HALUSINASI
OLEH :
IRZANI RACHMAH ZULFANDA
19.12.10
TELAH DISETUJUI :
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
B. Etiologi
Menurut Stuart (2007) proses terjadinya halusinasi dapat dilihat
dari faktor predisposisi dan faktor presipitasi ( Dalami, dkk, 2014):
a. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah halusinasi
adalah factor biologis, psikologis dan sosiokultural
1. Faktor Biologis
Adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya
resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala,
dan riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas
perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
2. Factor Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu
sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan
dalam rentang hidup klien adanya kegagalan yang
berulang, kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
3. Faktor Sosiokultural
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.
C. Pohon Masalah
Keterangan :
1. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Respon adaptif meliputi :
d. Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas untuk menghindari interaksi dengan orang lain
E. Manifestasi Klinis
1. Halusinasi penglihatan
2. Halusinasi pendengaran
3. Halusinasi penciuman
enak.
lain.
d. Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau
4. Halusinasi pengecapan
a. Meludahkan makanan atau minuman.
b. Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
c. Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
5. Halusinasi perabaan
a. Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.
3. Psikososial
a. Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga
yang mengalami kelainan jiwa, pola komunikasi klien
terganggu begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola
asuh.
b. Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan
tubuhnya, ada bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai,
identifikasi diri: klien biasanya mampu menilai
identitasnya, peran diri klien menyadari peran sebelum
sakit, saat dirawat peran klien terganggu, ideal diri tidak
menilai diri, harga diri klien memilki harga diri yang rendah
sehubungan dengan sakitnya.
c. Hubungan sosial
Klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa
dipandang tidak sesuai dengan agama dan budaya,
kegiatan ibadah klien biasanya menjalankan ibadah di
rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat
berlebihan.
B. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi
C. Intervensi
Menurut Yusuf (2015), rencana keperawatan pada pasien
dengan perilaku kekerasan dapat berupa rencana tindakan pada pasien,
sebagai berikut:
1. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menganalisa halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
d. Klien mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol
halusinasinya
e. Klien dapat memanfaatkan obatnya dengan baik
2. Tindakan Keperawatan
Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang
dilakukan :
a. Membantu klien mengenali halusinasi
Membantu klien mengenali halusinasi dapat melakukan
dengan cara berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa
yang di dengar atau dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul dan respon klien saat halusiansi muncul
b. Melatih klien mengontrol halusinasi
1) Strategi Pelaksanaan 1 : Menghardik halusinasi
a) Jelaskan cara meghardik halusinasi
b) Peragakan cara menghardik
c) Minta klien memperagakan ulang
d) Pantau penerapan cara ini
e) Kuatkan perilaku klien.
2) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur
Mampu mengontrol halusinasi klien juga harus dilatih
untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan
progam
3) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
Ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain maka
terjadi distraksi fokus perhatian klien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang
lain tersebut, sehingga salah satu cara yang efektif untuk
mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.
4) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang
terjadwal
Beraktivitas secara terjadwal klien tidak akan
mengalami banyak waktu luang sendiri yangs eringkali
mencetuskan halusinasi. Untuk itu klien yang mengalmai
halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasi dengan
cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai
tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
D. Implementasi
E. Evaluasi
Daftar Pustaka
Keliat dan Akemat, (2007). Proses keperawatan kesehatan jiwa, penerbit buku
kedokteran EGC : diagnosa keperawatan, Edisi 6, penerbit Jakarta.