Anda di halaman 1dari 7

1.

Desinfektan dan macam-macam desinfektan air serta teknik sampling-


nya
 Desinfektan kimia merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi dengan membunuh jasad renik (bakterisid), terutama pada benda mati. Pada proses
desinfeksi dapat menghilangkan 70-90% jasad renik.
        Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk
menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum luas, aktivitasnya tidak
dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur, dan kelembaban, tidak toksik pada hewan
dan manusia, tidak bersifat korosif, bersifat biodegradable, memiliki kemampuan
menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak meninggalkan noda, stabil, mudah digunakan,
dan ekonomis. (Siswandono, 1995; Butcher and Ulaeto, 2010).

Macam-macam Desinfektan :

a. Klorin
Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit. Mekanisme kerjanya adalah
menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara menghambatenzim-
enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat . Kelebihan dari disinfektan ini adalah
mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga
cukup luas, meliputi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Kelemahan dari disinfektan
berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada pH rendah (suasana asam),
meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan
ini. Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik tertentu.
b. Iodin
Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk proses desinfeksi air dalam skala kecil. Dua
tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih. Salah satu
senyawa iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor. Sifatnya stabil,
memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel bakteri, tetapi
tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi Kelemahan iodofor diantaranya
aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 (netral) dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat
digunakan pada suhu lebih tinggi dari 49 °C.
c. Alkohol
Alkohol disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, contohnya termometer oral.
Umumnya digunakan etil alkohol dan isopropil alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak
bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat dari
karet atau plastik.
d. Amonium Kuartener
Amonium kuartener merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus alkil pada beberapa
atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya[2]. Umumnya yang digunakan adalahen:cetyl
trimetil ammonium bromide (CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida. Amonium kuartener
dapat digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, tetapi kurang efektif terhadap bakteri
gram negatif, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam). Senyawa ini
mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil,
tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak
sedap. Kelemahan dari senyawa ini adalah aktivitas disinfeksi lambat, mahal, dan
menghasilkan residu.
e. Formaldehida
Formaldehida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi efektif sekitar 8%[4].
Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun
tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan.
Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikroba dengan spektrum luas. Formaldehida juga dapat
terinaktivasi oleh senyawa organik
f. Kalium permanganat
Kalium permanganat merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk disinfeksi air.
Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air.
Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri Vibrio cholerae.
g. Fenol
Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam air,
umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin. Fenol dapat diperoleh melalui distilasi produk
minyak bumi tertentu. Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat
menyebabkan iritasi,  Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran dinding
sel dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi
dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.

Tambahan desinfekatan yang sekarang banyak digunakan adalah Ozone. Ozon (O3)
merupakan gas tri atomik, sebuah allotropi oksigen yang dapat ter- bentuk akibat rekombinasi
diantara atom-atom oksigen. Ozone merupakan desinfektan yang sangat reaktif dalam
menginaktifasi  mikroorganisme, biasanya digunakan sebagai desinfektan pada air minum.
Penggunaan desinfektan yang berlebih dapat mengakibatkan pengeluaran budget pada industri
yang sangat besar. Selain masalah budget juga masalah dalam hasil samping yang di berikan
oleh deinfektan. Contoh klorin ketika digunakan sebagai desinfektan klorin akan membentuk
DBP’s (Desinfektan By Products) yang bersifat karsinogenik.
Untuk mengetahui  kemampuan dari desinfektan dilakukan beberapa uji, diantaranya adalah :

a. Uji koefisien fenol

Koefisien fenol merupakan kemampuan suatu desinfektan dalam membunuh bakteri

dibandingkan dengan fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk

(desinfektan) dengan fenol baku dalam kondisi uji yang sama. Penentuan koefisien fenol adalah

untuk mengevaluasi kekuatan anti mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan

efektivitasnya berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap mikroorganisme tertentu.

b. Uji pembawa (carrier test)

Uji pembawa merupakan metode yang telah lama digunakan. Pembawa yang digunakan pada

uji ini adalah sutera yang dikontaminasi dengan inokulum mikroorganisme uji. Setelah

dikeringkan, pembawa dimasukkan ke dalam larutan desinfektan dengan waktu kontak tertentu,

kemudian diinokulasi dalam media pertumbuhan. Tidak adanya pertumbuhan mikroorganisme

menunjukkan kekuatan desinfektan uji (Borneff, et al., 1981; Jiang, et al., 2010).

c.Uji suspensi

Uji suspensi merupakan metode pengujian desinfektan yang paling sederhana. Metode ini dapat

dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Uji suspensi secara kualitatif dilakukan dengan

mengambil satu sengkelit suspensi mikroorganisme dan dimasukkan ke dalam larutan

desinfektan. Suspensi kemudian diinokulasi pada media pertumbuhan. Kekuatan desinfektan


ditunjukkan dengan ada tidaknya pertumbuhan mikroorganisme (Reybrouck, 1992; Jiang, et

al., 2010).

d. Uji kapasitas

Uji kapasitas adalah metode yang dilakukan untuk mengukur kemampuan desinfektan

membunuh mikroorganisme tertentu dengan meningkatkan jumlah mikroorganisme secara

bertahap. Kapasitas desinfektan ditentukan berdasarkan jumlah bakteri yang masih mampu

dibunuh (Kelsy and Sykes, 1969; Tafti, et al., 2012).

e. Uji praktek

Uji praktek dilakukan dengan mengukur hubungan waktu dan konsentrasi desinfektan terhadap

mikroorganisme yang terdapat pada peralatan rumah tangga. Metode ini bertujuan untuk

memastikan apakah efektivitas desinfektan memiliki korelasi dengan hasil percobaan


laboratorium. Uji ini umumnya digunakan untuk desinfektan permukaan (Reybrouck, 1992b;

Jiang et al., 2010).

