Iklim etis merupakan faktor penting di rumah sakit. Kondisi stres pasien yang akan dilakukan tindakan operasi membuat situasi etis dan iklim etis di kamar bedah berbeda dari bagian lain di rumah sakit. Setiap petugas kamar operasi membatasi diri keluar masuk kamar operasi, untuk mencegah penyebaran infeksi dan menjaga sterilitas. Dalam dunia kesehatan, kita menangani masalah privasi (terkait langsung dengan kehidupan, perilaku, tubuh, kesehatan & penyakit) seseorang. Pasien menaruh kepercayaannya pada profesional medis dan keperawatan mengharapkan standar etika yang tinggi. Tim penyedia layanan kesehatan diharapkan untuk mengetahui & mempertahankan standar etika yang tinggi. 2. Masalah yang sering terjadi di kamar bedah a. Paparan tubuh. b. Gaun. c. Banyaknya orang terlibat, lalu lintas yang ramai, kebisingan, bunyi-bunyian seperti alarm, bed side monitor, suara brancard, instrument d. Sikap tubuh dan prilaku setiap profesional dan petugas. e. Kejujuran, merupakan tuntutan moral bekerja di kamar bedah f. Informed concent, setiap tindakan 3. Beberapa solusi praktis dalam penyelesaian masalah etik a. Paparan tubuh (Exposure of body) Cegah terjadinya over exposure. Paparan tubuh bila diperlukan, sedapat mungkin hadapan sejumlah orang terbatas yang sudah menjalin trush pada pasien. Paparan tubuh bila diperlukan, lakukan dalam jangka waktu yang pendek, selesai opoerasi hindari lalu- lalang petugas lain yang bukan petugas medis. b. Gaun 1) pastikan menggunaan pakaian bersih 2) Gunakan palaian dispo dan bersih 4. Perilaku Etik di Kamar Bedah Perilaku etik di kamar bedah haruslah memperhatikan beberapa prinsip etika keperawatan yaitu respek, otonomi, beneficence, Non-Malfience, confidentiality, justice serta harus memperhatikan pula nilai-nila etika keperawatan seperti kesehatan, pilihan, martabat, akuntabilitas. Hal tersebut diperlukan untuk mengurangi masalah etik yang mungkin bisa terjadi di kamar bedah. 5. Penerapan Etika Pada Pasien Pre-intra dan Post Operasi a. Pre Operatif Dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien, wawancara pre operatif dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan serta pembedahan. Asuhan keperawatan pre operatif pada prakteknya akan dilakukan secara berkesinambungan. b. Intra Operatif Dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan infus, pemberian medikasi intravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Dalam hal ini sebagai contoh memberikan dukungan psikologis selama induksi anastesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu posisi pasien di atas meja operasi. Pengkajian yang dilakukan perawat kamar bedah pada fase ini lebih kompleks dan harus dilakukan secara tepat dan ringkas. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang bersifat resiko maupun actual akan didapatkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman keperwatan. Implementasi dilakukan berdasarkan pada tujuan yang di prioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim operasi, serta melibatkan tindakan independent dan dependen. c. Post Operatif Dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan rawat inap. Lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini focus pengkajian meliputi efek agen anastesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti