Skripsi
Skripsi
SKRIPSI
OLEH
CUT ROSMAWATI
07C10407026
2013
PENGARUH MULSA DAN DOSIS PUPUK ORGANIK TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT
(Lycopersicum esculentum Mill.)
SKRIPSI
OLEH
CUT ROSMAWATI
07C10407026
2013
LEMBARAN PENGESAHAN
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
Mengetahui,
solanaceae yang berasal dari daratan Amerika latin tepatnya di sekitar Peru dan
Akuador (Wiryanta, 2002). Tomat merupakan tanaman asli Benua Amerika yang
tersebar dari Amerika Tengah hingga Amerika Selatan, tanaman tomat pertama
kali dibudidayakan oleh suku Inca dan suku Aztec pada tahun 700 SM. Pada
Negara di Eropa, Afrika dan Asia, terutama di kawasan India bagian Barat.
sampai tahun 1974, FAO melaporkan bahwa tanaman tomat berkembang pesat di
tomat mendapat prioritas perhatian sejak tahun 1961. Terbukti pada periode tahun
tahun 1973-1977 naik menjadi 59.000 hektar. Dari areal seluas itu sebagian besar
masih berpusat di Pulau Jawa, terutama di daerah dataran tinggi diatas 1000 meter
dari permukaan laut (dpl). Pusat pertama yang di duga sebagai daerah penyebaran
Dari rata-rata hasil per hektar tomat di Indonesia, relatif masih sangat
rendah, yakni pada kisaran 5,0-6,30 ton ha-1. Pesatnya perkembangan berbagai
1
2
ton ha-1. Jenis tomat yang dikembangkan di berbagai Negara maju sudah
konsumsi segar buah tomat juga dimanfaatkan untuk berbagai industri misalnya
Pada pertanaman yang baik dan di pelihara secara intensif, dapat berproduksi
antara 10-60 ton ha-1. Bahkan potensi produksi tomat hibrida seperti precious 375
tanaman. Sementara produktivitas tomat hibrida seperti santa rata-rata 500 butir
buah/tanaman dan beratnya ± 4 gram/buah, dapat berproduksi antara 32-36 ton ha-
1
. Sekalipun potensi produksi tomat varietas unggul cukup tinggi, tetapi produksi
rata-rata tomat nasional masih rendah karena berbagai hambatan, antara lain
yang berbahaya, dan masih terbatasnya varietas tomat yang tahan (toleran)
yang ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang baik atau pemberantasan
hama/penyakit kurang efesien (Kartapradja dan Djuariah, 1992). Oleh karena itu,
produktivitas tomat.
3
tanaman tomat adalah dengan pemberian mulsa. Mulsa adalah bahan yang sengaja
membantu pertumbuhan tanaman yang lebih baik, manfaat mulsa antara lain dapat
menghemat penggunaan air yang menekan laju evaporasi dari permukaan lahan,
cadangan air tanah serta dapat menjaga kerusakan struktur tanah akibat dari air
hujan. Selain itu pemberian mulsa juga dapat mempercepat dekomposisi bahan
organik dan dapat menambah unsur hara dari bahan mulsa alami (Indradana,
1986).
tanaman tomat, pemberian pupuk juga perlu dilakukan untuk memperbaiki sifat
makro dan mikro bagi tanaman sekaligus memperbaiki struktur tanah (Musmanar,
2006).
hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg dan Si. Meningkatkan
kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta dapat bereaksi dengan ion logam untuk
membentuk senyawa kompleks, sehingga ion logam yang meracuni tanaman atau
4
2005).
Pupuk organik merupakan hasil akhir atau hasil dari perubahan peruraian
bagian dari sisa tanaman dan hewan misalnya bungkil, guano dan tepung tulang.
Pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung berbagai macam
penelitian untuk mengetahui jenis mulsa dan dosis pupuk organik yang tepat agar
1.2. Tujuan
pupuk organik terhadap petumbuhan dan hasil tanaman tomat serta nyata
1.3. Hipotesis
tanaman tomat
3. Terdapat interaksi antara jenis mulsa dan dosis pupuk organik terhadap
2.1.1. Sistematika
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Family : Solanaceae
Genus : Lycopersicum
2.1.2. Morfologi
a. Akar
Tanaman tomat berakar pancar, namun relatif tidak dalam akar datarnya
halus dan cukup tebal.Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh
menembus ke dalam tanah dan akar-akar cabang yang tumbuh menyebar kesemua
b. Batang
buku. Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang bekelenjar. Mudah
patah, dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus
5
6
dibantu dengan beberapa ikatan dibiarkan melata cukup rimbun dan menutupi
setelah tua batangnya berubah menjadi bersudut berstektur keras dan berkayu.
Batang tanaman tomat berfungsi sebagai organ lintasan air dan mineral
dari akar ke daun dan lintasan zat makanan hasil fotosintesis dari daun keseluruh
c. Daun
Daun tomat berwarna hijau dan berbulu. Panjangnya sekitar 20-30 cm.
Daun tomat ini tumbuh didekat ujung dahan atau cabang. Sementara itu tangkai
(Wiryanta,2002).
fotosintesis, transpirasi dan sebagai alat pernapasan. Hasil fotosintesis berupa gula
melalui stomata daun dan sebagian digunakan untuk respirasi sel-sel didaun. Daun
berlangsung melalui daun. Melalui transpirasi, air dari tumbuhan dalam bentuk
menyebabkan aliran dan mineral dari akar, batang dan tangkai daun terjadi secara
d.Bunga
bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada
serbuk sari bunga terdapat kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk
tumbuh dari batang (cabang) yang masih muda membentuk jurai yang terdiri atas
dua baris bunga.Mahkota bunganya berwarna kuning muda, bentuk bakal buahnya
ada yang bulat panjang berbentuk bola atau jorong melintang, (Rismundar, 1995)
e. Buah
yang masih muda berwarna hijau muda sampai hijau tua. Sementara itu buah yang
sudah tua berwarna merah cerah atau merah gelap, merah kekuning-kuningan atau
merah kehitaman. Buah tomat ada juga berwarna kuning tergantung jenis dan
varietasnya (Wiryanta,2002).
1. Iklim
kemarau namun dalam musim yang basah tidak akan terjamin baik hasilnya, iklim
yang basah akan membentuk tanaman yang rimbun, tetapi bunganya berkurang.
Musim kemarau yang terik dengan angin yang kencang akan menghambat
kekeringan namun tidak berarti tomat dapat tumbuh dengan subur dalam keadaan
kering tanpa pengairan oleh karena itu didataran tinggi maupun dataran rendah
- Curah hujan yang cukup tidak deras dalam masa pertumbuhan bunga dan
buahnya.
- Suhu udara rata-rata 20-300 C pada siang hari, 10-200 C pada malam hari
Persyaratan iklim lain yang dikehendaki tanaman tomat adalah memerlukan sinar
matahari minimal 8 jam perhari dan curah hujan pada kisaran 750 - 1,250 mm
pertahun.
2. Tanah
Tanaman tomat dapat tumbuh dan berproduksi baik pada berbagai jenis
tanah tetapi paling baik adalah pada tanah liat yang mengandung pasir, hal yang
paling penting keadaan tanah tersebut subur, gembur banyak mengandung bahan
organik (Humus) sirkulasi udara dan tata air dalam tanah baik serta memiliki pH
Keadaan fisis tanah yang baik akan meningkatkan peredaran oksigen dan
organisme tanah dalam menguraikan bahan-bahan organik tanah menjadi zat yang
dapat diserap oleh tanaman juga meningkat (Silvi dan Rian, 2008).
akan baik pada tanah yang mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur,
permeabilitas. Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air
yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan (Silvi dan
Rian, 2008).
Sifat kimia yang sangat berpengaruh tersebut adalah derajat keasaman tanah (pH)
dan keadaan sanilitas (kadar garam) dalam tanah. Tanaman tomat dapat tumbuh
optimal pada tanah dengan pH 5,5 – 6,8. Namun, tanaman tomat masih toleran
Sifat biologis tanah sangat dipengaruhi oleh sifat fisis tanah yang akan
berpengaruh baik terhadap sifat biologis tanah. Sifat biologis tanah yang baik
membantu melarutkan unsur-unsur hara yang tidak larut, dan dapat menyimpan
kelebihan unsur hara. selain itu juga dapat membantu proses nutrifikasi, dapat
10
2.3. Mulsa
2010). Mulsa adalah bahan yang dipakai pada permukaan tanah yang berfungsi
melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. juga dapat membantu memperbaiki
sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat
suhu, memperbaiki dan mencegah erosi. Keuntungan pemberian mulsa antara lain
suhu tanah rendah, cadangan air tanah lebih besar, kerusakan struktur tanah akibat
dari air hujan dan penyiraman berkurang, dekomposisi bahan organik tanah tidak
terlalu cepat dan bahkan menambah unsur hara dalam bahan mulsa alami
(Indradana, 1986).
yang tidak terlalu tinggi dan memiliki struktur tajuk berdaun lebat dengan sistem
perakaran dangkal. Tanaman-tanaman yang selama ini sukses diberi mulsa jerami
antara lain kentang, kedelai, bawang putih dataran rendah, semangka dan melon.
11
dengan adanya mulsa jerami yang memilki efek menurunkan suhu tanah, kentang
kandungan unsur hara yang terkandung dalam jerami adalah 0,4 % N, 0,02 % P,
Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma akan
sangat terhalang. akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa
kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. tidak adanya
bahwa mulsa jerami padi merupakan mulsa yang bersifat sarang dan dapat
menahan suhu dan kelembaban tanah, memperkecil penguapan air tanah sehingga
tanaman yang tumbuh pada tanah tersebut dapat tumbuh dengan baik. Mulsa
tetap aktif dalam mendekomposisi untuk mengsuplai kebutuhan unsur hara yang
(1986) juga menjelaskan bahwa salah satu tujuan pemberian mulsa jerami padi
adalah untuk menghambat penguapan yang cukup tinggi khususnya pada daerah-
daerah tropis.
sehingga sangat jelas lahan yang tidak menggunakan pupuk organik akan
12
Pupuk organik merupakan hasil akhir atau hasil dari perubahan peruraian
bagian dari sisa tanaman dan hewan misalnya bungkil, guano dan tepung tulang.
Pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung berbagai macam
penguraian bahan organik dalam pupuk bersifat sebagai perekat dan dapat
serap tanah terhadap air.Bahan organik memiliki daya serap yang besar terhadap
air tanah. itulah sebabnya pupuk organik sering berpengaruh positif terhadap hasil
tanah. Hal ini terutama disebabkan oleh organisme dalam tanah yang
seperti pupuk kandang yang diberikan pada tanah harus diuraikan terlebih dahulu
oleh jasad renik melalui proses pembusukan atau peragian sebelum diisap oleh
akar tanaman.
tenaga. Semakin banyak pula jasad renik dalam tanah.sebagai sumber zat
pertanian yang kaya zat hara,strukturnya gembur atau remahdan berwarna coklat
kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak,baik berupa kotoran
Pupuk kandang adalah pupuk alam yang berasal dari kotoran ternak yang
bercampur dengan sisa makanan yang membusuk dan urine (Tim Penyusun
Kamus PS, 2003 dalam Nova, 2012). Kandungan unsur hara yang terkandung
dalam pupuk kandang kotoran sapi adalah Air (H2O) 85%, N 0,40%, P2O5 0,20%
menahan air dan kandungan kation tanah. Pemberian pupuk kandang pada
komponen pembentuk lemak, protein dan persenyawaan lain (Marsono dan Sigit,
warna hijau daun akan memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan nitrogen
Pupuk nitrogen termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini termasuk
didominasikan oleh unsur nitrogen. Adanya unsur lain didalamnya lebih bersifat
sebagai pengikat atau juga sebagai katalisator. Salah satu jenis pupuk nitrogen
yang sering digunakan adalah urea. Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan
NH4(ammonium) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan
Phosfor disebut sebagai kunci kehidupan bagi tanaman karena unsur ini
terlibat lansung dalam proses hidup tumbuhan. Unsur P adalah hara kedua setelah
kadang lebih kritik dari pada N pada tanah-tanah tertentu. Nitrogen dapat ditambat
oleh mikroba dari udara, tetapi unsur P hanya berasal dari batuan. Tanpa
sebagai bahan dasar (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi,
mempercepat proses penbungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah
(Marsono dan Sigit, 2001). Parker (2004) menambahkan phosfor berperan dalam
warna keunguan pada daun dan batang serta bintik hitam pada daun dan buah.
diambil oleh tanaman dalam bentuk ion anaorganik :H2 PO4. phosfor diperlukan
fotosintesis dan penyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman. Phosfor
juga merupakan bagian esensial dari asam nukleat (DNA dan RNA).
2.5.3. Kalium
penyakit serta kekeringan (Marsono dan Sigit, 2001). Kalium tidak disintensis
menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga unsur ini tetap sebagai ion
didalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang
esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang
16
terlibat dalam sintensis protein dan pati. Kalium juga merupakan ion yang
berperan dalam mengatur potensi osmotik sel, dengan demikian akan berperan
dalam mengatur tekanan turgor sel. berkaitan dengan pengaturan turgor sel ini,
peran yang penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata (Lakitan,
2004). Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan
kualitas produksi biasanya rendah baik daun, buah maupun biji seperti pada
satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl (Marsono dan Sigit, 2001).
mudah larut dan tercuci bersama air perlokasi, unsur kalium juga mudah terikat
dalam tanah. Efektifitas pemupukan kalium dapat dicapai antara lain dengan
memperhatikan waktu dan cara pemupukan yang tepat. Pemberian pupuk kalium
Universitas Teuku Umar Meulaboh, Aceh Barat mulai dari tanggal3 Juni sampai
15 September 2012.
1. Benih
2. Mulsa
Mulsa yang digunakan dalam penelitian ini adalah mulsa jerami padi
3. Kapur
4. Pupuk
kandang dari kotoran sapi yang telah terdekomposisidiambil dari desa Suak
Puntong kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya dan pupuk Urea, KCl
dan SP-36.
17
18
5. Polybag
Polibag yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag kecil atau
6. Pestisida
spayer, jangka sorong,papan nama, cat, gembor, ember, sekop, ayakan pasir,
M0 = Tanpa Mulsa
M1 = Mulsa Jerami
Susunan kombinasi perlakuan antara mulsa dan dosis pupuk organik dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Mulsa dan Dosis Pupuk Organik
Keterangan :
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor mulsa taraf ke – j, faktor dosis pupuk
organik taraf ke- k dan ulangan ke-k
µ = Nilai tengah umum
βi = Pengaruh ulangan ke-i (i =1,2,3)
Mj = Pengaruh faktor mulsa ke-j(j=1,2,3)
Pk = Pengaruh faktor dosis pupuk organik ke-k (k=1,2,3)
(MP)jk = Interaksi mulsa pada taraf mulsa ke –j, taraf dosis pupuk organik ke-k
εijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor mulsa taraf ke-j, faktor
Dimana :
BNT0,0 5 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%
t0,0 5 (;dbg ) = Nilai baku t pada taraf 5%
KTg = Kuadrat Tengah Galat
r = Jumlah ulangan.
3.4.Pelaksanaan Penelitian
1. Pengolahan tanah
tanah dicangkul kemudian diratakan dan dibuatkan bedengan dengan ukuran lebar
2. Pengapuran
hingga rata dengan dosis 2 ton ha-1 ( 450 gr bedengan-1), kapur yang di gunakan
adalah dolomit.
3. Persemaian
selama 3 hari setelah benih sudah berkecambah lalu disemaikan dalam polybag
kecil yang sudah diisi tanah dengan pupuk kandang 2 : 1 (dua bagian tanah satu
21
bagian pupuk kandang ), dan benih yang sudah di semai ke dalam polybag kecil
atau babybag ditaruh di tempat penyemaian yang sudah disediakan dan ditutup
kembali dengan naungan guna untuk melindungi dari pancaran sinar matahari
supaya tidak terlalu panas, selanjutnya ditaburkan furadan guna untuk menhindari
4.Pemupukan
Pupuk dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Urea, KCl dan
SP-36. Dengan dosis Urea 150 kg ha-1, KCl 100 kg ha-1 dan SP-36 100 kg ha-1.
Pupuk dasar diberikan pada saat tanam dengan cara ditaburkan di sekitar tanaman.
Pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk organik
dari kotoran sapi yang telah terdekomposisi dengan sempurna, dengan dosis
pemberian pupuk organik sesuai dengan perlakuan yaitu (P1) 2,25 kg plot-1, (P2)
4,50 kg plot-1, (P3) 6,75 kg plot-1yang diambil di desa Suak Puntong Kecamatan
penanaman.
4.Pemberian mulsa
jerami dan mulsa serbuk gergaji. Pemberian mulsa jerami dan mulsa serbuk
mulsa 2 cm yang diambil dari desa Pulo Ie Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan
Raya.
5.Penanaman
setelah semai, bibit terlebih dahulu diseleksi dan bibit diangkat satu persatu untuk
22
lubang tanam dengan jarak tanam 70 x 70 cm, selanjutnya disiram hingga cukup
basah.
6. Pemeliharaan tanaman
a. Penyiraman
batang dan daun tanaman. Air disiram sekitar tanaman saja. Penyiraman
dilakukan pada pagi dan sore hari dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
b.Penyulaman
c.Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir pada tanaman tomat dilakukan pada saat tanaman berumur
c. Pemangkasan
banyak,buahnya menjadi kerdil dan terlalu lama masak. Selain itu tanaman yang
dithane M-45, Furadan yang menyerang percabangan tanaman tomat dengan cara
ditabur di sekitar tanaman yang terkena serangan, sedangkan selvin dithane M-45
7. Panen
Pemanenan dilakukan pada tingkat kemasakan buah 75% yaitu ketika buah
berwarna kuning kemerahan saat tanaman berumur 60 hari setelah tanam. Kondisi
3.5.Pengamatan
Adapun peubah – peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
batang sampai titik tumbuh tertinggipada umur 15, 30 dan 45 HST dengan
diameter pangkal batang pada umur 15, 30 dan 45 HST dengan menggunakan
buah tomat yang sudah dipanen pada umur 60, 65 dan 72 HST dengan
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 18)
menunjukkan bahwa mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan
diameter pangkal batang umur 15, 30 dan 45 HST,jumlah buah pertanaman, berat
bahwamulsa berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45
HST.Rata- rata tinggi tanaman tomat pada berbagaimulsa umur 15, 30 dan 45
cenderung ditunjukkan pada perlakuan tanpa mulsa (M0) dan pada umur 30 HST
tanaman tomat tertinggi dijumpai pada mulsa serbuk gergaji (M2), sedangkan
pada umur 45 HST tanaman tomat tertinggi dijumpai padamulsa jerami (M1)
perlakuan lainnya.
Hal ini diduga karena penggunaan mulsa terhadap tinggi tanaman tidak
25
26
disebabkan akan unsur hara terpenuhi bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai
dengan pendapat Umboh (2002) yang menyatakan bahwa pada tanah-tanah yang
tidak diberi mulsa ada kecenderungan menurunnya bahan organik tanah dan
sebaliknya pada tanah yang diberi mulsa kandungan organiknya mantap dan
kurun waktu yang lama dank arena dapat menambah bahan organik tanahmaka
bahwamulsa berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang umur 15,
terbesar pada umur 15 HST dijumpai pada perlakuan tanpa mulsa (M0)
sedangkan umur 30 dan 45 HST diameter pangkal batang tanaman tomat terbesar
Hal ini disebabkan karena penggunaan mulsa tidak sesuai dengan keadaan
Arsyad (1989) erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang yang subur
untuk menyerap dan menahan air. Schwahs et al. (1964) menyatakan bahwa
kehilangan unsur hara melalui erosi sama pentingnya dengan kehilangan tanah itu
buah pertanaman tanaman tomat pada berbagai perlakuan mulsa dapat dilihat
pada Tabel 4.
Hal ini diduga bahwa pengunaan mulsa organik tidak sesuai dengan
keadaaniklim yang terlampau basah, mulsa sukar ditebarkan secara merata pada
akan terganggu.
berpengaruh tidak nyata terhadap berat buah pertanaman. Rata-rata berat buah
jerami (M1). Sedangkan berat buah terendah terdapat pada mulsa serbuk gergaji
perlakuan lainnya.
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18) menunjukkan bahwa mulsa
berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata produksi per
pada perlakuan mulsa jerami (M1). Sedangkan produksi per hektar terendah
terdapat pada perlakuan mulsa serbuk gergaji (M2). Meskipun secara statistik
Hal ini diduga karena perkembagan tanaman tomat tidak memberikan hasil
yang maksimal. Menurut Vos (1994) mulsa organik jerami menurunkan suhu
cepat, tetapi tidak ditemukan adanya pengeruh nyata terhadap produksi tanaman
tomat.
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 18)
menunjukkan bahwa dosis pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman dan diameter pangkal batang umur 15, 30 dan 45 HST,jumlah buah
bahwa dosis pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
umur 15, 30 dan 45 HST.Rata- rata tinggi tanaman tomat pada berbagai dosis
pupuk organik umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel7.
30
dan 45 HST dijumpai pada dosis pupuk organik 30 tonha-1 (P3). Meskipun
secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada perlakuan lainnya.
dosis pupuk organik yang dicobakan menunjukkan bahwa tanaman tomat tertinggi
cenderung dijumpai pada dosis pupuk organik 30 ton ha-1(P3), diduga karena pada
dosis 30 ton ha-1 merupakan dosis yang tepat yang dapat menghasilkan
ini,disebabkan pada dosis tersebut unsur hara yang diberikan tersedia dalam
jumlah optimum bagi tanaman. Pertumbuhan dan hasil tanaman dipengaruhi oleh
unsur hara yang tersedia. Pertumbuhan dan hasil tanaman akan maksimal jika
menyatakan bahwa unsur hara yang berada dalam keadaan optimum dalam
pertumbuhan.
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 8,10 dan 12)menunjukkan bahwa
dosis pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang
31
umur 15, 30 dan 45 HST. Rata- rata diameter pangkal batang tanaman tomat
umur 15, 30 dan 45 HST pada berbagai dosis pupuk organik dapat dilihat pada
Tabel8.
terbesar pada umur 15 HST dijumpai pada dosis pupuk organik 20 tonha-1 (P2)
dan pada umur 30 dan 45 HST dijumpai padadosis pupuk organik 10 tonha-1
(P1). Meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada
perlakuan lainnya.
tindak nyata terhadap diameter pangkal batang umur 15, 30 dan 45 HST.
terbesar dijumpai pada dosis pupuk organik 20 ton ha-1pada umur 15 HST,
sedangkan pada umur 30 dan 45 HST diameter pangkal terbesar dijumpai pada
Hal ini diduga bahwa unsur hara tidak seimbang dengan kebutuhan
pertumbuhan tanamanterhambat.
32
Tabel 9. Jumlah Buah Per Tanaman Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik.
Dosis Pupuk Organik Jumlah Buah per Tanaman
-1
Simbol (ton ha ) (buah)
P1 10 6,39
P2 20 10,25
P3 30 6,55
organik 20 tonha-1 (P2). Sedangkan jumlah buah yang terendah padadosis pupuk
dijumpai pada dosis pupuk organik 20 ton ha-1 diduga dosis 20 ton ha-1
merupakan dosis yang sangat tepat yang dapat menghasilkan penyerapan unsur
hara dan pembuahan. Meninggkatnya laju pertumbuhan dan hasil tanaman tomat
pada perlakuan ini, disebabkan pada dosis tersebut unsur hara yang diberikan
tersedia dalam jumlah optimum bagi tanaman. Pertumbuhan dan hasil tanaman
dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia. Pertumbuhan dan hasil tanman akan
maksimal jika unsur hara yang tersedia berada dalam keadaan yang optimum
(Leiwakabessy, 1988).
33
Hasil uji Fpada analisis ragam (Lampiran 16) menunjukkan bahwa mulsa
pertanaman pada berbagai dosis pupuk organik dapat dilihat pada Tabel10.
Tabel10. Rata-rata Berat Buah PerTanaman Pada Perlakuan Dosis Pupuk Organik
Dosis Pupuk Organik Berat BuahPer Tanaman
Simbol (ton h-1) (gr)
P1 10 201,16
P2 20 273,34
P3 30 203,13
buah pertanaman tertinggi dijumpai pada dosis pupuk organik 20 ton ha-1 diduga
perlakuan P2.
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis
pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata
produksi per hektar pada perlakuan dosis pupuk organik dapat dilihat
Tabel 11. Rata-rata Produksi Per Hektar Pada Perlakuan Dosis Pupuk Organik.
Dosis Pupuk Organik Produksi Per Hektar
-1
Simbol (tonha ) (ton)
P1 10 4.11
P2 20 5.58
P3 30 4.15
ditunjukkan pada dosis pupuk organik 20 ton ha-1 (P2). Meskipun secara statistik
Hal ini diduga bahwa unsur hara untuk pertumbuhan dan hasil tanaman
tomat tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga tanaman tumbuh kerdil.
berjalan lancar dan apabila sebaliknya tanaman kekurangan unsur hara akan
4.3. Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 18)
menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara mulsa dan dosis pupuk
organik pada berat buah pertanaman dan produksi per hektar, namun terdapat
interaksi yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter pangkal batang
Tabel 12. Rata-rata Berat Buah PerTanaman Akibat Perlakuan Mulsa dan Dosis
Pupuk Organik.
