pengkajiaan atas
pertumbuhan dan perkembangan anak, hal penting yang harus
diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar pemeriksaan
berjalan lancar.
2. Masalah Keperawatan yang sering muncul
Berdasarkan NANDA-I (2018), masalah keperawatan yang sering
muncul pada anak sehat tahap perkembangan usia sekolah antara lain:
a. Kesiapan meningkatkan literasi kesehatan
b. Kesiapan meningkatkan nutrisi
c. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
d. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
e. Resiko berat badan berlebih
f. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
g. Resiko ketidakseimbangan volume cairan
h. Resiko keterlambatan perkembangan
i. Resiko pertumbuhan tidak proporsional
j. Risiko cidera karena keadaan tumbuh kembang dan lingkungan.
k. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan
tumbuh kembangnya
l. Gangguan rasa aman (cemas) pada orang tua anak
m. Kesiapan meningkatkan status imunisasi
n. Kurang pengetahuan terhadap tumbuh kembang
3. Rencana Asuhan Keperawatan
- Kesiapan meningkatkan literasi kesehatan berhubungan dengan kurang
terpapar informasi
Intervensi:
O : Kaji pengetahuan ibu
Rasional: mengetahui pengetahuan ibu
N :berikan pendidikan kesehatan pembuatan bubur tempe
Rasional: untuk menambah pengetahuan, untuk mengatasi kebutuhan
cairan ketika anak diare dan susah untuk makan
E :edukasi ibu untuk memberikan bubur tempe sedikit tapi sering
Rasional: agar anak tidak muntah
K :kolaborasi dengan keluarga untuk membantu membuat bubur tempe
Rasional: untuk mempermudah pembuatan dan pemberian kepada anak
- Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
kebiasaan cuci tangan
Intervensi:
O : kaji pola kebersihan diri klien
Rasional: untuk mengetahui kebiasaan anak
N : bantu klien membersihkan badan,mulut,rambut,tangan dan kuku
Rasional: untuk meningkatkan status kesehatan dan kebersihan anak
E : edukasi cara 6 langkah cuci tangan yang benar
Rasional: untuk mencegah defisiensi kesehatan,memelihara kebersihan
K : kolaborasi dengan keluarga untuk menjaga kebersihan diri klien
Rasinal: untuk mengontrol kebersihan anak
- Risiko cidera karena keadaan tumbuh kembang dan lingkungan.
Intervensi:
O :awasi anak saat melakukan aktifitas
Rasinal: untuk mencegah kemungkinan cedera
N :berikan anak sandal/sepatu saat bermain
Rasional: untuk mencegah cedera,memberi kenyamanan dan keamanan
saat anak bermain
E :edukasi anak tentang bahaya yang dapat terjadi jika tidak
menggunakan alas kaki/pengaman saat bermain
Rasional: membuat anak mau mengenakan sandal/pengaman,
mengurangi potensi cedera
K : kolaborasi dengan keluarga untuk mengawasi aktifitas anak
Rasional: meminimalisir potensi cedera yang bisa ditimbulkan karena
aktifitas anak

G. Daftar Pustaka
H. Friedman, M. 2012. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik Edisi
5.Jakarta: Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Kemenkes RI, 2017. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta.
Sugeng, H.M. 2019. Gambaran Tumbuh Kembang Anak pada Periode Emas
Usia 0-24 Bulan di Posyandu Wilayah Kecamatan Jatinangor. Jurnal
Sistem Kesehatan, 4(2), 96-101.

Yulistiani & Nining. 2017. Modul Keperawatan Anak. BPPSDMK Kemenkes


RI: Jakarta
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__2_Th_2020_ttg
_Standar_Antropometri_Anak.pdf

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN. P

DI SUSUN OLEH :

ISNA ASTI NUR CAHYANI


202014064
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2021

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT An.A TAHAP


PERKEMBANGAN ANAK USIA 6 TAHUN

Pengkajian dilakukan pada tanggal : 5 April 2021


A. IDENTITAS DATA
Nama : An.A
Umur : 6 tahun
Pendidikan :-
Nama Ayah : Bp.S
Nama Ibu : Ny.S
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Klaten
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan Ayah : SMA

1. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan bahwa saat ini anaknya tidak sakit.
2. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Ny. S mengatakan bahwa An. A terkadang batuk jika diwaktu dingin. dan Ny.
S merasakan cemas serta khawatir karena tidak mengetahui apa yang harus
dilakukan kepada anaknya
3. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
- Penyakit saat kecil : pernah mengalami diare dan mengalami batuk
pilek.
- Pernah dirawat di RS : belum pernah
- Obat yang pernah dipakai : penurun panas, batuk pilek serta obat diare
- Tindakan operasi : tidak ada
- Alergi : tidak ada alergi makanan, minuman maupun obat-obatan
- Kecelakaan : pernah jatuh saat belajar berjalan
- Imunisasi : imunisasi yang telah di berikan yaitu Hepatitis B, polio,
BCG, DPT
4. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
- Prenatal : tidak mengalami morning sickness, hanya pusing dan lemas
- Intranatal : anak lahir normal dengan usia kehamilan kurang lebih 39
minggu
- Postnatal : lahir dengan BB 2800 g, PB 50 cm, menangis saat lahir dan
mendapatkan imunisasi Hepatitis B
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Didalam riwayat keluarga An. A, tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
seperti DM, Hipertensi, ataupun sakit Asma
Genogram
Ny.
Tn. S Tn.P Ny.
W
R

Tn.S Tn. Tn.S


Tn. P Ny.
R
S

An.D
An.A

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggal serumah

6. RIWAYAT SOSIAL
- Yang mengasuh
Ny.S mengatakan ia dan suaminya yang menasuh anaknya sejak kecil
- Hubungan dengan anggota keluarga
Ny.S mengatakan hubungan antar anggota keluarganya harmonis dan sesekali
ada perbedaan pendapat namun masih bisa dimusyawarahkan.
- Hubungan dengan teman sebaya
Ny.S mengatakan hubungan anaknya dengan teman sebayanya baik, sering
bermain bersama diluar rumah
- Pembawaan secara umum
Ny.S mengatakan pembawaan secara umum An. A mudah untuk
bersosialisasi berkenalan dengan anak tetangga atau dengan orang baru An. A
berani tidak malu
- Lingkungan rumah
Ny. S mengatakan bahwa kebersihan anak terjaga agar terhindar dari
penyakit, ventilasi rumah sangat terang dan cerah, barang-barang yang ada
disusun dengan rapi
7. PENGKAJIAN NUTRISI
- Kebiasaan pemberian makanan
Ny.S mengatakan memberi makan An.A sehari 3x dengan lauk pauk yang
tersedia serta memberi minum susu bubuk sehari 2x saat pagi dan malam hari.
Minum air putih 4-5 gelas belimbing setiap hari. Ny. S mengatakan An.A
suka makan permen, snack, dan gulali
- Diet khusus
Ny.S tidak menerapkan diet khusus untuk anaknya
8. POLA SEHARI-HARI
- Pola istirahat atau tidur
Ny,S mengatakan An.A setiap hari tidur antara jam 21.00-21.30 malam
- Pola kebersihan
Ny.S memandikan An.A sehari 2x saat pagi dan sore hari, sikat gigi 2x
segari dan keramas setiap 2 hari sekali
- Pola eliminasi
Ny.S mengatakan An.A sehari melakukan BAK 4-6x sehari dengan warna
kuning jernih,bau khas dan tanpa kesulitan. BAB 1 kali sehari tanpa
gangguan
9. DATA PENUNJANG
-
10. PEMERIKSAAN FISIK
- Pemeriksaan umum
• Suhu : 36,5°c
• Nadi : 100x/menit,
• RR :22 x/menit
• BB/TB
• 18kg/100cm
- Kepala
Tampak bersih,rambut lurus berwarna kecoklatan, tidak ada kelainan dikepala
- Mata
Konjungtiva: an anemis
Sklera: an ikterik
- Hidung
Bersih,tidak ada luka ataupun secret, simetris
- Telinga
Bersih, ridak ada gangguan pendengaran
- Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada kanan-kiri simetris, tidak ada luka, tidak ada oedem
Palpasi : Tidak ada retraksi dinding dada
Perkusi : Terdapat suara sonor
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+), ronkhi (+/+)
- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak pada ICS ke 5 midclavicularis
Palpasi : ictus cordis kuat angkat pada ICS ke 5 midclavicularis
Perkusi : terdengar bunyi pekak di ICS 2 dan 3
Auskultasi : BJ I-II Lup-Dup
- Abdomen
Inspeksi : bentuk peut simetris dan sedikit cembung
Auskultasi : bising usus 16x/mnt
Perkusi : terdapat suara timpani
Palpasi :-
- Punggung
Bentuk punggung kanan-kiri simetris dan tidak ada kelainan.
- Genetalia
Tidak meengalami kelainan/penyakit kelamin
- Ekstremitas

5 5

5 5

Lengkap tidak ada kecacatan,kekuatan otot baik sektremitas atas ataupun


bawah adalah 5
Keterangan:
0: Tidak terdapat kontraksi sama sekali
1: Tidak ada pergerakan,konytraksi otot dapat dilihat
2: Ada pergerakan,tidak mampu menahan gaya gravitasi
3: Ada pergerakan, hanya mampu menahan gaya gravitasi
4: Mampu melawan gravitasi dan sedikit tahanan
5: Kekuatan normal, mempu melawan gaya gravitasi dan tahanan maksimal
- Kulit
- Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, tidak ada lesi dan tidak ada
kelainan pada kulit
- Tanda-tanda vital
• Suhu : 36,5c
• Nadi : 100x/menit,
• RR : 28 x/menit
11. TINGKAT PERKEMBANGAN
a. Personal Sosial: Anak suka bermain dengan temannya, anak dapat
menyebutkan nama semua temannya
Kesimpulan : Anak mampu bersosialisasi
b. Motorik Halus : Anak mampu mewarnai sesuai garis, anak mampu menari
berjoget, anak mampu meniru menggunakan jari
Kesimpulan : Anak berkembang sesuai usianya
c. Bahasa : Anak mampu menyebutkan benda-benda disekitarnya,
cara bicara anak juga mampu di mengerti
Kesimpulan : Anak berkembang sesuai usianya
d. Motorik Kasar : Anak mampu melompot, anak mampu berlari
Kesimpulan : Anak mampu berkembang seusianya
12. DAMPAK HOSPITALISASI
-
13. Terapi
-

B. ANALISA DATA
N TGL DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1. 6 April DS: Ny. S mengatakan bahwa Obstruksi jalan Ketidakefektifan
2021 An. A terkadang batuk jika napas bersihan jalan
08.00 diwaktu dingin napas
WIB DO: Pemeriksaan paru
terdapat suara ronkhi (+/+)
RR: 28 x/mnt
2. 6 April DS: Ny. S merasakan cemas Kurangnya Ansietas
2021 dan khawatir karena tidak pengetahuan
08.00 mengetahui apa yang harus tentang perubahan
WIB dilakukan kepada anaknya dalam status
DO: Ny. S tampak cemas dan kesehatan
gelisah

C. DIAGNOSA
1. Ansietas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
D. INTERVENSI
Nama : An. A
Umur : 6 tahun
No Tgl Diagnosa Kep Tujuan & KH Intervensi Rasional TTD
1. 6 April Ansietas Setelah 1. Observasi tingkat 1. Untuk mengetahui ISNA
2021 dilakukan kecemasan pada tingkat kecemasan
09.00 tindakan ibu. yang terjadi
WIB keperawatan 2. Lakukan 2. Agar ibu lebih
selama 3 x 7 jam pendekatan tenang
masalah ansietas dengan tenang
dapat teratasi dan menyakinkan
dengan kriteria 3. Edukasi keluarga 3. Agar keluarga bisa
hasil: tentang akibat meminimalisir
1. Ibu merasa kecemasan yang tingkat kecemasan
tenang berlebihan
2. Rasa cemas 4. Kolaborasi 4. Agar keluarga yang
berkurang dengan keluarga lain juga
dan tidak tentang perawatan mengetahui
khawatir. yang diberikan kecemasan.
kepada klien dan
prosedur
pengobatan
2. 6 April Ketidakefektif Setelah 1. Observasi respirasi 1. Untuk mengetahui ISNA
2021 an bersihan dilakukan secara berkala dan respirasi anak dan
09.00 jalan napas tindakan suara tambahan suara tambahan
WIB keperawatan paru paru.
selama 3 x 7 jam 2. Lakukan dan 2. Untuk
masalah ajarkan keluarga mengeluarkan
ketidakefektifan untuk tindakan secret yang susah
bersihan jalan fisioterapi dada keluar
napas dapat 3. Edukasi keluarga
teratasi dengan untuk menciptakan 3. Agar anak tidak
kriteria hasil: lingkungan yang mudah batuk disaat
1. Tidak ada bersih dan hangat. udara dingin
suara 4. Kolaborasi dengan
tambahan keluarga untuk 4. Agar keluarga bisa
2. Tidak batuk melakukan melakukan
tindakan fisioterapi fisioterapi dada jika
dada tidak ada perawat.