         Setelah melakukan pengujian kemampuan desinfektan, maka desinfektan siap di alirkan

kepada sampel. Namun perlu di lakukan pengontrolan desinfektan yang digunakan untuk

mencegah terjadinya kebocoran di sistem atau kekurangan supply desinfektan akibat

permasalahan di pipa penghubung atau malah terlalu banyak desinfektan yang digunakan

mengakibatkan peningkatan cost produksi pada industri.

            Monitoring kadar desinfekatan tidak hanya di lakukan pada inlet desinfektan namun

juga pada proses outlet. Terlebih untuk AMDK desinfektan yang digunakan harus di

monitoring secara ketat mengingat sampel yang nanti di konsumsi oleh masyarakat. Proses

monitoring desinfektan tidak hanya di lakukan dalam skala laboratorium, namun juga di

lakukan dalam skala on-line, sehingga nilai desinfektan dapat di monitoring setiap saat dan

sesuai dengan kondisi desinfektan saat itu (tidak ada factor errorkarena sampling, atau

penyimpanan sampel).

            Untuk monitoring secara laboratorium, dapat menggunakan spektrofotometer Vis atau

colorimeter. Hach memiliki instrument spektrofotmeter Vis DR 3900, DR 1900 dan

colorimeter DR 900. Spektrofotometer Vis DR1900 merupakan spektrofotometer vis portable,

dapat menggunakan battery untuk operasionalnya, sehingga memudahkan user untuk menguji
sampel di lokasi sampling. Spektrofotometer Hach merupakan “complete best package “ dalam

melakukan pengujian kadar deinfektan anda. Tidak hanya menyediakan instrument pengukiran,

namun cara kerja yang dilengkapi dengan gambar serta reagent telah tersedia, sehingga user

dapat dengan mudah mengoperasikan dan melakukan pengujian.

           Sedangkan untuk monitoring kadar desinfekatan secara On-Line Hach menyediakan

instrumentCL17 atau CLT 10 untuk memonitoring kadar klorin bebas atau klorin total,

sedangkan untuk monitoring kadar Ozone,dapat di ukur dengan menggunakan Orbhisphere

O3 sensor. Ketiga alat ini mampu memonitoring kadar desinfektan anda secara terus menerus

tanpa ada pre treatment khusus, sehingga kadar desinfektan anda dapat termonitoring dengan

akurat.-OR-
HACH CL 17 Chlorine Free & Total

 HACH CLT 20 Chlorine Free&Total

Spektrofotometer Vis DR 3900 

Spektrofotometer Vis DR 1900


Colorimeter DR 900

Teknik sampling-nya
Cara Kerja
Pemeriksaan Kadar Ammonium
Sebanyak 22 sampel air kolam renang diperiksa kadar ammoniumnya menggunakan
metode Nessler secara kolorimetri sebelum dilakukan penambahan kaporit dengan
konsentrasi yang berbeda. Pada 25 ml sampel ditambahkan 1,5 ml larutan Garam Signet
dan 0,5 ml Nessler kemudian dikocok. Jika larutan sampel berwarna kuning coklat
muda berarti Ammonium positif. Bandingkan dengan Blanko yang dititrasi dengan
larutan Standar Ammonium klorida (NH4Cl) 0,1 mg/L NH4⁺.
Konsentrasi NH₄⁺ (mg/L) = 1000 x Standar NH₄Cl x ml 25 titran

Analisa Residual Klorin Secara Iodometri


Pada 22 erlenmeyer dimasukkan 25 ml sampel air kolam renang dan ditambahkan
sejumlah kaporit dengan konsentrasi 10 gram/L sesuai dengan tabel 2 dibawah ini,
kemudian ditutup dan didiamkan selama 30 menit di tempat gelap. Berturut-turut
ditambahkan 25 ml larutan asam asetat glasial, 1 spatula kristal KI dan 3 tetes larutan
amilum. Kemudian dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat hingga warna kuning
hilang dan dicatat kebutuhan volume titran. Hasil titrasi dihitung residual klorinnya :
Residual Klorin = 1000 25 x ml titran x N titran x 35,45

Penentuan Dosis Optimum Kaporit dan Prosentase Penyisihan Ammonium


Pembuatan grafik BPC dengan data konsentrasi kaporit akhir dan residual klorin Dari
grafik BPC dapat ditentukan dosis optimum kaporit dalam bentuk kristal dan larutan
yang ditambahkan pada air kolam renang tiap liter nya. Dosis optimum kaporit
dikalikan dengan jumlah sampel untuk dimasukkan kedalam sampel air. Air kolam
renang yang telah ditambah dosis optimum kaporit dalam bentuk kristal dan larutan
dihitung kembali kadar ammoniumnya untuk mendapatkan prosentase penyisihan
ammonium kemudian dihitung prosentase penyisihan (removal) ammonium dengan
rumus sebagai berikut:
Removal NH4 + = nilai NH4+(sebelum−setelah)penambahan kaporit nilai
NH4+sebelum penambahan kaporit x 100%
Daftar Pusaka

http://www.saka.co.id/news-detail/monitoring-desinfektan

https://id.wikipedia.org/wiki/Disinfektan

file:///C:/Users/USER/Downloads/106-536-1-PB.pdf

Anda mungkin juga menyukai