PengaruhMulsa Dosispupukorganik
BNT0,05
Simbol Mulsa 10 (P1) 20 (P2) 30 (P3)
M0 Kontrol 130,16 ab 274,76 ab 308,37 b
M1 Jerami 261,10 ab 268,76 ab 256,76 ab 160.53
M2 Serbuk Gergaji 212,23 ab 276,50 ab 44,26 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang samatidak berbeda nyata pada taraf
peluang 5% (BNT 0,05) .
mulsa (M0) dengan dosis pupuk organik 30 ton ha-1 (P3) yang berbeda nyata
dengan mulsa serbuk gergaji (M2) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain
nya. Rata-rata berat buah pertanaman tomat dapat dilihat pada Gambar 1.
350
308.37
Berat Buah per Tanaman (g)
300 276.5
261.1 274.76 256.76
250 268.76
200
212.23
150
130.16
100
50 44.26
0
10 20 30
Dosis Pupuk Organik (ton/ha)
dijumpai pada kontrol tanpa mulsa dan 30 ton ha-1. Hal ini diduga bahwa mulsa
Umboh (2000) yang menyatakan bahwa pemberian mulsa pada permukaan tanah
dapatmenghindari kehilangan air dan memperbaiki sifat-sifat fisik tanah. Tapi hal
36
ini berbeda dengan pendapat diatas karena tanpa mulsa tanaman lebih berproduksi
tinggi. Dikarenakan ruang udara dan cahaya lebih baik diperoleh akar tanaman
sehingga proses pengambilan unsur hara akan berlangsung baik. Pertumbuhan dan
hasil tanaman dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia. Pertumbuhan dan hasil
tanaman akan maksimal jika unsur hara yang tersedia berada dalam keadaan yang
(1990) yang menyatakan bahwa unsur hara yang berada dalam keadaan optimum
dalam jaringan tanaman akan memacu kegiatan metabolisme dan pembentukan sel
pertumbuhan.
Rata-rata produksi per hektar akibat perlakuan mulsa dan dosis pupuk
Tabel 13. Rata-rata Produksi Per Hektar Pada Berbagai Mulsa dan Dosis Pupuk
Organik.
PengaruhMulsa Dosis pupuk organik
BNT0,05
Simbol Mulsa 10 (P1) 20 (P2) 30 (P3)
M0 Kontrol 2.66 ab 5.61 ab 6.29 b
M1 Jerami 5.33 ab 5.48 ab 5.24 ab 3.28
M2 Serbuk Gergaji 4.33 ab 5.64 ab 0.90 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
peluang 5% (BNT 0,05) .
perlakuan tanpa pemberian mulsa (M0) dengan dosis pupuk organik 30 ton ha-1
(P3) yang berbeda nyata dengan mulsa serbuk gergaji (M2) dengan dosis pupuk
organik 30 ton ha-1 (P3). Namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain
nya.Rata –rata berat buah per hektar tomat dapat dilihat pada Gambar 2.
37
7.0
Berat Buah per Tanaman (g) 6.29
6.0 5.64
5.33 5.61 5.24
5.0 5.48
4.0
4.33
3.0
2.66
2.0
1.0 0.90
0.0
10 20 30
Dosis Pupuk Organik (ton/ha)
perlakuan tanpa pemberian mulsa (M0) dengan dosis pupuk organik 30 ton ha-1
(P3) yang berbeda nyata dengan mulsa serbuk gergaji (M2) dengan dosis pupuk
organik 30 ton ha-1 (P3). Namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain nya.
Hal ini diduga karena dosis 30 ton ha-1 (P3) merupakan dosis yang sangat tepat
yang baik dapat tercapai apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan hasil tanaman berada dalam bentuk tersedia, seimbang dan dalam dosis yang
optimum.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
3. Terdapat interaksi yang nyata antaramulsa dan dosis pupuk organik terhadap
berat buah pertanaman dan produksi per hektar. Produksi tanaman tomat
terbaik dijumpai pada perlakuan tanpa mulsa dengan dosis 30 ton ha-1.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap mulsa dan dosis pupuk
lainnya.