E. IMPLEMENTASI
Nama : An. A
Umur : 6 tahun
No Tgl Diagnosa Kep Implementasi Respon TTD
1 6 April Ansietas Mengobservasi tingkat S: Ny.S merasakan cemas dan ISNA
2021 kecemasan pada ibu. khawatir karena tidak mengetahui
09.45 apa yang harus dilakukan kepada
anaknya
O: Ny.S tampak cemas dan
gelisah
2 6 April Ansietas Mengajarkan keluarga S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 untuk menciptakan diajarkan cara menciptakan
10.00 lingkungan yang nyaman. lingkungan yang nyaman
O: Ny.S tampak cemas dan gelisah
3 6 April Ansietas Mengedukasi keluarga S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 tentang akibat kecemasan diberikan pendidikan kesehatan
10.15 yang berlebihan tentang kecemasan
O: Ny.S tampak memperhatikan
apa yang telah dijelaskan
4 6 April Ansietas Mengkolaborasi dengan S: Ny.S mengatakan bahwa mau ISNA
2021 keluarga tentang dikolaborasikan dengan keluarga
10.30 perawatan yang diberikan yang lain
kepada klien dan prosedur O: Ny.S tampak memperhatikan
pengobatan
5 6 April Ketidakefektif Mengobservasi respirasi S: Ny.S mengatakan bahwa An. A ISNA
2021 an bersihan secara berkala dan suara terkadang batuk jika diwaktu
10.45 jalan napas tambahan paru dingin
O: Suara dasar vesikuler (-/-),
ronkhi (-/), RR: 36x/mnt.
6 6 April Ketidakefektif Melakukan dan ajarkan S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 an bersihan keluarga untuk tindakan diajarkan tindakan fisioterapi dada.
11.00 jalan napas fisioterapi dada O: An. A dilakukan tindakan
fisioterapi dada dan Ny.S tampak
antusias memperhatikan cara
melakukan fisioterapi dada.
7 6 April Ketidakefektif Mengedukasi keluarga S: Ny.S mau untuk diberikan ISNA
2021 an bersihan untuk menciptakan edukasi cara menciptakan
11.15 jalan napas lingkungan yang bersih lingkungan yang bersih dan hangat
dan hangat. O: Ny.S tampak antusias saat
diberikan edukasi cara menciptakan
lingkungan yang bersih dan hangat
8 6 April Ketidakefektif Mengkolaborasi dengan S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 an bersihan keluarga untuk melakukan melakukan tindakan fisioterapi
11.30 jalan napas tindakan fisioterapi dada dada
O: Ny.S tampak mengangguk
9 7 April Ansietas Mengobservasi tingkat S: Ny.S merasakan sedikit sudah ISNA
2021 kecemasan pada ibu. paham dengan kondisi anaknya.
08.00 O: Ny.S tampak sedikit cemas dan
gelisah
10 7 April Ansietas Mengajarkan keluarga S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 untuk menciptakan diajarkan cara menciptakan
08.15 lingkungan yang nyaman. lingkungan yang nyaman.
O: Ny.S tampak sedikit cemas dan
gelisah
11 7 April Ansietas Mengedukasi keluarga S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 tentang akibat kecemasan diberikan pendidikan kesehatan
08.30 yang berlebihan tentang kecemasan
O: Ny.S tampak memperhatikan
apa yang telah dijelaskan
12 7 April Ansietas Mengkolaborasi dengan S: Ny.S mengatakan bahwa mau ISNA
2021 keluarga tentang dikolaborasikan dengan keluarga
08.45 perawatan yang diberikan yang lain
kepada klien dan prosedur O: Ny.S tampak memperhatikan
pengobatan
13 7 April Ketidakefektif Mengbservasi respirasi S: Ny.S mengatakan bahwa An. A ISNA
2021 an bersihan secara berkala dan suara terkadang batuk jika diwaktu
09.00 jalan napas tambahan paru dingin
O: Suara dasar vesikuler (-/-),
ronkhi (-/), RR: 37x/mnt.
14 7 April Ketidakefektif Melakukan dan ajarkan S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 an bersihan keluarga untuk tindakan diajarkan tindakan fisioterapi dada.
09.15 jalan napas fisioterapi dada O:An. A dilakukan tindakan
fisioterapi dada dan keluarga
tampak mengangguk.
15 7 April Ketidakefektif Mengedukasi keluarga S: Ny.S mau untuk diberikan ISNA
2021 an bersihan untuk menciptakan edukasi cara menciptakan
09.30 jalan napas lingkungan yang bersih lingkungan yang bersih dan hangat
dan hangat. O: Ny.S tampak mengangguk
16 7 April Ketidakefektif Mengkolaborasi dengan S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 an bersihan keluarga untuk melakukan melakukan tindakan fisioterapi
09.45 jalan napas tindakan fisioterapi dada dada
O: Ny.S tampak mengangguk
17 8 April Ansietas Mengobservasi tingkat S: Ny.S merasakan sudah paham ISNA
2021 kecemasan pada ibu. dengan kondisi anaknya
09.45 O: Ny.S tampak tenang dan rileks
18 8 April Ansietas Mengajarkan keluarga S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 untuk menciptakan diajarkan cara menciptakan
10.00 lingkungan yang nyaman. lingkungan yang nyaman.
O: Ny.S tampak cemas dan gelisah
19 8 April Ansietas Mengedukasi keluarga S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 tentang akibat kecemasan diberikan pendidikan kesehatan
10.15 yang berlebihan tentang kecemasan
O: Ny.S tampak memperhatikan
apa yang telah dijelaskan
20 8 April Ansietas Mengkolaborasi dengan S: Ny.S mengatakan bahwa mau ISNA
2021 keluarga tentang dikolaborasikan dengan keluarga
10.30 perawatan yang diberikan yang lain
kepada klien dan prosedur O: Ny.S tampak memperhatikan
pengobatan
21 8 April Ketidakefektif Mengobservasi respirasi S: Ny.S mengatakan bahwa An. A ISNA
2021 an bersihan secara berkala dan suara terkadang batuk jika diwaktu
10.45 jalan napas tambahan paru dingin
O: Suara dasar vesikuler (-/-),
ronkhi (+/+), RR: 33x/mnt.
22 8 April Ketidakefektif Melakukan dan ajarkan S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 an bersihan keluarga untuk tindakan diajarkan tindakan fisioterapi dada.
11.00 jalan napas fisioterapi dada O: An. A dilakukan tindakan
fisioterapi dada dan keluarga
tampak antusias memperhatikan
cara melakukan fisioterapi dada.
23 8 April Ketidakefektif Mengedukasi keluarga S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 an bersihan untuk menciptakan diberikan edukasi cara menciptakan
11.15 jalan napas lingkungan yang bersih lingkungan yang bersih dan hangat
dan hangat. O: Ny.S tampak antusias saat
diberikan edukasi cara menciptakan
lingkungan yang bersih dan hangat
24 8 April Ketidakefektif Mengkolaborasi dengan S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 an bersihan keluarga untuk melakukan melakukan tindakan fisioterapi
11.30 jalan napas tindakan fisioterapi dada dada
O: Ny.S tampak mengangguk

