DI SUSUN OLEH :
EVA ROSITA
202014048
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)
1. Definisi
Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD
(dengue hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DHF terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang
ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif & Kusuma 2015).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang
anak dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi
berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu
infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk
Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus (Wijayaningsih, 2017).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi
penyebab kematian utama di banyak negara tropis. Penyakit DHF bersifat
endemis, sering menyerang masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai
dengan angka kematian yang cukup tinggi, khususnya pada mereka yang
berusia dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).
2. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak.
Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotipe
yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotype
lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.
Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia (Nurarif & Kusuma 2015).
3. Klasifikasi
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma
2015):
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia,
himokonsentrasi.
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan
spontan pada kulit atau perdarahan di tempat lain.
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi
cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau
hipotensi disertai dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin
dan lembab dan anak tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah
tidak teratur.
4. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan
menimbulkan viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat
pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat
bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya: peningkatan suhu.
Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah
yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke
intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat
terjadi akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari
antibodi melawan virus (Murwani 2018).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan
baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini
mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan
mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan
perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa
virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang
terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam
atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain
yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
atau hepatomegali (Murwani 2018).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke
ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler
mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipotermia serta efusi dan renjatan atau syok.
Hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit >20% menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena
(Murwani 2018). Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di
buktikan dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa
yaitu rongga peritonium, pleura, dan perikardium yang pada otopsi
ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian
cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran
plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di
kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru
dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup,
penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau
hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani
2018).
5. Manisfestasi Klinik
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif &
Kusuma 2015) :
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
a) Nyeri kepala
b) Nyeri retro-orbital
c) Myalgia atau arthralgia
d) Ruam kulit
e) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
f) Leukopenia
g) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD
h) yang sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
b. Demam berdarah dengue
bersifat bifastik
c) Trombositopenia <100.00/ul
d) Kebocoran plasma yang ditandai dengan
1) Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin
2) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan
yang adekuat
3) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites,
efusi pleura
yaitu:
c) Hipotensi
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF
antara lain adalah (Wijayaningsih 2017) :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar
hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai
hematokrit yang selalu dijumpai pada DHF merupakan indikator
terjadinya perembesan plasma.
a) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga.
b) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan
hemokonsentrasi.
c) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia,
SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG
Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI.
D. Deteksi/pemeriksaan
Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak adalah kegiatan pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada
balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan
tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga
kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam membuat rencana tindakan yang
tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan
terlambat diketahui, intervensi akan lebih sulit dan akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak (Kemenkes RI, 2012). Jenis deteksi dini tumbuh
kembang anak yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat
puskesmas dan jaringannya, berupa :
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan.
Deteksi dini pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan yaitu
keluarga, masyarakat dan Puskesmas.Pengukuran Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) bertujuan untuk menentukan status gizi anak
termasuk normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran
BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita.
Pengukuran dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Pengukuran Berat
Badan (BB) menggunakan timbangan dacin, pengukuran Panjang Badan
(PB) atau Tinggi Badan (TB) dengan menggunakan Infantometer dan
microtoise.
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan.
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua
tingkat pelayanan yaitu keluarga, masyarakat dan Puskesmas.Salah satu alat
yang digunakan adalah skrining perkembangan anak menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Per
kembangan (KPSP). Tujuan skrining untuk mengetahui perkembangan
anak normal atau ada penyimpangan.Perkembangan yng dideteksi adalah
motorik/gerak kasar,motorik/gerak halus,bicara dan bahasa serta sosialisasi
dan kemandirian. (Kemenkes, 2012). Jadwal skrining KPSP rutin adalah
pada umur 3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan. Jika
anak belum mencapai umur tersebut, minta ibu datang kembali pada umur
skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Skrining dilakukan oleh
tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PADU terlatih. Instrumen yang
digunakan adalah formulir KPSP menurut umur. Formulir berisi 9-10
pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak.
Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.
Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang
tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1 cm (Kemenkes, 2012).