38
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor, 1991. Efektivitas Pupuk Daun Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum annum L). Program studi
Holtikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
http://repositoryIpb.Ac.Id/tstream/handle/123456789/5283/BAB%201%
Tinjauan%20 Pustaka. Pdf? Sequence=3 di akses pada tanggal 10/7/2012.
Bernadinus, T. 2002. Pembudiaan secara komersial. Jakarta.
Indradana, H. K. 1986. Pengolahan Kesuburan Tanah. Bisma Aksara. Jakarta 90
hal.
Kartapradja, R dan D. Djuariah, 1992. Pengaruh Tinggkat Kematangan Buah
Tomat terhadap Daya Kecambah, Pertumbuhan dan Hasil Tomat. Buletin
penelitian holtikultura Vol XXIV/2.
Kartasapotra.1988. Ilmu tanah. (terjemahan soegiman) Bharata Karya Aksara,
Jakarta.
Koryati T, 2004. Pengaruh Penggunaan Mulsa dan Pemupukan Urea Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Cabai merah (Capsicum annum L). Dalam J.
Penelitian Bidang Ilmu Pertanian volume 2. Hal 13-16.
Lakitan, B. 2004. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Cetakan I
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Lakitan. 1995. Hortikutura (teori budidaya dan paska panen) Raja Gravindo
Persada. Jakarta. 219 hal.
Leiwakabessy, F. M. 1998. Ilmu Kesuburan Tanah dan Penuntun Praktikum.
Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB, Bogor. 163 hlm. Dalam
skripsi Cut Indrawati, 2002, Pengaruh Mulsa dan Zat Pengatur Tumbuh
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum
esculentum Mill) 62 hlm.
Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen
Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lesmana d, 2010. Dampak Teknologi Mulsa Plastik terhadap Produksi dan
Pendapatan Petani Tomat (Lycopersicum esculentummill) di Desa
Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai
Kartanegara
Linggap dan Marsono.2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,
Jakarta.150 hlm.
Marsono dan P. Sigit, 2001. Jenis Pupuk dan Aplikasinya. PT Penebar swadaya,
Jakarta.
Moenandir, J., 2004. Prinsip-prinsip Utama Cara Menyukseskan Produksi
Pertanian. Unibraw, Malang.
Musmanar, E. 1., 2006. Pupuk Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.
39
Nova O, 2012. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Kesentrasi Pupuk Agrobots
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L). Fakultas
Pertanian. UTU. Aceh Barat.
Parker, 2004. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.
Pracaya, 1998. Bertanam Tomat. Kanisius, Yogyakarta.
Purwati, 2007. Budidaya Tomat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Ramli, 2009. Pengaruh Berbagai Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan Awal
Tanaman Mangga (Mangifera indica L). Dalam J. Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Sulawesi tengah.
Rismunandar. 1995. Tanaman Tomat. Penebar Swadaya, Bandung. 60 hlm
Rukmana. 1994. Budidaya Tomat. Kanisius. Yogjakarta.
Runhayat, 1995. Pengguna Pupuk dalam Budidaya Tanaman. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Samekto, R . 2006 . Pupuk Kompos. Yogjakarta
2006. Pupuk Kandang. PT Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Setyorini, D., 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian, (http://www.
Pustaka-deptan.go.Id).
Silvi dan Rian, 2008. Meraup Rizki dengan Bertanam Tomat. Pringgadani,
Bandung 85 Hlm.
Sutejo, M. M, 2002. Pupuk dan Pemupukan. Pustaka Buana. Bandung.
Tan, 1996. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings pub. Co., Inc. California.
Tugiono, H. 1999, Bertanam Tomat. Penebar swadaya. Jakarta. 38 hal.
Umboh. A. H. 2000 Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar swadaya, Jakarta. 89
hal.
Wattimena,G. A., 1990. Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh-tumbuhan pada
Perbanyakan Propagula Tanaman, Prosiding Seminar Agrokimia Fakultas
Pertanian UNPAD Bandung.
Wibawa, A. 1998. Intensifikasi Pertanaman Kopi dan Kakao Melalui Pemupukan.
Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 14 (3): 245-262.
Wiriyanta. 2002. Budidaya Tomat. Agromedia pustaka. Jakarta. 101 hal.
40