F. EVALUASI FORMATIF
TGL Diagnosa Kep EVALUASI TTD
6 April Ansietas S: Ny. S merasakan cemas dan khawatir karena ISNA
2021 tidak mengetahui apa yang harus dilakukan
12.30 kepada anaknya
WIB O: Ny. S tampak cemas dan gelisah
A: Masalah ansietas belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi:
1. Observasi tingkat kecemasan pada ibu.
2. Lakukan pendekatan dengan tenang dan
menyakinkan
3. Edukasi keluarga tentang akibat
kecemasan yang berlebihan
4. Kolaborasi dengan keluarga tentang
perawatan yang diberikan kepada klien
dan prosedur pengobatan
6 April Ketidakefektif S: Ny. S mengatakan bahwa An. A terkadang ISNA
2021 an bersihan batuk jika diwaktu dingin, pemeriksaan paru
12.30 jalan napas terdapat suara ronkhi (+/+), RR: 36 x/mnt
WIB A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
1. Observasi respirasi secara berkala dan
suara tambahan paru
2. Lakukan dan ajarkan keluarga untuk
tindakan fisioterapi dada
3. Edukasi keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang bersih dan hangat.
4. Kolaborasi dengan keluarga untuk
melakukan tindakan fisioterapi dada
7 April Ansietas S: Ny. S merasakan sedikit sudah paham dengan ISNA
2021 kondisi anaknya.
12.30 O: Ny. S tampak sedikit cemas dan gelisah
WIB A: Masalah ansietas belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi:
1. Observasi tingkat kecemasan pada ibu.
2. Lakukan pendekatan dengan tenang dan
menyakinkan
3. Edukasi keluarga tentang akibat
kecemasan yang berlebihan
4. Kolaborasi dengan keluarga tentang
perawatan yang diberikan kepada klien
dan prosedur pengobatan
7 April KetidakefektifS: Ny. S mengatakan bahwa An. A terkadang batuk ISNA
2021 an bersihan jika diwaktu dingin, pemeriksaan paru terdapat
12.30 jalan napas suara ronkhi (+/+), RR: 36 x/mnt
WIB A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
1. Observasi respirasi secara berkala dan
suara tambahan paru
2. Lakukan dan ajarkan keluarga untuk
tindakan fisioterapi dada
3. Edukasi keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang bersih dan hangat.
4. Kolaborasi dengan keluarga untuk
melakukan tindakan fisioterapi dada
8 April Ansietas S: Ny. S merasakan sudah paham dengan ISNA
2021 kondisi anaknya
12.30 O: Ny. S tampak tenang dan rileks
WIB A: Masalah ansietas teratasi
P: Hentikan intervensi
8 April Ketidakefektif S: Ny. S mengatakan bahwa An. A terkadang
2021 an bersihan batuk jika diwaktu dingin
12.30 jalan napas O: Suara dasar vesikuler (-/-), ronkhi (+/+), RR:
WIB 33x/mnt.
A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
1. Observasi respirasi secara berkala dan
suara tambahan paru
2. Lakukan dan ajarkan keluarga untuk
tindakan fisioterapi dada
3. Edukasi keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang bersih dan hangat.
4. Kolaborasi dengan keluarga untuk
melakukan tindakan fisioterapi dada

G. EVALUASI SUMATIF

TGL Diagnosa Kep EVALUASI TTD


8 April Ansietas S: Ny. S merasakan sudah paham dengan kondisi
2021 anaknya
12.30 O: Ny. S tampak tenang dan rileks
WIB A: Masalah ansietas teratasi
P: Hentikan intervensi
8 April Ketidakefektifan S: Ny. S mengatakan bahwa An. A terkadang batuk
2021 bersihan jalan jika diwaktu dingin
12.30 napas O: Suara dasar vesikuler (-/-), ronkhi (+/+), RR:
WIB 33x/mnt.
A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
1. Observasi respirasi secara berkala dan suara
tambahan paru
2. Lakukan dan ajarkan keluarga untuk tindakan
fisioterapi dada
3. Edukasi keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang bersih dan hangat.
4. Kolaborasi dengan keluarga untuk melakukan
tindakan fisioterapi dada

Anda mungkin juga menyukai