Interpretasi hasil KPSP dengan menghitung berapa jumlah jawaban Ya.
Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S), jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan, jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P). Bila perkembangan anak meragukan (M) dilakukan
pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang
menyebabkan penyimpangan perkembangan dan dilakukan penilaian ulang
KPSP dua minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai
dengan umur anak. Bila tahapan perkembangan anak terjadi penyimpangan
(P) dilakukan rujukan ke Rumah sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian).
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional.
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autisme
dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat
segera dilakukan tindakan intervensi (Kemenkes, 2012). Beberapa jenis alat
yang digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental
emosional pada anak yaitu Kuesioner Masalah Mental emosional (KMME)
bagi anak umur 36 bulan sampai 72 bulan, ceklis autis anak prasekolah
(Checklist for Autism in Toddlers/CHAT) bagi anak umur 18 bulan sampai
36 bulan dan formulir deteksi dini Gangguan pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale bagi
anak umur 36 bulan ke atas.
E. Penanganan
Jika orang tua terlanjur memiliki anak yang memiliki gangguan tumbuh
kembang, anak tetap harus dirawat dan dijaga dengan baik untuk mencegah
kecacatan yang lebih parah dan menjaga kesehatannya. Adapun penanganan
beberapa masalah tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:
1. Karies Gigi
Mengatasi karies gigi pada anak tergantung pada usia dan tingkat
keparahannya. Pada tahap yang ringan, yaitu baru muncul bercak
kuning/coklat di gigi, membersihkan gigi secara teratur oleh orang tua dapat
membantu mencegah karies gigi pada anak bertambah luas dan proses
terjadinya karies juga dapat dihentikan.
Untuk anak usia 3 tahun atau lebih, orang tua bisa mengajarkan anak
menggunakan sikat gigi dan pasta gigi yang mengandung flouride (gunakan
sedikit saja). Sementara untuk anak di bawah satu tahun, orang tua bisa
menyeka giginya secara perlahan menggunakan lap lembut yang sudah
dibasahi dengan air hangat.
Jika karies gigi pada anak sudah dalam tahap lanjut, segera berkunjung ke
Dokter Gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak (Drg., SpKGA) untuk
pemeriksaan lebih rinci. Dokter gigi spesialis anak dapat menentukan
perawatan yang sesuai dengan kondisi gigi dan psikologis anak. Tergantung
tingkat keparahannya, dokter mungkin akan melakukan penambalan atau
pencabutan gigi. Apabila pencabutan jadi pilihan terbaik, maka dokter akan
memilih metode bius tertentu supaya anak tidak traumatis saat cabut gigi.
2. Temper Tantrum
Tantrum pada anak tidak boleh dibiarkan terus-menerus karena bisa menjadi
kebiasaan yang buruk dan memengaruhi perkembangannya di kemudian
hari. Bunda bisa mencoba menghentikan tantrum pada anak dengan
melakukan beberapa cara yaitu: jangan panik, kendalikan emosi, perhatikan
keamanan anak, alihkan perhatian anak, berikan sentuhan pada anak, jangan
menuruti kemauan pada anak.
3. Autism
a. Terapi psikofarmakologi: tidak mengubah riwayat keadaan/perjalanan
gangguan autis, tetapi efektif mengurangi perilaku autistik, seperti
hiperaktivitas, penarikan diri, stereotipik, menyakiti diri sendiri,
agresivitas, & gangguan tidur
b. Terapi edukasi untukmeningkatkan interaksi sosial & komunikasi
c. Terapi perilaku, terapi wicara, terapi okupasi, sensori
integrasi(pengorganisasianinformasi melaluisemua indera), latihan
integrasi pendengaran utk mengurangihi persensitivitas terhadap suara,
intervensi keluarga, dan lain lain
d. Terapi biomedis untukgangguan saluran cerna
e. Pengaturan diet denganmenghindari zat-zat yg menimbulkan alergi
(kasein, gluten), pemberian suplemenvitamin, pengobatan thd jamur &
bakteri di dinding usus.
