Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

OLEH :
IRZANI RACHMAH ZULFANDA
19.12.10

Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen


Program D-III Keperawatan
Malang
2021 – 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

IRZANI RACHMAH ZULFANDA


19.12.10
D-III KEPERAWATAN

TELAH DISETUJUI :

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING RUANGAN

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

I. Konsep Dasar Halusinasi


A. Definisi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa


dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi : merasakan
sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghidu ( Direja, 2011). Halusinasi adalah gangguan persepsi
sensori tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang sering
terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua
sistem penginderaan ( Dalami, dkk, 2014).

B. Etiologi
Menurut Stuart (2007) proses terjadinya halusinasi dapat dilihat
dari faktor predisposisi dan faktor presipitasi ( Dalami, dkk, 2014):
a. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah halusinasi
adalah factor biologis, psikologis dan sosiokultural
1. Faktor Biologis
Adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya
resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala,
dan riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas
perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
2. Factor Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu
sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan
dalam rentang hidup klien adanya kegagalan yang
berulang, kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
3. Faktor Sosiokultural
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.

b. Faktor Presipitasi
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.

C. Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan


Effect
lingkungan

Core Problem Perubahan persepsi sensori : Halusinasi


Causa Isolasi Sosial : Menarik diri

D. Rentang Respon Halusinasi

Rentang respon tersebut dapat digambarkan seperti dibawah ini


(Muhith, 2015) :

Respon Adaptif Respon maladaptif

- Pikiran logis - Distorsi pikiran - Gangguan


- Persepsi ilusi pikir/delusi
akurat - Reaksi emosi - Halusinasi
- Emosi berlebihan - Sulit merespon
konsisten - Perilaku aneh atau - emosi
dengan tidak biasa - Perilaku
pengalaman - Menarik diri disorganisasi
- Perilaku
- Isolasi sosial
sesuai
- Berhubungan
sosial

Keterangan :
1. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Respon adaptif meliputi :

a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan

b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan

c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang


timbul dari pengalaman ahli.

d. Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.

e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain


dan lingkungan.

2. Respon psikososial meliputi :

a. Proses pikir terganggu yang menimbulkan gangguan

b. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang


yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena gangguan
panca indra

c. Emosi berlebihan atau kurang

d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas untuk menghindari interaksi dengan orang lain

e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interkasi


dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

3. Respon maladaptif adalah respon indikasi dalam menyelesaikan


masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif ini meliputi :

a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh


dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial

b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi


eksternal yang tidak realita atau tidak ada Kerusakan proses
emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
c. Perilaku tak terorganisir merupakan perilaku yang tidak teratur

d. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh


individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.

E. Manifestasi Klinis

Menurut Dalami, dkk, (2014) :

1. Halusinasi penglihatan

a. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa

atau apa saja yang sedang dibicarakan.

b. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang

sedang tidak berbicara atau pada benda seperti mebel.

c. Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan

seseorang yang tidak tampak.

d. Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau

sedang menjawab suara.

2. Halusinasi pendengaran

a. Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh

orang lain, benda mati atau stimulus yang tidak tampak.

b. Tiba-tiba berlari keruangan lain

3. Halusinasi penciuman

a. Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak

enak.

b. Mencium bau tubuh

c. Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang

lain.
d. Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau

api atau darah.

e. Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan

sedang memadamkan api.

4. Halusinasi pengecapan
a. Meludahkan makanan atau minuman.
b. Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
c. Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
5. Halusinasi perabaan
a. Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitas yang dimiliki klien.
1. Faktor presdiposisi
a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan
kurang berhasil dalam pengobatan
b. Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan
dalam keluarga
c. Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
d. Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
2. Faktor Persipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan
adanya riwayat penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina
stuktur otak, kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan
kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan
dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan
klien serta konflik antar masyarakat.

Menurut Pusdiklatnakes (2012),


a. Ds :
1. Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya
4. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk
kartun, melihat hantu dan monster
5. Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan
6. Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
7. Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
b. Do :
1. Bicara atau tertawa sendiri
2. Marah marah tanpa sebab
3. Mengarahkan telinga kearah tertentu
4. Menutup telinga
5. Menunjuk kearah tertentu
6. Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
7. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8. Menutup hidung
9. Sering meludah
10. Menggaruk garuk permukaan kulit

3. Psikososial
a. Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga
yang mengalami kelainan jiwa, pola komunikasi klien
terganggu begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola
asuh.
b. Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan
tubuhnya, ada bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai,
identifikasi diri: klien biasanya mampu menilai
identitasnya, peran diri klien menyadari peran sebelum
sakit, saat dirawat peran klien terganggu, ideal diri tidak
menilai diri, harga diri klien memilki harga diri yang rendah
sehubungan dengan sakitnya.
c. Hubungan sosial
Klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa
dipandang tidak sesuai dengan agama dan budaya,
kegiatan ibadah klien biasanya menjalankan ibadah di
rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat
berlebihan.

B. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi

C. Intervensi
Menurut Yusuf (2015), rencana keperawatan pada pasien
dengan perilaku kekerasan dapat berupa rencana tindakan pada pasien,
sebagai berikut:
1. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menganalisa halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
d. Klien mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol
halusinasinya
e. Klien dapat memanfaatkan obatnya dengan baik
2. Tindakan Keperawatan
Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang
dilakukan :
a. Membantu klien mengenali halusinasi
Membantu klien mengenali halusinasi dapat melakukan
dengan cara berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa
yang di dengar atau dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul dan respon klien saat halusiansi muncul
b. Melatih klien mengontrol halusinasi
1) Strategi Pelaksanaan 1 : Menghardik halusinasi
a) Jelaskan cara meghardik halusinasi
b) Peragakan cara menghardik
c) Minta klien memperagakan ulang
d) Pantau penerapan cara ini
e) Kuatkan perilaku klien.
2) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur
Mampu mengontrol halusinasi klien juga harus dilatih
untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan
progam
3) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
Ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain maka
terjadi distraksi fokus perhatian klien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang
lain tersebut, sehingga salah satu cara yang efektif untuk
mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.
4) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang
terjadwal
Beraktivitas secara terjadwal klien tidak akan
mengalami banyak waktu luang sendiri yangs eringkali
mencetuskan halusinasi. Untuk itu klien yang mengalmai
halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasi dengan
cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai
tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.

D. Implementasi
E. Evaluasi

Daftar Pustaka

Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.


Jakarta: CV. Trans Info Media.

Keliat dan Akemat, (2007). Proses keperawatan kesehatan jiwa, penerbit buku
kedokteran EGC : diagnosa keperawatan, Edisi 6, penerbit Jakarta.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit ANDI.

Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa


Masyarakat. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai