OLEH:
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KESEHATAN JIWA KEPADA MASYARAKAT DI
PUSKESMAS DENPASAR SELATAN II
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan Jiwa merupakan keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu
kedokteran sebagai unsur kesehatan, yang dalam penjelasan Kesehatan Jiwa
adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras
dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang
harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan
manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain. Kesehatan jiwa adalah
bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal, dan yang
selaras dengan perkembangan orang lain (Kemenkes, 2016).
Orang yang mengalami gangguan Jiwa di Dunia ini sudah banyak dan
bahkan di Indonesia pun banyak penderita gangguan Jiwa baik dari kalangan
remaja, dewasa, anak-anak sampai orangtua atau lansia mengalami gangguan
tersebut. Menurut (Videbeck dalam Prabowo, 2014) berpendapat bahwa
gangguan Jiwa adalah keadaan emosi, psikologis, dan sosial yang terpandang
dari hubungan komunikasi antar dua orang yang tidak terpenuhi tindakan dan
pertahanan yang baik, sesuatu yang dapat dipahami dalam diri yang baik dan
keseimbangan emosi yang dalam. Selain masalah gangguan jiwa ada juga
masalah psikososial yang biasa terjadi di kalangan masyarakat Indonesia.
Masalah psikososial merupakan masalah yang banyak terjadi dimasyarakat.
psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup
aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. psikososial berarti menyinggung relasi
sosial yang mencakup faktor-faktor psikologi. Dari defenisi diatas masalah
psikososial adalah masalah yang terjadi pada kejiwaaan dan sosialnya.
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi,
60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis
dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan
jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan
penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. Data Riskesdas 2018
memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan
dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas
mencapai sekitar 6.1% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi
gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau
sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Menurut National Alliance of Mental Illness
(NAMI) berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2013, di
perkirakan 61.5 juta penduduk yang berusia lebih dari 18 tahun mengalami
gangguan jiwa, 13,6 juta diantaranya mengalami gangguan jiwa berat seperti
skizofrenia, gangguan bipolar. Jumlah penderita gangguan jiwa dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan
permasalahan kesehatan jiwa yang ada di negara-negara berkembang. Tujuan
dari pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan masyaraakat umumnya dan keluarga yang menjadi
binaan khususnya tentang bagaimana cara perawatan dan menjaga kesehatan
jiwa setiap masyarakat serta merawat anggota masyarakat yang mengalami
gangguan jiwa.
Berdasarkan data Riskesdas (2018) diatas, diketahui data penderita
gangguan jiwa berat yang cukup banyak di wilayah Indonesia dan sebagian
besar tersebar di masyarakat dibandingkan yang menjalani perawatan di rumah
sakit, sehingga diperlukan peran serta masyarakat dalam penanggulangan
gangguan jiwa. Peran masyarakat dalam penanggulangan gangguan jiwa akan
dapat terbangun jika masyarakat memahami tentang peran dan
tanggungjawabnya dalam penanggulangan gangguan jiwa di masyarakat.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan sasaran mengerti mengenai identifikasi
kesehatan jiwa dan dapat mengaplikasikan mengenai cara mengontrol
kecemasan dan perawatan pasien gangguan jiwa di rumah.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan pengertian sehat
b. Menjelaskan pengertian sehat jiwa
c. Menjelaskan pengertian stress (penyebab, ciri-ciri, penanganan, latihan
napas dalam)
d. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa (Pengertian, penyebab, jenis
gangguan jiwa)
e. Menjelaskan pengertian cemas
f. Menjelaskan pengertian gangguan depresi
g. Menjelaskan pengertian gangguan psikotik
h. Menjelaskan penanganan gangguan jiwa
B. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik : Memberikan health education kepada masyarakat tentang
kesehatan jiwa
2. Sasaran : Masyarakat Puskesmas Densel II
3. Metoda : Ceramah dan diskusi
4. Media : Leaflet
5. Waktu Tempat : Di Ruang Tunggu Loket Puskesmas Densel II
6. Pengorganisasian
a. Moderator : Melita
b. Pemateri : Anjani
c. Fasilitator : Putri, Setyaningsih, Lanang, Wika
d. Uraian Tugas
1) Moderator
a) Membuka acara
b) Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
c) Menjelaskan tujuan dan topik
d) Menjelaskan kontrak waktu
e) Menjelaskan jalannya penyuluhan pada pemateri
f) Mengarahkan alur diskusi
g) Memimpin jalannya diskusi
h) Menutup acara
2) Pemateri
Mempresentasikan materi untuk penyuluhan.
