Latar Belakang
Pengelolaan keuangan perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggungjawab sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka
mendukung terwujudnya tata pemerintahan yang baik (good governance). Keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-udangan,
efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan serta bermanfaat bagi masyarakat. Pertanggungjawaban
keuangan daerah merupakan kewajiban dari setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) selaku Pemegang kewenangan pengelola anggaran berdasarkan azas umum
pengelolaan keuangan daerah. Azas umum pengelolaan keuangan daerah adalah pengelolaan keuangan secara tertib, taat pada perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
Pada tingkat OPD pengelola keuangan yang dimaksud dalam hal ini adalah kepala OPD selaku Pengguna Anggaran (PA), Pejabat struktural eselon III selaku Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK), Pejabat struktural eselon IV selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), bendahara
pengeluaran dan bendahara pengeluaran pembantu
Pengguna Anggaran bertanggungjawab secara formal dan material atas pelaksanaan kebijakan anggaran yang berada dalam penguasaannya. Dalam rangka
meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, maka diatur sistem pengendalian intern. Sistem pengendalian intern merupakan
suatu proses berkesinambungan yang diselenggarakan oleh Kepala OPD agar pengelolaan keuangan sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan.
Dalam rangka meningkatkan kinerja transparan dan Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, maka dilakukan pengendalian pengelolaan keuangan secara
berjenjang dari Bupati dan OPD. Pada tingkat OPD Pengendalian internal dilaksanakan oleh Pengguna Anggaran (PA), Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat
2/17
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dengan maksud pelaksanaan kegiatan dapat mencapai target dan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan secara tepat
waktu, tepat mutu, tertib administrasi, tepat sasaran dan tepat manfaat.
Berdasarkan Peraturan Bupati Grobogan nomor 64 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan dan Tata Kerja
Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Grobogan.
a. Kepala Dinas.
b. Sekretariat, membawahkan :
1. Seksi Pendaftaran;
Subbagian Perencanaan dan keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas dalam perumusan kebijakan, pengkoordinasikan, pembinaan, pengendalian,
pengelolaan dan pemberian bimbingan di bidang Perencanaan dan keuangan, monitoring, evaluasi, pelaporan dan sistem informasi Dinas. Dalam melaksanakan tugas
pokoknya mempunyai uraian tugas antara lain :
a. Menghimpun dan meneliti laporan perkembangan tingkat realisasi pelaksanaan kegiatan dari masing-masing unit kerja sebagai bahan penyusunan laporan
pengendalian Operasional kegiatan;
b. Melaksanakan pengendalian dan evaluasi penyerapan anggaran dengan cara membandingkan laporan perkembangan realisasi belanja dengan rencana
pembiayaan yang ditetapkan sebelumnya;
c. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan Dinas serta jenis pelaporan keuangan lainnya.
Permasalahan yang dihadapi sesuai tugas pokok dan fungsi subbagian Perencanaan dan keuangan sebagai berikut :
a. Pengelolaan keuangan (Laporan pertanggungjawaban kegiatan/anggaran) belum berjalan secara optimal, dimana evaluasi hanya merupakan kegiatan yang rutinitas
dengan cara pelaporan melalui format, sehingga kontrol masih lemah.
b. Pelaksanaan kegiatan belum dilaksanakan sesuai jadwal yang telah direncanakan, kegiatan banyak terjadi di akhir tahun.
c. Pencairan/Penyerapan anggaran belum tepat waktu/tidak sesuai dengan penarikan anggaran yang direncanakan.
4/17
Isu strategis yang dihadapi Subbag Perencanaan dan Keuangan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kab. Grobogan adalah
penyerapan/pencairan anggaran kegiatan belum tepat waktu disebabkan karena realisasi kegiatan/penyerapan anggaran tidak sesuai dengan rencana.
Kesenjangan antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi yang terjadi saat ini dapat diperlihatkan tabel berikut ini :
Tabel 1
Kesenjangan Antara Kondisi Yang Ada Saai Ini Dan Kondisi Yang Diharapkan
Penyerapan/pencairan anggaran dan pelaksanaan kegiatan belum dilaksanakan tepat waktu sesuai schedul yang direncanakan, kegiatan/pertanggungjawaban
1 Penyerapan/pencaira
keuangan di akhir tahun
Pengelolaan keuangan (laporan pertanggungjawaban kegiatan dan Anggaran) belum berjalan optimal
2
6/17
-Pengelolaan keuang
7/17
Untuk menganalisa permasalahan di atas digunakan metode Leavitt’s Model (1965). Leavitt’s Model membagi organisasi menjadi 4 elemen yaitu People (Sumber Daya
Manusia), Task (Tugas), Structure (Struktur) dan Technology (Teknologi) yang memberikan pendekatan baru untuk interaktif yang saling berkaitan, mempengaruhi dan
menentukan kelangsungan suatu organisasi.
Leavitt’s Model menekankan bahwa perubahan sekecil apapun pada salah satu elemen akan berdampak langsung terhadap elemen yang lain sehingga harus dapat
menyesuaikan dengan perubahan yang ada.