4. Down Syndrom
Penanganan tergantung dari gejala penyakit yang menyertainya antara lain :
Gangguan Tiroid, pendengaran, penyakit jantung bawaan, gangguan
penglihatan, kejang, gangguan sistem tulang-otot-syaraf, leukemia, dsb.
Gangguan tiroid dan kejang dapat diatasi dengan obat-obatan, penyakit
jantung jika memungkinkan dapatdioperasi. Pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit yang riskan diderita seperti infeksi saluran napas kronik,
Infeksi telinga tengah (otitis media), Tonsilitis rekuren, dan Pneumonia
5. Retardasi Mental
Dapat diberi neuroleptika kepada anak yang gelisah, hiperaktif atau
dektrukstif. Pendidikan anak dengan retardasi mental secara umum ialah:
a. Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang
ada
b. Memperbaiki sifat-sifat yangsalah atau yang anti sosial
c. Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah
kelak.
Latihan diberikan secara kronologis dan meliputi:
a. Latihan di rumah: pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri,
berpakaian sendiri, kebersihan badan
b. Latihan di sekolah: yang penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial
c. Latihan teknis: diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin
dankedudukan social
d. Latihan moral: dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa
yang tidak baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran disiplin
perlu disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik perlu
disertai hadiah
G. Daftar Pustaka
H. Friedman, M. 2012. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik Edisi
5.Jakarta: Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Kemenkes RI, 2017. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta.
Sugeng, H.M. 2019. Gambaran Tumbuh Kembang Anak pada Periode Emas
Usia 0-24 Bulan di Posyandu Wilayah Kecamatan Jatinangor. Jurnal
Sistem Kesehatan, 4(2), 96-101.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN. P
DI SUSUN OLEH :
1. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan bahwa saat ini anaknya tidak sakit.
2. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Ny. S mengatakan bahwa An. A terkadang batuk jika diwaktu dingin. dan Ny.
S merasakan cemas serta khawatir karena tidak mengetahui apa yang harus
dilakukan kepada anaknya
3. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
- Penyakit saat kecil : pernah mengalami diare dan mengalami batuk
pilek.
- Pernah dirawat di RS : belum pernah
- Obat yang pernah dipakai : penurun panas, batuk pilek serta obat diare
- Tindakan operasi : tidak ada
- Alergi : tidak ada alergi makanan, minuman maupun obat-obatan
- Kecelakaan : pernah jatuh saat belajar berjalan
- Imunisasi : imunisasi yang telah di berikan yaitu Hepatitis B, polio,
BCG, DPT
4. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
- Prenatal : tidak mengalami morning sickness, hanya pusing dan lemas
- Intranatal : anak lahir normal dengan usia kehamilan kurang lebih 39
minggu
- Postnatal : lahir dengan BB 2800 g, PB 50 cm, menangis saat lahir dan
mendapatkan imunisasi Hepatitis B
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Didalam riwayat keluarga An. A, tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
seperti DM, Hipertensi, ataupun sakit Asma
Genogram
Ny.
Tn. S Tn.P Ny.
W
R
An.D
An.A
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggal serumah
6. RIWAYAT SOSIAL
- Yang mengasuh
Ny.S mengatakan ia dan suaminya yang menasuh anaknya sejak kecil
- Hubungan dengan anggota keluarga
Ny.S mengatakan hubungan antar anggota keluarganya harmonis dan sesekali
ada perbedaan pendapat namun masih bisa dimusyawarahkan.
- Hubungan dengan teman sebaya
Ny.S mengatakan hubungan anaknya dengan teman sebayanya baik, sering
bermain bersama diluar rumah
- Pembawaan secara umum
Ny.S mengatakan pembawaan secara umum An. A mudah untuk
bersosialisasi berkenalan dengan anak tetangga atau dengan orang baru An. A
berani tidak malu
- Lingkungan rumah
Ny. S mengatakan bahwa kebersihan anak terjaga agar terhindar dari
penyakit, ventilasi rumah sangat terang dan cerah, barang-barang yang ada
disusun dengan rapi
7. PENGKAJIAN NUTRISI
- Kebiasaan pemberian makanan
Ny.S mengatakan memberi makan An.A sehari 3x dengan lauk pauk yang
tersedia serta memberi minum susu bubuk sehari 2x saat pagi dan malam hari.
Minum air putih 4-5 gelas belimbing setiap hari. Ny. S mengatakan An.A
suka makan permen, snack, dan gulali
- Diet khusus
Ny.S tidak menerapkan diet khusus untuk anaknya
8. POLA SEHARI-HARI
- Pola istirahat atau tidur
Ny,S mengatakan An.A setiap hari tidur antara jam 21.00-21.30 malam
- Pola kebersihan
Ny.S memandikan An.A sehari 2x saat pagi dan sore hari, sikat gigi 2x
segari dan keramas setiap 2 hari sekali
- Pola eliminasi
Ny.S mengatakan An.A sehari melakukan BAK 4-6x sehari dengan warna
kuning jernih,bau khas dan tanpa kesulitan. BAB 1 kali sehari tanpa
gangguan
9. DATA PENUNJANG
-
10. PEMERIKSAAN FISIK
- Pemeriksaan umum
• Suhu : 36,5°c
• Nadi : 100x/menit,
• RR :22 x/menit
• BB/TB
• 18kg/100cm
- Kepala
Tampak bersih,rambut lurus berwarna kecoklatan, tidak ada kelainan dikepala
- Mata
Konjungtiva: an anemis
Sklera: an ikterik
- Hidung
Bersih,tidak ada luka ataupun secret, simetris
- Telinga
Bersih, ridak ada gangguan pendengaran
- Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada kanan-kiri simetris, tidak ada luka, tidak ada oedem
Palpasi : Tidak ada retraksi dinding dada
Perkusi : Terdapat suara sonor
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+), ronkhi (+/+)
- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak pada ICS ke 5 midclavicularis
Palpasi : ictus cordis kuat angkat pada ICS ke 5 midclavicularis
Perkusi : terdengar bunyi pekak di ICS 2 dan 3
Auskultasi : BJ I-II Lup-Dup
- Abdomen
Inspeksi : bentuk peut simetris dan sedikit cembung
Auskultasi : bising usus 16x/mnt
Perkusi : terdapat suara timpani
Palpasi :-
- Punggung
Bentuk punggung kanan-kiri simetris dan tidak ada kelainan.
- Genetalia
Tidak meengalami kelainan/penyakit kelamin
- Ekstremitas
5 5
5 5
B. ANALISA DATA
N TGL DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1. 6 April DS: Ny. S mengatakan bahwa Obstruksi jalan Ketidakefektifan
2021 An. A terkadang batuk jika napas bersihan jalan
08.00 diwaktu dingin napas
WIB DO: Pemeriksaan paru
terdapat suara ronkhi (+/+)
RR: 28 x/mnt
2. 6 April DS: Ny. S merasakan cemas Kurangnya Ansietas
2021 dan khawatir karena tidak pengetahuan
08.00 mengetahui apa yang harus tentang perubahan
WIB dilakukan kepada anaknya dalam status
DO: Ny. S tampak cemas dan kesehatan
gelisah
C. DIAGNOSA
1. Ansietas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
D. INTERVENSI
Nama : An. A
Umur : 6 tahun
No Tgl Diagnosa Kep Tujuan & KH Intervensi Rasional TTD
1. 6 April Ansietas Setelah 1. Observasi tingkat 1. Untuk mengetahui ISNA
2021 dilakukan kecemasan pada tingkat kecemasan
09.00 tindakan ibu. yang terjadi
WIB keperawatan 2. Lakukan 2. Agar ibu lebih
selama 3 x 7 jam pendekatan tenang
masalah ansietas dengan tenang
dapat teratasi dan menyakinkan
dengan kriteria 3. Edukasi keluarga 3. Agar keluarga bisa
hasil: tentang akibat meminimalisir
1. Ibu merasa kecemasan yang tingkat kecemasan
tenang berlebihan
2. Rasa cemas 4. Kolaborasi 4. Agar keluarga yang
berkurang dengan keluarga lain juga
dan tidak tentang perawatan mengetahui
khawatir. yang diberikan kecemasan.
kepada klien dan
prosedur
pengobatan
2. 6 April Ketidakefektif Setelah 1. Observasi respirasi 1. Untuk mengetahui ISNA
2021 an bersihan dilakukan secara berkala dan respirasi anak dan
09.00 jalan napas tindakan suara tambahan suara tambahan
WIB keperawatan paru paru.
selama 3 x 7 jam 2. Lakukan dan 2. Untuk
masalah ajarkan keluarga mengeluarkan
ketidakefektifan untuk tindakan secret yang susah
bersihan jalan fisioterapi dada keluar
napas dapat 3. Edukasi keluarga
teratasi dengan untuk menciptakan 3. Agar anak tidak
kriteria hasil: lingkungan yang mudah batuk disaat
1. Tidak ada bersih dan hangat. udara dingin
suara 4. Kolaborasi dengan
tambahan keluarga untuk 4. Agar keluarga bisa
2. Tidak batuk melakukan melakukan
tindakan fisioterapi fisioterapi dada jika
dada tidak ada perawat.
E. IMPLEMENTASI
Nama : An. A
Umur : 6 tahun
No Tgl Diagnosa Kep Implementasi Respon TTD
1 6 April Ansietas Mengobservasi tingkat S: Ny.S merasakan cemas dan ISNA
2021 kecemasan pada ibu. khawatir karena tidak mengetahui
09.45 apa yang harus dilakukan kepada
anaknya
O: Ny.S tampak cemas dan
gelisah
2 6 April Ansietas Mengajarkan keluarga S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 untuk menciptakan diajarkan cara menciptakan
10.00 lingkungan yang nyaman. lingkungan yang nyaman
O: Ny.S tampak cemas dan gelisah
3 6 April Ansietas Mengedukasi keluarga S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 tentang akibat kecemasan diberikan pendidikan kesehatan
10.15 yang berlebihan tentang kecemasan
O: Ny.S tampak memperhatikan
apa yang telah dijelaskan
4 6 April Ansietas Mengkolaborasi dengan S: Ny.S mengatakan bahwa mau ISNA
2021 keluarga tentang dikolaborasikan dengan keluarga
10.30 perawatan yang diberikan yang lain
kepada klien dan prosedur O: Ny.S tampak memperhatikan
pengobatan
5 6 April Ketidakefektif Mengobservasi respirasi S: Ny.S mengatakan bahwa An. A ISNA
2021 an bersihan secara berkala dan suara terkadang batuk jika diwaktu
10.45 jalan napas tambahan paru dingin
O: Suara dasar vesikuler (-/-),
ronkhi (-/), RR: 36x/mnt.
6 6 April Ketidakefektif Melakukan dan ajarkan S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 an bersihan keluarga untuk tindakan diajarkan tindakan fisioterapi dada.
11.00 jalan napas fisioterapi dada O: An. A dilakukan tindakan
fisioterapi dada dan Ny.S tampak
antusias memperhatikan cara
melakukan fisioterapi dada.
7 6 April Ketidakefektif Mengedukasi keluarga S: Ny.S mau untuk diberikan ISNA
2021 an bersihan untuk menciptakan edukasi cara menciptakan
11.15 jalan napas lingkungan yang bersih lingkungan yang bersih dan hangat
dan hangat. O: Ny.S tampak antusias saat
diberikan edukasi cara menciptakan
lingkungan yang bersih dan hangat
8 6 April Ketidakefektif Mengkolaborasi dengan S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 an bersihan keluarga untuk melakukan melakukan tindakan fisioterapi
11.30 jalan napas tindakan fisioterapi dada dada
O: Ny.S tampak mengangguk
9 7 April Ansietas Mengobservasi tingkat S: Ny.S merasakan sedikit sudah ISNA
2021 kecemasan pada ibu. paham dengan kondisi anaknya.
08.00 O: Ny.S tampak sedikit cemas dan
gelisah
10 7 April Ansietas Mengajarkan keluarga S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 untuk menciptakan diajarkan cara menciptakan
08.15 lingkungan yang nyaman. lingkungan yang nyaman.
O: Ny.S tampak sedikit cemas dan
gelisah
11 7 April Ansietas Mengedukasi keluarga S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 tentang akibat kecemasan diberikan pendidikan kesehatan
08.30 yang berlebihan tentang kecemasan
O: Ny.S tampak memperhatikan
apa yang telah dijelaskan
12 7 April Ansietas Mengkolaborasi dengan S: Ny.S mengatakan bahwa mau ISNA
2021 keluarga tentang dikolaborasikan dengan keluarga
08.45 perawatan yang diberikan yang lain
kepada klien dan prosedur O: Ny.S tampak memperhatikan
pengobatan
13 7 April Ketidakefektif Mengbservasi respirasi S: Ny.S mengatakan bahwa An. A ISNA
2021 an bersihan secara berkala dan suara terkadang batuk jika diwaktu
09.00 jalan napas tambahan paru dingin
O: Suara dasar vesikuler (-/-),
ronkhi (-/), RR: 37x/mnt.
14 7 April Ketidakefektif Melakukan dan ajarkan S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 an bersihan keluarga untuk tindakan diajarkan tindakan fisioterapi dada.
09.15 jalan napas fisioterapi dada O:An. A dilakukan tindakan
fisioterapi dada dan keluarga
tampak mengangguk.
15 7 April Ketidakefektif Mengedukasi keluarga S: Ny.S mau untuk diberikan ISNA
2021 an bersihan untuk menciptakan edukasi cara menciptakan
09.30 jalan napas lingkungan yang bersih lingkungan yang bersih dan hangat
dan hangat. O: Ny.S tampak mengangguk
16 7 April Ketidakefektif Mengkolaborasi dengan S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 an bersihan keluarga untuk melakukan melakukan tindakan fisioterapi
09.45 jalan napas tindakan fisioterapi dada dada
O: Ny.S tampak mengangguk
17 8 April Ansietas Mengobservasi tingkat S: Ny.S merasakan sudah paham ISNA
2021 kecemasan pada ibu. dengan kondisi anaknya
09.45 O: Ny.S tampak tenang dan rileks
18 8 April Ansietas Mengajarkan keluarga S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 untuk menciptakan diajarkan cara menciptakan
10.00 lingkungan yang nyaman. lingkungan yang nyaman.
O: Ny.S tampak cemas dan gelisah
19 8 April Ansietas Mengedukasi keluarga S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 tentang akibat kecemasan diberikan pendidikan kesehatan
10.15 yang berlebihan tentang kecemasan
O: Ny.S tampak memperhatikan
apa yang telah dijelaskan
20 8 April Ansietas Mengkolaborasi dengan S: Ny.S mengatakan bahwa mau ISNA
2021 keluarga tentang dikolaborasikan dengan keluarga
10.30 perawatan yang diberikan yang lain
kepada klien dan prosedur O: Ny.S tampak memperhatikan
pengobatan
21 8 April Ketidakefektif Mengobservasi respirasi S: Ny.S mengatakan bahwa An. A ISNA
2021 an bersihan secara berkala dan suara terkadang batuk jika diwaktu
10.45 jalan napas tambahan paru dingin
O: Suara dasar vesikuler (-/-),
ronkhi (+/+), RR: 33x/mnt.
22 8 April Ketidakefektif Melakukan dan ajarkan S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 an bersihan keluarga untuk tindakan diajarkan tindakan fisioterapi dada.
11.00 jalan napas fisioterapi dada O: An. A dilakukan tindakan
fisioterapi dada dan keluarga
tampak antusias memperhatikan
cara melakukan fisioterapi dada.
23 8 April Ketidakefektif Mengedukasi keluarga S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 an bersihan untuk menciptakan diberikan edukasi cara menciptakan
11.15 jalan napas lingkungan yang bersih lingkungan yang bersih dan hangat
dan hangat. O: Ny.S tampak antusias saat
diberikan edukasi cara menciptakan
lingkungan yang bersih dan hangat
24 8 April Ketidakefektif Mengkolaborasi dengan S: Ny.S mengatakan mau untuk ISNA
2021 an bersihan keluarga untuk melakukan melakukan tindakan fisioterapi
11.30 jalan napas tindakan fisioterapi dada dada
O: Ny.S tampak mengangguk
F. EVALUASI FORMATIF
TGL Diagnosa Kep EVALUASI TTD
6 April Ansietas S: Ny. S merasakan cemas dan khawatir karena ISNA
2021 tidak mengetahui apa yang harus dilakukan
12.30 kepada anaknya
WIB O: Ny. S tampak cemas dan gelisah
A: Masalah ansietas belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi:
1. Observasi tingkat kecemasan pada ibu.
2. Lakukan pendekatan dengan tenang dan
menyakinkan
3. Edukasi keluarga tentang akibat
kecemasan yang berlebihan
4. Kolaborasi dengan keluarga tentang
perawatan yang diberikan kepada klien
dan prosedur pengobatan
6 April Ketidakefektif S: Ny. S mengatakan bahwa An. A terkadang ISNA
2021 an bersihan batuk jika diwaktu dingin, pemeriksaan paru
12.30 jalan napas terdapat suara ronkhi (+/+), RR: 36 x/mnt
WIB A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
1. Observasi respirasi secara berkala dan
suara tambahan paru
2. Lakukan dan ajarkan keluarga untuk
tindakan fisioterapi dada
3. Edukasi keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang bersih dan hangat.
4. Kolaborasi dengan keluarga untuk
melakukan tindakan fisioterapi dada
7 April Ansietas S: Ny. S merasakan sedikit sudah paham dengan ISNA
2021 kondisi anaknya.
12.30 O: Ny. S tampak sedikit cemas dan gelisah
WIB A: Masalah ansietas belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi:
1. Observasi tingkat kecemasan pada ibu.
2. Lakukan pendekatan dengan tenang dan
menyakinkan
3. Edukasi keluarga tentang akibat
kecemasan yang berlebihan
4. Kolaborasi dengan keluarga tentang
perawatan yang diberikan kepada klien
dan prosedur pengobatan
7 April KetidakefektifS: Ny. S mengatakan bahwa An. A terkadang batuk ISNA
2021 an bersihan jika diwaktu dingin, pemeriksaan paru terdapat
12.30 jalan napas suara ronkhi (+/+), RR: 36 x/mnt
WIB A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
1. Observasi respirasi secara berkala dan
suara tambahan paru
2. Lakukan dan ajarkan keluarga untuk
tindakan fisioterapi dada
3. Edukasi keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang bersih dan hangat.
4. Kolaborasi dengan keluarga untuk
melakukan tindakan fisioterapi dada
8 April Ansietas S: Ny. S merasakan sudah paham dengan ISNA
2021 kondisi anaknya
12.30 O: Ny. S tampak tenang dan rileks
WIB A: Masalah ansietas teratasi
P: Hentikan intervensi
8 April Ketidakefektif S: Ny. S mengatakan bahwa An. A terkadang
2021 an bersihan batuk jika diwaktu dingin
12.30 jalan napas O: Suara dasar vesikuler (-/-), ronkhi (+/+), RR:
WIB 33x/mnt.
A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
1. Observasi respirasi secara berkala dan
suara tambahan paru
2. Lakukan dan ajarkan keluarga untuk
tindakan fisioterapi dada
3. Edukasi keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang bersih dan hangat.
4. Kolaborasi dengan keluarga untuk
melakukan tindakan fisioterapi dada
G. EVALUASI SUMATIF