7. Setting tempat
Penyaji
Langkah-
No Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan sasaran
Langkah
1 Pendahuluan 3 menit - Salam Pembukaan Sasaran antusias
- Perkenalan Diri atas kedatangan
- Penyampaian Tujuan perawat
- Kontrak Waktu Sasaran menjawab
salam
2 Penyajian 15 menit Pemberian Materi : Sasaran mau
1. Pengertian sehat mendengarkan
2. Pengertian sehat jiwa dengan seksama
dan aktif
3. Pengertian stress
memberikan
(penyebab, ciri-ciri, pertanyaan
penanganan, latihan
napas dalam)
4. Pengertian gangguan
jiwa (Pengertian,
penyebab, jenis
gangguan jiwa)
5. Pengertian cemas
6. Pengertian gangguan
depresi
7. Pengertian gangguan
psikotik
8.Penanganan
gangguan jiwa
4 Evaluasi 5 menit - Memberikan Sasaran mampu
pertanyaan seputar menjawab semua
materi yang telah pertanyaan dengan
disampaikan baik dan benar
5 Penutup 2 menit - Ucapan Terima Sasaran berterima
Kasih kasih atas
- Salam Penutup kedatangan penyaji
D. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana
b. 60% peserta mengikuti penyuluhan
c. Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
c. 70% peserta aktif dan tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu :
a. Menjelaskan pengertian sehat
b. Menjelaskan pengertian sehat jiwa
c. Menjelaskan pengertian stress (penyebab, ciri-ciri, penanganan,
latihan napas dalam)
d. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa (Pengertian, penyebab, jenis
gangguan jiwa)
e. Menjelaskan pengertian cemas
f. Menjelaskan pengertian gangguan depresi
g. Menjelaskan pengertian gangguan psikotik
h. Menjelaskan penanganan gangguan jiwa
PENGERTIAN SEHAT
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah dalam keadaan
bugar dan nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman
adalah relatif, karena bersifat subjektif sesuai orang yang mendefinisikan dan
merasakan (Yusuf, 2015). Menurut Kemenkes 2018 Sehat adalah suatu
keadaan yang meliputi sehat fisik, sehat jiwa dan sehat sosial. Sehat fisik
yaitu memiliki badan yang sehat dan bugar. Sehat sosial yaitu mampu
menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Karl Menninger
mendefinisikan orang yang sehat jiwanya adalah orang yang mempunyai
kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan
berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia. Michael Kirk Patrick
mendefinisikan orang yang sehat jiwa adalah orang yang bebas dari gejala
gangguan psikis, serta dapat berfungsi optimal sesuai apa yang ada padanya.
Clausen mengatakan bahwa orang yang sehat jiwa adalah orang yang dapat
mencegah gangguan mental akibat berbagai stresor, serta dipengaruhi oleh
besar kecilnya stresor, intensitas, makna, budaya, kepercayaan, agama, dan
sebagainya (Yusuf, 2015).
A. PENGERTIAN SEHAT JIWA
Sehat jiwa merupakan yang mana seseorang memiliki perasaan senang
dan bahagia, mampu menyesuaikan diri dengan keadaan hidup sehari-hari,
dapat menerima kelebihan dan kekurangan dalam diri sendiri, melakukan
kegiatan yang bermanfaat, aktif menyumbangkan tenaga, pikiran dan
kepedulian kepada keluarga dan masyarakat sekitar (Kemenkes, 2018).
Menurut Kemenkes 2016 Seseorang yang “sehat jiwa” mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
1. Merasa senang terhadap dirinya serta
Mampu menghadapi situasi?
Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
Puas dengan kehidupannya sehari-hari
Mempunyai harga diri yang wajar
Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula
merendahkan
2. Gejala-gejala stres
Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gejala depresi, sebab stres dan
depresi berkaitan erat. Ada beberapa gejala yang dapat dilihat melalui fisik
akibat stres yang berlangsung dalam jangka lama, diantaranya:
o Reaksi fisik:
Jantung berdebar-debar
Keringat berlebihan
Otot tegang
Sakit kepala
Sakit perut
Nafsu makan berkurang atau berlebihan
Sulit tidur
o Reaksi psikis:
Cemas, khwatir berlebihan
Mudah tersinggung
Sulit memusatkan perhatian
3. Cara Mengatasi stres
penenangan pikiran : meditasi
olahraga/aktivitas fisik teratur
memikirkan hal positive
makan bergizi seimbang
berbicara dengan seseorang yang bias di percaya
kebangkan hoby
lakukan kegiatan sesuai minat dan kemampuan
4. Latihan nafas dalam
Duduk dengan posisi santai dan nyaman, bayangkan hal yang
menyenangkan dengan mata terpejam
Tarik nafas dari hidung dalam 3 detik, lalu hembuskan napas dari
mulut dalam 3 detik, sambil membayankan seolah-olah beban
pikiran dilepaskan tahan selama 3 detik sebelum ambil napas lagi.
Ulangi 5-10 menit.
Mensyukuri nikmat tuhan YME, ikhlas dan sabar
C. GANGGUAN JIWA
Gangguan jiwa adalah kumpulan gejala dari gangguan pikiran, gangguan
perasaan dan gangguan tingkah laku yang menimbulkan penderita dan
terganggunya fungsi sehari-hari dari orang tersebut.
1. Gangguang jiwa yang sering ditemukan di masyarakat
Gangguan cemas
Gangguan depresi
Gangguan jiwa berat
2. Penyebab gangguan jiwa
a. Biologis
- Keturunan
- Ketidakseimbangan zat di otak akibat cedera otak, penyakit
pada otak dan penyalahgunaan narkoba
b. Psikologis : tidak bias menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi di lingkungan
c. Social : adanya masalah yang tidak dapat diatasi, dukungan yang
kurang dari keluarga dan lingkungan.
D. PENGERTIAN CEMAS
Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon (penyebab tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu
sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan
datang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman.
Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta
bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologi.
Salah satu contoh dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau
ansietas.
Rentang respon tingkat kecemasan terdiri atas:
1. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi
belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memutuskan
perhatian pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain,
sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat
melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3. Ansietas berat sangan mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditunjukkan untuk mengurangi ketergantungan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu
area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan
merasa diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun
dengan pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik,
menurunkan kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi
menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional (Yusuf, dkk., 2015)
b. Gejala psikis
1. Kehilangan rasa percaya diri, penyebabnya, orang yang mengalami
depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif,
termasuk menilai diri sendiri.
2. Sensitive, orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan
segala sesuatu dengan dirinya, perasaannnya sesitif sekali, sehingga
sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang
berbeda oleh mereka.
3. Merasa diri tidak berguna, perasaan tidak berguna ini muncul karena
mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau
dilingkungan yang seharunya mereka kuasai.
4. Perasaan bersalah, perasaan bersalah terkadang timbul dalam pikiran
orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian
yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari
kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya
dikerjakan (Lumongga, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Idaniani, dkk. (2019). Prevalensi psikosis di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar
2018. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 3(1). Doi:
10.22435.
Indarjo, S. (2009). Kesehatan jiwa remaja. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1).
Kembaren, Lahargo. (2017). Ganggguan psikosis: sulit membedakan mana yang nyata
dan khayalan. Rumah Sakit Marzoeki Mahdi (RSMM): Bogor.
Kementrian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan Dan Pemerdayaan Masyarakat.
(2016). Sehat Jiwa. https://promkes.kemkes.go.id/content/?p=7385
Livana, P. H., Ayuwatini, S., Ardiyanti, Y., & Suryani, U. (2019). Gambaran Kesehatan
Jiwa Masyarakat. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 6(1), 60-63.
Lumongga, D. N. (2016). Depresi: tinjauan psikologis. Kencana.
Maulana, I., Suryani, S., Sriati, A., Sutini, T., Widianti, E., Rafiah, I., ... & Senjaya, S.
(2019). Penyuluhan Kesehatan Jiwa untuk Meningkatkan Pengetahuan
Masyarakat tentang Masalah Kesehatan Jiwa di Lingkungan Sekitarnya. Media
Karya Kesehatan, 2(2).
Yusuf, Ah., Rizky, F, F, P, K., & Nihayati, H, E. (2015). Buku ajar kesehatan jiwa.
Jakarta Selatan : Selemba medika.