GEOMETRI JALAN
KELAS SIPIL A
RUHANA (219190011)
NURUL (219190027)
ALI ZULKARNAIN (219190012)
JUSMITA NINGSIH (219190035)
NURUL AZIZ M. (219190017)
NURFADILA T (219190033)
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2022-2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Makalah Geomerik Jalan” dapat saya selesaikan.
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengertian manajemen
konstruksi.
Dalam pembuatan makalah ini, saya mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Penulisan dan Presentasi yang telah berkenan mengizinkan pembuatan makalah ini. Selain itu,
ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada kedua orang tua dan temanteman kami yang telah
memberikan doa, dorongan, serta bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat saya
selesaikan.
Demikian, makalah ini saya hadirkan dengan segala kelebihan dan kekurangan. Oleh sebab itu,
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini, sangat saya harapkan. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Sarana transportasi darat yang paling penting adalah jalan raya. Sejalan dengan perkembangan
teknologi, maka kebutuhan akan jalan yang memenuhi persyaratan guna meningkatkan kekuatan
konstruksi sangat penting. Kekuatan konstruksi jalan sangat dipengaruhi oleh jenis perkerasan
jalan tersebut. Di Indonesia kontruksi perkerasan yang paling banyak digunakan adalah
perkerasan lentur, ada berbagai jenis/tipe dalam perkerasan lentur. Kualitas dari konstruksi
perkerasan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya sangat tergantung pada bahan
perkerasan yang akan digunakan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, “dalam proses
perancangan perkerasan jalan, bahan perkerasan jalan merupakan bahan yang diutamakan
didalam pertimbangan analisis parameter perancangan, karena salah satu parameter kekuatan
konstruksi jalan, terletak pada pemilihan material yang tepat dari material yang akan digunakan
didalam suatu rancangan perkerasan jalan” (Soedang,2005;151). Untuk menunjang pengetahuan
mahasiswa mengenai penyiapan bahan material perkerasan jalan yang baik, makan untuk itu
disusunlah makalah ini.
Berdasarkan latar belakang diatasn dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut.
BAB II
PEMBAHASAN
Bahan Tanah
Ketiga kondisi ini akan memberikan Penanganan pelaksanaan yang berbeda satu sama
lain. Untuk kondisi tanah asli, pemilihan hanya pada lokasi yang memberikan jenis tanah
yang menyumbangkan kekuatan yang memenuhi persyaratan konstruksi tanah berasal
dari timbunan disamping pemilihan tersebut diatas, juga perlu ditinau kembang susut
tanah (sweeling), masa konsolidasi, dan pemadatan. Sedangkan untuk kondisi tanah dasar
berupa hasil galian, disamping pemilihan jenis tanah yang memadai, harus juga
memperhatikan faktor kelongsoran dan pertimbangan teknis lainnya dalam menghadapi
pekerjaan tanah. Beberapa aspek yang menjadi perhatian khusus dalam menyiapkan
bahan tanah dasar untuk konstruksi jalan yaitu:
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan
dayadukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah
sebagai berikut :
III. Lapisan Pondasi Atas (Base Course) adalah lapisan perkerasan yang terletak di
antara lapis pondasi bawah danlapis permukaan.Lapisan pondasi atas ini berfungsi
sebagai :
Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan
beban kelapisan di bawahnya.
Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bantalan terhadap lapisan permukaan. Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus
cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda. Dalam penentuan bahan
lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain; kecukupan bahan
setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.
IV. Lapisan Permukaan (Surface Course) adalah lapisan yang bersentuhan langsung
dengan beban roda kendaraan. Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
Lapis pondasi bawah digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan,
yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem
drainase, kendaliterhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk
menyediakan lantai kerja(working platform) untuk pekerjaan konstruksi. Secara lebih
spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :
Contoh bahan yang digunakan untuk lapis pondasi bawah harus diserahkan kepada
Direksi Teknik untuk mendapatkan persetujuan paling sedikit 14 hari sebelum pekerjaan
dimulai, dan harus disertai dengan hasilhasil data pengujian sesuai dengan persyaratan
spesifikasi untuk kualitas dan bahan-bahan seperti diuraikan dalam spesifikasi LPB
dibawah.Syarat bahan persyaratan umum:
Bahan-bahan yang dipilih dan digunakan untuk pembangunan LPB terdiri dari bahan-
bahan berbutir dipecah (A), bahan berbutir dibelah dan kerikil (B), kerikil, pasir dan
lempung alami (C). 1) LPB kelas A, berupa agregat batu pecah disaring, digradasi dan
semuanya lolos saringan 3” atau 75.00 mm, memenuhi tabel 1.3 dibawah ini. 2) LPB
kelas B, terdiri dari campuran batu belah dengan kerikil, pasir dan lempung yang lolos
saringan 2,5” atau 62.50 mm, memenuhi tabel 2.1 dibawah ini. 3) LPB kelas C, terdiri
dari kerikil, pasir dan lempung yang lolos saringan 1,5” atau 37.50 mm, memenuhi tabel
1.3 dibawah ini. Bahan untuk pekerjaan lapis pondasi bawah harus bebas debu, zat
organic, serta bahan-bahan lain yang harus dibuang, dan harus memiliki kualitas, bila
bahan tersebut telah ditempatkan akan siap saling mengikat membentuk satu permukaan
yang stabil dan mantap. Bila perlu dan sesuai dengan perintah Direksi Teknik, bahan-
bahan dari berbagai sumber atau pemasokan dapat disatukan (dicampur) dalam
perbandingan yang diminta oleh Direksi Teknik atau seperti yang ditunjukan dengan
pengujian-pengujian, untuk dapat memenuhi persyaratan Spesifikasi bahan lapis pondasi
bawah.
KELAS A ( ¼ inch (6,35 mm), Pasir adalah agregat dengan ukuran partikel < ¼ inch
tetapi lebih besar dari 0,075 mm (saringan no.200). b.) Agregat yang melalui proses
pengolahan Digunung- gunung atau di bukit- bukit sering ditemui agregat masih
berbentuk batu gunung sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum
dapat digunakan sebagai agregat konstruksi perkerasan jalan. Agregat ini harus melalui
proses pemecahan terlebih dahulu supaya diperoleh:
Bentuk partikel bersudut diusahakan berbentuk kubus.
Permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang baik.
Gradasi sesuai yang diinginkan.
Proses pemecahan agregat sebaiknya menggunakan mesin pemecah batu (Crusher stone)
sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat terkontrol sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan. c.) Agregat buatan Agregat yang merupakan mineral filler/ pengisi (partikel
dengan ukuran Pengendalian mutu agregat didapatkan dari angka abrasi yang diperoleh
dari hasil Los Angeles Abrasion test. Indikasinya bila abrasi memberikan keausan lebih
dari 50%,agregat dinyatakan tidak baik untuk dijadikan bahan perkerasan jalan. Ditinjau
dari asal kejadiannya:
a) Batuan beku Batuan yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku.
Dibedakan atas, batuan beku luar (extrusive igneous rock) dan batuan beku dalam
(intrusive igneous rock).
b) Batuan sedimen Sedimen berasal dari campuran partikel mineral, sisa- sisa hewan
dan tanaman.
a) Batuan sedimen yang dibentuk secara mekanik seperti breksi, konglomerat, batu
pasir dan batu lempung. Batuan ini banyak mengandung silica.
b) Batuan sedimen yang di bentuk secara organis seperti batu gamping, batu-bara,
opal.
c) Batuan sedimen yang dibentuk secara kimiawi seperti batu gamping, garam, gips
dan flint.
d) Batuan metamorf Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang
mengalami proses perubahan bentuk akibat adanya perubahan tekanan
temperature dari kulit bumi.
Klasifikasi berdasarkan dimensi butiran Berdasarkan ukuran besar butiran dibedakan
sebagai agregat kasar dengan ukuran butiran > ¼ inchi (6,35 mm) yaitu bahan yang
tertahann saringan No.4 dan agregat halus, bahan yang lolos saringan No.4 dan tertahan
pada saringan No.200 (0,075mm). Yang lolos saringan No.200 dikategorikan sebagai abu
batu. Secara spesifik dimensi butiran, pasir termasuk agregat halus.
a.) Agregat berbutir kasar Sifat -sifat agregat berbutir kasar i). Kekuatan dan keawetan
Agregat adalah merupakan elemen perkerasan jalan yang mempunyai kandungan 90-95%
acuan berat,dan 75-85% acuan volume dari komposisi perkerasan,sehingga otomatis
menyumbangkan faktor kekuatan utama dalam perkerasan jalan. Berfungsi sebagai
penstabil mekanis,agregat harus mempunyai suatu kekuatan dan kekerasan,untuk
menghindarkan terjadinya kerusakan akibat beban lalu lintas. Sifat kekuatan dan
keawetan dipengaruhi oleh:
gradasi
kompak dan keras
ukuran maksimum
kadar lempung
bentuk butir, dan
tekstur permukaan
Gradasi seragam (uniform graded), dari komposisi butiran akan menghasilkan suatu
kepadatan yang bervariasi akibat kontak butir sebagian, sedangkan stabilitas pada sifat
penyekatan (confined). Gradasi baik (well graded), memberikan suatu keadaan kepadatan
stabilitas yang baik akibat kontak butir yang hampir menyeluruh pada bidang permukaan
Gradasi Jelek (poor graded), kondisi yang terburuk karena kontak butir buruk
megakibatkan kepadatan rendah dan mempunyai stabilitas yang kecil Adapun kriteria
agregat yang baik adalah mempunyai karakteristik sebagai berikut:
memiliki tingkat keausan
Lampiran dokumentasi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jalan merupakan infrastruktur yang selalu dilintasi entah kendaraan ataupun yang lainnya.
Karena sering dilintasi inilah, perhitungan dan pelaksanaan pembuatan jalan harus dikerjakan
sebaik-baiknya. Semua itu demi menghindari kerusakan yang terlalu dini. Adapun perkerasan
memiliki dua macam, yakni perkerasan kaku dan perkerasan lentur. Dalam praktek, masing-
masing kelompok mengerjakan keduanya. Pengerjaannya dimulai dengan pengerjaan lapisan
pondasi bawah, lapisan RCC, dan lapisan Lataston. Lapisan pondasi bawah merupakan area
pekerjaan yang terdiri dari pasir dan agregat kasar. Di atas lapisan pondasi bawah ada RCC.
RCC merupakan perkerasan kaku yang mirip dengan beton dengan perbedaan camuran
mentahnya tidak terlalu berair. Di atas RCC ditaruh Lataston. Lataston merupakan perkerasan
lentur yang berbahan Agregat kasar dan halus, filler berupa semen, dan aspal. Setelah
terselesainya seluruh pekerjaan, praktek diakhiri dengan pengambilan sampel sampel
menggunakan core drill. Pengambilan sampel ini digunakan untuk pengujian demi mendapatkan
data-data hasil pelaksanaan pekerjaan .
B. SARAN
1. Dalam pengerjaan sebaiknya dilakukan sesuai prosedur
2. Pengerjaan harus selalu memperhitungkan cuaca yang terjadi.
3. Kewajiban pemakaian APD harus diterapkan dari awal hingga akhir pekerjaan
DAFTAR PUSTAKA