Gambar 1
TECHNOLOGY
TASK
STRUCTURE
PEOPLE
8/17
Dengan menfokuskan pada empat komponen organisasi tersebut, project leader mendiagnosa seperti tabel dibawah ini :
Tabel 2
1 Tugas
1. Keterbatasan kemampuan serta ketrampilan khususnya bendahara pengeluaran dalam menjalankan tugasnya dan karena
2 Sumber Daya manusia Penambahan SDM yang memb
Ketimpangan beban kerja
3 Struktur 2. Ego sektoral antar unit kerja (bidang, subbagian, seksi) Koordinasi dan komunikasi yang
10/17
4 Teknologi Telah tersedianya sistem apliaksi program SIMDA dalam penatausahaan keuangan Sudah sesuai harapan
Dari analisis diatas, area yang menjadi permasalah yaitu sebagai berikut :
a. Tugas : Pemahaman tugas pokok dan fungsi pengelola keuangan (PA,KPA,PPTK, bendahara pengeluaran ) dan kepatuhan pencairan anggaran belum
optimal sesuai dengan rencana yag telah ditetapkan sebelumnya sehingga perlu adanya sosialisasi pemahaman tugas pokok dan fungsi pengelola keuangan dan sistem
ketentuan pengelolaan keuangan serta kesepakatan bersama dalam pencairan anggaran.
b. SDM : Kondisi Saat ini di Sub bagian Perencanaan dan Keuangan mempunyai 4 orang staf, 2 orang staf PNS sebagai bendahara pengeluaran dan
bendahara gaji, sedangkan 2 orang staf tenaga harian lepas yang focus pada perencanaan sehingga perlu adanya tenaga yang membantu di masing-masing bidang
dalam pengelolaan keuangan khususnya dalam pelaporan pertanggungjawaban keuangan yang berdampak pada ketepatan waktu pencairan anggaran.
c. Struktur : Kurangnya koordinasi dan komunikasi pengelola keuangan antar bidang sehingga perlu terjalin komunikasi yang lebih inten guna kelancaran
pelaksanaan kegiatan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dan dari hasil Benchmarking Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan X Tahun 2018 yang mengambil lokus di Mall
Pelayanan Public DPMPTSP dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Banyuwangi Propinsi Jawa Timur pada tanggal 25 sampai dengan 28
April 2018, Best Practice yang bisa diambil dan diterapkan adalah :
a. Komitment pemimpin yang kuat dalam rangka mensukseskan sebuah inovasi/program dalam organisasi.
b. Kepemimpinan yang adaptif dengan merangkul masyarakat, semua stakeholder dan dapat memberi suri tauladan yang baik.
e. Perencanaan yang dilakukan dengan baik dan konsisten dalam implementasinya akan mempercepat keberhasilan suatu program kegiatan secara
berkesinambungan.
Bertolak dari kesenjangan kondisi yang diharapkan dengan kondisi riil yang terjadi di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Kabupaten Grobogan khususnya di Subbagian Perencanaan dan Keuangan, serta analisa permasalahan dan hasil benchmarking to best practise, maka penulis selaku
project leader berusaha melakukan Proyek Perubahan “Mengintensifkan Peran Pengelola Keuangan Untuk Meningkatkan Akuntabilitas Penggunaan Anggaran di
DPMPTSP Kabupaten Grobogan”
Manfaat
- Mempermudah dalam monitoring pemanfaatan Anggaran/kegiatan di masing-masing bidang sesuai dengan Rencana.
- Mengetahui kinerja dari OPD dalam melaksanakan anggaran dan kegiatan yang sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
-12/17Terwujudnya kegiatan secara tertib dan tepat waktu. “Secara tertib” diartikan bahwa pelaksanaan Kegiatan/Anggaran sesuai dengan ketentuan pengelolaan
keuangan dan “tepat waktu” diartikan bahwa kegiatan/Anggaran dapat dicapai pada batasan waktu yang telah ditetapkan.
- Memberikan informasi dalam menentukan Program /kegiatan yang sesuai dan tepat untuk Perencanaan Pembangunan Daerah.
- Pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat dapat berjalan lancar sehingga memberi manfaat dan meningkatkan kesejahteraannnya.
Milestone
I. JANGKA PENDEK
13/17
Pembentukan Tim Efektif
3. b. Pengiriman surat undangan. Pemahaman dan dukungan stakeholder akan adanya proye
d. Pelaksanaan sosialisasi Tupoksi dan pengelolaan Keuangan Daerah oleh BPPKAD dan Bagian Pembangunan SETDA.
d. Penyusunan Laporan
1.
Perumusan SOP untuk ketepatan waktu penyerapan Anggaran Terlaksananya perumusan SOP
3.
Mengoptimalkan peran verifikator dalam penatausahaan keuangan. Penatausahaan keuangan yang efektif, efisien, akuntabel.
Pencairan anggaran yang tepat waktu secara kontinu dari tahun ke tahun Terlaksananya pencairan anggaran yang tepat waktu dari t
2.
Dicetak melalui website E-Proper BPSDMD Provinsi Jawa Tengah (https://bpsdmd.jatengprov.go.id/eproper) pada 15 Nov 2021 09:33:49